PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN PADA PEMILIHAN

advertisement
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN PADA PEMILIHAN UMUM
LEGISLATIF 2014
(Studi pada Masyarakat Nelayan Desa Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam
Kabupaten Bintan)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
TIARA EKA PUTRI
NIM : 100565201130
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang
disebut dibawah ini :
Nama
: TIARA EKA PUTRI
NIM
: 100565201130
Jurusan/ Prodi : Ilmu Pemerintahan
Alamat
: KP. Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan
Nomor Telp
: 081261424019
Email
: [email protected]
Judul Naskah
: PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN
PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014
(Studi pada Masyarakat Nelayan Desa Busung Kecamatan Seri
Kuala Lobam Kabupaten Bintan)
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan
untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 23 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Afrizal,S.Ip,M.Si
NIP. 198304032015041001
N.A Dwi Putri,S.Ip,M.Si
NIP.198707182014042001
1
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN PADA PEMILIHAN UMUM
LEGISLATIF 2014
(Studi pada Masyarakat Nelayan Desa Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam
Kabupaten Bintan)
TIARA EKA PUTRI
AFRIZAL
N.A DWI PUTRI
ABSTRAK
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan Pemerintahan Negara yang Demokratis dapat
di lihat dari tingkat Partisipasi Masyarakat pada Pemilihan Umum (Pemilu). Dalam setiap
penyelenggaraan pemilihan umum, tidak terlepas dari masalah yang tentu saja akan
menjadi kendala dalam pelaksanaannya. Kendala yang sering muncul saat ini misalnya
proses pemilihan yang rumit, kurangnya sosialisasi KPUD untuk menerangkan tata cara
pemberian suara, sistem pendaftaran pemilih dan masalah lain yang belum dapat diatasi.
Hal tersebut juga terlihat pada pemilihan umum Legislatif 2014 di Desa Busung
Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan.Terkait dengan partisipasi politik
wilayah yang menjadi lokasi penelitian ini juga mengalami masalah dimana tingkat
partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum anggota legislative masih sangat
kurang dan Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat
nelayan di Desa Busung.
Dalam Hal ini Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan harapan data yang
diperoleh bisa lebih konprehensif menggambarkan fakta dilapangan. Konsep yang
dipakai dalam penelitian ini adalah konsep dari (Surbakti, 2010:119) yang memberikan
tanggapan bahwasanya ada beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik masyaraka nelayan kegiatan ini mencakup seperti Faktor Sosial Ekonomi dalam
pemilihan umum, Faktor Politik, Faktor Fisik Individu dan Lingkungan, serta Faktor
Nilai Budaya.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil Kesimpulan bahwa partisipasi
politik masyarakat Nelayan Desa Busung pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014
yang lalu rendah yang diakibatkan oleh faktor ekonomi masyarakat sehingga membuat
masyarakat lebih mementingkan pekerjaan ketimbang mengurus masalah politik, dan
juga di akibatkan faktor politik dengan kurangnya pendidikan masyarakat, maka dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berpartisipasi
Kata Kunci : Partisipasi Politik Masyarakat, Nelayan
2
ABSTRCT
The success or failure of the implementation of Democratic State Governance can
be seen from the level of Public Participation in General Election (Election). In every
general election, not apart from the problem which of course will become obstacle in its
implementation. Constraints that often arise today such as complex election processes,
lack of socialization of the Election Commission to explain the voting procedures, voter
registration system and other issues that can not be overcome. This is also evident in the
2014 Legislative General Election in Busung Village, Seri Seri Kuala Lobam Sub-district,
Bintan Regency. In relation to the participation of the regional politics in which the
research location is also experiencing problems where the level of political participation
of the people in the general election of legislative members is still very low and the
factors that influence the high The low participation of the politics of fishermen in the
village of Busung.
In This Researcher using qualitative methods in the hope that the data obtained
can be more comprehensive describes the facts in the field. The concept used in this
research is the concept of (Surbakti, 2010: 119) which provides the response that there
are some factors that influence the political participation of fishermen in this activity
include such as socio-economic factors in elections, political factors, individual physical
factors and the environment , And Cultural Value Factor.
Based on the results of the research it can be concluded that the political
participation of the Fishermen Village Busung Village in Legislative Election last 2014
was low caused by the economic factors of the community so that the community put more
importance on the job rather than take care of political problems, and also in the
political factor with the lack of public education , Then it can affect people's knowledge
to participate
Keywords: Political Participation Society, Fishermen
3
A. PENDAHULUAN
Dalam
Dalam menentukan wakil rakyat
yang
benar-benar
Pemilihan
politik
Umum
negara
(pemilu)
untuk
merupakan salah satu proses politik yang
menentukan kemajuan dari suatu negara
dilaksanakan setiap lima tahun, baik untuk
dibutuhkan pola pikir kritis masyarakatnya.
memilih anggota legislative (badan Pembuat
Karena suatu Negara tidak akan mungkin
Undang-undang), maupun untuk memilih
berkembang tanpa adanya partisipasi dan
anggota
eksekutif(menjalankan
dukungan dari masyarakatnya. Media masa
undang),
sedangkan
juga
dalam
(Pemilu) menurut Kamus Besar Bahasa
masyarakatnya.
Indonesia yaitu proses, pemilihan (anggota
dapat
membentuk
Kemajuan
berkompeten
Indonesia,
sistem
mempengaruhi
opini
dari
perkembangan
politik
undang-
Pemilihan
Umum
suatu
DPR) langsung oleh rakyat yang dilakukan
Negara dapat dilihat dari baik buruknya
serentak oleh seluruh rakyat di negara
partisipasi
(untuk memilih wakil rakyat).
masyarakatnya,
seperti
yang
dikemukakan oleh Rauf (1998:12) bahwa
Anggota legislatif yang dipilih
kemajuan di bidang politik yang terjadi di
dalam pemulu lima tahun tersebut, terdiri
negara-negara modern oleh masyarakat akan
menjadi
inspirasi
untuk
dari anggota legislatif pusat/parlemen yang
menilai
dalam ketatanegaraan Indonesia biasanya
perkembangan politik negara. Setiap orang
disebut sebagai DPR-RI, kemudian DPRD
dapat mengetahui perkembangan demokrasi
dan
politik
di
pandangannya
masyarakat
negaranya
terhadap
di
bidang
Daerah
melalui
telah
dan
Bupati/
Rakayat
dan
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang baru karena
yang lama sudah berakhir masa jabatannya
yang sangat penting. Salah satu peranan
yang berdurasi 5 tahun. karena kemajuan
masyarakat dalam Negara demokrasi adalah
dalam
memilih
Gubernur
Permusyawaratan
sebuah Negara demokrasi memiliki peranan
masyarakat
untuk
tujuanya untuk Untuk memilih Majelis
masyarakat.
