BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit merupakan fokus

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kredit merupakan fokus utama perbankan dalam menyalurkan dana yang
dihimpun kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup
orang banyak. Masyarakat yang meminjam dana dari bank akan dikenakan bunga
kredit sebagai bentuk balas jasa atau ganti rugi atas sejumlah dana yang
dipinjamnya. Dengan kata lain, bunga kredit adalah suku bunga yang dikenakan
oleh pihak bank (kreditor) kepada nasabahnya (debitur) untuk periode kredit
tertentu terhadap pokok pinjaman dan menjadi sumber pendapatan bagi pihak
bank.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI /2012 tentang
Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga, termasuk:
a.
Cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang
tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;
b.
Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan
c.
Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
1
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan bunga kredit ini merupakan sumber pendapatan utama bagi
bank. Namun di samping bunga kredit, bank juga mempunyai sumber pendapatan
lain dari penyediaan jasa atau service kepada nasabah yakni berupa provisi,
komisi, laba/rugi kurs, recovery asset, transaksi derivatif, efek-efek dan lainnya.
Pendapatan ini dikenal dengan sebutan fee based income atau pendapatan
operasional non-bunga dan merupakan upaya bank dalam melakukan diversifikasi.
Menurut Lapoliwa (2000), tujuan dari pemberian jasa-jasa ini selain untuk
mengembangkan pangsa pasar bank juga untuk meningkatkan pendapatan bank
dalam bentuk komisi.
Dalam bidang keuangan, diversifikasi berarti mengurangi risiko nonsistematis dengan berinvestasi dalam berbagai aset. Jika nilai suatu aset tidak
bergerak naik atau turun searah, portofolio yang terdiversifikasi akan memiliki
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan risiko tertimbang rata-rata dari aset
penyusunnya. Hal inilah yang mendorong para pengelola bank untuk melakukan
diversifikasi usaha. Bank tidak lagi fokus pada penyaluran kredit, namun bank
memperluas bidang usaha nya dengan menjual jasa kepada nasabahnya.
Definisi diversifikasi usaha bank sendiri adalah suatu upaya membuat
keanekaragaman bidang usaha yang dilakukan oleh bank untuk memaksimalkan
keuntungan sehingga arus kas bank dapat lebih stabil dan untuk menghindari
ketergantungan pada satu bidang usaha, dalam hal ini penyaluran kredit . Hal ini
dilakukan bank untuk mengatasi krisis perbankan, sehingga apabila suatu bank
mengalami kemerosotan pendapatan di salah satu bidang usaha sementara di
2
Universitas Sumatera Utara
bidang usaha lain mendapatkan kelebihan pendapatan, kekurangan yang terjadi
bisa tertutupi.
Tujuan pokok dari diversifikasi usaha adalah untuk meminimalkan risiko
dan meningkatkan nilai bank. Penciptaan nilai ini bisa datang dari dua sumber.
Yang pertama adalah lingkup ekonomi bank. Tidak seperti kebanyakan
perusahaan dari industri lain, bank sering mengadakan kontrak jangka panjang
dengan
nasabahnya.
Seiring
dengan
berjalannya
waktu,
bank
dapat
mengumpulkan informasi mengenai nasabahnya dan menggunakannya kembali
tidak hanya dalam area bisnis dimana awalnya informasi tersebut dikumpulkan,
tetapi juga dalam bisnis lain yang tidak terkait. Selain itu, bank-bank yang
beroperasi dengan leverage operasional yang tinggi menemukan bahwa
diversifikasi pada bisnis terkait akan memberikan keuntungan biaya dibandingkan
dengan bank lain yang hanya fokus pada satu bidang. Alasan kedua mengapa
diversifikasi bisnis dapat meningkatkan nilai bank adalah karena adanya
perubahan dramatis dalam industri yang dipicu oleh kemajuan teknologi dan
deregulasi. (Elsas, et al : 2009)
Dalam dua dekade terakhir, banyak bank telah mengimplementasikan
kebijakan diversifikasi terhadap bermacam-macam kegiatan, seperti kegiatan
komersial, asuransi, pertanggungan sekuritas, brokerage, jasa pegadaian dan
lainnya sebagai dampak dari deregulasi global, perubahan teknologi, dan
perkembangan dalam pasar barang. (Sawada : 2013)
Stiroh (2015) menyatakan perbaikan peraturan, inovasi pasar barang, dan
perubahan teknologi telah mengakibatkan perubahan pada bank-bank umum di
3
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat. Bank-bank ini menjadi lebih besar, beroperasi pada lebih banyak
pasar, menawarkan lebih banyak produk, serta memperlihatkan aliran sumber
pendapatan yang lebih beraneka ragam.
