3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Sukoco

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Pendukung Keputusan
Sukoco (2007) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem
informasi pada tingkatan manajemen yang mengkombinasikan data dengan sistem
analisis data untuk mendukung pengambilan keputusan yang terstruktur maupun
tidak.
Wibisono (2003) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah
sistem berbasis komputer yang membantu para pengambil keputusan mengatasi
berbagai masalah melalui interaksi langsung dengan sejumlah database dan
perangkat lunak analitik. Tujuan dari sistem adalah untuk menyimpan data dan
mengubahnya ke informasi yang terorganisir yang dapat diakses dengan mudah,
sehingga putusan-putusan yang diambil dapat dilakukan dengan cepat, akurat, dan
murah.
Sistem pendukung keputusan ini beroperasi dalam konteks sistem informasi
global yang melayani unit bisnis yang spesifik dalam suatu perusahaan. Sistem
pendukung keputusan tidak terlepas dari sistem informasi global yang lebiih
komprehensif. Sistem pendukung keputusan yang berhasil harus mempercepat
aliran
informasi
ke
pengambil
keputusan.
Data
yang
disimpan
harus
berkesinambungan secara terjadwal dan dapat diakses dengan mudah.
Menurut Little (1970) dalam Turban, dkk. (2005) mendefinisikan DSS sebagai
“sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna
membantu para manajer mengambil keputusan”. Dia menyatakan bahwa untuk
sukses, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif,
lengkap dengan isu-isu penting, dan mudah berkomunikasi.
Menurut Turban, dkk, (2005), Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dapat
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para
pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi tertsruktur. DSS
dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk
3
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian
mereka. DSS ditujuakan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian
atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh
algoritma.
B. Metode Simple Additive Weighting (SAW)
Menurut Kusumadewi (2006) dalam Nugraha (2011) mendefinisikan Simple
Additive Weighting (SAW) merupakan penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode
(SAW) adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap
alternatif pada semua kriteria. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi
matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua
rating alternatif yang ada.
Metode (SAW) mengenal adanya 2 (dua) atribut yaitu kriteria keuntungan
(Benefit) dan kriteria biaya (Cost). Perbedaan mendasar dari kedua kriteria ini adalah
dalam pemilihan kriteria mengambil keputusan.
Adapun langkah penyelesaian dalam menggunakannya adalah :
1. Menentukan alternatif, yaitu Ai.
2. Menentukan kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan,
yaitu Cj.
3. Memberikan nilai rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.
4. Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W) setiap kriteria
seperti pada persamaan 1 berikut ini.
[
]
(1)
5. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria.
6. Membuat matriks keputusan yang dibentuk dari tabel rating kecocokan dari
setiap alternatif pada setiap kriteria. Nilai setiap alternatif (Ai) pada setiap
kriteria (Cj) yang sudah ditentukan, dimana, i=1,2,...m dan j=1,2,...n seperti
persamaan 2 berikut ini.
4
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
(2)
]
[
7. Melakukan normalisasi matriks keputusan dengan cara menghitung nilai
rating kinerja ternormalisasi (
) dari alternatif Ai pada kriteria Cj seperti
persamaan 3 berikut ini.
(3)
{
Keterangan :
a. Dikatakan kriteria keuntungan apabila nilai
memberikan keuntungan bagi
pengambil keputusan, sebaliknya kriteria biaya apabila
menimbulkan biaya
bagi pengambil keputusan.
b. Apabila berupa kriteria keuntungan maka nilai
dibagi dengan nilai
dari setiap kolom, sedangkan untuk kriteria biaya, nilai
setiap kolom dibagi dengan nilai
dari
.
c. Dengan rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut
Cj ; i = 1,2, ... m dan j = 1,2, ... n.
8. Hasil dari nilai rating kinerja ternormalisasi (
) membentuk matriks
ternormalisasi (R) seperti persamaan 4 berikut ini.
[
]
(4)
5
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
9. Hasil akhir nilai preferensi (Vi) diperoleh dari penjumlahan dari perkalian
elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang
bersesuaian elemen kolom matriks (W) seperti persamaan 5 berikut ini.
n
Vi   w j rij
(5)
j 1
Keterangan :
Vi : Nilai akhir dari alternatif
wj : Bobot yang telah ditentukan
rij : Normalisasi matriks
Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih.
Contoh Kasus :
Suatu institusi perguruan tinggi akan memilih seorang karyawannya untuk
dipromosikan sebagai kepala unit sistem informasi.
