ENDOMETRIOSIS Masalah Klinis Endometriosis merupakan penyebab utama nyeri panggul dan subfertilitas, karakteristik pertama ditandai oleh jaringan seperti endometrium yang terletak di luar uterus, terutama pada peritoneum pelvis ovarium, septum rektovaginal, dan pada kasus yang jarang dapat terjadi pada diafragma, pleura, dan perikardium. Endometriosis mempengaruhi 6 sampai 10 % wanita pada usia reproduksi, 50% sampai 60% wanita dan gadis remaja dengan nyeri panggul , dan hingga 50% dapat menyebabkan infertilitas pada wanita.2,3 Penyakit peritoneal, yang pertumbuhannya tergantung pada estrogen, berasal dari retrograd hormon steroid yang berperan saat menstruasi dan serta sensitif terhadap sel dan jaringan endometrium (Gambar 2), yang melekat pada permukaan peritoneal dan menimbulkan respon peradangan. Respon ini disertai dengan angiogenesis, adhesi, fibrosis, jaringan parut, infiltrasi saraf, dan distorsi anatomi (Gambar 1 dan 2), sehingga dapat menimbulkan kesakitan dan infertilitas.1,4-6 Meskipun kebanyakan wanita memiliki menstruasi retrograd, tidak semua wanita dengan menstruasi retrograd memiliki endometriosis; wanita yang terkena mungkin memiliki disfungsi kekebalan tubuh yang mengganggu pembersihan lesi.1 Karena endometrioma ovarium baik secara klonal dan lesi dapat bermutasi genetik, mutasi somatik dengan disregulasi hasil pertumbuhan mungkin dapat dijadikan sebagai faktor etiologi. 1,4 Penyakit yang terletak pada tempat yang jauh mungkin disebabkan oleh penyebaran secara getah bening atau hematogen atau transformasi metaplastik. Yang termasuk faktor risiko endometriosis adalah obstruksi aliran menstruasi (misalnya, Mullerian anomalies7), paparan dietilstilbestrol di dalam rahim, 8 kontak yang terlalu lama dengan estrogen endogen (misalnya, karena menarche dini, menopause terlambat, atau obesitas), siklus menstruasi pendek, berat badan lahir rendah,9 dan gangguan endokrin kimiawi secara keseluruhan10 Twin dan keluarga mempelajari tentang saran komponen genetik.11 Konsumsi daging merah dan lemak 1 trans dikaitkan dengan peningkatan risiko laparoskopi terkait endometriosis, dan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran hijau, dan asam lemak rantai panjang n-3 dikaitkan dengan penurunan risiko.12 Laktasi yang berkepanjangan dan kehamilan yang sering bersifat sebagai proteksi.9 Endometriosis dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun dan endometrioid ovarium dan kanker clear-cell, serta kanker lainnya, termasuk limfoma non-Hodgkin dan melanoma.1 Tindak lanjut dari wanita dengan nyeri panggul dan identifikasi penyakit secara laparoskopi menunjukkan bahwa 17 sampai 29% dari lesi sembuh secara spontan, 24-64% berkembang, dan 9-59% yang stabil selam periode lebih dari 12 bulan.13 Endometriosis merupakan penyebab utama kecacatan dan dapat membahayakan kualitas hidup pada wanita dan remaja. 14 Di Amerika Serikat, estimasi biaya untuk mendiagnosa dan mengobati nyeri dan infertilitas pada endometriosis adalah $22 juta. Gambar 1. Lesi Peritoneal dan Endometrioma Ovarium yang Disebabkan oleh Endometriosis 2 Strategi dan Keterangan Evaluasi Sebanyak 10% kunjungan pasien gynekologi rawat jalan mengalami nyeri panggul kronik.16 Informasi mengenai riwayat pengobatan lengkap, operasi, sosial, dan keluarga harus didapatkan dari pasien dengan gejala ini, dan harus dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan panggul. Nyeri focal atau nyeri