BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUM

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 TINJAUAN UMUM
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia berbanding lurus dengan pertumbuhan
pembangunan hotel-hotel di Jakarta. Peran Jakarta sebagai ibukota harus mampu
memberi wadah untuk berlangsungnya segala aktivitas. Kegiatan berbisnis dan
beraktivitas menyebabkan transit dari satu kota ke kota lain menjadi suatu
pemandangan yang biasa yang bisa dilihat di Jakarta. Penciptaan hotel transit
memberi wadah istirahat bagi mereka yang berasal dari luar daerah dan lelah di
perjalanan. Sebelum membahas lebih lanjut ada beberapa yang mendefinisikan
hotel dari berbagai pemahaman dan sudut pandang yang berbeda-beda pula.
II.1.1 Pengertian Hotel
Hotel berasal dari kata hospitium (bahasa latin), artinya ruang tamu.
Kemudian pengertian hotel berkembang dan mengalami perubahan makna. Semua
rumah-rumah dalam skala besar dinamakan hostel sebagai pembeda antara Guest
House dengan Mansion House pada zaman tersebut.
Fungsi rumah-rumah besar pada saat itu disewakan kepada masyarakat
umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu. Semua aktivitas dan
peraturan dikoordinir oleh 1 orang yang disebut host. Semua tamu yang menginap
harus tunduk dan menginap terhadap peraturan yang dibuat dan ditentukan oleh
host hotel.
Hotel memiliki beberapa pengertian. Beberapa definisi pengertian hotel
sebagai berikut:
Bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap
dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan; bentuk akomodasi yang
dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan, penginapan, makan dan minum.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
“A hotel is as a public establishment offering travellers againts payment,
two services accomodation and catering.” atau hotel merupakan bangunan tempat
menginapnya para wisatawan dan orang asing yang disertai kemudahan makanan,
hiburan dan pelayanan lainnya. Fasilitas yang disediakan tidak hanya berupa
fasilitas restoran untuk makan dan minum, namun telah berkembang dengan
fasilitas lainnya seperti saran olahraga, ruang musik, ruang bisnis yang semuanya
tergantung pangsa pasar utama yang ditentukan oleh manajemen puncak
perusahaan.
Pengelompokan Hotel dan Penerapannya di Indonesia, 2002)
Pengertian hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan No
PM10/PW /PHB-77: “Suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersiil dan
disediakan bagi orang membutuhkan penginapan sekaligus memberi pelayanan
dalam bentuk makanan dan minuman. Atau dengan kata lain hotel adalah suatu
bangunan umum yang memberajikan 2 pelayanan mendasar yaitu: akomodasi,
makanan serta minuman.”
(SK Menper No PM10/PW/301/PHB-77)
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang memepergunakan sebagai atau
seluruh untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman,
serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh keputusan pemerintah.
(SK Menparpostel No. KM 34/HK 103/MPPT 1987)
Suatu perusahaan yang dikelola pemiliknya dan pelayanan makanan,
minuman, dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai
dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus.
(Prospietor Act)
Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian hotel merupakan suatu wadah yang
berisi
penginapan sementara beserta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang
bersifat komersil dengan membayar sesuai harga yang ditetapkan dan pelayanan
yang diterima.
II.1.2 Klasifikasi Hotel
Menurut buku yang berjudul “Laporan Teknis Berkala Arsitektur’ volume 1
no. 1 Januari 2002 ada beberapa pengklasifikasian hotel sebagai berikut:
II.1.2A Klasifikasi Hotel berdasarkan Sistem Operasional
a. Franchised Operational System
Sistem operasi gabungan
b. Referal Operation System
Hotel yang direncanakan merupakan kerjasama antara pengusaha hotel dengan
perusahaan penerbangan dan biro perjalanan.
c. Chain Hotel Operation System
Hotel-hotel yang beroperasi secara berantai pada kota-kota atau negara-negara
dengan menggunakan satu nama.
II.1.2B Pengklasifikasian Hatel Berdasarkan Pengunjung Hotel
Pengunjung hotel yang dalam hal ini adalah:
1. Pelaku bisnis
didefisikan para pelaku bisnis, didefinisikan sebagai berikut:
Orang yang melakukan kegiatan usaha yang terorganisasi untuk menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Wisatawan bisnis
II.1.2C Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Kelas
Hotel mempunyai banyak jenisnya berdasarkan fungsinya. Hotel-hotel
tersebut antara lain: hotel bisnis, hotel konvensi, hotel transit, motel, hotel turis.
Setiap hotel banyak diklasifikasikan dalam berbagai kelas. Hotel berdasarkan
kelasnya dibagi atas 2 kategori antara lain grade system dan star system.
1. Grade system
Grade system merupakan pengelompokan hotel berdasarkan kelas
kemewahannya, biasanya terbagi atas kelas ekonomi, kelas menengah, dan kelas
mewah. Kemewahannya yang dimaksud berkaitan dengan material yang
digunakan dan kelengkapan fasilitas, sesuai dengan kebutuhan fasilitas tiap
golongan ekonomi tamunya. Pengelompokkan hotel berdasarkan kemewahannya
tidak popular di Indonesia.
2. Star System
Star System merupakan pengelompokkan hotel berdasarakan kelas
bintangnya biasanya terbagi atas kelas bintang 1, 2, 3, 4 5. Penentuan bidang ini
mengacu kepada standar yang diberlakukan sesuai dengan kelas bintangnya dan
merupakan standar minimal.
-
Jumlah kamar minimal, yang berbeda jumlahnya untuk setiap kelas.
-
Perbandingan jumlah kelas kamar yang tersedia, misalnya untuk bintang
lima dikenal kelas kamar standard, superior, suite room, dan president
suite.
-
Besar minimal kamar tipe kelas. Makin tinggi bintangnya maka luas
minimal kamarnya akan makin besar.
-
Banyaknya fasilitas yang tersedia. Makin tinggi tingkat bintang suatu
hotel, jumlah fasilitas, variasi fasilitas, dan besar maka fasilitasnya akan
makin banyak. Untuk hotel bintang 1 cukup disediakan 1 restoran saja
sementara hotel bintang 5, jumlah restoran yang disediakan minimal 4
buah yang terbagi atas berbagai jenis restoran dan masakan yang satu
sama lain harus berbeda.
-
Standar pelayanan yang berhubungan dengan rasio jumlah karyawan
terhadap tamu. Hal ini mempengaruhi tingkat kecepatan pelayanan suatu
hotel. Indonesia dalam menentukan kelas hotel mengacu pada standar
Star System.
II.1.2D Pengklasifikasian Hatel Berdasarkan Letak
a. City Hotel
Istilah city hotel (Manajemen Penyelenggaraan Hotel, 2002)
dapat pula disebut sebagai transient hotel. Pengertian city hotel adalah
hotel yang terletak ditengah kota dengan jenis tamu yang menginap
sebagian besar untuk urusan bisnis. Berdasarkan kepentingan berbisnis
tersebut, maka pihak manajemen hotel menyesuaikan bentuk fisik hotel
dengan kegiatan umumnya.
b. Ressort Hotel
Hotel yang terletak di kawasan wisata, dimana sebagian besar
tamu datang untuk tidak melakukan kegiatan usaha.
c. Suburban Hotel
Hotel yang terletak di kawasan sub-urban yang merupakan kota
satelit atau pertemuan dua kotamadya.
II.1.2E Pengklasifikasian Hatel Berdasarkan Tujuan Pemakaian
a. Hotel Bisnis
Hotel bisnis merupakan pengelompokkan hotel berdasarkan
faktor kegiatan tamu selama menginap, yaitu berbisnis. Mayoritas
pengunjung hotel ini adalah businessman, maka hotel ini dikatakan
sebagai hotel bisnis. Hotel bisnis identik dengan pemilihan letak di
tengah kota yang berdekatan dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi.