Dikutip dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (2011),
perbankan di Indonesia juga tengah giat melakukan diversifikasi sumber
pendapatan untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan bunga kredit. Hal
ini ditunjukkan dari rasio total pendapatan bunga terhadap total pendapatan
operasional sepuluh bank beraset terbesar di Indonesia yang mengalami tren
penurunan, sedangkan tren pendapatan non-bunga terus meningkat. Laporan
keuangan sepuluh bank terbesar menunjukkan bahwa sejak 2004 persentase total
pendapatan bunga terhadap total pendapatan operasional mencapai 89% kemudian
menurun ke level 82% pada 2010. Pendapatan non-bunga menunjukkan hal
sebaliknya, yaitu terus meningkat sejak 2004 di level 11% dan terus naik ke level
18% pada 2010.
Menurut data Bank Indonesia, pada Desember 2010 pangsa fee based
income terhadap pendapatan operasional pada kelompok bank asing merupakan
yang tertinggi yakni tercatat sebesar 12,91% atau Rp 4,80 triliun. Namun,
pendapatan non-bunga kelompok bank asing ini lebih rendah dari sisi persentase
maupun nilai dibanding Desember 2009 sebesar 13,56% atau Rp 4,27 triliun.
Secara nominal, kelompok bank pemerintah mencatat fee based income
tertinggi pada 2010 yaitu sebesar Rp 13,08 triliun. Kondisi ini mencerminkan
bahwa kelompok bank asing cukup baik dalam mencari alternatif sumber
pendapatan selain kredit. Dari sisi tren, pangsa fee based income kelompok bank
4
Universitas Sumatera Utara
asing cukup fluktuatif, sedangkan pangsa fee based income kelompok bank
pemerintah trennya terus meningkat dari 2,41% pada Desember 2009 menjadi
10,97% pada Desember 2010.
Pangsa fee based income terhadap pendapatan operasional pada
kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) adalah yang terendah dibandingkan
kelompok bank lainnya. Pada bulan Desember 2010, pangsa fee based income
kelompok BPD tercatat sebesar 3,16% atau turun dibandingkan Desember 2009
sebesar 5,44%. Perkembangan pangsa fee based income kelompok bank swasta
terlihat menurun sejak Desember 2008, sebaliknya pada kelompok bank campuran
cenderung meningkat.
Menurut Departemen Riset IFT, tren ini menunjukkan bahwa fee based
income bank telah menopang pendapatan operasional perbankan. Tren kenaikan
pendapatan non-bunga tersebut juga diakibatkan oleh kompetisi penyaluran kredit
perbankan yang semakin ketat sehingga profitabilitas yang diperoleh perbankan
dari kredit menjadi berkurang. Selain itu, tren penurunan suku bunga acuan BI
Rate juga menyebabkan penurunan imbal hasil (yield) terhadap aset keuangan
yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada instrumen surat utang
pemerintah, obligasi korporasi, dan penempatan pada surat berharga seperti
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Sejumlah studi
mengenai diversifikasi pendapatan dan pengaruhnya
terhadap kinerja dan risiko bank telah dilakukan di berbagai negara, namun
menunjukkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Di sisi lain, studi mengenai
penelitian terkait juga jarang menggunakan data pasar saham untuk menilai
5
Universitas Sumatera Utara
pengaruh diversifikasi fungsional terhadap risiko dan tingkat pengembalian.
Menurut Stiroh (2006) dan Baele, et al (2007) dalam Sawada (2013), pengukuran
berdasarkan data pasar saham memiliki keuntungan yang relatif jika dibandingkan
dengan data akuntansi. Pertama, karena harga saham adalah forward-looking,
maka timbul prediksi mengenai kinerja di masa yang akan datang dan risiko yang
dihubungkan dengan pilihan strategi yang berbeda. Kedua, penggunaan data pasar
saham dapat menguraikan total risiko menjadi risiko sistematis dan risiko nonsistematis.
Acharya, et al (2002) melakukan studi tentang pengaruh spesialisasi vs
diversifikasi terhadap return dan risk pada perbankan di Italia. Secara spesifik,
Acharya, et al (2002) menganalisis hubungan timbal balik antara kredit
(spesialisasi) dan diversifikasi menggunakan satu set data yang mampu
mengidentifikasi eksposur pinjaman bank untuk industri yang berbeda, sektor
yang berbeda, dan untuk wilayah geografis yang berbeda. Hasil penelitiannya
menunjukkan baik diversifikasi industri dan sektoral menurunkan kinerja bank
dan mengakibatkan pinjaman risiko meningkat. Namun, diversifikasi geografis
dapat meningkatkan kinerja.
