BAB I PENDAHULUAN

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pandangan terhadap manajemen laba yang berbeda-beda menyebabkan
banyak pihak yang concern pada permasalahan ini dan mencoba untuk
mendefinisikan manajemen laba sesuai dengan penilaian dan pemahaman
masing-masing, baik secara positif ataupun negatif. Sebagian pihak menilai
manajemen laba adalah perbuatan yang curang yang melanggar standar
akuntansi keuangan, namun sebagian lain menilai manajemen laba sebagai
aktivitas yang lumrah dilakukan manajemen dalam menyusun laporan
keuangan, apalagi jika upaya rekayasa manajerial ini dilakukan dalam ruang
lingkup standar akuntansi keuangan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nelson et.al pada tahun
2000 menunjukkan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen di Amerika Serikat dan mengindentifikasi penyebab auditor
membiarkan manajemen laba tanpa dikoreksi. Dengan memakai data 526
kasus manajemen laba yang diperoleh dengan cara survey pada kantor akuntan
publik yang tergolong the big five disimpulkan bahwa:
1. 60% dari sample melakukan usaha manajemen laba yang berdampak pada
meningkatnya laba tahun berjalan, sisanya 40% berdampak pada penurunan
laba,
1
2
2. Manajemen laba yang paling banyak dilakukan adalah yang berkaitan
dengan cadangan (reserve), kemudian berdasarkan urutan frekuensi kejadian
adalah pengakuan pendapatan, penggabungan badan usaha (business
combination), aktiva tidak berwujud, aktiva tetap, investasi, sewa guna
usaha.
Hal lain yang terjadi yaitu, pada bulan September 2008 Undang-undang
Nomor 7 tahun 1983 mengenai Pajak Penghasilan diubah untuk keempat
kalinya dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008. Definisi tarif pajak itu
sendiri merupakan angka atau presentase yang digunakan untuk menghitung
jumlah pajak atau jumlah pajak yang terutang. Ada beberapa jenis tarif untuk
menghitung pajak, yaitu tarif yang ditentukan undang-undang, tarif rata-rata,
tarif marginal, dan tarif efektif yang dibagi lagi menjadi tarif efektif rata-rata
dan tarif efektif marginal. Perubahan tersebut juga mencakup perubahan tarif
pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan tarif pajak bertingkat
menjadi tarif pajak tunggal yaitu 28% untuk tahun fiskal 2009 dan 25% untuk
tahun fiskal 2010 dan seterusnya. Perubahan tarif pajak tersebut dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) supaya pendapatan pajak meningkat, hal
ini dikarenakan pajak merupakan sumber ekonomi dan sumber pendapatan
bagi Negara Indonesia dan saat ini pajak juga menjadi penyumbang terbesar
bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia kurang
lebih tujuh puluh persen dari APBN tahun 2011. Karena alasan inilah fiskus
berkerja keras untuk menarik pajak semaksimal mungkin dari para wajib pajak
badan ataupun orang pribadi. Pajak merupakan setoran wajib kepada kas
3
Negara yang dibayarkan setiap tahun atau masa pajaknya yang harus dipenuhi
oleh para wajib pajak.
Pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak diperoleh dari penghasilan atau
laba usaha setiap perusahaan yang telah dihitung berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Namun disisi lain fiskus memiliki aturan
tersendiri
untuk
menghitung
laba
perusahaan
berdasarkan
peraturan
perpajakan, dengan demikian secara otomatis terjadilah perbedaan dasar
perhitungan pajak yaitu pajak yang dihitung dari laba menurut standar
akuntansi yang dianut dengan pajak yang dihitung dari laba menurut undangundang perpajakan yang menyebabkan timbulnya perbedaan kepentingan
antara pihak perusahaan dalam hal ini manajer dan pemilik (stakeholder) yang
menggunakan laba untuk mengambil keputusan dengan fiskus dipihak lain
yang menggunakan laba untuk menghitung hutang pajak perusahaan.
Fiskus
menganggap
pajak
sebagai
pemasukan
yang
harus
dimaksimalkan, sedangkan wajib pajak dalam hal ini adalah perusahaan
menganggap pajak merupakan beban yang harus diminimalkan, karena
perbedaan filosofi dan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal tersebut
menimbulkan peluang bagi manajemen untuk melakukan tindakan manajemen
laba dan manajemen pajak. Kedua istilah tersebut memiliki hubungan yang
erat dimana manajemen laba bertujuan untuk mengatur laba sedemikian rupa
agar sesuai keinginan manajemen atau stakeholder. Sedangkan manajemen
pajak bertujuan untuk mengatur atau mengelola mulai dari perencanaan pajak,
pembayaran pajak dan pengendalian pajak.