tekan yang timbul pada saat pemeriksaan panggul berkaitan dengan penyakit panggul ditemukan pada 97% pasien, dan dengan endometriosis pada 66% pasien.17 Ditemukan massa pada panggul, organ panggul immobile, dan nodul rektovaginal dapat diduga endometriosis namun bukan merupakan diagnosis dikarenakan kurang sensitif dan spesifitas. Evaluasi kedua perempuan pasien dan pasangan prianya diindikasikan pada kasus yang berhubungan dengan infertilitas.18 Nyeri panggul yang disebabkan oleh endometriosis biasanya kronis (berlangsung ≥ 6 bulan) dan berhubungan dengan dismenore (dalam 50 sampai 90 % kasus), dispareunia, nyeri panggul yang mendalam, dan nyeri perut bagian bawah dengan atau tanpa nyeri punggung dan pinggang. Rasa nyeri dapat terjadi tak terduga dan hilang-timbul sepanjang siklus haid atau dapat berkelanjutan, dan dapat menjadi tumpul, berdenyut, atau tajam, dan dapat diperburuk dengan aktivitas fisik. 16,19 Terdapat gejala yang khususnya terkait dengan kandung kemih dan usus (mual, distensi, dan cepat kenyang).16,19 Nyeri semakin lama semakin memburuk dan dapat berubah karakternya, jarang, wanita melaporkan seperti rasa terbakar atau hipersensitivitas, gejala tersebut merupakan sugestif dari komponen neuropatik. 20 Gejala bersamaan dengan beberapa kondisi ginekologi lainnya (misalnya, penyakit radang panggul, adhesi pelvis, kista ovarium atau massa, leiomyomata, dan adenomiosis) dan faktor serta kondisi nongynecologic (misalnya, sindrom iritasi usus, radang penyakit usus, interstitial cystitis, nyeri myofascial, depresi, dan riwayat pelecehan seksual), membuat diagnosis menjadi ragu. 3 Gambar 2. Patofisiologi Nyeri dan Infertilitas yang berhubungan dengan Endometriosis Diagnosis dan Stadium Klinis Saat ini, metode definitif untuk mendiagnosa dan mengetahui staging endometriosis serta mengevaluasi kekambuhan penyakit setelah pengobatan dapat tervisualisasi saat pembedahan21 (Gambar 1). Sistem penilaian yang diperbaiki oleh American Society for Reproductive Medicine digunakan untuk menentukan stadium penyakit (mulai dari I, menunjukkan penyakit minimal, sampai IV, yang menunjukkan penyakit yang berat) atas dasar jenis, lokasinya, bentuk, kedalaman invasi serta luasnya penyakit dan adhesi (lihat tabel dalam Lampiran Tambahan tersedia dengan teks lengkap artikel ini di NEJM.org). Interval rata-rata antara timbulnya nyeri dengan diagnosis defintif (pembedahan) adalah 10,4 tahun. 24 4 Walaupun dengan menentukan derajat dapat menentukan keparahan penyakit dan penatalaksanaan, tetapi penentuan derajat tersebut tidak berkaitan dengan beratnya nyeri atau memperediksi respon dari penatalaksanaan nyeri atau infertilitas. 21 Pendekatan diagnosis non-bedah seperti ultrasonografi transvaginal dan magnetic resonance imaging (MRI) kurang baik untuk mendeteksi penempelan dan perlekatan peritoneal dan ovarium. Namun, kedua metode pencitraan ini baik untuk mendeteksi endometrioma ovarium, dengan sensitivitas 80 sampai 90% dan spesifitas 60 sampai 98%22 (Gambar 3). Karena biayanya lebih murah, ultrasonografi transvaginal lebih disukai daripada MRI dalam mendiagnosis endometrioma. Doppler ultrasonografi (Gambar 3A) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis; gambaran tersebut menunjukkan aliran darah sedikit ke endometrioma, aliran darah yang normal ke jaringan ovarium yang normal, dan meningkatkan aliran ke tumor ovarium. 