iii. metode penelitian

advertisement
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah
tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah dan membahayakan lingkungan
terutama untuk kelangsungan hidup manusia. Lingkungan telah menjadi suatu bahasan penting yang
wajib diperhatikan oleh industri terutama tentang pengurangan limbah yang dibuang ke lingkungan.
Salah satu cara yang efektif adalah mengurangi limbah pada sumbernya dengan pendekatan produksi
bersih.
Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu
yang berlangsung terus-menerus pada proses produksi dan siklus hidup produk serta bertujuan untuk
mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Selain itu, produksi bersih memiliki tujuan
untuk menerapkan pengukuran pada pengoptimalan produksi dan meningkatkan eko-efisiensi industri
yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.
Produksi bersih dipengaruhi oleh tiga aspek penting, yaitu aspek teknis-teknologis, aspek
finansial, dan aspek politis. Aspek teknis-teknologis bertujuan untuk pemilihan teknologi yang tepat
guna serta ramah lingkungan. Analisis finansial untuk mengetahui kelayakan finansial penerapan
produksi bersih. Analisis politis untuk mengkaji peran pemerintah, industri, lembaga terkait, dan
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan industri kayu lapis. Dalam analisis politis ditentukan
faktor-faktor yang terkait dengan industri kayu lapis untuk menentukan alternatif strategi produksi
bersih. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret dan berakhir pada bulan Mei 2011. Penelitian
dilakukan di industri kayu lapis, pabrik utama CV Mekar Abadi khususnya pada unit proses plywood
dan unit proses vinir, yang berada di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
3.3 Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan
dengan kegiatan yang dilakukan. Pencarian dan pembelajaran jurnal, buku, atau laporan yang
berkaitan dengan tema dan aspek-aspek penelitian.
2. Data Primer
Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan metode survei (survey
method), dengan melakukan wawancara (interview) secara langsung dan tidak langsung.
Metode kedua adalah metode observasi (observation method), pengambilan data dengan
melakukan pengukuran, pengamatan proses produksi dan penggunaan bahan, air, energi secara
langsung di lapangan. Metode ketiga adalah metode penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak
yang bersangkutan seperti manager dan pekerja.
3. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, dan
data di industri kayu lapis. Data juga dapat diperoleh lembaga-lembaga yang berhubungan
10
dengan industri kayu lapis seperti Badan Pusat Statistika Wonosobo, Dinas Perhutani
Wonosobo, Badan Lingkungan Hidup Wonosobo, serta Kementerian Lingkungan Hidup.
Mulai
Tinjauan umum tentang bahan
baku produksi
Identifikasi seluruh tahapan proses
produksi
Analisa kualitas
dan kuantitas
material input
Analisa kualitas
dan kuantitas
produk
Analisa kualitas
dan kuantitas
material output
Neraca massa
Mengidentifikasi
peran pemerintah
daerah, masyarakat,
serta lembaga yang
terkait
Analisis teknisteknologis
Alernatif teknisteknologis
Faktor internal
(kelemahan dan
kekuatan) dan faktor
eksternal (peluang
v
dan ancaman)
Analisis
finansial
Program
produksi bersih
Analisis
SWOT
AHP
Alernatif strategi
produksi bersih
Selesai
Gambar 4. Diagram alir penelitian
11
3.4 Teknik Analisis
Teknik analisis produksi bersih meliputi analisis tiga aspek, yaitu analisis teknik-teknologi,
analisis finansial, dan analisis politis. Analisis teknik-teknologi melihat peluang opsi produksi bersih
dari unit proses dan mesin yang menjadi sumber limbah berdasarkan neraca massa proses produksi.
Selanjutnya, opsi-opsi produksi bersih tersebut ditentukan prioritasnya melalui analisis finansial.
Selain itu, analisis finansial menghitung biaya untuk penerapan opsi produksi bersih serta menghitung
keuntungan dan penghematan dari penggunaan opsi tersebut. Analisis politis merupakan tahap
analisis terakhir yang akan menghasilkan strategi produksi bersih melalui analisis SWOT dan AHP.
1. Analisis teknik-teknologi
Analisis teknik-teknologi mempelajari dan mengevaluasi kelayakan teknologi yang
digunakan perusahaan berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Kriteria evaluasi teknis antara lain:
a. Evaluasi proses berdasarkan kesesuaian prosedur operasi dengan kondisi yang ada,
peningkatan efisiensi proses, serta kesesuaian produksi dengan kondisi yang ada.
b. Evaluasi bahan berdasarkan kualitas produk yang dapat dipertahankan, kapasitas utilitas
tersedia, serta efisiensi dalam penggunaan bahan.
c. Evaluasi peralatan berdasarkan ketersediaan tempat dan perawatan mesin.
d. Evaluasi tenaga kerja berdasarkan kemanan pekerja dan tersedianya sumber daya manusia
(Indrasti dan Fauzi, 2009).