4
Muhammad (2005 : 48), mengatakan bahwa perencanaan pajak
merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi
pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada
konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut
dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah,
melalui apa yang disebut dengan penghindaran pajak (tax avoidance) dan
bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana
fiskal yang
tidak
akan
ditoleransi.
Walaupun
kedua
cara
tersebut
kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindakan kriminal,
namun suatu hal yang jelas berbeda, bahwa penghindaran pajak adalah
perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedangkan
penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan illegal yang melanggar
ketentuan perundang-undangan.
Beberapa literatur analisis keuangan menegaskan peran book tax
differences (beda laba akuntansi dengan laba pajak) untuk menilai kualitas
laba yang dilaporkan oleh manajemen, seperti Revsine et.al (2001) dalam
Subekti et.al (2008 : 53) menyatakan "A widening excess of book income over
taxable it might be an indication of deteriorating earnings quality". Selain itu
Penman (2001) dalam Subekti et.al (2008 : 53) juga menyatakan bahwa "book
tax different dapat digunakan sebagai diagnosa untuk mendeteksi adanya
manipulasi pada biaya utama suatu perusahaan". Selanjutnya Hanlon (2005 :
53) dalam Subekti et.al (2008 : 54) juga menyatakan bahwa "semakin besar
5
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan "red flag" bagi
pengguna laporan keuangan".
Penelitian yang berkaitan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba
fiskal dilakukan oleh Handayani (2006) yang menguji perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal secara negatif berpengaruh terhadap persistensi laba
satu periode ke depan. Dan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa book
tax gap secara negatif berpengaruh signifikan secara statistik terhadap
persistensi laba akuntansi satu periode ke depan.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Dwi et.al (2009) yang
menguji pengaruh book tax gap terhadap persistensi laba yang membagi book
tax gap menjadi dua yaitu yang bersifat permanen dan temporer. Namum hasil
penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara book tax gap terhadap persistensi laba.
Penelitian lain dilakukan oleh Hotman (2009) yang menguji ukuran
perusahaan, manajemen laba, tarif pajak efektif, perataan laba, dan
konservatisme berpengaruh terhadap beda laba akuntansi dengan laba pajak.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap beda laba akuntansi dengan laba pajak. Manajemen laba
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap perbedaan laba akuntansi
dengan laba pajak. Faktor tarif pajak efektif sebagai proksi manajemen pajak
berpengaruh positif terhadap beda laba akuntansi dengan laba pajak. Faktor
perataan laba berpengaruh positif terhadap beda laba akuntansi dengan laba
6
pajak. Faktor konservatisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap beda
laba akuntansi dengan laba pajak.
Karena terjadinya perubahan tarif pajak efektif, perbedaan filosofi dan
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal tersebut yang menimbulkan
peluang bagi manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba dan
manajemen pajak maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam
suatu penelitian
yang
bertujuan
untuk
memperoleh
bukti mengenai
"PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN TARIF PAJAK EFEKTIF
TERHADAP BEDA LABA AKUNTANSI DENGAN LABA FISKAL
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA".
7
B. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengangkat masalah tentang
pengaruh manajemen laba dan tarif pajak efektif terhadap beda laba akuntansi
dengan laba fiskal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Adapun pokok permasalahan yang penulis formulasikan sebagai
berikut:
Apakah manajemen laba dan tarif pajak efektif berpengaruh secara parsial dan
simultan terhadap beda laba akuntansi dengan laba fiskal?
C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui dan menganalisa pengaruh antara manjemen laba dan tarif
pajak efektif terhadap beda laba akuntansi dengan laba fiskal pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini, diharapkan menjadi media belajar bagi penulis
dalam memahami persoalan-persoalan ekonomi, terutama menyangkut
masalah manajemen laba dan tarif pajak efektif terhadap beda laba
akuntansi dengan laba fiskal.
8
b. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini, diharapakan akan memberikan masukan
bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian khususnya mengenai
pengaruh manajemen laba dan tarif pajak efektif terhadap beda laba
akuntansi dengan laba fiskal.
c. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
kajian yang sama pada penelitian selanjutnya. Selain itu melalui
penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan terutama mengenai studi tentang manajemen laba dan
tarif pajak efektif terhadap beda laba akuntansi dengan laba fiskal.
Download