22 Tingkat CA-125 dapat meningkat pada endometriosis, tetapi tes ini tidak dianjurkan untuk tujuan diagnostik karena kurang sensitif dan kurang untuk dapat menentukan diagnosis.23 5 Gambar 3. Gambaran Radiografi Endometrioma Penatalaksanaan Nyeri Pengobatan jangka panjang dari pasien dengan rasa nyeri kronis pada panggul yang terkait dengan endometriosis membutuhkan serangkaian terapi medis berulang, terapi bedah, atau keduanya. Dalam kebanyakan kasus, nyeri dapat berulang dalam 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan selesai.19,25 Terapi pengobatan Terapi empiris biasanya diajukan untuk mengontrol rasa sakit tanpa memastikan penyakit dengan pembedahan. Terapi tersebut dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit melalui berbagai mekanisme, termasuk mengurangi 6 peradangan, mengganggu atau menekan siklus produksi hormon ovarium, menghambat peranan dan sintesis estradiol, dan mengurangi atau menghilangkan menstruasi. Tabel 1 merangkum indikasi dan efek samping berbagai agen dan pendekatan untuk mengendalikan rasa nyeri yang diakibatkan oleh endometriosis.19, 25 Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) biasanya digunakan untuk meringankan dismenore, meskipun telah dilakukan randomisasi, percobaan menunjukkan tidak terdapat reduksi nyeri yang signifikan pada endometriosis dengan menggunakan NSAID dibandingkan dengan plasebo dan tidak terdapat keunggulan antara NSAID yang satu dengan yang lain. 26 Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan secara periodik atau terus-menerus untuk menangani nyeri yang berhubungan endometriosis dan biasanya dikombinasi dengan NSAID, walaupun terdapat kegagalan pada 20-25%.19,25 Pendekatan ini merupakan terapi lini pertama pada pasien tanpa kontraindikasi untuk menggunakan kontrasepsi oral kombinasi. Secara random, kontrol percobaan menunjukkan terdapat keunggulan dari kontrasepsi oral kombinasi dibandingkan dengan plasebo yang menurunkan skor nyeri untuk dismenore (45-52% dibandingkan 14-17%, p<0.001) dan volume dari endometrioma ovarium (32%, P = 0.04). Pada wanita dengan dismenore berat yang telah diberikan terapi dengan kontrasepsi oral kombinasi secara periodik dan beralih dengan pemberian terapi kontrasepsi oral kombinasi secara berkelanjutan dapat mengurangi derajat nyeri sekitar 58% dalam waktu 6 bulan dan sekitar 75% selama 2 tahun (P<0.001).28 Randomisasi perorang, percobaan secara acak menunjukkan medroxyprogesteron asetat sama efektifnya dengan kontrasepsi oral kombinasi. 29 Sebagai tambahan dalam randomisasi, percobaan pada system levonorgestrel intrauterin yang menginduksi atrofi pada endometrium dan berhubungan dengan amenorrhea, mengurangi rasa nyeri akibat endometriosis dan dysmenorrhea, sebagai perbandingan dengan follow-up rutin dengan tidak diberikan terapi ataupun diberikan terapi dengan agonis gonadotropin releasing hormone (GnRH) setelah terapi konservatif dengan pembedahan.30 Agonis GnRH efektif dalam menurunkan gonadotropin endogen dari kelenjar pituitary dan menghambat sinesis lanjut, yang 7 mengganggu siklus menstruasi dan menghasilkan sebuah keadaan hipoestrogen, atrofi endometrium, dan amenorrhea. Dalam sebuah laporan dari 15 penelitian yang dilakukan secara acak yang mengikutsertakan 1821 wanita, perbaikan skor nyeri pada dysmenorrhea dengan menggunakan agonis GnRH adalah 60%-100%; temuan ini serupa dengan penggunaan danazol, antiprogestins, dan kontrasepsi oral kombinasi.31 Karena terapi agonis GnRH