Analisis teknik-teknologi berfungsi untuk mengkaji kesesuaian teknologi dan teknis
yang telah diterapkan di industri dengan kapasitas penggunaannya, efisiensi terhadap air dan
energi, meminimalkan limbah dan dampak terhadap lingkungan. Hasil dari analisis teknikteknologi yaitu membuat alternatif teknis dan teknologi yang dapat diterapkan industri dengan
mudah, efisiensi tinggi, less waste, sehingga dapat meningkatkan produktivitas industri.
2. Analisis finansial
Analisis finansial digunakan untuk menentukan biaya yang diperlukan dalam penerapan
produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi
bersih. Analisis finansial juga menentukan keberlangsungan dari penerapan produksi bersih.
Metode standar dalam analisis finansial yaitu perhitungan pay back period (PBP).
Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal atau
investasi yang ditanam dalam suatu proyek dapat kembali, sedangkan kas bersih adalah
manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Semakin pendek waktu yang
diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi tersebut semakin
menguntungkan. Hal ini berarti semakin kecil payback period, proyek tersebut semakin baik.
Payback period dapat dihitung dengan rumus (1)
(1)
3. Analisis politis
Analisis politis meninjau tentang peran pemerintah, perusahaan, lembaga yang terkait,
serta masyarakat berupa kebijakan, komitmen, dan kesadaran dalam mendukung pengelolaan
lingkungan di industri. Kebijakan pemerintah diharapkan secara internal akan dapat
mendorong kegiatan industri menjadi lebih produktif, dan secara eksternal akan dapat
membantu mengendalikan dampak negatif melalui aplikasi konsep dan rangkaian kegiatan
produksi bersih yang efektif.
12
4. Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dan
mengetahui posisi industri kayu lapis pada matriks SWOT dalam rangka merumuskan
alternatif strategi perusahaan. Menurut Marimin (2008), analisis SWOT mempertimbangkan
faktor lingkungan internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta lingkungan
eksternal peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang dihadapi dunia bisnis, sehingga
dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi suatu perusahaan. Ada dua macam
pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu :
a. Pendekatan kuantitatif matriks SWOT
Data SWOT dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan aanalisis
SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
1) Analisis EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal Factors Evaluation)
EFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi peluang dan ancaman dari lingkungan
eksternal industri kayu lapis. IFE digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan dari lingkungan internal industri kayu lapis. Langkah penilaiannya adalah :
a) Membuat daftar faktor-faktor penting internal dan eksternal (5 sampai dengan 10 faktor)
dalam kolom 1.
b) Pemberian bobot pada kolom 2, mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan 0.0
(tidak penting). Total dari seluruh bobot harus sama dengan 1.0. Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c) Pada kolom 3, masing-masing faktor diberi peringkat (rating) mulai dari 4 (sangat
setuju) sampai 1 (tidak setuju) berdasarkan pada pengaruh faktor tersebut terhadap
kondisi perusahaan. Kriteria penilaian mengenai rating adalah sebagai berikut :
Nilai rating 4 : sangat setuju
Nilai rating 3 : setuju
Nilai rating 2 : kurang setuju
Nilai rating 1 : tidak setuju
d) Mengalikan bobot dengan rating yang telah ditentukan untuk mendapatkan skor.
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor kekuatan dengan kelemahan (d) dan
faktor peluang dengan ancaman (e). Perolehan angka (d) selanjutnya menjadi nilai atau
titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu Y.
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT
(Andrianto, 2010).
Pada matriks SWOT, posisi perusahaan dapat dikelompokkan dalam empat kuadran,
yaitu kuadran I, II, III, IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai adalah strategi agresif, kuadran
II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turn around dan kuadran IV strategi defensif.
Posisi perusahaan pada berbagai kuadran dapat dilihat pada Gambar 5.
13
Peluang eksternal
Kuadran III
(strategi turn around)
Kuadran I
(strategi agresif)
Kelemahan internal
Kekuatan internal
Kuadran IV
(strategi defensif)
Kuadran II
(strategi diversifikasi)
Ancaman eksternal
Gambar 5. Posisi perusahaan pada berbagai kondisi dalam matriks SWOT
b. Pendekatan kualitatif matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi,
dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana strategi harus menganalisis faktorfaktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang
ada saat ini.
Pendekatan kualitatif matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya. Pendekatan ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi seperti ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Matriks strategi SWOT (Iskandarini, 2004)
14
5. Analitical Hierarchy Process (AHP)
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu
hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif
tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lainnya. Dari
berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram
bertingkat, yang dimulai dengan goal atau sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria, dan
akhirnya alternatif. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari
suatu kriteria majemuk secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan
(Marimin, 2008). Software yang digunakan untuk mengolah data nilai tingkat kepentingan
dengan metode AHP yaitu Expert Choice 2000.
15
Download