Hotel bisnis dikenal juga dengan nama Commercial Hotel atau
City Hotel. Sesuai dengan namanya, pangsa pasar dari hotel ini adalah
mereka yang sedang dalam perjalanan dinas kerja/bisnis. Lokasi yang
dipilih selalu dekat dengan area kegiatan perdagangan, kegiatan seperti
itu relative berada pada pusat kegiatan. Ditinjau dari lamanya tamu yang
menginap di hotel ini, relative sangat singkat yang berkisar 1-3 malam
per-kunjungan. Hotel bisnis yang ada di Jakarta misalnya Hotel
Indonesia, Hotel City, Hotel Dusit Mangga Dua.
Hotel bisnis menyediakan ruang-ruang untuk disewakan. Fungsi
ruang-ruang tersebut sebagai akomodasi penginapan untuk menginap
sementara waktu. Beberapa penjabaran singkat mengenai karakter hotel
bisnis dan pengunjung/tamunya antara lain:
-
Karakteristik Tamu Hotel Bisnis
Usaha di bidang perhotelan mempunyai sasaran pelayanan jasa
akomodasi bagi para pebisnis baik dari dalam maupun luar kota yang
terdiri dari:
1. Peserta konvensi/ konferensi
2. Pejabat pemerintah, dll. Karakteristik tamu hotel bisnis yaitu:
•
Berpergian seorang diri atau berkelompok
•
Menginap dalam jangka waktu relatif singkat
•
Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan
terhadap jarak pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin
-
Karakter Kaum Pebisnis/Bussinessman
Secara umum, kaum pebisnis mempunyai karakter yang sangat
efisien. Kualitas interaksi bisnis merupakan perhatian utama. Mereka
berusaha menjalin interaksi sesingkat mungkin dan mencapai relasi
seerat mungkin. Interaksi bisnis dapat dilakukan di dalam dan luar hotel.
Interaksi yang dilakukan di luar hotel menuntut tamu beraktivitas di luar
dan memanfaatkan fasilitas hotel dalam waktu yang singkat, misalnya
beristirahat. Interaksi yang dilakukan dalam lingkungan hotel menuntut
disediakannya ruang yang nyaman, mempunyai privatisasi tinggi dan
dapat mendukung proses relasi bisnis yang diinginkan. Kegiatan bisnis
juga dapat dilakukan sambil makan, minum kopi, olahraga dan kegiatan
santai lainnya. Hotel bisnis memerlukan fasilitas olahraga, bersantai,
makan,minum, dan tentunya fasilitas standar ruang pertemuan juga
diperlukan.
II.1.2F Pengklasifikasian Hatel Berdasarkan Lama Tamu Menginap
a. Transit Hotel
Hotel ini sebagai tempat yang difungsikan untuk transit saat sedang
berpergian dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tamu atau pengunjung
hotel dalam waktu yang singkat. Perbedaan hotel transit dengan hotel
biasanya letaknya yang dekat dengan tempat transportasi seperti stasiun,
terminal dan airport dan terminal bus antar kota.
b. Semi-Residential Hotel
Pengunjung hotel ini menginap dalam jangka waktu yang pendek dan
lebih dari satu malam. Jangka waktu menginapnya berkisar antara dua
minggu hingga satu bulan.
c. Residential Hotel
Pengunjung hotel menginap dalam waktu lebih dari satu bulan hingga
satu tahun.
II.1.2G Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Ukuran
a.
Small Hotel
b.
Medium Hotel : Hotel ini dibagi dengan 2 kategori antara lain:
c.
: Hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150 orang.
-
Average hotel
: 150-299 kamar
-
Above Avarage hotel
: 300-600 kamar
Large Hotel
: Hotel dengan skala besar dengan jumlah kamar 600 unit.
II.1.2H Pengklasifikasian Kelas Hotel
Rincian klasifikasi hotel berdasarkan bidang menurut buku Pengantar
Akomodasi dan Restoran oleh Ir. Endang Sugiarto, B.A dan Sri Sulastriningrum, B.A.,
2001 adalah:
Tabel 2.1: Tabel Kelas Hotel
Pre -Function
Room
Standard
Suite
Standard
Luas Suite
Restaurant &
bar
PreFunction
Room
Min. 100
4 kamar
20-28 m2
52 m2
*wajib min
2 buah
PreFunction
Room
Min. 50
3 kamar
18-28 m2
48 m2
*wajib min
2 buah
PreFunction
Room
Min. 30
2 kamar
18-26 m2
48 m2
*wajib min
1 buah
PreFunction
Room
Min. 20
1 kamar
18-24 m2
44 m2
*wajib min
1 buah
PreFunction
Room
Min.15
18-24 m2
*wajib min
1 buah
1 buah
*wajib
Pre
Function
Room
*wajib
kolam
renang
*perlu
ditambahka
n 2 sarana
lain
1 buah
*dianjurkan
Pre
Function
Room
*perlu
kolam
renang
*dianjurkan
ditambahka
n 2 sarana
lain
1 buah
-
1 buah
-
*wajib min
1 sarana
*perlu min
1 ruangan
*dianjurka
n kolam
renang
*
dianjurkan
ditambahka
n 2 sarana
lain
*perlu min
1 ruangan
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
Meeting Room
*wajib min
3 ruangan
1 buah
*wajib
Pre
Function
Room
*wajib
kolam
renang
*dianjurka
n
ditambahka
n 2 sarana
lain
*perlu min.
3 ruangan
Lounge
Taman
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
Function room
Berikut
Sumber: Hotel and Planning Design and Development
*perlu min
1 ruangan
II.1.2I Penamaan Kamar Hotel
Beberapa jenis-jenis kamar hotel dibedakana berdasarkan jumlah kamar-kamar
yang disediakan. Berikut adalah jenis-jenis kamar yang disediakan adalah sebagai
berikut:
a) Standard room
Kamar yang terdapat di sebuah hotel dimana semua perlengkapan dan fasilitas
sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh hotel yang bersangkutan. Fasilitasfasilitas yang tersedia dalam kamar standard yaitu tempat tidur, kamar mandi,
meja kerja, lemari es, telepon, koper, dan lemari pakaian.
b) Deluxe Room
Penamaan jenis kamar yang mana kondisi kamar ini setingkat lebih baik dari
standard room, dengan fasilitas yang sama dengan standard room. Perbedaannya
dengan standard room: mutu bahan perabotan lebih baik dari standar, letak
kamar strategis, ukuran kamar lebih luas, arah kamar lebih baik pandangannya,
biasanya hotel yang direnovasi kamarnya menjadi kamar deluxe room.
c) Suite Room
Salah satu jenis penamaan kamar dengan ciri dua ruangan yang terpisah dalam 1
kamar yaitu kamar tamu dan kamar tidur.
Jenis-jenis penamaan kamar suite room yang ada di hotel antara lain: standard
suite, deluxe suite, suite superior, family suite, presidential suite, penthouse.
d) Studio Room
Studio room adalah kamar yang dilengkapi dengan studio bed.
e) Junior Suite
Junior Suite yaitu kamar yang dilengkapi dengan standard bed dan hide-away
(sofa-bed.
f) Twin bedded room adalah kamar yang dilengkapi dengan satu tempat tidur besan
(queen and king) untuk dua orang.
g) Double bedded room
Double bedded room adalah kamar yang dilengkapi dengan satu tempat tidur
besar (queen atau king size) untuk dua orang.
h) Connecting room
Connecting room adalah dua kamar yang bersebelahan dimana dihubungkan
dengan connection door (pintu tembus/pintu penghubung) yang terletak di
dinding pemisah antara dua kamar yang bersangkutan.
i) Adjoining room
Adjoining room adalah kamar yang bersebelahan salinmg menghadap yang
dipisahkan oleh koridor.
j) Duplex
Duplex adalah kamar yang memiliki satu, dua, tiga kamar tidur yang terpisah,
satu dengan lainnya berbeda tingkat dihubungkan dengan tangga tetapi masih
dalam satu kamar yang sama.