memiliki efek samping yang besar, termasuk hipoestrogenik yang mungkin dapat menyebabkan pengeroposan tulang hingga 13% selama periode 6 bulan (yang sebagian reversibel pada penghentian terapi), disarankan untuk pengulangan terapi estrogen-progestagen.32 "Hipotesis ambang estrogen"33 menunjukkan bahwa mempertahankan tingkat estradiol antara 30 dan 45 pg per mililiter (109 dan 164 pmol per liter) akan mempertahankan kepadatan mineral tulang tanpa menstimulasi penyakit. Tentu saja, skor untuk nyeri panggul, nyeri tekan, dan dismenore membaik dengan penggunaan gabungan dari kombinasi norethindrone asetat pada dosis 5 mg setiap hari dengan agonis GnRH, estrogen yang terkonjugasi pada dosis 0.625 mg, atau keduanya, tapi tidak sama hal nya ketika diberikan 5 mg norethindrone asetat yang dikombinasi dengan estrogen terkonjugasi (1.25 mg).34 Selama 1 tahun, kepadatan mineral tulang dipertahankan pada level perbatasan pada semua kelompok yang menerima tambahan terapi. Sebuah metaanalisis yang dipilih 15 secara random, kontrol percobaan melibatkan 910 wanita dengan gejala endometriosis menyatakan bahwa tambahan terapi estrogenprogestagen dapat mempertahankan kepadatan tulang vertebrae lumbal selama dan hingga 12 bulan setelah pengobatan agonis GnRH.35 Efek tambahan terapi progestin saja terhadap kepadatan tulang tidak memiliki efek yang konsisten dalam penelitian yang melibatkan para dewasa dan remaja.36 Karena lesi endometriosis mengeluarkan aromatase dan mensintesis estradiol dengan sendirinya (Gambar 2), penekanan produksi estradiol ovarium mungkin tidak sepenuhnya dapat mengontrol nyeri. Keterbatasan penelitian yang melibatkan sejumlah kecil pasien menunjukkan bahwa inhibitor aromatase (pada dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan yang digunakan untuk pengobatan kanker payudara) 8 efektif dalam mengurangi nyeri panggul, dengan efek yang sama dengan terapi hormonal.37 Inhibitor aromatase lainnya, akan tetapi, tidak disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat untuk nyeri yang berkaitan dengan endometriosis. Danazol merupakan pengobatan awal untuk endometriosis19; akan tetapi, efek samping androgenik membatasi kegunaannya secara klinis. Antiprogestagen seperti hal nya mifepristone telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian dapat mengurangi rasa nyeri, namun data dari percobaan secara random dalam skala yang luas adalah kurang.20,29 Terapi bedah Pendekatan bedah untuk meringankan nyeri yang terkait dengan endometriosis dapat digunakan sebagai terapi lini pertama atau dilakukan apabila terjadi kegagalan dalam terapi medis38 (Tabel 1). Prosedur pembedahan termasuk eksisi, penyinaran, atau laser dari implant endometriotik pada peritoneum, eksisi atau drainase atau ablasi pada endometrioma, reseksi nodul rektovaginal, lisis adhesi, dan gangguan jalur saraf. Secara random, percobaan terkontrol telah menunjukkan pada 6 bulan, ablasi laparoskopi pada implant endometriosis adalah 65% efektif untuk mengurangi nyeri, dibandingkan dengan 22% pengurangan nyeri terkait dengan diagnostik laparoskopi sendiri.13 Beberapa percobaan membandingkan ablasi laparoskopi dengan pengobatan agonis GnRH menunjukkan pengurangan nyeri yang sama dengan dua pendekatan.29 Pengulangan dari terapi yang pada umumnya dibutuhkan untuk menangani nyeri (dalam 30 - 60% pasien) dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan.19,38 Sebuah analisis data gabungan