Di sisi lain, penelitian yang dilakukan Turkmen dan Yigit (2012) di Turki
menunjukkan hasil yang kontradiktif. Penelitiannya menganalisis pengaruh
diversifikasi sektoral dan geografis pada kinerja perbankan di Turki. Turkmen dan
Yigit (2012), menggunakan ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity)
sebagai ukuran kinerja bank sedangkan diversifikasi bank diukur dengan
Herfindahl Index (HI). Hasil penelitian Turkmen dan Yigit (2012) menunjukkan
6
Universitas Sumatera Utara
bahwa diversifikasi geografis berpengaruh negatif terhadap kinerja bank di Turki.
Kinerja bank ini menyangkut perusahaan dan sektor-sektor lain dalam
perekonomian.
Sementara itu, menurut Baele, et al (2007) bahwa, adanya hubungan
positif yang kuat antara kinerja bank dengan tingkat fungsional diversifikasi pada
perbankan di Eropa . Sementara untuk risiko, ditemukan hubungan non-linear
antara diversifikasi dengan risiko bank tertentu. Selanjutnya menurut Baele, et al
(2007) bahwa diversifikasi dapat menurunkan risiko non sistematis, namun
meningkatkan risiko sistematis. Penelitiannya menggunakan data pasar saham
untuk menghitung potensi risiko dan imbal hasil. Ternyata, pasar saham
mengantisipasi bahwa diversifikasi fungsional dapat meningkatkan keuntungan
bank. Baele, et al (2007) juga membahas sejumlah implikasi bagi para pemangku
kepentingan bank. Investor yang telah memiliki portofolio saham yang
terdiversifikasi memerlukan informasi mengenai risiko sistematis, sehingga
mereka dapat membangun portofolio di mana eksposur risiko non-sistematis dapat
dihindari. Sementara pemegang saham di suatu bank tergantung pada kondisi
bank. Mereka harus memperhatikan risiko non-sistematis, sama halnya dengan
peminjam dan nasabah.
Penelitian mengenai diversifikasi ini juga dilakukan oleh Sawada (2013)
di Jepang. Penelitiannya menguji pengaruh diversifikasi bank terhadap bermacammacam kegiatan pada tingkat pengembalian dan risiko berdasarkan data pasar
saham. Diversifikasi pendapatan diukur dari nilai pendapatan non-bunga (non
interest income). Pendapatan non-bunga ini terdiri dari pendapatan berbasis fee
7
Universitas Sumatera Utara
(fee based income), pendapatan berbasis perdagangan (trading income), dan
pendapatan lainnya.
Hasil penelitiannya menemukan bahwa diversifikasi
pendapatan secara positif mempengaruhi nilai pasar bank, tetapi tidak
memberikan bukti bahwa hal itu mengurangi risiko bank. Sebaliknya, jika
pendapatan non-bunga dijabarkan menjadi bagian penyusunnya, yakni fee income,
trading income, dan pendapatan non-bunga lainnya, hal ini dapat menurunkan
risiko bank, baik risiko sistematis, risiko non-sistematis, dan risiko total. Lebih
lanjut, Sawada (2013) menemukan bahwa diversifikasi pendapatan mempengaruhi
nilai bank dan risiko secara berbeda tergantung dari karakteristik bank.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
replikasi penelitian Sawada (2013) yaitu untuk mengetahui pengaruh diversifikasi
terhadap kinerja berbasis pasar dan risiko berbasis pasar pada bank yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau disebut juga dengan bank go public karena
penelitian terkait masih terbatas jumlahnya di Indonesia. Maka penulis menyusun
penelitian yang berjudul ;
“Analisis Pengaruh Diversifikasi Pendapatan Terhadap Kinerja
Berbasis Pasar dan Risiko Berbasis Pasar pada Bank Go Public”
8
Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , maka permasalahan dalam penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut ;
1.
Apakah fee based income dan trading income berpengaruh
signifikan terhadap kinerja berbasis pasar?
2.
Apakah fee based income dan trading income berpengaruh
signifikan terhadap risiko berbasis pasar?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui pengaruh fee based income dan trading income
terhadap kinerja berbasis pasar
2.
Untuk mengetahui pengaruh fee based income dan trading income
terhadap risiko berbasis pasar
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi para pengelola bank maupun investor untuk menerapkan
kebijakan diversifikasi pendapatan
9
Universitas Sumatera Utara
2.
Memberikan sumbangan dan manfaat serta menjadi referensi bagi
akademisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
masalah diversifikasi pendapatan.
3.
Menambah wawasan serta pengetahuan tentang diversifikasi
pendapatan yang diaplikasikan dalam sektor perbankan untuk
menciptakan nilai bagi bank.
10
Universitas Sumatera Utara
Download