Ada 4 kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian, yaitu :
 C1 = tes pengetahuan (wawancara) sistem informasi
 C2 = praktek instalasi jaringan
 C3 = tes kepribadian
 C4 = tes pengetahuan agama
Pengambilan keputusan memberikan bobot untuk setiap kriteria, yaitu :
 C1 = 35 %
 C2 = 25 %
 C3 = 25 %
 C4 = 15 %
6
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
Ada 6 orang karyawan yang menjadi kandidat (alternatif ) untuk dipromosikan
sebagai kepala unit sistem informasi, yaitu :
 A1 = Indah,
 A2 = Rini,
 A3 = Putri,
 A4 = Dana,
 A5 = Ratih, dan
 A6 = Mila,
Nilai alternatif di setiap kriteria, pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Alternatif
Kriteria
Alternatif
C1
C2
C3
C4
Indah
70
50
80
60
Rini
50
60
82
70
Putri
85
55
80
75
Dana
82
70
65
85
Ratih
75
75
85
74
Mila
62
50
75
80
Kemudian dilakukan normalisasi berdasarkan persamaan 3 sebagai berikut :
r11 =
=
= 0,82
7
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
r21 =
=
= 0,59
r12 =
=
= 0,67
r22 =
=
= 0,80
dan seterusnya, sehingga diperoleh matriks ternormalisasi (R) berdasarkan
sebagai berikut :
[
]
Proses perankingan dengan menggunakan bobot yang telah diberikan oleh
pengambilan keputusan sebagai berikut :
[
]
Hasil perankingan yang diperoleh berdasarkan persamaan 5 adalah sebagai
berikut :
V1 = (0,35)(0,82)+(0,25)(0,67)+(0,25)(0,94)+(0,15)(0,71) = 0,796
V2 = (0,35)(0,59)+(0,25)(0,80)+(0,25)(0,96)+(0,15)(0,82) = 0,770
V3 = (0,35)(1,00)+(0,25)(0,73)+(0,25)(0,94)+(0,15)(0,88) = 0,900
V4 = (0,35)(0,96)+(0,25)(0,93)+(0,25)(0,76)+(0,15)(1,00) = 0,909
V5 = (0,35)(0,88)+(0,25)(1,00)+(0,25)(1,00)+(0,15)(0,87) = 0,939
V6 = (0,35)(0,73)+(0,25)(0,67)+(0,25)(0,88)+(0,15)(0,94) = 0,784
8
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
Nilai terbesar ada pada V5 sehingga alternatif A5 adalah alternatif yang terpilih
sebagai alternatif terbaik. Dengan kata lain Ratih terpilih sebagai kepala unit
sistem informasi.
C. Pemrogaman C#
Menurut Prabawati (2011), Microsoft Visual C Sharp atau yang lebih dikenal
dengan Microsoft Visual C# adalah sebuah bahasa yang tidak diragukan lagi
kemampuannya dalam proses pengembangan aplikasi berbasis .NET Framework,
dimana C# bebas dari masalah kompatibilitas dilengkapi dengan berbagai fitur yang
sebagian besar merupakan fitur baru, menarik, dan tentu saja menjajikan.
Visual C# dibuat berdasarkan pemrograman C# yang merupakan bahasa
pemrograman berorientasi objek dan mempunyai banyak kesamaan dengan C++,
Java dan VB. C# pada faktanya merupakan kombinasi antara efisiensi pemrograman
C++, kesederhanaan pemrograman Java, dan penyederhanaan dari pemrograman
Visual Basic.
Seperti pemrograman Java, C# juga tidak memperbolehkan multiple inheritence
atau penggunaan pointer (pada safe/managed code), tetapi C# menyediakan
garbage memory collection pada saat runtime dan pada saat pengecekan akses
memori.
Meskipun bertentangan dengan program Java, C# tetap mempertahankan
operasi unik yang terdapat pada bahasa pemrograman C++ seperti overloading,
enumerations, pre-processor directive, pointer (pada unmanaged/unsafe mode),
dan fungsi pointer. Seperti halnya Visual Basic, bahasa pemrograman C# juga
dilengkapi dengan properties.
Sebagai tambahan, bahasa pemrograman C# juga datang dengan beberapa
fitur baru dna sangat menarik seperti reflections, attributes, marshalling, remote,
threads, streams data access dengan ADO.NET, dan masih banyak lagi.
D. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk siswa SMP
Menurut Ngalimun(2014), Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama
dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi
9
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model
pembelajaran mempunyai makna pendekatan, strategi, metode dan teknik. Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Dengan kata lain, model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka didalam kelas dan untuk
menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,
media(film-film)tipe-tipe,
program-program
media
komputer,
dan
kurikulum)sebagai kursus untuk belajar).