dari dua percobaan secara random yang melibatkan 164 perempuan yang kemudian dibandingkan antara eksisi laparoskopi dengan drainase atau ablasi endometrioma yang diameternya lebih besar dari 3 cm menunjukkan bahwa hasil eksisi lebih sedikit angka kekambuhan dari dimenorrhea, dyspareunia, dan nyeri, sebaik mengurangi angka pembedahan kedepannya.39 9 Strategi alternatif untuk mengendalikan nyeri yang berhubungan dengan endometriosis adalah dengan mengganggu jalur saraf. Sedangkan ablasi dari segmen ligamentum uterosakral belum terbukti efektif, secara random, percobaan terkontrol telah menunjukkan keunggulan ablasi laparoskopi jaringan endometriosis yang dikombinasikan dengan neurektomi presakral (pengangkatan bundel saraf di dalam batas-batas dari segitiga interiliaca) selama ablasi laparoskopi sendiri dalam memperbaiki dismenore dan mengurangi nyeri midline yang hebat. 40 Serangkaian kasus menunjukkan bahwa histerektomi dengan salpingooophorectomy bilateral dapat meringankan nyeri sekitar 80 - 90% pada wanita dengan gejala ringan yang sulit disembuhkan dengan obat-obatan ataupun intervensi pembedahan, nyeri yang dilaporkan pada 10% dari wanita dengan 1-2 tahun setelah pembedahan. 19 Penggantian hormon setelah operasi seharusnya memiliki kombinasi dari estrogen dan progestagen, karena estrogen sendiri mungkin dapat menstimulasi pertumbuhan penyakit secara mikroskopik.19 Terapi Pengobatan Tambahan Pada wanita dengan penyakit lanjutan (stage III atau IV), dimenorrhea sedang hingga berat, dan nyeri panggul non-periodik, terapi pengobatan setelah operasi mungkin dapat memperbaiki manajemen nyeri dengan pemberian kontrol terhadap kekambuhan penyakit secara mikroskopik ataupun residunya. Metaanalisis dari enam percobaan secara random yang membandingkan 3 sampai 6 bulan pengobatan pasca operasi dengan agonis GnRH, danazol, atau kontrasepsi oral kombinasi dengan tidak diberikan pengobatan pasca operasi atau dengan pemberian plasebo memperlihatkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan mengenai skor nyeri pada akhir terapi dalam kelompok pengobatan aktif, meskipun keuntungannya tidak konsisten dengan dilakukan follow-up jangka panjang (sampai 18 bulan) setelah terapi tidak dilanjutkan.41 Interval rata-rata antara operasi dan kekambuhan gejala membutuhkan terapi alternatif secara signifikan yang lebih lama untuk pasien yang menjalani pengobatan pasca operasi dengan agonis GnRH (> 24 bulan) dibandingkan dengan pasien yang diberikan plasebo (12 bulan).41 10 Penatalaksanaan Infertilitas Sebuah meta-analisis yang besar dari percobaan secara random yang mengevaluasi penekanan ovarium dengan kontrasepsi oral kombinasi, agonis GnRH, medroxyprogesteron asetat, atau danazol dibandingkan dengan placebo atau tanpa pengobatan pada wanita dengan berbagai derajat endometriosis tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada angka kehamilan spontan atau angka kelahiran hidup.42 Dengan demikian, agen ini tidak dianjurkan untuk pengobatan infertilitas dan tidak harus menunda terapi fertilitas yang dapat mempercepat kesuburan.18,25 Terapi gonadotropin dan inseminasi intrauterine, sama baiknya dengan fertilisasi in vitro (IVF), merupakan pengobatan yang manjur pada wanita dengan infertilitas dan endometriosis.18,25 Dalam banyak percobaan secara random yang membandingkan empat strategi pengobatan pada 932 pasangan dengan endometriosis derajat I atau II atau infertilitas