II.1.2J Jenis Tempat Tidur dan Ukurannya
Ada beberapa tempat tidur yang ada di hotel antara lain:
a) Single bed
Single bed adalah tempat tidur yang digunakan untuk satu orang di hotel atau
akomodasi lain yang usahanya terdaftar tidak menggunakan single bed di
dalama kamar.
b) Double bed
Double bed adalah tempat tidur yang dapat digunakan untuk dua orang.
c) Twin bed
Twin bed adalah tempat tidur kembar yang masing-masing hanya dapat
digunakan untuk satu orang atau kata lain dua single bed di dalam satu kamar.
d) Holiday bed
Holiday bed adalah twin bed yang disambung oleh satu headboard.
e) Rollaway bed/extra bed
Rollaway bed adalah tempat tidur tambahan untuk menambah kekurangan
tempat tidur di dalam kamar, karena kapasitas tempat tidur tidak mencukupi
untuk jumlah orang yang menginap.
f) Baby crib/baby coat
Baby crip coat adalah tempat tidur khusus untuk bayi atau anak-anak.
g) Studio bed
Studio bed adalah sofa yang betfungsi sebagai tempat tidur.
h) Sofa bed/hide-away/hide-a bed
Sofa bed/ hide-away/hide-a bed adalah sofa yang bagian bawahnya merupakan
tempat untuk menyembunyikan tempat tidur tambahan.
i) Murphy bed
Murphy bed adalah sebuah tempat tidur yang bisa dilipat ke dalam dinding,
sehingga kamar memiliki dwi-fungsi sebagai sleedign room dan living room.
j) Fold-away bed
Fold-away bed adalah tempat tidur yang dapat dan disimpan di suatu tempat
penyimpanan.
II.2 TINJAUAN KHUSUS
II.2.1 Hotel Transit
II.2.1a Pengertian Hotel Transit
Hotel transit berfungsi sebagai tempat yang difungsikan untuk transit saat
sedang berpergian dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan hotel transit dengan
hotel biasanya letaknya yang dekat dengan tempat transportasi seperti stasiun, terminal
dan airport dan terminal bus antar kota. Setiap hotel transit didesain khusus bagi mereka
yang membutuhkan tempat akomodasi penginapan yang didesain khusus sesuai standar
kenyamanan sebuah ruang sementara. Para konsumen hotel transit biasanya melakukan
istirahat paling lama 24 jam. Sekedar memulihkan tenaga, mandi, dan beristirahat
sejenak dari penatnya pemikiran. Fasilitas yang disediakan selain akomodasi
penginapan yaitu kamar mandi, kios makanan kecil dan beberapa perlengkapan mandi.
Hotel transit yang ada di Jakarta salah satunya ada di kawasan Senen berupa hotle-hotel
transit kecil yang ada di kawasan tersebut. (Laporan Teknis Berkala Arsitektur, 2002).
Hotel bisnis menyediakan ruang-ruang untuk disewakan. Fungsi ruang-ruang
tersebut sebagai akomodasi penginapan untuk menginap sementara waktu. Beberapa
penjabaran singkat mengenai karakter hotel bisnis dan pengunjung/tamunya antara lain:
II.2.1b Kebutuhan Hotel Transit
Hotel Transit mempunyai kebutuhan utama dan fungsi pelayanan yang
ditujukan bagi pelaku dan wisatawan bisnis sebelum mereka melakukan kegiatan
aktivitas mereka sehari-hari dalam tugas pekerjaan mereka. Mengenai pengertian,
klasifikasi, dan pengunjung hotel transit ini sama seperti yang dijelaskan pada awal bab
2 ini.
II.2.1c Zona Kegiatan Hotel Transit
Aktivitas yang terjadi di dalam hotel dalam menentukan zone-zone yang
terbentuk antara lain terbagi atas:
a.
Sektor depan hotel (Front of the House):
Yaitu bagian hotel yang dapat dimasukkan oleh pengunjung terbagi atas:
•
Public Space: dapat dikategorikan kedalam public Space adalah Lobby, Food
and Beverage Area, Function Area dan Parking Area.
•
Private Space: Untuk kegiatan pribadi pengunjung/tamu seperti tidur, istirahat,
dan mandi.
b.
Sektor Belakang Hotel ( Back of the House):
Bagian yang hanya dipakai oleh pengelola untuk melayani kebutuhan
pengunjung.
c.
Guest Room:
Ruang-ruang hotel yang sering dipakai oleh pengunjung atau tamu hotel.
(Sumber: Jurnal Hotel Transit di Bandara Soekarno Hatta, 2004)
Gambar 2.2: Skema Hotel Transit
STASIUN
DALAM
KOTA
DAERAH DALAM
KOTA
STASIUN
LUAR
KOTA
HOTEL
TRANSIT
DAERAH
LUAR KOTA
(Sumber: Jurnal Hotel Transit di Bandara Soekarno Hatta, 2004)
II.2.1d Aktivitas Hotel Transit
Aktivitas yang terdapat pada hotel transit dibedakan atas:
1. Aktivitas Pengunjung
Kegiatan
utamanya
berhubungan
dengan
kebutuhan
akomodasi
(tidur,istirahat, dan mandi) ditunjang dengan kegiatan makan minum,
hiburan dan olahraga.
2. Aktivitas Pengelola
Kegiatan utama pengelola adalah memberikan pelayanan yang baik kepada
pengunjung serta mengorganisasi kegiatan hotel.
(sumber: Jurnal Hotel Transit di Bandara Soekarno Hatta., 2004)
II.2.1e Beberapa Contoh Hotel Transit
Hotel transit adalah tempat yang ideal untuk beristirahat, menyegarkan, dan
menikmati beberapa makanan yang baru disiapkan. Bahkan melakukan perawatan spa,
yang akan membantu dalam pencegahan jet lag. Sebagian besar hotel transit tidak
memerlukan visa untuk check-in. Sebab, penumpang transit saat mampir ke suatu
bandara seringkali tidak perlu masuk ke negara tersebut. Sehingga, tamu yang ingin
menginap bisa tidur dan beristirahat dengan nyaman tanpa perlu keluar dari bandara.
Biasanya, untuk menginap di hotel transit hal yang diperlukan hanya paspor
dan tiket penerbangan. Sementara itu, kamar dijual bukan dalam hitungan per malam,
melainkan hitungan dalam jangka waktu tertentu. Indonesia belum ada hotel dengan
konsep hotel transit standarisasi seperti ini. Berikut adalah sejumlah pilihan hotel transit
yang ada di seluruh dunia yang dapat membuat perjalanan Anda sedikit lebih nyaman.
a.
Ambassador
Transit
Hotel,
Singapore
Changi
Airport,
Singapura. Kamar tunggal mulai dari 58 dollar Singapura (sebelum pajak)
untuk enam jam. Fasilitas yang didapatkan adalah televisi, kamar mandi,
serta teh dan kopi. Terletak di Terminal 1, 2 dan 3, Bandara Changi,
Singapura.
Gambar 2.3: Ambassador Transit Hotel, Singapura
Sumber: Google Search
b.
Incheon Airport Transit Hotel, Seoul Incheon International Airport,
Korea Selatan. Standar kamar mulai dari 45 dollar AS untuk enam jam.
Sudah termasuk internet, AC, televisi, dan telepon. Terletak di seberang
gerbang boarding 10.
Gambar 2.4: Incheon AirportTransit Hotel, Seoul
Sumber: Google Search
c.
Louis Tavern, Day Rooms and CIP lounges, Suvarnabhumi Airport,
Bangkok, Thailand. Standar kamar single 2.200 baht Thailand untuk empat
jam pemakaian kamar. Akses internet, televisi, telepon, monitor informasi
penerbangan, mini bar. Terletak di Level 4 Concourse G.
Gambar 2.5: Louis Tavern, Day Rooms & CIP Lounges, Bangkok
Sumber: Google Search
d.