Masyarakat sebagai tokoh utama dalam
partisipasi
peluang
Walikotanya. Pemilihan Umum Legislatif
karena dalam setiap pengambilan kebijakan
aspirsi
diberi
President,
demokratis memiliki keunggulan tersendiri,
pada
DPRD
pemilu untukpemilihan eksekutif, rakyat
dan
pemerintahan di negaranya.Negara yang
mengacu
dan
Kabupaten/Kota. Sementara dalam konteks
partisipasi
politik
Pripinsi,
daerah tergantung pada keputusan undang-
politik.
undang yang akan dibuat.
Masyarakat memiliki peran yang sangat kuat
dalam proses penentuan eksekutif dan
Partisipasi menurut Kamus Besar
legislatif baik dipemerintah pusat maupun
Bahasa
daerah.
berperan serta dalam suatu kegiatan atau
4
Indonesia
yaitu
perihal
turut
keikutsertaan kegiatan dalam suatu riset,
menudukung
berupa pengamatan yang aktif dan turut
pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi
serta dalam kehidupan lapangan atau objek
pelaksanaan Pemilu sesuai dengan peran
yang diamati. Melalui partisipasi, individu
mereka masing-masing.
menjadi
warga
membedakan
publik,
persoalan
dan
pribadi
Partisipasi politik yang merupakan
dengan
perwujudan kedaulatan rakyat adalah suatu
hal yang sangat fundamental(dasar pokok)
nyaris semua orang akan ditelan oleh
pribadi
dan
dalam proses demokrasi. Ia memiliki makna
pemuasan
yang sangat penting dalam bergeraknya roda
kebutuhan pribadi mereka yang berkuasa.
dan sistem demokrasi. Apabila masyarakat
Kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk
turut
serta
secara
aktif
memiliki tingkat partisipasi yang tinggi,
dalam
maka proses pembangunan politik akan
kehidupan politik, dengan jalan memilih
berjalan dengan baik, sehingga akan sangat
pimpinan negara, dan secara langsung atau
berarti pula terhadap perkembangan bangsa
tidak langsung mempengaruhi kebijakan
dan negara ini. Sebaliknya partisipasi politik
pemerintah, „public policy‟ juga bisa di
katakana
sebagaipartisipasi.
konvensional
kegiatan
juga tidak akan bermakna apa-apa dan tidak
Secara
ini
berarti sama sekali kalau ia tidak memenuhi
mencakup
syarat dari segi kualitatif maupun kuantitif.
tindakan seperti: memberikan suara dalam
Oleh karenanya tingkat partisipasi politik
pemilihan umum, „voting‟ menghadiri rapat
masyarakat
umum, „campaign‟menjadi anggota suatu
partai
atau
kelompok
mengadakan pendekatan
perencanaan,
mampu
persoalan masyarakat. Tanpa partisipasi,
kepentingan
dalam
termasuk
kepentingan;
dalam
pemilihan
umum,
kepala
daerah
pemilihan
merupakan hal yang sangat penting pula
atau hubungan,
untuk ditilik, karena rendah atau tingginya
„contacting’ dengan pejabat pemerintah,
suatu partisipasi merupakan sinyal dan
atau anggota parlemen dan sebagainya.
indikator penting terhadap jalannya proses
Partisipasi
pemilih
pelaksanaan Pemilu
mutlak
dalam
demokasi dan perwujudan dari kedaulatan
diperlukan,
rakyat.
tanpa adanya partisipasi pemilih, Pemilu
Pada tahun 2014 setiap daerah di
hanyalah menjadikan sebagai objek semata
seluruh Indonesia menjalankan pemilihan
dan salah satu kritiknya adalah ketika
umum legislatif termasuk Kabupaten Bintan.
masyarakat tidak merasa memiliki dan acuh
tak
acuh
terhadap
Penempatan
pemilihan
sehingga
pemilihan
umum.
sebagai
subjek
pemilih
umum
pemilih
mutlak
turut
Kabupaten Bintan merupakan salah satu
daerah yang tediri dari banyak wilayah
pedesaan, yang mempunyai karekteristik
diperlukan
berperan
penduduk
aktif
5
berbeda-beda
yang
mampu
mempengaruhi
partisipasinya
terhadap
pertisipasi masyarakat nelayan Desa Busung
politik baik dari segi jumlah penduduk,
kurang pada pemilu 2009.
pendidikan maupun mata pencaharian.
Partisipasi politik para nelayan
Desa Busung merupakan satu dari
yang hidup di tepi pantai masih terlalu
desa yang ada di Kabupaten Bintan. Pada
minim. Minimnya keberpihakan kepada
Pemilihan
di
nelayan mempengaruhi rendahnya tingkat
bandingkan dengan tahun 2014 itu ada
partisipasi masyarakat nelayan. Keterbatasan
perkembanganya, hal ini di buktikan dari
waktu nelayan bagi kegiatan-kegiatan non
jumlah pemilih 882 orang tahun 2014 pada
ekonomis,
masyarakat
yang
berorganisasi nelayan. Sementara untuk
menggunakan hak suaranya dengan baik 636
karakteristik sosial individu nelayan tidak
orang jadi hanya 246 orang yang tidak
mempengaruhi tingkat partisipasi politik
menggunakan hak suaranya atau Golongan
mereka. Agar nelayan memiliki posisi tawar
Putih (Golput), jika di lihat pada tahun 2009
yang
tingkat pertisipasi masyarakat sangat minim,
kebijakan perlulah dilakukan pendidikan
hal ini di buktikan dengan hanya 500 orang
politik terhadap mereka hingga mereka
yang
menyadari
Umum
Legislatif
Desa
2009
Busung,
menggunakan
hak
suaranya
dan
kuat
dan
rendahnya
dalam
proses
hak-hak
serta
pengalaman
pengambilan
kewajibannya
selebihnya tidak menggunakan hak suara,
sebagai warga negara. Pendidikan politik
hal ini di karenakan kurangnya tingkat
dimaksud
dapat
sosialisasi pada masyarakat Desa Busung
organisasi
politik
terlebih lagi pada masyarakat nelayan,
ataupun pihak perguruan tinggi. Hal ini
karena masyarakat nelayan Desa Busung
tentunya
pada tahun sebelumnya lebih mementingkan
peningkatan pendapatan. Selain itu ada
pekerjaanya di bandingkan pergi ke Tempat
beberapa masyarakat non nelayan juga yang
Pemungutan
untuk
tidak memberikan hak suaranya, karna
itu
terkendala dengan pekerjaan atau fakrot
khususnya
yang lainya, tapi ada sebagian masyarakat
Suara
menyelenggarakan
masyarakat
Desa
berprofesi
sebagai
(TPS)
Pemilu
Busung
selain
nelayan,
untuk
dilakukan
dan
dilakukan
melalui
kemasyarakatan,
sejalan
dengan
non nelayan yang juga memberikan hak
menghadiri sosialisasi yang di adakan oleh
suaranya.
