PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas mikroorganisme tanah dapat berguna bagi pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi kesuburan tanah, karena mampu memperlancar siklus unsur hara dan menyuplai hormon serta enzim yang dibutuhkan tanaman (Agus 1997). Pupuk organik hayati bukan merupakan pupuk yang secara tidak langsung meningkatkan kesuburan tanah setelah ditambahkan ke dalam tanah. Pupuk organik hayati menambahkan nutrisi melalui proses alami, seperti fiksasi nitrogen di atmosfer, mengubah fosfor menjadi bahan yang terlarut, dan merangsang pertumbuhan tanaman melalui sintesis zat yang mampu memacu pertumbuhan tanaman (Chusnia et al. 2012). Penggunaan pupuk organik hayati yang dikombinasikan dengan penggunaan pupuk kimia dapat memberikan pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Menurut Maryanto dan Ismangil (2010), pemberikan pupuk organik hayati yang dikombinasikan dengan batuan fosfat alam mampu meningkatkan P tersedia tanah dan P total serta pemberiannya dapat meningkatkan bobot kering tanaman dan tinggi tanaman. Penelitian untuk mencari mikoorganisme tanah yang mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat diperlukan mengingat pemanfaatan mikroorganisme tesebut dapat menjadi salah satu alternatif untuk intensifikasi lahan pertanian. Namun, keberadaan bakteri berpotensi yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, terkadang belum seluruhnya disimpan dalam bentuk stock culture. Sehingga, terkadang ketika digunakan kembali kualitas bakteri mengalami penurunan. Maka dari itu, penelitian kali ini diawali dengan melakukan isolasi dari tanah. Penelitian ini menggunakan tiga jenis bakteri yang berpotensi dijadikan pupuk organik hayati, ketiganya ditentukan berdasarkan seleksi dan pengujian yang dilakukan secara in vitro. Bakteri berpotensi yang digunakan antara lain bakteri pelarut fosfat (BPF), perombak selulosa (BPS), dan pemfiksasi N2 (Azospirillum). Bakteri pelarut fosfat di dalam tanah mempunyai kemampuan melepas fosfor (P) dari ikatan Fe, Al, sehingga P yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman, khususnya pada tanah masam (Rao 1994). Bakteri selulolitik adalah bakteri yang mampu menghidrolisis kompleks selulosa menjadi glukosa yang merupakan sumber karbon dan nutrisi bagi pertumbuhan organisme ini ataupun bagi organisme lain di sekitarnya (Ibrahim dan El-diwany 2007). Azospirillum merupakan bakteri yang mampu menambat N2 dari udara sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Menurut Menzuan et al. (2002), kombinasi pupuk hayati dengan rata – rata terbaik pada formula B terdiri atas Azospirillum sp., Aspergillus sp., dan Streptomyces sp. yang ditambah bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik dan biologi tanah, khususnya stabilitas agregat dan bioaktivitas tanah. Kefalogianni dan Anggelis (2002) menambahkan bahwa asosiasi antara Azospirillum sp. dengan tumbuhan berlangsung karena bakteri menerima fotosintat dari tumbuhan dan sebaliknya bakteri menyediakan N untuk tumbuhan dari N yang difiksasinya. 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendapatkan isolat BPF, BPS, dan Azospirillum. (2) Menyeleksi isolat BPF, BPS, dan Azospirillum. (3) Menguji antagonisme antar bakteri serta patogenitas bakteri terhadap tanaman dan hewan. TINJAUAN PUSTAKA Praktek Pertanian dan Kesuburan Tanah Kegiatan pertanian konvensional secara umum hanya berorientasi pada hasil yang maksimal dengan memanfaatkan bahan kimia berupa pupuk secara terus menerus. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Salikin 2003). Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah tidak seimbang dan peranan pupuk tidak efektif untuk tanaman, karena terjadi residu zat pembawa (carrier) di dalam tanah (Sutanto 2006). Penilaian status kesuburan tanah biasanya didasarkan kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium(K), karena unsur makro ini dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman (Gilman 1983). Selanjutnya ketersediaan unsur hara dipengaruhi oleh faktor tanah seperti; tekstur, kapasitas tukar kation, kandungan bahan organik, dan pH tanah (FAO 1988). Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman, aktivitas mikroorganisme diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain; nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Menurut Sari (2010) nitrogen berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman, menunjang pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman, dan daun tanaman berwarna lebih hijau. Kekurangan unsur N dapat menyebabkan khlorosis dimana daun muda berwarna kuning. Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Pemakaian pupuk fosfor hampir tidak kalah banyaknya dibandingkan dengan pemakaian pupuk nitrogen. Efisiensi pemakaian pupuk tersebut ditingkat petani sangat rendah. Petani cenderung memberi fosfat setiap musim tanam, tanpa mengetahui bahwa pupuk fosfat yang diberikan mampu memberi residu pada penanaman berikutnya (Anwar et al. 2009). Namun, jumlah P yang terfiksasi lebih besar dari pada yang hilang melalui panen (Ismail 2013). Pada tanah masam, P bersenyawa dalam bentukbentuk Al—P dan Fe—P, sedangkan pada tanah alkali (basa) P akan membentuk senyawa Ca—P dengan kalsium membentuk senyawa kompleks yang sukar larut (Simanungkalit et al. 2006). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk kimia adalah menggunakan bioteknologi mikroorganismea asal tanah yang dikembangkan dengan memanfaatkan peran penting dari mikroorganismea atau dikatakan sebagai pupuk hayati. Maka dari itu, penggunaan mikroorganismea asal tanah seperti bakteri pelarut fosfat, bakteri