BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Metode Magnetotellurik (MT) pertama kali diperkenalkan oleh Tikhonov (1950) dan Cargniard (1953). Menurut Naidu (2012) metode magnetotellurik merupakan metode eksplorasi geofisika yang memanfaatkan variasi gelombang elektromagnetik (EM) untuk menggambarkan distribusi resistivitas bawah permukaan. Gelombang elekromagnetik bersumber dari badai matahari (gelombang dengan frekuensi <1 Hz) dan petir (gelombang dengan frekuensi >1 Hz). Sumber gelombang ini dikenal sebagai medan primer. Ketika gelombang EM mencapai permukaan bumi sebagian akan mengalami pemantulan dan perambatan ke bawah permukaan. Gelombang EM ini kemudian akan menginduksi batuan bawah permukaan dan menghasilkan medan sekunder. Seiring dengan perkembangannya dalam akuisisi, pengolahan data, dan interpretasi, MT menjadi metode andalan dalam eksplorasi dengan target yang lebih dalam (> 50 km). Gelombang EM dengan frekuensi lebih rendah akan mengalami penetrasi yang lebih dalam sehingga metode MT sesuai untuk studi tentang lempeng tektonik. Contoh kasus penelitian tentang lempeng telah dilakukan oleh Kapinos dkk., (2016). Kapinos dkk., (2016) melakukan pemodelan 2-D dan 3-D dari subduksi lempeng South-Central Chiliean Subduction Zone (SCSZ). Berdasarkan hasil pemodelan 2-D dan 3-D SCSZ merupakan zona dengan resistivitas tinggi. Lokasi penelitian berada pada lempeng Amerika Utara. Lintasan pengukuran terbentang dari barat ke timur melewati negara bagian Oregon, Idaho, dan Wyoming. Fitur geologi pada daerah penelitian yaitu Cascadia Subduction Zone (CSZ) di sebelah barat lempeng Amerika Utara. Fokus penelitian terletak pada CSZ akibat penunjaman lempeng Juan de Fuca disebelah barat Oregon. Akibat subduksi yang terjadi 25 juta tahun yang lalu terbentuk busur gunung api di bagian barat benua Amerika Utara. Fitur lainnya di sebelah timur daerah penelitian terdapat plume heads (Yellowstone). Berdasarkan model evolusi tektonik oleh Xue 1 2 dan Allen (2007), subduksi lempeng Juan de Fuca telah diterobos oleh plume heads pada daerah Yellowstone. Fitur geologi yang kompleks pada lempeng Amerika Utara baik di sebelah barat dan timur memberikan tantangan tersendiri dalam melakukan magnetotellurik. Akibat pemodelan kehadiran fitur – fitur tersebut menyebabkan dimensionalitas data tidak hanya bersifat 1-D/2-D tetapi juga 3-D. Sehingga pemilihan algoritma inversi sangatlah berpengaruh terhadap hasil pemodelan. Penelitian ini akan lebih ditekankan pada pemodelan magnetotellurik menggunakan algoritma inversi 2-D meskipun terdapat data dengan karakter 3-D seperti pada daerah Yellowstone. Penggunaan algoritma inversi 2-D ini dikarenakan penulis tidak memiliki software inversi 3-D MT. Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui seberapa baik hasil inversi 2-D pada data dengan karakter mayoritas 3-D . Hasil pemodelan 2-D dari data MT juga akan digunakan untuk menginterpretasi subduksi lempeng Juan de Fuca dan anomali konduktivitas bawah permukaan pada daerah Oregon, Idaho, dan Wyoming. Secara umum daerah penelitian memiliki karakteristik data 3-D (Handayani, 2016). Oleh sebab itu, hasil pemodelan 2-D akan dibandingkan dengan hasil pemodelan 3-D oleh Meqbel dkk., (2014). Sehingga dapat diperoleh tingkat kesamaan antara kedua model tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbandingan model resistivitas bawah permukaan pada model 2-D dan 3-D? 2. Bagaimana sebaran anomali konduktivitas bawah permukaan pada Cascadian Subduction Zone (CSZ) dan sepanjang benua amerika? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari USArray dalam format .EDI dengan rentang frekuensi 10-1 – 10-4 Hz. 2. Inversi 2-D menggunakan algoritma dari Rodi dan Mackie (2001). 3 3. Data yang digunakan berjumlah 21 titik dengan area pengukuran membentang dari barat ke timur benua Amerika (Oregon-IdahoWyoming). 4. Hasil analisis dimensionalitas data dan inversi 3-D bersumber dari penelitian lain dengan lokasi dan titik yang sama. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: 1. Membandingkan hasil inversi 2-D dan 3-D pada data dengan dimensionalitas mayoritas 3-D. 2. Identifikasi Cascadian subduction zone (CSZ) berdasarkan model resistivitas 2-D. 3. Mengetahui sebaran zona anomali konduktivitas bawah permukaan pada benua Amerika (Oregon – Idaho – Wyoming). 1.5 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan data dari USArray. Daerah penelitian terletak pada benua Amerika bagian utara. Penelitian ini berlangsung dari periode Juni – November 2016 di Universitas Gadjah Mada. Gambar 1.1 Peta lokasi penelitan membentang dari barat ke timur. Kotak berwarna merah menunjukkan daerah penelitian melintasi wilayah OregonIdaho-Wyomming, Amerika Serikat (Modifikasi dari Vaughn, 2016)