pemerintah desa rata-rata hanya kaum
Kurangnya kepahaman masyarakat
perempuan atau ibu-ibu rumah tangga saja,
Desa Busung tentang pemilihan umum di
sedangkan para kaum lelaki atau para bapak-
karenakan, ada beberapa masyarakat yang
bapaknya lebih memilih untuk mencari
pemilih pemula yang baru menginjak usia
nafkah dan itu yang menyebabkan tingkat
17 tahun, kemudian para masyarakat lanjut
usia (lansia) yang juga sudah tidak mengerti
6
tentang pemilu dan butuh bantuan dari
kedaulatan rakyat secara efektif dan lestari.
masyarakat
melakukan
Pemilu memang merupakan keputusan yang
pencoblosan, kurangnya pengenalan calon
sangat penting bagi masa depan negara. Bila
legislatif secara efektif kepada masyarakat
suatu pemilu berjalan baik, maka sebuah
setempat serta kurangnya sosialisasi yang
negara dapat melanjutkan menuju demokrasi
dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan
dan perdamaian. Sebaliknya, bila pemilunya
Umum) (Sumber dari hasil wawancara
berjalan buruk bahkan gagal, sebuah negara
dengan kepala Desa).
bisa dibilang tengah meruntuhkan demokrasi
sekitar
untuk
Partisipasi masyarakat nelayan di
dan kembali menuju titik nadirnya. Itulah
Desa Busung berkaitan dengan pemilu yang
sebabnya pemilu kerap disebut sebagai roh
telah
demokrasi.
dilaksanakan
pada
tahun
2014
merupakan salah satu masalah didalam
Menurut International Institute for
masyarakat nelayan untuk ikut berpartisipasi
Democracy
mensukseskan
(International IDEA, 2002: 24) mengatakan
masalah
pemilu.
diatas
melakukan
maka
penelitian
Beranjak
dari
Masyarakat
2014
Nelayan
bahwa,
dengan
judul
“Suatu sistem pemilu memiliki tiga
(studi
Desa
tugas utama:
pada
a.
Busung
Bintan).
b.
B. LANDASAN TEORI
c.
Pengertian Pemilu
Menurut Suranto dkk. (2008 : 1)
Pemilu merupakan sarana tak terpisahkan
dari kehidupan politik negara demokrasi
modern. Bagi bangsa yang tengah berjuang
melembagakan “kekuasaan rakyat”, kata
Indonesianis, Lance Castles, pemilu masih
dihayati
sebagai
ritus
massal.
Suatu
perayaan kebersamaan, yang bisa gagal atau
mengecewakan.
langkah
maju
Namun
dalam
Assistance
untuk
Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten
1.
Electoral
tertarik
Partisipasi Politik Masyarakat Nelayan Pada
PemilihanUmum
and
juga
menjadi
melembagakan
7
Menerjemahkan suara yang
dipungut menjadi kursi yang
dimenangkan dalam badan
legislatif.
Bertindak sebagai saluran yang
memungkinkan rakyat meminta
pertanggungjawaban
wakilwakil mereka.
Memberikan insentif kepada
mereka yang memperebutkan
kekuasaan untuk menyusun
imbauan kepada para pemilih
dengan cara berbeda-beda.
Sebagai
contoh,
dalam
masyarakat yang terbelah, di
mana bahasa, agama, ras, atau
bentuk etnis yang lain mewakili
suatu pemisahan politik yang
mendasar,
sistem
pemilu
tertentu
dapat
mengganjar
calon-calon dan partai-partai
yang bertindak kooperatif dan
akomodatif terhadap kelompok
pesaingnya,
atau
dapat
menghukum calon-calon itu dan
sebagai gantinya mengganjar
hanya mereka yang menyeru
kepada kelompoknya sendiri”.
Menurut
Miriam
Budiardjo,463:2013
penting bahwa hak, kewajiban, dan sanksi
harus dijelaskan sehingga tidak bermakna
ganda.
Selain itu Menurut Supriyanto, dkk
dalam Suranto (2008: 18) dalam konteks
mengatakan
bahwa, “dalam ilmu politik dikenal
pelaksanaan
bermacam-macam sistem pemilihan
penyusunan tahapan, program, kegiatan dan
umum dengan berbagai variasinya,
jadwal
akan tetapi umumnya berkisar pada dua
penting,
prinsip pokok, yaitu:
merupakan pekerjaan kompleks sekaligus
1.
2.
and
Electoral
penyelenggaraan
mengingat
Indonesia,
pemilu
pemilu
sangat
di
sini
variasi-variasi baru dalam sistem pemilu
yang dikembangkan oleh undang-undang.
Disebut raksasa, karena pemilu di Indonesia
melibatkan lebih dari 150 juta pemilih, yang
tersebar di wilayah luas dengan kondisi
geografis yang beragam. Apalagi pemilu
legislatif
di
Indonesia
diselenggarakan
secara serentak, baik untuk memilih anggota
Assistance
legislatif nasional (DPR dan DPD) maupun
(International IDEA) 63:2002 mengatakan
lokal
bahwa
Sementara,
ketentuan-ketentuan
di
raksasa. Disebut kompleks, karena adanya
Single-member
Constituency
(Suatu
daerah
pemilihan
memilih suatu wakil; biasanya
disebut Sistem Distrik).
Multi-member
Constituency
(suatu
daerah
pemilihan
memilih
beberapa
wakil;
biasanya dinamakan Sistem
Perwakilan Berimbang atau
Sistem Proporsional”.
