PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan batak (Labeobarbus soro) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari kelompok Cyprinid yang dikenal dengan nama daerah ikan batak atau ihan di Surnatera Utara. Jenis ikan batak ini juga dikenal di beberapa daerah seperti di daerah Aceh sebagai engkoet kerling, di Sumatera Barat sebagai ikan garing sedangkan oleh masyarakat Jawa Barat disebut ikan kancera bodas, ikan dewa atau ikan keramat dan nama dagang yang populer di wilayah Asia saat ini adalah mahseer. Di perairan urnurn, populasi ikan ini sudah langka akibat penangkapan yang berlebihan (Kottelat et al. 1993). Oleh karena itu, teknologi domestikasi perlu segera diupayakan untuk mendukung pelestariannya dan sekaligus mendukung produksinya yaitu melalui usaha budidaya intensif. Pada masa lalu, budidaya ikan ini belum dapat dilakukan karena belum tersedianya benih dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Saat ini pemijahan ikan batak dengan cara kawin suntik telah berhasil dilakukan (Sulhi et al. 2004). Oleh karena itu pada masa yang akan datang pengembangan budidayanya dapat dilaksanakan. Dalam budidaya ikan, selain kebutuhan benih yang cukup, juga diperlukan pakan yang memadai. Namun inforrnasi yang ada sehubungan dengan kebutuhan nutrisi pada tingkat benih masih sangat sedikit. Protein adalah nutrien yang penting dalam pakan ikan, baik dilihat dari pertumbuhan maupun biaya pakan secara total. Protein merupakan nutrien terbesar bagi tubuh ikan, oleh karena itu protein pakan harus dimanfaatkan seefisien mungkin untuk pertumbuhan ikan. Agar pemanfaatan protein dari pakan efisien, protein harus diimbangi oleh energi non protein, seperti lemak dan karbohidrat yang dapat berperan sebagai sparing effect dari protein (Shiau & Huang 1990; Peres & Teles 1999). Sebagian besar protein harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan, bukan untuk diubah menjadi energi (NRC 1993). Pertumbuhan hanya dapat terjadi jika kebutuhan energi untuk pemeliharaan proses-proses hidup dan fungsi-fungsi lain sudah terpenuhi. Jadi pakan harus mempunyai nisbah energi protein tertentu, yang dapat menyediakan energi non protein dalam jumlah cukup, supaya protein pakan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan (Furuichi 1988). Oleh sebab itu penelitian mengenai kebutuhan protein dan energi pakan untuk ikan ini perlu dilakukan. Pendekatan Masalah Ikan dapat tumbuh apabila ikan mengkonsumsi pakan. Pakan dicema menjadi partikel yang kecil dan diserap oleh sel enterosit usus serta diangkut oleh darah ke seluruh tubuh untuk dimanfaatkan oleh tubuh ikan melalui proses metabolisme bagi keperluan kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Ikan yang telah memakan pakan tidak selalu mengalami pertumbuhan yang diharapkan. Hal tersebut terjadi kemungkinan disebabkan oleh protein pakan yang diberikan belum mencukupi untuk pertumbuhan ikan yang optimal dan pakan belum mengandung nutrien yang seimbang dalam penyediaan energi. Pertumbuhan ikan yang relatif larnbat salah satunya disebabkan kandungan energi pakan, khususnya yang berasal dari lemak dan karbohidrat tidak cukup untuk proses metabolisme. Akibatnya protein digunakan untuk proses tersebut, sehingga protein dalam pakan tidak mencukupi bagi ikan untuk proses pertumbuhan. Penelitian mengenai keseimbangan energi protein telah dilakukan terhadap ikan tilapia berukuran 1,60g dimana pertumbuhan meningkat seiring dengan peningkatan energi pada kadar protein 21% dan 24% dengan energi 190, 230, 270 kkal DEI100g. Namun pertumbuhan tidak meningkat lagi pada tingkat energi yang lebih tinggi yakni pada 310, 350, dan 390 kkal DE1100 g (Shiau & Huang 1990). Selanjutnya Adelina (1999) melakukan penelitiannya terhadap ikan bawal air tawar (Colossoma macropomurn) ukuran 0,9g pada kadar protein 30 %, 37% dan 45% dengan energi berbeda. Pertumbuhan terbaik dicapai pada kadar protein 37% dengan energi protein 8,5 kkal DEI100g. Peningkatan kadar protein pakan menjadi 45% pada rasio energi protein yang sama temyata menurunkan pertumbuhan ikan. Pemberian protein secara berlebihan akan menurunkan pertumbuhan diduga karena sebagian asam amino dideaminasi dan menghasilkan amonia (NH3) Love11 (1988). Ketepatan dalam penyusunan komposisi nutrien, khususnya karbohidrat, lemak dan protein adalah usaha untuk mempercepat pertumbuhan. Pakan yang telah dibuat diujicobakan pada ikan dengan membuat kondisi lingkungan hidupnya optimal. Sementara sampai saat ini belum diperoleh infonnasi mengenai kadar protein dan nisbah energi protein pakan yang tepat untuk menunjang efisiensi pakan dan pertumbuhan terbaik benih ikan batak. Hipotesis Apabila pakan yang memiliki kadar protein dan total nisbah energi optimal dapat dikonsumsi maksimal maka retensi protein dari pakan yang dikonsumsi tinggi sehingga pertumbuhan ikan semakin tinggi. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar protein dan nisbah energi protein (C/P;Kkal GE/g) pakan yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan batak.