yang tidak dapat dijelaskan, angka kehamilan yang bertambah selama empat periode pengobatan adalah sebagai berikut : inseminasi intracervical (10 %), inseminasi intrauterine (18 %), terapi gonadotropin dan inseminasi intracervical (19 %), dan terapi gonadotropin dan inseminasi intrauterin (33 %).43 Sebuah meta-analisis dari 14 yang dipilih secara random, percobaan terkontrol menunjukkan bahwa wanita dengan endometriosis lemah kemungkinan dapat hamil dengan IVF dibandingkan dengan perempuan yang mengalami infertilitas karena faktor tuba (odds ratio (perbandingan tidak tetap), 0.81; 95% confidence interval [CI], 0.72 hingga 0.91).44 Dalam tinjauan sistematis berdasarkan tiga uji secara acak yang menyertakan 165 wanita dengan endometriosis lanjut dan infertilitas, terapi agonis GnRH selama 3-6 bulan sebelum IVF, dibandingkan dengan tanpa perlakuan sebelum prosedur ini, meningkatkan angka kelahiran hidup secara signifikan (rasio perbandingan, 9,19, 95 % CI, 1,08 menjadi 78,22 ).45 Ablasi terhadap lesi endometriosis dengan lisis adhesi dianjurkan untuk melakukan pengobata mengenai infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis stadium I atau II.18,25 Dalam percobaan terkontrol yang melibatkan 341 wanita dengan 11 infertilitas yang menjalani laparoskopi diagnostik, yang secara random ditetapkan untuk ablasi pada lesi endometriosis stadium I atau II memiliki tingkat signifikansi yang lebih tinggi terhadan pertambahan angka kehamilan selama 3 tahun daripada pasien yang tidak diobati (31 % vs 17 %). 46 Sebagian kecil penelitian tidak menunjukkan angka kehamilan yang tinggi secara signifikan dengan ablasi laparoskopi, tetapi gabungan meta-analisis dari berbagai percobaan ini menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap angka kehamilan dan kelahiran hidup antara kelompok.46 Dalam sebuah studi observasional yang melibatkan 216 wanita dengan infertilitas dan endometriosis berat, bertambahnya angka kehamilan dalam 2 tahun adalah 63 % di antara mereka yang telah menjalani laparotomi dengan mengobati lesi dan adhesi, dibandingkan dengan 45 % di antara mereka yang hanya menjalani laparoskopi saja.47 Dua percobaan secara random menunjukkan bahwa eksisi endometrioma yag lebih besar dari 3 cm, dibandingkan dengan melakukan drainase dan ablasi, mengakibatkan peningkatan angka kehamilan yang signifikan,39 meskipun pembedahan ovarium dapat mengurangi cadangan simpanan ovarium pada wanita dengan penyakit yang berlanjut.18,25 12 Bagian yang Tidak Dapat Dipastikan Kurangnya data dari percobaan secara random untuk informasi mengenai optimalisasi manajemen terhadap endometriosis (obat-obatan vs bedah) yang sehubungan dengan nyeri, kekambuhan nyeri, dan kesuburan di masa depan. Studi intervensi untuk nyeri panggul sering mendapatkan efek placebo pada tingkat tinggi (peningkatan gejala sekitar 40 sampai 45%). Baru-baru ini diusulkan sistem skoring khusus untuk endometriosis yang berhubungan dengan nyeri panggul kronis 48 dan sedang menunggu validasinya. Tes diagnostik non-invasif dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk endometriosis adalah kurang, meskipun pendekatan secara transcriptomic dan proteomika berada di bawah penelitian. Kurangnya data dari percobaan yang dilakukan secara random mengevaluasi dampak yang berbeda dari terapi bedah laparoskopi dan laparoskopi yang dibantu dengan mesin pada nyeri dan fertilitas, dibandingkan dengan terapi medis