Airport Hotel, Abu Dhabi International Airport, Uni Emirat
Arab. Kamar standar mulai dari 185 dollar AS untuk penggunaan harian
dari jam 6-7 sore. Harga termasuk internet kecepatan tinggi, ruang tamu
yang terpisah, kursi pijat, gym, dan mandi. Terletak di Sheikh Rashid
Terminal Terminal 1 dan Terminal 2 Concourse 3.
Gambar 2.5a: Abu Dhabi Internatioal Airport, Arab
Sumber: Google Search
e.
Yotel, Schiphol Airport, Amsterdam, Belanda. Standar kabin seharga 45
euro selama empat jam. Sudah termasuk tempat tidur single berukuran besar,
televisi, work station, dan wi-fi gratis. Terletak di terminal utama di Lounge
2 dekat Pier D., Vetrekpassage 118 Bandara Schiphol.
II.2.2 Hotel Kapsul
II.2.2a Pengertian Hotel Kapsul
Hotel
Kapsul
adalah
salah
satu
gaya
akomodasi
unik
yang
mengedepankan efisiensi ruang dengan tidak meninggalkan kenyamanan.
(Kompas: Jalan-Jalan article, 2011). Tipikal dari karakter hotel kapsul ini umumnya ruangan terdiri dari 2 bagian, bagian 1 menjadi ruang untuk publik (public
lounge space) biasanya sudah bisa di lihat begitu kita masuk hotel ini. Kemudian
juga termasuk kamar mandi umum dan ruang privasi untuk tidur (Capsules
sleeping room). Sementara desain atau rancangan kapsulnya sendiri terinspirasi
dari desan kokpit pesawat jet. Fasilitas yang ada antara lain: TV, radio, jam alarm
juga lampu baca. Fungsi utama hotel kapsul ini sebagai tempat beristirahat
sementara bukan untuk ditinggali dalam waktu yang lama.
Perbedaannya dibandingkan dengan hotel pada umumnya adalah waktu
check-in mereka yang biasanya dimulai dari pukul 5 sore sedangkan untuk waktu
check-out sendiri hampir sama yaitu jam 10 pagi. Kenyamanan di hotel kapsul
sangat rendah dikarenakan fasilitas yang minim serta sempitnya ruang-ruang
untuk beraktivitas didalam unit kapsul.
Walapun kecil dan sedikit tidak manusiawi tetapi fasilitas hotel kapsul
tidak kalah dengan hotel lainnya, di dalamnya ada TV, akses internet (baik
melalui kabel LAN maupun Wireless), radio, jam dan lampu baca. Sementara
hotel kapsul tipe seperti ini hanya ada di Jepang dan belum ada di Negara kita
yang memenuhi standarisasi hotel kapsul dengan kondisi yang cocok dengan
Indonesia.
Gambar 2.6: Hotel Transit Nakagin, Tokyo
Sumber: Google Search
II.2.3b Beberapa Model Hotel Kapsul
a. Penerapan Hotel Kapsul di Jepang
Hotel kapsul ini bernama 9n yang beroperasi selama 9 jam per-harinya.
Hotel kapsul ini terdiri dari 125 kapsul yang disusun secara apik menjadi ruangruang yang membentuk laci untuk ruang tidur. Biaya yang dikenakan untuk
semalam tidur di hotel ini $80.
Hotel ini cukup populer di Jepang untuk penginap yang memiliki
keperluan pekerjaan sementara di kota Kyoto. Fasilitas hotel kapsul dirancang
oleh Fumie Shibata studio desain, yang didirikan pada tahun 1994. Bersama
timnya, beliau mendesain sebuah hotel untuk sebuah 'ruang transit minimal' di
kota-kota besar di Jepang. Buckminster Fuller berkata:"Our beds are empty twothirds of the time. Our living rooms are empty seven-eighths of the time. Our
office buildings are empty one-half of the time. It's time we gave this some
thought." (sumber: Kapsul Modern di Jepang arcticle, 2011)
Gambar 2.7: Contoh Capsule Unit Modern di Jepang
Sumber: Google Search
II.2.3 Sistem Modular
II.2.3a Pengertian Sistem Modular
Sistem modular adalah
metoda pelaksanaan pembangunan dengan
memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek atau
di dalam lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dahulu antar komponennya
(erection) ditempat yang seharusnya/posisi dari komponen tersebut.(Indra Wulfram;
dalam Potensi Penggunaan Sistem Modular dalam Konstruksi ,2008). Tatum dkk (1987)
mendefinisikan tingkatan metoda pelaksanaan pembangunan, yaitu:
(a) Prefabrication adalah proses pabrikasi yang dilaksanakan dengan menggunakan
alat-alat khusus dimana berbagai jenis material disatukan sehingga membentuk bagian
dari sebuah bangunan;
(b) preassembly adalah proses penyatuan komponen prafabrikasi ditempat yang tidak
pada posisi komponen tersebut berada;
c) module adalah hasil dari proses penyatuan komponen prafabrikasi, biasanya
membutuhkan moda transportasi yang cukup besar untuk memindahkan ke posisi yang
seharusnya.
Berbagai pihak yang terlibat dalam penerapan sistem ini adalah pabrikan,
kepala proyek, arsitek, konstruktor, instalator, kontraktor dan konsultan. Sistem
modular mempunyai keunggulan dan kelemahan bila dibandingkan dengan metoda
konvensional.(Indra Wulfram; dalam Potensi Penggunaan Sistem Modular dalam
Konstruksi ,2008). Hesler (1990) menyatakan keunggulan dari sistem ini adalah:
construcability, mempunyai aspek positif terhadap schedule, jumlah pekerja lapangan
dan kantor proyek lebih sedikit, aspek kualitas dan produktivitas, testing. Keuntungan
Bangunan Modular dijabarkan sebagai berikut:
1. Komponen bangunan merupakan kumpulan material prefabrikasi, bahanbahan yang merupakan sub-rakitan yang dirakit di bawah kondisi yang
dikontrol dan dikirim untuk menjadi bahan dari sebuah proyek untuk
dijadikan bangunan yang utuh dalam skala yang lebih besar. Material ini
merupakan sebagian kecil dari unit yang besar tetapi memberikan kontribusi
dan pengaruh yang besar dalam perancangan bangunan.
2. Seluruh unit dengan material prefabrikasi di bawah kondisi terkontrol dan
dikirimkan ke lokasi pembangunan. Unit ini biasanya dibuat dalam bentuk
skala yang lebih kecil untuk dirakit dan dibawa ke lapangan unuk dijadikan
unit utuh bangunan keseluruhan.
II.2.3b Proses Penerapan Sistem Modular
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi yang menerapkan sistem
modular akan mengikuti urutan kegiatan sebagai berikut : (1) planning; (2)
design and engineering; (3) procurement; (4) fabrication; (5) transportation,
handling and erection. Dari kelima kegiatan tersebut planning adalah proses
yang patut mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan karena aspek yang harus
dipertimbangkan lebih banyak dan lebih kompleks bila dibandingkan dengan
metoda konvensional.
Gambar 2.8: Ketergantungan antar pihak pada penerapan sistem konvensional
Sumber: Indra Wulfram; Potensi Penggunaan Sistem Modular dalam Konstruksi ,2008
Gambar 2.9: Ketergantungan antar pihak pada penerapan sistem modular
Sumber: Indra Wulfram; Potensi Penggunaan Sistem Modular dalam Konstruksi ,2008
Dibandingkan dengan metode konvensional, penerapan sistem modular
membutuhkan interaksi berbagai kegiatan. Sistem modular akan mengubah
hubungan antar kegiatan yang semula tidak saling bergantung (metoda
konvensional) menjadi saling bergantung.
Menurut Indra Wulfram dalam jurnal “Potensi Penggunaan Sistem
Modular dalam Konstruksi” ada beberapa tahapan yang harus dicapai antara lain:
1. Planning
Tahap perencanaan diawali dengan tahap konseptual sampai dengan
selesainya pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan meupakan tahap kegiatan kritis
yang lebih disebabkan karena sistem modular ini tidak mudah menyesuaikan
dengan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu. Bukan berarti penerapan sistem
modular ini tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, hanya saja tingkat
fleksibilitas
terhadap
perubahan
tidak
seluas
jika
menggunakan
sistem
konvensional.