Menurut International Institute for
Democracy
pemilu
untuk
(DPRD
Provinsi/Kabupaten/Kota).
rentang
waktu
antara
kampanye pemilu yang bebas di dalam
pelaksanaan pemilu legislatif dengan pemilu
kerangka hukum tidaklah memadai kecuali
presiden sangat pendek (empat bulan).
apabila didukung oleh suatu rezim sanksi
Semua itu membutuhkan sumber daya dan
yang wajar, efektif, dan dapat dipercaya.
sumber dana besar, dan harus ditopang oleh
Apabila suatu kode etik disertakan dalam
manajemen kerja yang rapi.
undang-undang pemilu atau didasarkan atas
Samego (dalam A.Rahman H.I,
ketentuan hukum, maka hukuman pidana
2007:147). mengemukakan pemilihan umum
atau perdata dapat diberlakukan. Hukuman
disebut juga dengan “Political Market”
khusus
artinya bahwa pemilihan umum adalah
lainnya,
seperti
diskualifikasi
kandidat atau partai juga memungkinkan.
pasar
Apa pun sanksi hukum atau sanksi lainnya
masyarakat berinteraksi untuk melakukan
yang
anggota-
kontrak sosial antara peserta pemilu (Parpol)
anggotanya harus secara jelas memahami
dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak
diberikan,
partai
dan
kewajibannya. Dengan demikian, adalah
8
politik
tempat
individu
atau
pilih setela terlebih dahulu melakukan
(dalam
serangkaian akttivitas politik yang meliputi
mngemukakan pemilihan umum disebut
kampanye, propaganda, iklan, politik bahkan
juga dengan “Political Market” artinya
komunikasi antar pribadi yang berbentuk
bahwa pemilihan umum adalah pasar politik
face
berisi
tempat individu atau masyarakat berinteraksi
penyampaian pesan mengenai program,
untuk melakukan kontrak sosial antara
platform, asas, ideologi serta janji-janji
peserta pemilu (Parpol) dengan pemilih
politik lainnya guna meyakinkan pemilih
(rakyat) yang memiliki hak pilih setela
sehingga
terlebih
to
face
atau
pada
loby
yang
pencoblosan
dapat
A.Rahman
dahulu
H.I,
melakukan
2007:147).
serangkaian
menentukan pilihannya terhadap salah satu
akttivitas politik yang meliputi kampanye,
parpol yang menjadi peserta pemilu untuk
propaganda,
mewakilinya dalam badan legislatif maupun
komunikasi antar pribadi yang berbentuk
eksekutif.
face
to
iklan,
face
atau
politik
loby
yang
bahkan
berisi
Perkembangan
pemilu
tidak
penyampaian pesan mengenai program,
berfungsi
memilih
wakil
platform, asas, ideologi serta janji-janji
rakyat saja namun lebih dari itu pemilu
politik lainnya guna meyakinkan pemilih
memiliki fungsi-fungsi lain dalam suatu
sehingga
proses kenegaraan yang sangat signifikan.
menentukan pilihannya terhadap salah satu
Setidaknya ada empat fungsi utama pemilu
parpol yang menjadi peserta pemilu untuk
dalam
mewakilinya dalam badan legislatif maupun
hanya
untuk
mekanisme
sosiopolitik
dan
kehidupan bernegara, menurut Arbi Sanit,
pada
pencoblosan
dapat
eksekutif.
yakni :
Pemilu dapat dikatakan demokratis
jika memenuhi beberapa prasyarat dasar.
a. Pembentukan legitimasi
kekuasaan dan pemerintahan.
b. Pembentukan perwakilan politik
rakyat.
c. Sirkulasi elit penguasa.
d. Pendidikan politik rakyat.
Jika
diamati
universal
yang
semestinya
diberi
kebebasan
yang
seluas-luasnya
untuk
wakil-wakilnya
penguasa
kadar
1. Universalitas (universality)
Karena
nilai-nilai
demokrasi
merupakan nilai universal, maka
pemilu yang demokratis juga harus
dapat diukur secara universal. Artinya
konsep, sistem, prosedur, perangkat
dan
pelaksanaan
pemilu
harus
mengikuti kaedah-kaedah demokrasi
universal itu sendiri.
2. Kesetaraan (equality) Pemilu yang
demokratis harus mampu menjamin
maupun
acapkali pemilu dalam kenyataannya selalu
oleh
menentukan
yakni:
perputaran elit penguasa. Namun demikian,
dimanfaatkan
dalam
demokratis atau tidaknya pemilu tersebut,
sesungguhnya
rakyatlah
menentukan
Setidak-tidaknya, ada 5 (lima) parameter
guna
mempertahankan status quo. Indria Samego
9
kesetaraan
antara
masing-masing
kontestan untuk berkompetisi. Salah
satu unsur penting yang akan
mengganjal prinsip kesetaraan ini
adalah timpangnya kekuasaan dan
kekuatan sumberdya yang dimiliki
kontestan pemilu. Secara sederhana,
antara partai politik besar dengan partai
politik kecil yang baru lahir tentunya
memiliki kesejnjangan sumberdaya
yang lebar. Oleh karena itu, regulasi
pemilu
seharusnya
dapat
meminimalisir terjadinya political
inequality.
3. Kebebasan (freedom) Dalam pemilu
yang demokratis, para pemilih harus
bebas menentukan sikap politiknya
tanpa adanya tekanan, intimidasi,
iming-iming pemberian hadiah tertentu
yang akan mempengaruhi pilihan
mereka. Jika hal demikian terjadi
dalam pelaksanaan pemilu, maka
perlakunya harus diancam dengan
sanksi pidana pemilu yang berat.
4. Kerahasiaan (secrecy)
Apapun pilihan politik yang diambil
oleh pemilih, tidak boleh diketahui
oleh pihak manapun, bahkan oleh
panitia pemilihan. Kerahasiaan sebagai
suatu prinsip sangat terkait dengan
kebebasan seseorang dalam memilih.
5. Transparansi (transparency)
Segala hal yang terkait dengan
aktivitas pemilu harus berlandaskan
prinsip transparansi, baik KPU, peserta
pemilu maupun Pengawas Pemilu.
Transparansi ini terkait dengan dua
hal, yakni kinerja dan penggunaan
sumberdaya.
Menurut Austin Ranney (Rusli
b.
c.
d.
e.
Karim : 2006 : 13) ada delapan kriteria
pokok bagi pemilu yang demokratis.
a.