dan terapi lainnya, dan menilai efek terapi berbeda yang didapatkan pada nyeri dan kepadatan tulang. Tidak dapat 13 dipastikan apakah peninggalan endometriosis yang tidak diberikan terapi dapat mempercepat penurunan usia kesuburan. Meskipun patogenesis endometriosis dan berhubungan dengan nyeri dan infertilitas tetap tidak sepenuhnya dipahami, terapi yang diberikan ditujukan untuk memperbaiki resistensi progesteron (misalnya, modulator reseptor selektif progesteron) dan disfungsi sistem imun, dan juga perencanaan angiogenesis, peradangan, neurotropism, dan transmisi nyeri, termasuk komponen neuropatik, memerlukan penelitian lebih lanjut. Antagonis GnRH oral dan molekul kecil lainnya yang menekan sirkulasi estradiol ke level yang ditentukan berdasarkan hipotesis (30-45 pg per milliliter)49 juga diperlukan penelitian lanjut. Penelitian yang melengkapi atau sebagai terapi alternatif yang diperlukan. Sebuah penelitian secara random, percobaan terkontrol-sham yang melibatkan 18 orang remaja dan wanita muda menunjukkan kecocokan akupunktur gaya Jepang untuk nyeri yang berhubungan dengan endometriosis,50 dan sebagian kecil penelitian observasional menunjukkan penurunan nyeri yang berhubungan dengan endometriosis setelah diberikan stimulasi saraf listrik transkutan, yang menghalangi nervus hipogastrikus blok, terapi fisik, atau pendekatan pengobatan yang mengimbangi14, namun banyaknya data, secara random, percobaan terkontrol untuk mengkonfirmasi penelitian ini masih kurang. Petunjuk Pedoman Beberapa organisasi profesi telah menerbitkan pedoman untuk evaluasi dan pengobatan nyeri yang terkait endometriosis dan infertilitas. Tabel 2 merupakan daftar rekomendasi dari masyarakat tersebut, 16,18,19,25,51 yang melibatkan pendekatan multidisiplin, termasuk dukungan psikologis, untuk wanita dengan nyeri panggul kronis, infertilitas, atau keduanya. Rekomendasi yang diberikan disini umumnya sesuai dengan pedoman ini. 14 Kesimpulan dan Saran Pasien yang dijelaskan dalam skema memiliki gejala endometriosis dengan merasakan nyeri yang sangat. Setelah memperoleh pengobatan menyeluruh, pembedahan, ginekologi, dan riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan panggul harus dilakukan. Jika pada pemeriksaan panggul didapatkan nyeri adneksa atau nyeri tekan seluruhnya maupun sebagian, pasien harus menjalani ultrasonografi transvaginal untuk melihat endometrioma ovarium atau penyakit panggul lainnya, meskipun penyakit peritoneal tidak akan terdeteksi dengan metode pencitraan ini. Pada pasien tersebut, sebagai perempuan yang dijelaskan dalam skema, NSAID dan kontrasepsi oral kombinasi yang diberikan secara periodik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama jika tidak ada kontraindikasi. Apabila nyeri menetap, pemberian kontrasepsi oral kombinasi harus diganti dengan pemeberian secara terus menerus dalam waktu 3 sampai 6 bulan atau levonorgestrel intrauterine diperbolehkan. Jika pendekatan ini tidak efektif, terapi agonis GnRH dengan estrogen - progestin merupakan terapi tambahan yang tepat. Laparoskopi akan diindikasikan untuk mengevaluasi dan mengobati nyeri persisten, massa pelvis, atau keduanya. Pasien harus diberi konseling tentang asosiasi endometriosis dengan infertilitas, tetapi pasien juga harus diyakinkan bahwa dia mungkin tidak memiliki masalah untuk hamil dan bahwa pengobatan untuk endometriosis yang berhubungan dengan infertilitas seringkali efektif. 15