Berdasarkan penelitian keterlambatan proyek sering terjadi disebabkan
oleh perubahan disain, hampir semua proyek konstruksi mengalami perubahan dari
disain awal yang mengacu pada gambar rencana (Ervianto, 1998). Oleh karenanya
disain dari komponen modular harus disetujui lebih dahulu untuk menghindari
perubahan yang mungkin dapat meningkatnya biaya proyek dan keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan. Dalam tahap planning dapat dibedakan menjadi beberapa
sub-kegiatan, yaitu: (1) pengendalian proyek; (2) perencanaan modul; (3)
pengadaan; (4) transportasi dan (5) perencanaan lokasi proyek.
2. Pengendalian Proyek
Sistem modular membutuhkan biaya awal yang lebih besar bila
dibandingkan dengan sistem konvensional, sehingga risiko yang harus ditanggung
oleh owner dan kontraktor menjadi lebih besar. Dua hal yang penting dalam proses
pengendalian proyek adalah pengendalian biaya dan waktu.
Armstrong (1972) menyatakan bahwa manajemen proyek adalah pihak
yang mengendalikan semua aspek pembiayaan dalam proyek konstruksi. Biaya
pembuatan modul dalam sistem modular kadang-kadang lebih besar dibandingkan
dengan sistem konvensional, namun secara keseluruhan pembiayaan proyek (total
cost) mampu direduksi. Pengendalian jadwal kegiatan dalam proyek konstruksi
merupakan salah satu aspek untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan
proyek. Pada kondisi tertentu, hubungan antara waktu dan biaya pelaksanaan
kegiatan adalah bila pelaksanaan kegiatan dapat dipercepat maka sangat
memungkinkan untuk mengurangi biaya pelaksanaan bergitupun sebaliknya.
3. Perencanaan Modul
Pada tahap konseptual/perencanaan dilakukan kajian tentang pemilihan
ukuran, material dan berat setiap modul. Tahap penentuan ukuran/dimensi dan
berat maksimum menjadi sangat penting hendaknya setiap modul masih
memungkinkan untuk dipindahkan dari lokasi pembuatan ke lokasi proyek atau
menempatkan modul pada posisinya, berdasarkan pertimbangan praktis dan
ekonomis. Tahap konseptual/perencanaan sedikit banyak tergantung pada jenis
dan kapasitas peralatan yang akan digunakan di lapangan, misalnya pada tahap
konseptual/perencanaan berkaitan erat dengan kegiatan transportasi. Artinya
bahwa pada saat proses penentuan modul harus sudah mempertimbangkan
ketersediaan jenis dan kapasitas peralatan yang akan digunakan untuk
mentransportasikan modul ke lokasi proyek dan juga untuk proses erection.
Meskipun dimensi setiap modul dan cara mentransportasikannya bervariasi di
setiap proyek, untuk pencapaian efisiensi biaya juga harus mempertimbangkan
keduanya agar keunggulan sistem ini dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4. Pengadaan
Penerapan sistem modular dalam proyek konstruksi khususnya dalam hal
pengadaan bmaterial dan jasa mencakup hal-hal sebagai berikut : (1) design
engineering; (2) Pabrikasi; (3)transportasi, handling dan erection.
5. Pengadaan design engineering
Jenis kegiatan yang termasuk dalam tahap ini adalah melakukan
identifikasi jenis pelayanan jasa yang dibutuhkan dan persyaratan yang harus
dipenuhi dalam melakukan pemilihan konsultan perencana. Kegiatan ini terjadi
di awal proyek, kemampuan dan pelayanan konsultan yang diberikan juga
berbeda antara sistem modular dengan sistem konvensional. Konsultan dalam
sistem modular mempunyai cakupan pemikiran lebih kompleks dalam
kemampuannya, hal ini disebabkan karena pertimbangan dan pemikirannya
harus terintegrasi dalam proses keseluruhan, yaitu : perencanaan, pabrikasi,
transportasi, koneksi, ketersediaan peralatan dan faktor lainnya. Secara umum
konsultan harus mempunyai kemampuan lebih dan pengalaman dalam bidang
sistem modular. Pemahaman jenis, urutan kegiatan dan keterkaitan antar
kegiatan juga merupakan aspek yang patut dipertimbangkan apabila akan
menerapkan sistem modular.
6. Pengadaan Pabrikan
Kegiatan ini dilakukan di awal proyek yang mencakup: (1) prakualifikasi
kontraktor dan penyedia peralatan, (2) jumlah kontraktor dan produsen yang
mempunyai kemampuan dalam sistem modular, (3) pemilihan kontraktor dan
produsen. Untuk mendapatkan jasa layanan yang memadai perlu dilakukan
prakualifikasi kontraktor guna melaksanakan pembangunan berbasis sistem
modular penting dilakukan.
7. Pengadaan sarana transportasi, handling dan erection
Sistem modular sudah seharusnya dilakukan di awal proyek, hal ini
berkaitan dengan dimensi dan berat dari masing-masing modul yang telah
direncanakan. Sebaiknya pengadaan sarana transportasi, handling dan erection
dilakukan oleh pihak kontraktor atau pabrikator\dengan maksud pengendalian
jadual dan tanggung jawab lebih jelas.
II.2.3c Komponen Modular
Komponen modular merupakan panel-panel atau bagian dari rumah
berupa panel dinding, atap dan lantai yang dikirim ke lokasi, yang kemudian
dilakukan pemasangan/pendirian sampai pada penyelesaian akhir (Spence,1988).
Komponen modular merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk
membangun rumah pada industri (Spence, 1988). Dengan sistem modular, yang
ditujukan untuk pencapaian keuntungan pada industry bangunan (Nissen,1972).
Maka suatu komponen modular dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
-
Koordinasi dimensional
-
Pembatasan variasi
-
Standarisasi
-
Prefabrikasi
-
Industrialisasi
II.2.3d Perancangan Produk Komponen Modular
Perancangan produk adalah suatu aktivitas yang mempertimbangkan
portfolio dari proyek-proyek komponen modulars uatu organisasi dan
menentukan sub-paket apa dari proyek-proyek tersebut yang dikejar dalam suatu
periode waktu (Ulrich,2003). Faktor-faktor yang mempenaruhi perancangan
produk:
-
Mengindetifikasi peluang-peluang
-
Mengevaluasi proyek dan mempriritaskan proyek
-
Mengalokasikan sumber daya dan merancang pengaturan waktu
-
Menyelesaikan pre-proyek planning
-
Merefleksiakan pada hasil dan proses
II.2.3e Material Penunjang Modular
a) Pendataan Sistem Modular
Jenis komponen sistem modular ada beberapa yang proses produksinya
terjadi di pabrik. Ada beberapa jenis komponen yang langsung bisa dipakai di
pabrik antara lain:
•
Tiang pancang, dimanfaatkan dalam bangunan gedung sebagai komponen substruktur. Bentuk dan dimensinya bervariasi tergantung dari jenis tanah dan
kedalaman lokasi proyek. Bentuk tiang pancang ini antara lain: berbentuk
segitiga dan bulat. Banyak produsen memproduksi komponen ini mengingat segi
kepraktisan dalam pengaplikasiannya.
Gambar 2.10: Contoh Pemasangan dan Bentuk Tiang Pancang
Sumber: Konstruksi Bangunan, Google Search
•
Plat pracetak, mampu mereduksi waktu pemasangan dan mengurangi biaya
konstruksi yang disebabkan oleh pengurangan berat bangunan keseluruhan.