Hak pilih umum. Pemilu disebut
demokratis apabila semua warga
negara dewasa dapat menikmati
f.
10
hak pilih pasif ataupun aktif.
Meskipun diadakan pembatasan,
hal tersebut harus ditentukan secara
demokratis,
yaitu
melalui
undangundang.
Kesetaraan bobot suara. Ada
jaminan bahwa suara tiap-tiap
pemilih diberi bobot yang sama.
Artinya,
tidak
boleh
ada
sekelompok warga negara, apa pun
kedudukannya, sejarah kehidupan,
dan jasa-jasanya, yang memperoleh
lebih banyak wakil dari warga
lainnya. Kuota bagi sebuah kursi
parlemen harus berlaku umum.
Tersedianya
pemilihan
yang
signifikan.
Hakikat
memilih
diasumsikan sebagai adanya lebih
dari satu pilihan.
Kebebasan
nominasi.
Melalui
organisasi masing-masing keompok
rakyat membina, menyeleksi, dan
menominasikan calon-calon yang
mereka
nilai
mampu
menerjemahkan
kebijakan
organisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara. Jadi, di dalam
kebebasan berorganisasi itu secara
implisit terkandung pula prinsip
kebebasan menominasikan calon
wakil rakyat. Sebab hanya dengan
cara itulah pilihan-pilihan yang
signifikan dapat dijamin dalam
proses pemilihan umum.
Persamaan hak kampanye. Program
kerja dan calon-calon unggulan
tidak akan bermakna apa-apa jika
tidak diketahui oleh pemilih. Oleh
karena itu, kampanye menjadi
penting dalam proses pemilu.
Melalui proses tersebut massa
pemilih diperkenalkan dengan para
calon dan program kerja para
kontestan pemilu.
Kebebasan dalam memberikan
suara. Pemberi suara harus terbebas
dari berbagai hambatan fisik dan
mental
dalam
menentukan
pilihannya. Harus ada jaminan
bahwa pilihan seseorang dilindungi
kerahasiaannya dari pihak mana
pun, terutama dari penguasa.
Kejujuran dalam penghitungan
suara.
Kecurangan
dalam
penghitungan
suara
dapat
menggagalkan upaya penjelmaan
rakyat ke dalam badan perwakilan
rakyat.
Keberadaan
lembaga
pemantau independen pemilu dapat
menopang perwujudan prinsip
kejujuran dalam penghitungan
suara.
Penyelenggaraan secara periodik.
Pemilu
tidak
diajukan atau
diundurkan
sekehendak
hati
penguasa. Pemilu dimaksudkan
sebagai sarana menyelenggarakan
pergantian penguasa secara damai
dan terlembaga.
g.
h.
Menurut
Budiardjo
(2008:367)
“Partisipasi politik
menyatakan bahwa
adalah kegiatan seseorang atau sekelompok
orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan
memilih
politik,
pimpinan
antara
lain
seperti
Negara
dan
secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijakan pemerintah. Herbert McClosky
(Budiardjo
2008:367)
juga
berpendapat
bahwa: “Partisipasi politik adalah kegiatan
sukarela dari warga masyarakat dalam
mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung dalam mempengaruhi kebijakan
umum”
Untuk
itu
keikutsertaan
pemula dalam pemilihan
pemilih
Kepala Daerah
juga diperlukan karena akan berdampak juga
Pendapat
pemilu
bagi kehidupan mereka . Dalam hirarki
demokratis ini memang sudah semestinya
partisipasi politik yang dikemukakan rush
diterapkan dalam setiap pemilu, karena
dan althof (2001:128) : “Pemberian suara
dengan adanya unsurunsur tersebut dalam
sering dianggap sebagai bentuk partisipasi
pemilu pastinya akan tercipta pemilu yang
politik aktif yang paling kecil, sebuah
demokratis. Dan ini juga merupakan
bentuk partisipasi yang kecil yang dapat
kewajiban bagi penyelenggara pemilu
menghasilkan seseorang pemimpin yang
agar benar-benar memahami kriteria-
akan memimpin daerah bahkan negara
kriteria tersebut. Dengan ditegakkannya
sekalipun. Dari pemberian suara inilah dapat
kejujuran dan keadilan dalam pemilu,
dinilainya suatu pemimpin yang terpilih,
maka
akan
apakah dia telah baik menurut masyarakat
menghasilkan pemimpin yang amanah
pemilihnya dengan persentase angka pemilih
dan terciptanya keorganisasian mahasiswa
yang tinggi atau hanya di pilih oleh sebagian
yang demokratis.
kecil masyarakatnya,dan sebagian lebih
2.
mengenai
bukan
tidak
kriteria
mungkin
memilih tidak menggunakan hak suara
Partisipasi Politik
mereka”.
11
Kegiatan
pada
beranggapan bahwa politik tidak suatu yang
pemilihan Kepala Daerah merupakan suatu
menarik bagi diri mereka. Janji-janji politik
kegiatan yang sangat penting bagi Negara
yang diberikan oleh setiap pasangan calon
yang menganut system pemerintahan yang
belum bisa menggugah hati pemilih pemula
demokrasi, sebab tujuan dari pemberian
dalam menggunakan partisipasi suaranya
suara tersebut adalah agar masyarakat bebas
untuk
dalam memilih dan menentukan pilihan
sehingga
siapa
mereka,
menganggap apatis merupakan jalan yang
sehingga tidak ada lagi istilah pada istilah
terbaik bagi mereka. Menurut pendapat
pada zaman orde baru yang menganggap
Surbakti (2010:144) Adapun faktor-faktor
bahwa partisipasi yang dilakukan oleh
yang diperkirakan mempengaruhi tinggi-
masyarakat akan berakhir dengan hasil yang
rendahnya
sama. Partisipasi hanya dianggap sebagai
antara lain:
yang
pemberian
akan
suara
memimpin
pelengkap untuk sebuah Negara dalam
melakukan
masyarakat
partisipasi
sebuah
pemilihan,
pemilih
politik
pemula
seseorang
”Kesadaran politik dan kepercayaan
menjalankan suatu system demokrasi.
kepada pemerintah (sistem politik).Yang di
Berkaitan dengan masalah partisipasi
maksud dengan kesadaran politik ialah
pemilih Rush, Michael, Philip (2001:13)
kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
mensugestikan tiga alasan pokok alasan
warga
masyarakat mengambil sikap untuk tidak
pengetahuan seseorang tentang lingkungan
berpartisipasi dalam politik yaitu:
masyarakat dan politik tempat dia hidup.
negara.
