Setelah diketahui model Naïve Bayes yang sesuai, dilakukan penghitungan peluang record X1 termasuk ke dalam setiap kelas. Proses perhitungan ini juga dilakukan untuk record X2 dan X3. Hasil dari penghitungan peluang setiap record termasuk ke dalam setiap kelas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Peluang record termasuk ke dalam setiap kelas id Peluang record termasuk ke dalam kelas C0 C1 C2 C3 C4 X1 4,9× 10-10 7,1× 10-15 7,1× 10-15 7,1× 10-15 7,1× 10-15 X2 5,4× 10-15 1,06 ×10-8 5,4× 10-15 5,4× 10-15 5,4× 10-15 X3 2,7× 10-10 2,2× 10-8 1,1× 10-10 1,1× 10-10 1,1× 10-10 Keterangan untukTabel 13: C0 C1 C2 C3 C4 : Kelas TidakAdaHotspot : Kelas Sedikit : Kelas Sedang : Kelas Banyak : Kelas BanyakSekali Untuk menentukan kelas dari record X1, diambil nilai peluang yang tertinggi. Berdasarkan Tabel 13, dapat ditentukan label kelas dari setiap record, dengan memilih peluang tertinggi sebagai kelas dari record. Kelas dari record id X1 adalah TidakAdaHotspot (C0), kelas dari record id X2 adalah kelas Sedikit (C1), dan kelas dari record id X3 adalah kelas Sedikit (C1). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam membentuk model klasifikasi untuk persebaran hotspot, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1 Telah terbentuk spatial decision tree untuk persebaran hotspot yang memiliki 17 aturan klasifikasi dengan akurasi 68,35%. 2 Jumlah hotspot di suatu wilayah dapat dideskripsikan oleh atribut hak pengusahaan hutan (HPH), hutan tanaman industry (HTI), dan tata guna hutan kesepakatan (TGHK). 3 Penggunaan tabel spatial join index dan operator Complete dalam menentukan hubungan spasial dapat diterapkan dalam membentuk spatial decision tree dengan menggunakan algoritme klasifikasi konvensional. Saran Saran-saran yang dapat diberikan untuk pengembangan lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1 Untuk memodelkan persebaran hotspot, diperlukan dataset dengan jumlah record yang seimbang untuk setiap kategori jumlah hotspot. 2 Perlu dibuat aplikasi komputer untuk mengimplementasikan proses penggunaan operator Complete, terutama untuk mengelola data spasial yang berukuran besar. DAFTAR PUSTAKA Chelghoum N, Zeitouni K. 2004. Spatial Data Mining – Alternative and Performance. Versailles : Prims Laboratory University of Versailles. Chelghoum N, Zeitouni K, Boulmakoul A. 2002. A Decision Tree for Multi-Layered Spatial Data. IEEE. Han J, Kamber M. 2006. Data Mining : Concepts and Techniques. San Francisco : Morgan Kaufman Publisher. Kohavi R. 1996. Scaling Up the Accuracy of Naïve-Bayes Classifiers : a Decision-Tree Hybrid. AAAI. Shekhar S, Chawla S. 2003. Spatial Database A Tour. New Jersey : Prentice Hall. Sukmawati A. 2006. Hubungan Antara Curah Hujan Dengan Titik Panas (Hotspot) Sebagai Indikator Terjadinya Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat [Skripsi]. Bogor. Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tan P, Michael S, dan Vipin K. 2005. Introduction to Data mining. Boston : Pearson Education, Inc. Williams N, Zander S, & Armitage G. 2006. Evaluating Machine Learning Algorithms for Automated Network Application Identification. CAIA. Yonatan D. 2006. Studi Sebaran Titik Panas (Hotspot) Sebagai Indikator Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Propinsi Jambi Tahun 2000-2004 [Skripsi]. Bogor. Program Studi Budidaya 16 Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Zeitouni K, Chelghoum N. 2001. Spatial Decision Tree – Application to Traffic Risk Analysis. IEEE. 17