Pengurangan berat ini disebabkan oleh pelat pracetak yang diproduksi bersifat
Hollow Core Slab. Dengan adanya rongga pada pelat pracetak maka berat
menjadi lebih ringan. Rongga berfungsi sebagai ruang isolasi suara dan
meringankan beban terhadap struktur. Keuntungan lainnya adalah waktu yang
dibutuhkan
untuk
pemasangannya
menjadi
lebih
singkat
dan
tidak
membutuhkan perancah.
Gambar 2.11 : gambar plat pra-cetak/ hollow core slab
Sumber: PreCast Solution
•
U-Ditch, komponen ini digunakan untuk saluran air yang dapat ditempatkan
disekeliling bangunan gedung, sebagai saluran drainase. Tingkat kesulitan
pemasangan komponen U-Ditch ini rendah atau tidak diperlukan usaha yang
keras untuk memasang. Waktu yang dibutuhkan untuk memasang cukup singkat
sehingga dapat mereduksi durasi konstruksi secara keseluruhan. Gaya lateral
yang tinggi, mampu menahan beban akibat dari tanah dan dari aliran air.
Gambar 2.12 :Contoh U-Ditch
Sumber : Google Search
Gambar 2.13: Detail U-Ditch
Sumber: Konstruksi Bangunan
•
GRC, komponen ini termasuk dalam kelompok arsitektural. Komponen ini
sering diperlukan karena tuntutan perancang dan sifatnya untuk memenuhi
estetika bangunan. Spesifikasi komponen ini adalah bahan terdiri dari campuran
semen, pasir dan fiberglass alkali resistant; Tehnik produksi memakai sistem
spray/semprot. Ukuran dan bentuk sesuai pesanan; Ketebalan 8 mm-10 mm.
•
Tangga pracetak diproduksi untuk mempercepat waktu pembangunan dan
menghemat biaya yang dikeluarkan. Struktur tangga dikerjakan secara
konvensional akan membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat kerumitan
dari struktur ini. Dengan adanya struktur tangga pracetak akan lebih
mempersingkat waktu, karena hanya diperlukan waktu untuk instalasi saja yang
lebih cepat dibandingkan pelaksanaan di lapangan.
Gambar 2.14: Tangga pracetak
Sumber: Google Search
II.2.3f Sistem Modular pada Bangunan
Sistem konstruksi modular adalah sejumlah gabungan unsur-unsur
tertentu dengan skala yang sama maupun berbeda yang dapat diatur menjadi
menjadi satu kesatuan yang utuh dengan penggunaan system penyatuan yang
berbeda dan sama. Sistem bangunan modular berlaku untuk bangunan,
contohnya untuk rumah siap bangun, atau, sama, untuk pembangunan kompleks
seperti gudang industri dengan bentang besar. Beberapa contoh adalah: Panel
Sistem Umum, USM Haller baja sistem konstruksi, Mero-System.
Gambar 2.15: Modular Construction System
Sumber: Pre-Fab Construction
Gambar 2.16: MERO-System
Sumber: Google Search
a) Modul
Dimensi dasar dari sebuah sistem klasifikasi geometris disebut modul.
Istilah ini juga diterapkan pada sebuah elemen yang diposisikan dalam sebuah
sistem pada dasar prinsip klasifikasi, untuk contoh kolom-kolom, panel dinding
dan unit kamar. Dimensi dari sebuah modul adalah ukuran teknis yang
digambarkan sebagai melalui ukuran tertentu secara konstan.
Gambar 2.17: Penerapan Sistem Modul
Sumber: Modular Component
b) Grid
Grid adalah sistem geometris yang menentukan posisi dan dimensi
elemen bangunan modular. Dasar ini diberikan oleh jaringan spasial garis
dimensi umumnya didasarkan pada sistem persegi atau persegi panjang. Grid ini
memiliki berbagai variasi dapat dikombinasikan dalam sebuah bangunan tunggal
tetapi harus, bagaimanapun, geometri terkoordinasi satu sama lain.
Grid aksial dan modular berfungsi sebagai dasar geometris, sedangkan
konstruksi, dan grid instalansi digunakan untuk desain dan klasifikasi unit.
Gambar 2.18: Sistem grid
Sumber: Modular Component
c) Aksial jaringan
Dalam grid aksial, poros tengah dari elemen bangunan identik dengan
garis referensi grid. Dalam klasifikasi modular ketebalan elemen bangunan tidak
diperhitungkan, sehingga tumpang tindih elemen bangunan terjadi pada titiktitik penghubung. Grid aksial cocok untuk struktur bangunan linier, misalnya
lintas dinding konstruksi frame.
Gambar 2.19: Sistematika Sistem Grid Aksial
Sumber: Modular Component
d) Modular jaringan
Sebuah grid modular menentukan lokasi dari elemen bangunan
menggunakan dimensi nyata mereka, dan memperhitungkan ketebalan elemen
bangunan. Jaringan modular sangat cocok untuk sistem yang unsur-unsur
bangunan yang disambung pantat dan secara teratur ditata dalam suatu sistem
modular.
e) Konstruksi jaringan
Grid konstruksi menentukan lokasi dan hubungan antara semua elemen
pendukung beban.
f) Bahan dan membangun sistem untuk membangun:
Sifat material dan perilaku struktural dari elemen bangunan memutuskan
di mana mereka digunakan, baik untuk kulit bangunan, internal atau hanya
melengkapi fasade bangunan. Dalam membangun sistem, kaca, plastik, dan
aluminium biasanya digunakan sebagai pembungkus dan material ini kurang
cocok sebagai elemen struktural. Elemen bangunan plastik biasanya tersedia
sebagai panel, kerang dan struktur pneumatik.
-
Baja
Baja merupakan bahan elactical dengan tarik besar dan kuat tekan.
Gedung dengan material bahan ini dapat memuai sampai titik tertinggi. Baja
struktural memiliki kualitas bahan yang konsisten dan dapat mengguntungkan
jika digunakan sebagai material konstruksi.
Namun, prefabrikasi baja elemen bangunan tidak hanya cocok untuk
sistem struktural, dalam bentuk lembaran baja mereka juga dapat digunakan
untuk elemen yang menyertakan ruang luar bangunan. Material baja dapat
melipat dan melengkung, dinding digunakan dalam interior dapat diberikan
stabilitas jika tidak mungkin bangunan hanya memakai struktur bracing.
Baja struktural dapat bekerja dengan mudah dan dalam berbagai cara
yang berbeda dan merupakan komponen penting dari industri konstruksi saat ini,
dengan keuntungan ekonomi dan ekologis yang besar. Meskipun pembuatan
baja membutuhkan banyak energi, bahan bisa 100% daur ulang.
Gambar 2.20: NL Labroratory, Concrete Fabrication
(Material luar bangunan: Baja)
Sumber: Modular Component
-
Kayu
"Kayu adalah terdiri dari satu suku kata, tapi di balik satu kata itu
terdapat dunia keindahan dan keajaiban yang tersembunyi" -Theodor Heuss
(1844-1963).
Dibandingkan dengan baja, kayu dibedakan oleh kekuatan besar
dengan berat badan rendah, dan resistensi yang tinggi terhadap transmisi
termal. Hal ini dapat digunakan untuk sistem struktural, cocok internal yang
keluar dan fasad. Selain jumlah yang solid, laminasi industri dan teknik
tekanan memungkinkan bahan bangunan banyak dibuat dari serat kayu.
-
Beton
Dibandingkan dengan batu, baja dan kayu, beton tidak bahan
homogen, tetapi campuran heterogen dari semen, air, agregat, dan agen.
Elemen prefabrikasi bangunan beton dapat digunakan pada semua tahap
konstruksi, dari kulit bangunan dengan fasad. Dalam konstruksi fasad pilihan
dapat dibagi menjadi single-layer atau double-layer panel dinding tirai dan
elemen berlapis.