Hal
ini
menyangkut
yang di maksud sikap dan kepercayaan
1.
2.
3.
Konsekuensi yang mereka tanggung
dari aktifitas politik
Individu menganggap aktivitas
politik sebagai sia sia saja
Kurangnya ransangan politik untuk
mendorong aktivitas politik
Dari definisi yang dikemukakan
kepada pemerintah ialah penilaian seseorang
cenderung menganggap suatu pemilihan
berikan
jalannya
partisipasi
tidak
suatu
mampu
yang
a.
mereka
mempengaruhi
pemilihan.
terhadap
penilaian
pemerintah
dapat
sia-sia,
sebagai individu yang tunggal masyarakat
menganggap
seseorang
ialah
Berdasarkan tinggi rendahnya kedua
faktor tersebut diatas, menurut pendapat
Paige (dalam Surbakti, 2010:144) ada empat
tipe dalam partisipasi politik di antaranya
adalah sebagai berikut :
masyarakat yang memiliki sikap apatis
yang
pemerintah
dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak”.
oleh Rosenberg tersebut dilihat bahwa
adalah sebuah pekerjaan
terhadap
Kurangnya
ransangan politik ini membuat masyarakat
12
Apabila
seseorang
memiliki
kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah yang tinggi
maka
partisipasi
politiknya
cenderung aktif.
b.
Sebaliknya
apabila
kesadaran
politik dan kesadaran kepada
pemerintah rendah maka partisipasi
politik cenderung pasif-tertekan
(apatis).
c. Tipe partisipasi politik yang ketiga
adalah militan radikal,yakni apabila
kesadaran politik tinggi tetapi
kepercayaan kepada pemerintah
sangat rendah.
d. Selanjutnya apabila kesadaran
politik sangat rendah tetapi
kepercayaan kepada pemerintah
sangat tinggi maka partisipasi ini
disebut tidak aktif (pasif).
Sementara itu Frank Lindenfeld (
sering mengikuti diskusi-diskusi
melalui media massa (b) sering
mengikuti diskusi-diskusi formal.
Maran 2007:156 ) mengemukakan bahwa:
2.
Faktor
kateristik
pribadi
seseorang
Orang-orang yang berwatak
sosial,yang
mempunyai
kepedulian
besar
terhadap
problem social,politik,ekonomi
dan lain-lainnya,biasanya mau
terlibat dalam aktivitas politik.
3.
Faktor karakter sosial seseorang
Karakter sosial yang menyangkut
status sosial ekonomi kelompok
ras,etnis
dan
agama
seseorang,bagaimanapun
lingkungan sosial itu ikut
mempengaruhi
persepsi,sikap,dan
perilaku
seseorang
dalam
bidang
politik,orang yang berasal dari
lingkungan sosial yang lebih
rasional dan menghargai nilainilai
keterbukaan,kejujuran,keadilan
dan lain-lainnya tentu akan mau
memperjuangkan tegaknya nilainilai tersebut dalam bidangbidang politik dan untuk itu
mereka mau berpartisipasi dalam
kegiatan politik.
4.
Lingkungan atau situasi politik
itu sendiri
Lingkungan yang kondusif akan
membuat orang dengan senang
hati
berpartisipasi
dalam
kehidupan
politik.Dalam
lingkungan
politik
yang
demokratis orang akan merasa
lebih bebas dan nyaman untuk
Faktor utama yang mendorong masyarakat
pemilih untuk tidak menggunakan hak
pilihnya adalah kepuasan financial. Lebih
lanjut
Frank
Lindenfeld
juga
mengemukakan bahwa status ekonomi yang
rendah dapat menyebkan seseorang merasa
terpinggirkan dari kehidupan politik. dan
yang bersangkutanpun akan menjadi apatis.
dan hal ini tidak akan terjadi pada orang
yang memiliki kemapanan ekonomi.
Milbrath
(Maran
2007:156)
Menerangkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi pemilih untuk
menggunakan hak pilihnya pada suatu
pemilihan adalah sebagai berikut:
1.
Adanya prangsang dari luar
Adanya rangsangan dari luar
dapat menyebabkan masyarakat
ikut dalam partisipasi politik
yang akan di laksanakan,Dalam
hal ini minat partisipasi di
pengaruhi misalnya oleh (a)
13
terlibat
dalam
aktivitasaktivitas.Situasi yang nyaman
juga
akan
menyebabkan
partisipasi yang tinggi jika
lingkungan politik yang sering
diisi dengan aktivitas-aktivitas
brutal dan kekerasan akan
dengan sendirinya menjauhkan
masyarakat dari wilayah politik
dan juga jika situasi pada saat
pemilihan tidak membuat aman
dan nyaman pemilih,maka angka
partisipasi akan menurun.
dalam setiap harinya. Masyarakat nelayan
cenderung mempunyai sifat
keras dan
terbuka terhadap perubahan. Sebagian besar
masyarakat nelayan adalah masyarakat yang
mempunyai kesejahteraan rendah dan tidak
menentu. Kesulitan mengatasi kebutuhan
hidup
sehari-hari
membuat
masyarakat
nelayan harus rela terlilit hutang dan
menanggung hidup yang berat, mereka tidak
hanya berhutang kepada kerabat dekat,
tetapi
mereka
juga
berhutang
kepada
tetangga dan teman mereka.
Partisipasi politik masyarakat dalam
Menurut Raymond Firth Bagong
rencana pembangun harus sudah dimulai
Suyanto & Karnaji (2005 : 60), karakteristik
sejak
yang menandai kehidupan nelayan miskin
saat
perencanaan
kemudian
adalah:
pelaksanaan dan seterusnya pemeliharaan”.
1.
Surbakti (2010 : 16 ). Sejalan dengan hal
tersebut diatas,bawa Huntington ( 2000 : 270
) memaparkan : “Kegiatan masyarakat yang
disebut partisipasi politik adalah perilaku
politik lembaga dan para pejabat pemerintah
yang
bertanggung
membuat,melaksanakan
keputusan
politik,
dan
jawab
menegakan
perilaku
2.
politik
masyarakat ( individu / kelompok ) yang
berhak mempengaruhi lembaga dan pejabat
pemerintah dalam pengambilan keputusan
politik,
karena
menyangkut
3.
kehidupan
masyarakat.