Menrut Soekamto(dalam Nurulwati,2000) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran yang sering dipakai guru
dalam melaksanakan pembelajaran bermutu sesuai dengan kurikulum 2013:
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial
yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung
jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan
kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab.
Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif
adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
10
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi,
dan
meminta
tanggung
jawab
hasil
kelompok
berupa
laporan
atau
presentasi.Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi,
membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan
pelaporan.(Ngalimun,2014)
2.
Pembelajaran berbasis project (Project based learning)
Blumenfeld et.al(1991) dalam Ngalimun (2014) mendeskripsikan model belajar
berbasis proyek (project based learning) berpusat pada proses relatif berjangka
waktu,
berfokus
pada
masalah,
unit
pembelajaran
bermakna
dengan
mengintergrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan, atau
disiplin, atau lapangan studi.
Ketika siswa bekerja didalam tim, mereka menemukan keterampilan
merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu
tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan
bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan
yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting
untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan
yang amat penting ditempat kerja kelak. Karena hakikat kerja proyek adalah
kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung antara siswa.
Didalam kerja kelompok suatu proyek,kekuatan individu dan cara belajar yang
diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
3.
Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda
dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui
process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep,
11
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses
dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia
rasio, pengembangan matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan
proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi,
informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep),
interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru
dalam penemuan).(Ngalimun,2014)
4.
Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada
ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran
langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur,
latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut
dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran
Berbasis
masalah
(PBL,
Problem
Based
Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah
suasana
kondusif,
terbuka,
negosiasi,
demokratis,
suasana nyaman
dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri. Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan
yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah
mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau
algoritma). Sintaknya adalah: sajikn permasalah yang memenuhi kriteria di atas,
siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan,
12
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi. (Ngalimun,2014)
6.
Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi
yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret,
dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi,
investigasi,
hipotesis,
konjektur,
generalisasi,
menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei
berbagai aspek dengan berbagai cara).(Ngalimun,2014)
7.
Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus,
mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplanasi
berarti mengenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
13
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
8.
Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus
memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan
memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bahwa belajar efektif
dengan
cara
membaca
bermakna,
merangkum,
bertanya,
representasi,
hipotesis.Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan
cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok
mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
9.
Scientific
Salah satu model pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013
disekolah,guru harus menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific), karena
pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional.
Ada
tujuh
kriteria sebuah
pendekatan
pembelajarandapat
dikatakan
pembelajaran scientific ,yaitu :
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelaaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons
materi pembelajaran.
14
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
f. Berbasis
pada
konsep,
teori,
dan
fakta
empiris
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas namun
menarik sistem penyajiannya.
10.SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri
adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas
fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization
yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat
peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan
berlatih
menggunakannya
menemukan,
mencipta,
melalui
bernalar,
mengkonstruksi,
menyelidiki,
memecahkan
mengidentifikasi,
masalah,
dan
menerapkan.(Ngalimun,2014)
E. Microsoft Visual Studio 2010
Menurut
penting
Eirene (2011), Microsoft Visual Studio 2010 Profesional adalah alat
untuk
individu
melakukan
tugas-tugas
pembangunan
dasar.
Ini
menyederhanakan penciptaan, debugging, dan penyebaran aplikasi pada berbagai
platform, termasuk SharePoint dan Cloud. Visual Studio 2010 Profesional dilengkapi
dengan dukungan terpadu untuk pengembangan uji-didorong, serta alat debugging
yang membantu memastikan solusi berkualitas tinggi. Menulis kode aplikasi sering
membutuhkan banyak memiliki desainer dan editor terbuka sekali.
15
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
F. Kriteria Sistem Pendukung Keputusan dalam pemilihan model pembelajaran yang
sesuai kurikulum 2013.
a. Siswa dan Guru
Siswa adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah,
gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual siswa pada aspek
biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru
diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis
metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.