II.2.3g Jenis-Jenis Sistem Modular
1. Frame System
Sistem Frame terdiri dari elemen bangunan linier seperti kolom kolom dan
balok. Dikombinasikan dengan unsure bracing, mereka menyediakan konstruksi
dasarnya stabil, yang mampu berdiri dengan baik beban vertikal dan horisontal. Bebanbantalan elemen secara struktural dan fungsional jelas terpisah dari unsur non-dukung
beban dari factor eksternal dan internal.
Gambar 2.21: Frame Construction System
Sumber: Modular Component
•
Sistem Rangka Baja (Steel Frame System)
Rangka baja telah digunakan sebagai prinsip konstruksi untukberbagai
macam bentuk bangunan sejak pengembangan konstruksi baja modern. Kolom
dan balok terbuat dari bagian baja membuat bingkai anggota linier dengan berat
minimal yang memiliki kapasitas beban bantalan tinggi dan memungkinkan
rentang yang besar antara kolom-kolom. Ini berarti bahwa rentang yang sangat
panjang yang mungkin dengan beberapa elemen konstruksi 6 dan 18 m. Unit
standar internasional untuk dimensi elemen konstruksi baja adalah millimeter.
Gambar 2.22: Horisontal Bracing
Sumber: Modular Component
•
Sistem Rangka Kayu (Wood Frame System)
Wood Frame System adalah pengembangan lebih lanjut dari konstruksi
bingkai tradisional. Analog dengan rangka baja, bingkai kayu terdiri dari kolom
dan balok. Unsur kaku memberikan oleh tarik diagonal atau anggota kompresi,
panel dinding terhubung ke frame atau inti frame yang memperluas tinggi
bangunan.
•
Sistem Rangka Beton (Concrete frame system)
Sistem rangka beton memiliki beban mati yang kuat dan hanya cocok
untuk bangunan dengan gedung bertingkat dengan batas tertentu. Elemen
konstruksi dengan rangka beton banyak digunakan untuk kolom, balok, dan
pelat lantaiKolom akan mentransfer beban vertikal dari balok, pelat lantai,atap,
lalu ke pondasi.
Gambar 2.23: Horisontal Bracing
Sumber: Modular Component
1a) Construction elements of Frame System
-
Coloumns
Gambar 2.24: coloum
Sumber: Modular Component
-
Beams
Gambar 2.25: Shape of Beam
Sumber: Modular Component
1b)
Panel System
Dalam konstruksi panel sistem struktur terdiri dari dinding dan elemen
planar slab, yang membentuk ruang tertutup. Panel dapat terbuat dari baja, beton
kayu bahan bangunan, atau batu.
Gambar 2.26: Konstruksi Sistem Panel
Sumber: Modular Component
•
Ocorrugated Steel Cladding
Konstruksi panel kecil hanya digunakan di tingkat rendah, multistroey bangunan. Dalam sistem ini, dinding terbuat dari sempit,
bertingkat tinggi panel, antara unsur-unsur slab ramping yang
membentang.
•
Crosswall construction
Sistem struktural untuk crosswall konstruksi terdiri dari dinding melintang
sebagaimana diatur paralel untuk bertindak sebagai mendukung untuk pelat
lantai atas.
•
Large-panel construction
Sistem struktur konstruksi panel besar terdiri dari slab lantai didukung pada
empat sisi oleh dinding longitudinal dan transversal. Jika rentang slab terbatas
pada 6m, adalah mungkin untuk mendukungnya hanya pada dua sumbu.
II.2.3h Keuntungan Sistem Modular
Teknik konstruksi modular telah terbukti menguntungkan inheren dalam 7
bidang utama:
1. Mengurangi
limbah
material.
Pra-fabrikasi
memungkinkan
untuk
mengoptimalkan pembelian bahan bangunan dan meminimalkan penggunaan
limbah di tempat dan menawarkan produk yang berkualitas tinggi kepada
pembeli.
2. Tahan pada kondisi cuaca buruk . Struktur modular pengerjaannya diselesaikan
dalam lingkungan pabrik dan dikontrol menggunakan bahan kering, potensi
tingkat tinggi kelembaban pada konstruksi dapat dikurangi.
3. Mengurangi Gangguan. Sistem modular mengurangi waktu dan dampak negatif
terhadap lingkungan sekitarnya, serta mengurangi jumlah pemakaian kendaraan
dan biaya pengeluaran alat .
4. Konstruksi yang Lebih Aman. Konstruksi modular adalah alternatif yang lebih
aman. Pekerja
konvensional konstruksi bekerja secara teratur dalam waktu
kurang dari kondisi ideal berurusan dengan suhu ekstrim, hujan, angin, atau
kombinasi kondisi alam. Hal ini, pada dasarnya, adalah lingkungan yang jauh
lebih menantang untuk bekerja dengan aman. Selain itu, potensi cedera termasuk
jatuh, risiko kerja situs yang paling umum, jauh lebih tinggi. Di pengaturan
pabrik yang terkontrol, setiap pekerja biasanya ditugaskan untuk suatu stasiun
kerja yang disertakan dengan semua yang sesuai peralatan yang dibutuhkan
untuk menyediakan lingkungan kerja yang paling aman mungkin.
5. Fleksibilitas.
Ketika terjadi perubahan kebutuhan, bangunan modular dapat
dibongkar dan modul direlokasi atau diperbaharui untuk penggunaan berikutnya
mengurangi permintaan untuk bahan baku dan meminimalkan jumlah energi
yang dikeluarkan untuk membuat sebuah bangunan untuk memenuhi kebutuhan
baru. Intinya, seluruh bangunan dapat didaur ulang dalam beberapa kasus.
6. Kemampuan beradaptasi. Bangunan modular sering dirancang untuk cepat
menambah atau menghapus satu atau lebih "modul" meminimalkan gangguan
terhadap bangunan yang berdekatan dan sekitarnya.
7. Dibangun dengan waktu yang lebih singkat. Intinya adalah bahwa dengan
konstruksi modular, Anda dapat mendapatkan fasilitas dibangun untuk kode
lokal yang sama dengan kualitas konstruksi yang baik atau lebih baik dari yang
sebanding dan dalam waktu yang jauh lebih sedikit. Selain itu, jadwal konstruksi
disingkat memungkinkan Anda untuk mendapatkan laba atas investasi Anda
lebih cepat dan meminimalkan paparan risiko boros waktu yang umumnya
terkait dengan berlarut-larut konstruksi jadwal.
(Sumber: Modular Building Institute, 2009)
II.3
Studi Banding
II.3.1 Konstruksi Modular – Frame System
1. Rumah di Phoenix
Proyek Xeroes terletak di pinggiran Phoenix. Terletak di situs landai,
dengan sistem cul-de-sac, bangunan sempit berorientasi pada gunung di utara
dan pusat kota di selatan. Untuk mencapai ruang tamu di tingkat lantai pertama
dapat melalui sebuah tangga baja yang dimulai di permukaan tanah.
Gambar 2.27: Rumah Phoenix dan detailnya
Sumber: Modular Component
Sistem struktural terdiri dari rangka baja dikombinasikan dengan balok
kayu prefabrikasi. Selubung bangunan dibangun dari Ocorrugated steel cladding
dan wire-mesh.
Gambar 2.28: Potongan Ruma Phoenix dan keterangannya
S
Sumber: Modular Component
Gambar 2.29: Framing dan detail di Site Rumah Phoenix
Sumber: Modular Component
2.
Rumah di Andelsbuch
Terletak di Hutan Brengenz, rumah dua keluarga dengan sistem terangkat,
terbuka untuk elemen strukturalnya. Parkir rumah terletak di basement. Rumah
itu merupakan rumah dengan menggunakan sistem konstruksi berdasarkan modul
frame kayu sederhana 5x5 meter. Bingkai struktural diisi dengan prefabrikasi
dinding dan element. Lantai kamar mandi dan dapur dalam prototipe ini
berfungsi sebagai pusat yang diinstal sebagai unit yang lengkap dengan ruang
memanfaatkan cahaya alami melalui dinding sehingga sebagian menimbulkan
kesan mengkilap.