3.
Nelayan
4.
Masyarakat
nelayan
merupakan
kumpulan orang-orang yang bekerja mencari
ikan di laut yang menggantungkan hidup
terhadap hasil laut yang tidak menentu
Pendapatan nelayan bersifat harian
dan tak menentu dalam setiap
harinya
Rendahnya
tingkat
pendidikan para nelayan serta anakanak dari keluarga nelayan yang
menyebabkan para nelayan tersebut
sulit untuk mendapatkan pekerjaan
lain
Sifat produk yang mudah rusak dan
harus
segera
dipasarkan
menimbulkan ketergantungan yang
besar
bagi
nelayan
kepada
pedagang atau pengepul hasil
tangkapan (produk).
Besarnya jumlah modal yang
dikeluarkan
dibidang
usaha
perikanan,
menyebabkan para
nelayan lebih memilih bergerak di
bidang perikanan kecil-kecilan
keluarga nelayan miskin umumnya
sangat
rentan
dan
mudah
terjerumus dalam perangkap utang
yang merugikan
Masyarakat nelayan umumnya
masyarakat yang memiliki etos kerja tinggi
14
dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat
pertukaran barang atau jasa bagi pihakpihak
diantara
nelayan
yang terlibat dalam pola – pola relasi antara
kurang
patron dan klien. Dengan demikian dapat
berpendidikan (Bagong Suyanto : 2013 :
disimpulkan bahwa pola – pola relasi yang
63). Pekerjaan sebagai nelayan adalah
semacam ini dapat dimasukan kedalam
pekerjaan kasar yang banyak mengandalkan
bentuk dan pola hubungan pertukaran yang
otot
lebih luas.
mereka.
umumnya
Masyarakat
masyarakat
dan
pengalaman,
yang
sehingga
untuk
bekerja sebagai nelayan latar belakang
pendidikan
memang
penting.
hubungan yang antara dua pihak yang
Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan,
menyangkut persahabatan, dimana seorang
ternyata bukan hanya masyarakat yang
individu dengan status sosial ekonomi yang
sudah
banyak
lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh
masyarakat generasi muda yang masih
dan sumber-sumber yang dimilikinya untuk
berumur 17-25 tahun juga sudah bekerja
memberikan
sebagai nelayan. Umunya mereka adalah
keuntungan bagi seseorang yang statusnya
anak dari keluarga nelayan yang ikut bekerja
lebih rendah (klien), dan sebaliknya si klien
sebagai nelayan yang terkadang masih
membalas dengan memberikan dukungan
duduk dibangku sekolah.
dan
berumur
lanjut,
tidak
Relasi patron klien merupakan
tetapi
perlindungan
bantuan
secara
dan
umum
atau
termasuk
Istilah patron berasal dari ungkapan
pelayanan pribadi kepada patron. Dalam
bahasa Spanyol yang secara entimologis
hubungan ini pertukaran tersebut merupakan
berarti seseorang yang memilki kekuasaan
jalinan
(power), status, wewenang dan pengaruh,
biasanya
sedangkan klien berarti bawahan atau orang
panjang.
yang
rumit
baru
dan
terhapus
berkelanjutan,
dalam
jangka
yang diperintah dan disuruh. Selanjutnya
Imbalan yang diberikan klien bukan
pola hubungan patron klien merupakan
imbalan berupa materi melainkan dalam
aliansi dari dua kelompok komunitas atau
bentuk lainnya. Si patron tidak akan
individu yang tidak sederajat, baik dari segi
mengharapkan materi atau uang dari klien
status,
maupun
tapi mengharapkan imbalan lainnya yang
penghasilan, sehingga menempatkan klien
dibutuhkan si patron. Ikatan-ikatan sosial
dalam kedudukan yang lebih rendah dan
yang
patron dalam kedudukan yang lebih tinggi.
menekankan
Berdasarkan paparan-paparan yang diulas
kewajiban-kewajiban timbal
dari pengertian diatas maka kemudian
memberikan kekuatan sosial kepada ikatan-
terdapat satu hal penting yang dapat digaris
ikatan itu. Sudah tentu tidak mungkin barang
bawahi,
dan jasa yang dipertukarkan antara patron
wewenang,
yaitu
kekuasaan
bahwa
terdapat
unsur
15
khas
antara
ide
patron
moral,
dan
hak-hak,
balik
klien
dan
yang
dan klien itu akan identikan oleh karena sifat
Ketimpangan terjadi karena patron berada
dari pola hubungan itu disesuaikan atas
dalam posisi pemberi barang dan jasa yang
kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda.
sangat
Suatu sifat yang persis dengan pertukaran itu
keluarganya agar mereka bisa tetap hidup.
akan
Rasa wajib membalas pada diri si klien
mencerminkan
kekhasan
dari
dibutuhkan
klien
muncul
kekayaan baik dari patron maupun dari klien
pemberian itu masih dirasakan mampu
dalam jangka waktu tertentu. Maka pada
memenuhi kebutuhannya yang paling pokok
umumnya
untuk
atau masih dia perlukan. Sifat tatap-muka
memenuhi
relasi patronase menunjukkan bahwa sifat
kebutuhan-kebutuhan materinya. Sedangkan
pribadi terdapat di dalamnya. Hubungan
klien mengimbalinya dengan tenaga kerja
timbal-balik yang berjalan terus dengan
dan loyalitasnya (Scott , 1994 : 257).
lancar akan menimbulkan rasa simpati
melindungi
diharapkan
kliennya
dan
Scott dalam Ramadhan (2009),
pemberian
ini,
beserta
kebutuhan-kebutuhan dan sumber-sumber
patron
lewat
oleh
selama
(affection) antar kedua belah pihak, yang
mengemukakan bahwa hubungan patronase
selanjutnya
mempunyai
percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan
ciri-ciri
tertentu
yang
membangkitkan rasa
membedakannya dengan hubungan sosial
ini
lain.
penggunaan istilah panggilan yang akrab
Pertama,
ketidaksamaan
yaitu
terdapatnya
(inequality)
dalam
kadangkala
diwujudkan
saling
dalam
bagi partnernya.
pertukaran; kedua, adanya sifat tatap-muka
Dengan adanya rasa saling percaya
(face-to-face character), dan ketiga adalah
ini seorang klien dapat
sifatnya yang luwes dan meluas (diffuse
bahwa si patron akan membantunya jika dia
flexibility)
15).