b. Jumlah Siswa
Jumlah peserta didik dalam satu kelas perlu menjadi pertimbangan dalam
pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Meskipun pemerintah telah
mengeluarkan aturan baku mengenai standar jumlah peserta didik dalam satu
kelas, namun kenyataannya aturan tersebut masih belum dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Kekurangan jumlah peserta didik dalam satu kelas
disebabkan karena minat dan berbagai alasan lain, sehingga terjadi kekurangan
siswa. Lain halnya dengan kelas yang jumlah siswanya justru over capasity. Masih
banyak sekolah-sekolah yang menerima murid dalam jumlah yang besar namun
tidak memiliki kapasitas ruang yang memadai, sehingga dalam satu ruangan kelas
dipenuhi oleh jumlah siswa yang melebihi dari 32 orang. Hal ini berpengaruh pada
efektifitas pembelajaran. Dalam kelas yang jumlah peserta didiknya melampau
batas, guru akan kewalahan mengampu pembelajaran. Pencapaian tujuan belajar
akan menjadi lebih sulit karena ketidakseimbangan antara porsi maksimal
perhatian dan penanganan yang dapat diberikan guru, dengan kondisi besarnya
jumlah siswa yang akan menimbulkan berbagai keruwetan. Kelas yang over
capasity, cenderung sulit diatur, gaduh, peserta didik sulit untuk memfokuskan
16
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
perhatian secara konsisten terhadap pelaksanaan pembelajaran dan berbagai
masalah lainnya.
c. Karakter kelas.
Pemilihan metode pembelajaran harus memperhatikan karakter kelas. Karakter
kelas menyangkut sifat dan sikap peserta didik dalam tataran umum untuk ruang
lingkup kelas. Guru harus memiliki ketajaman pandangan dan mampu menilai
karakter yang dimiliki oleh kelas-kelas yang diampunya. Setiap kelas memiliki
karakternya masing-masing. Salah satu keterampilan wajib seorang guru adalah
dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan kelas bukan diartikan guru dominan dan
diktatoris, tapi guru sangat mengenali dan memahami secara mendalam karakter
kelas yang diampunya.
d. Ketersediaan Fasilitas Pembelajaran.
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan
pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki
fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu
kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran
dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi
suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu
menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang
memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan
pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
e. Tujuan Pembelajaran Yang Hendak Dicapai.
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik
sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan
perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan
lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah
pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi
17
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas
kehidupan.
f. Materi Pembelajaran.
Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah
apa materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat
kesulitan (how hard) materi yang hendak dipelajari.
g. Alokasi waktu pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan
ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi
waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan
dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan
penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap
eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi
terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
G. APLIKASI SIMULASI
Pemrograman simulasi merupakan suatu perancangan dari sistem yang nyata dalam
kehidupan, dimana ditulis melalui salah satu bahasa pemrograman dan bertujuan
untuk menciptakan sistem yang nyata dalam bentuk maya.
H. PENELITIAN SEJENIS
a.
Antoni Aruan (2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Antoni (2014), penelitian ini menggunakan
metode fuzzy multi criteria decision making. Metode ini untuk memecahkan
masalah pemilihan asuransi jiwa, dalam metode ini menunjukkan bahwa salah satu
alternatif input merupakan prioritas dengan terlebih dahulu menentukan kriteriakriteria dalam pemilihan asuransi jiwa. Dalam pengimplementasiannya metode ini
dapat diterapkan dengan sangat baik khususnya dalam pemilihan asuransi jiwa,
bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic 2008 dan aplikasi ini
dapat diterapkan pada calon nasabah yang ingin menggunakan jasa asuransi.
18
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
b.
Hermanto (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2012), penelitian ini menggunakan
metode Simple Additive Weighting (SAW), dalam menentukan jurusan pada SMK
Bakti Purwokerto. Dari hasil perancangan dan pembuatan aplikasi sistem
pendukung keputusan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Sistem pendukung keputusan yang telah dibuat dapat mempermudah
proses penjurusan oleh panitia, karena menggunakan proses perhitungan
yang cepat dan tepat.
2) Sistem pendukung keputusan yang telah dibuat dapat diakses dari mana
saja selama tersedia layanan internet karena aplikasi ini berbasis web.
c.
Penelitian yang dilakukan Santyasa (2007)
Penelitian yang dilakukan Santyasa (2007) tentang model-model pembelajaran
inovatif. Penelitian ini menghasilkan Model pembelajaran sangat diperlukan untuk
memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah
model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur,
adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah
dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren
dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan
pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan
pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan
raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata.
Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut
adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik sebagai paradigma
alternatif. Model problem solving and reasoning, model inquiry training, model
problembased instruction, model conceptual change instruction, model group
investigation, dan masih banyak lagi model-model yang lain yang berlandaskan
paradigma konstruktivistik, adalah model-model pembelajaran alternatif yang
sesuai dengan hakikat pembelajaran humanis populis.
19
APLIKASI METODE SIMPLE …,NURANING HIDAYAH, FAKULTAS TEKNIK UMP, 20015
Download