Gambar 2.30: Frame pada Rumah di Andelsbuch
Sumber: Modular Component
Gambar 2.30a: Potongan Rumah Andelsbuch dan Detailnya
Sumber: Modular Component
II.3.2 Konstruksi Modular – Panel System
1.
Manajemen Hotel dan Sekolah Catering di Nivillers
Hanya 10 km dari Beauvals. Sebuah sekolah baru untuk manajemen hotel dan
dua saluran hunian terkait telah terintegrasi ke dalam lingkungan bersejarah. Hotel
memiliki panel prefabrikasi, daya dukung beban, pembuatan ruang-ruang
menggunakan material bata berlubang dan tidak memerlukan perawatan fasad
tambahan. Sistem konstruksi lebih ekonomis daripada batu bata tradisional dan juga
hemat karena mengurangi masa konstruksi. Panel bata memiliki ketinggian standar
250-280 cm dengan lebar kelipatan 15 cm. Panel bata dan anggota struktural lainnya
menyatu dengan batang tulangan baja.
Gambar 2.31: Manajemen Hotel
dan Sekolah Catering di Niviller
Sumber: Modular Component
Gambar 2.32: Detail dan Pemasangan Panel
Sumber: Modular Component
II.4
Tinjauan Kondisi Tapak
II.4.1 Deskripsi Proyek
• Jenis Proyek
: Non Fiktif
• Pemilik Proyek
: Perusahaan Swasta
Proyek ini ditujukan bagi para kaum pebisnis yang membutuhkan tempat
singgah sementara waktu untuk sekedar beristirahat.
II.4.2 Besaran Proyek
• Luas Lahan
: 18.125 m2
• KDB
: 50%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun
: 50% x 18.125 = 9062,5 m2
• KLB
:2
Luas total bangunan yang boleh dibangun
: 2 x 9062,5 = 18125 m2
II.4.3 Lahan Tapak
Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera notasi
peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan sebagai
berikut:
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) = 50% Kkt
T
50
KLB (Koefisien Lantai Bangunan) = 2
4
2
Kpd
GSB (Garis Sempadan Bangunan) = Utara Tapak 7,5 meter
= Selatan Tapak 10 meter
Jumlah lantai yang diizinkan
= maksimal 4 lantai
II.4.4 Letak Proyek
Proyek berlokasi di Jalan Manggarai kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Lokasi ini terletak di sisi Barat Stasiun Manggarai.
Gambar 2.33: Lokasi Proyek
U
Sumber: Modular Component
II.4.5
Batas-batas tapak:
Tabel 2.2: Batas-batas Tapak
1. perumahan PJKA
Sisi
Utara:
Timur:
1. Stasiun Manggarai
Sisi
1. Sungai Ciliwung
Sisi
Sisi
Banjir kanal barat
Barat:
Selatan:
Sumber: Survey Tapak
II.4.6
Pencapaian ke Tapak
Gambar 2.34: Pncapaian ke Tapak
B
A
C
D
Sumber: Google Search
A: Pasaraya
Akses dari Jl.Sultan Agung
B: Lokasi Manggarai
Aliran Sungai Ciliwung
C: Stasiun Karet
D:Sungai Ciliwung
Tapak dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, bersepeda, kendaraan umum
atau dengan berjalan kaki. Akses ke dalam tapak hanya bisa dari Jalan Sultan Agung
atau melewati Pasaraya.
II.4.7
Status Kepemilikan Lahan
Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh tanah milik swasta.
II.4.8 Fungsi Sekitar Tapak
Tapak ini lumayan dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti pusat
perbelanjaan seperti Pasaraya dan Manggarai City. Tapak ini juga dekat dengan
berbagai bangunan perkantoran yang pada hari kerja selalu ramai Ditunjang dengan
letaknya yang dekat dengan stasiun memudahkan untuk keluar dan kedalam tapak
dengan mudah.
II.4.9 Kondisi Sosial
Daerah ini masih termasuk dalam kawasan Manggarai, yang terkenal dengan
kepadatan aktivitas perkantoran. Letaknya di pusat kota membuat kepadatan dan
kebisingan tidak dapat dihindari. Ini dapat mengganggu kenyamanan audial fungsi hotel
yang akan dijadikan proyek kali ini. Diharapkan hotel ini dapat mengatasi dan memberi
solusi terhadap permasalahan tapak dan sekitar tapak sehingga kenyaman hotel dapat
dicapai.
II.4.10 Potensi dan Kendala Tapak
Potensi Tapak
•
Dekat dengan bangunan perkantoran
•
Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang seperti pusat perbelanjaan
•
Dekat dengan stasiun Manggarai
•
Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan
•
Dekat dengan waduk sehingga mudah dalam proses drainase
•
Memiliki 2 view
Kendala Tapak
•
Dekat dengan Sungai Ciliwung
•
Bising karena dekat dengan stasiun
•
Selain bising karena letaknya dijalan besar tapi kebisingan di perparah dengan
suara dari stasiun kereta
•
Padat karena pusat lalu lintas arah pergi-pulang kerja
•
Penghijauan di tapak kurang
II.4.11 RTRW Kawasan Manggarai dan Sekitarnya
Menurut Raperda RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010-2030 revisi 12 Januari
2010, ada beberapa peraturan yang menyangkut struktur dan pola ruang provinsi DKI
Jakarta yang harus diperhatikan. Berikut penjabaran data Raperda RTRW terkait proyek
hotel transit yang akan dibangun didaerah tersebut antara lain:
Bab IV Paragraf 2 pasal 16 mengenai Sistem Pusat Kegiatan bagian 4(g)
menjabarkan mengenai sistem kegiatan pusat primer menurut fungsi kawasan sebagai
pembentuk struktur ruang sebagaimana dimaksudkan pada ayat 2, ditetapkan sebagai
berikut:
g. kawasan Manggarai sebagai stasiun terpadu dan titik perpindahan beberapa
moda transportasi dengan konsep Transit Oriented Development (TOD);
Pemahaman Transit Oriented Development (TOD) menurut Raperda RTRW itu sendiri
dijabarkan sebagai berikut:
1. Sistem prasarana Transit Oriented Development (TOD) dikembangkan pada
terminal/stasiun antar moda pada pusat-pusat kegiatan, stasiun Angkutan Jalan
Rel, shelter Angkutan Massal Jalan Raya dan terminal angkutan umum jalan
raya yang terintegrasi dengan pengembangan lahan sekitarnya.
2. Penetapan lokasi terminal/stasiun/shelter yang dikembangkan dengan konsep
TOD dan aturan lain yang lebih rinci ditetapkan oleh Gubernur dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundangan yang ada.
Bab IV Paragraf 3 pasal 17 mengenai Sistem dan Jaringan Transportasi:
1. Sistem dan jaringan transportasi terdiri atas:
a.
Sistem dan jaringan transportasi darat
b.
Sistem dan jaringan transportasi laut
c.
Sistem dan jaringan transportasi udara
2. Sistem dan jaringan transportasi darat meliputi:
a.
Sistem prasarana angkutan umum missal
b.
Sistem Transit Oriented Development
c.
Sistem prasarana jalan
d.
Sistem prasarana park and ride
e.
Sistem prasarana angkutan barang
f.
Sistem prasarana pedestrian dan sepeda
3. Sistem dan jaringan transportasi laut terdiriatas tatanan ke pelabuhan dan alur
pelayaran.
4. Sistem dan jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan.
II.4.12 Kesimpulan Studi Literatur
Berdasarkan studi literature yang sudah ada maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain:
•
Hotel kapsul akan diatahkan sesuai dengan RTRW kawasan manggarai
sebagai kawasan transit dengan berbasis TOD.
•
Optimalisasi material dengan menggunakan sistem modular yang
difokuskan pada pemakaian sistem frame dengan ditekankan pada
struktur utama bangunan.
•
Material Prefabrikasi akan banyak digunakan untuk lebih mendukung
optimalasasi dan efisiensi dalam waktu, material dan biaya.
Download