mengalami kesulitan, jika dia memerlukan
Scott
modal dan sebagainya. Sebaliknya si patron
mengatakan bahwa terdapat ketimpangan
juga dapat mengharapkan dukungan dari
pertukaran atau ketidakseimbangan dalam
klien
pertukaran antara dua pasangan,
yang
memerlukannya. Ciri terakhir yaitu sifat
mencerminkan perbedaan dalam kekayaan,
relasi yang luwes dan meluas. Seorang
kekuasaan,
Dalam
patron misalnya, tidak saja dikaitkan oleh
adalah
hubungan
(
Menguraikan
pengertian
Ramadhan,
ciri
yang
dan
ini
2009
pertama
kedudukan.
seorang
klien
:
apabila
pada
mengharapkan
suatu
sewa-menyewa
saat
tanah
dia
oleh
seseorang yang masuk dalam hubungan
kliennya, tetapi juga karena hubungan
pertukaran yang tidak seimbang (unequal),
sebagai sesama tetangga, atau mungkin
di mana dia tidak mampu membalas
teman sekolah di masa yang lalu, atau
sepenuhnya.
kewajiban
orang-orang tua mereka saling bersahabat,
membuatnya tetap terikat pada patron.
dan sebagainya. Juga bantuan yang diminta
Suatu
hutang
16
dari klien dapat bemacam-macam, mulai
tanah pribadi (demense). Tanah-tanahnya
dari
rumah,
dikelola oleh tuan tanah dan digarap oleh
mengolah tanah, mengurus ternak, dan lain-
sejumlah petani yang ada di daerah tersebut.
membantu
memperbaiki
lain. Di lain pihak si klien dibantu tidak
Model
seperti
ini
menetapkan
hanya dalam bentuk modal usaha pertanian
bahwa nelayan yang ada dalam kawasan ini
saja, melainkan juga kalau ada musibah,
menggarap
mengalami
merupakan tempat tinggal dan pertaniannya.
sesuatu,
kesulitan
dalam
mengadakan
mengurus
pesta-pesta
tanah
yang
sekaligus
juga
atau
Meskipun demikian, hubungan yang terjalin
selamatan tertentu dan berbagai keperluan
antara para pelaku yang terlibat dalam
lainnya. Pendeknya hubungan ini dapat
wilayah ini sangat tidak seimbang dan
dimanfaatkan
merugikan petani karena
untuk
berbagai
macam
petani
harus
keperluan oleh kedua belah pihak, dan
bekerja pada tuan tanah di tanah pribadinya
sekaligus juga merupakan semacam jaminan
tetapi di sisi lain ia juga harus membayar
sosial bagi mereka. Patron client relationship
upeti
merupakan proses assosiatif yang terwujud
semacam ini mewujud dalam kewajiban
dalam bentuk kerja sama antara dua orang
petani
yang berbeda statusnya, dengan ciri-ciri
pertaniannya dan membayar bea untuk
pihak
dalam
beragam keperluan yang digunakannya. Dari
berbagai transaksi, serta adanya relasi saling
paparan ini dapat disimpulkan bahwa sistem
membutuhkan, saling percaya, dan kedua
feodalisme adalah hubungan ekonomi yang
belah pihak terlibat dalam keakraban.
membuat para petani berproduksi untuk
patron
melindungi
klien
Patron klien yang ada di nelayan
kepada
tuan
memberikan
tanah.
Ketentuan
hasil-hasil
tertentu
dirinya sendiri dan juga untuk tuannya.
sama halnya dengan yang dipaparkan oleh
Begitu juga dengan nelayan yang
Sanderson (2010 : 167-168) Feodalisme
kemudian menjalani hubungan yang baik
dipahami sebagai sistem kehidupan ekonomi
antara dirinya dan toke sehingga tercipta
yang berlaku di Eropa Barat sejak runtuhnya
suatu hubungan saling ketergantungan dari
Kekaisaran
segi ekonomi. Menurut Kusnadi (2006 : 30)
Romawi
sampai
datangnya
kapitalisme modern. Unit dasar produksi
Masyarakat
pesisir
ekonomi dalam masa ini adalah manor
masyarakat
yang hidup dan bertempat
(suatu
tinggal di pinggir pantai dan bekerja dilaut,
daerah
tertentu
yang
biasanya
adalah
sekelompok
dikelilingi oleh hutan, di dalamnya terdapat
dengan mata pencahariannya
pemerintahan kecil yang dipimpin oleh
bekerja sebagai nelayan. selain itu kegiatan
seorang bangsawan) di mana tanah-tanah
usaha
yang ada di daerah ini dimiliki oleh petani
aktivitas ekonomi yang kompleks karena
dan penguasa setempat yang dinamakan
melibatkan banyak pihak yang saling terkait
17
perikanan
tangkap
mayoritas
merupakan
secara fungsional dan substansial, sekurang-
perilaku
kurangnya
adalah
kebudayaan inilah yang menjadi pembeda
nelayan pemilik perahu dan alat tangkap
antara masyarakat nelayan dengan kelompok
(juragan),
sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat
pihak-pihak
nelayan
tersebut
buruh
(pandiga),
mereka
pesisir,
menjadi pemasok kebutuhan hidup nelayan
langsung, menggantungkan kelangsungan
atau kebutuhan melaut, seperti bahan bakar
hidupnya
minyak, jaring, lampu, dan peralatan teknis
sumberdaya kelautan.
diantara
terikat
dari
maupun
mengelola
tidak
potensi
oleh
Dalam masyarakat nelayan terdapat
jaringan hubungan patron klien, karena
hubungan patron-klien. Patron klien adalah
mereka
saling
pertukaran hubungan antara kedua peran
pihak
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus
mempunyai kemampuan sumber daya yang
dari ikatan yang melibatkan persahabatan
saling
instrumental
saling
mereka
langsung
Faktor
pedagang ikan dan pemilik toko yang
lainnya,
baik
sehari-hari.
bergantung
membutuhkan,
dan
masing-masing
dipertukarkan
dalam
hubungan
sebagai patron klien tersebut.
dimana
seorang
individu
dengan status sosio-ekonominya yang lebiah
Nelayan adalah seorang yang mata
tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
pencaharian utamanya adalah dari usaha
sumber
menangkap ikan di laut (KBBL, 2003:686).
perlindungan, serta keuntungan-keuntungan
Jadi
bagi
masyarakat
nelayan adalah suatu
dayanya
seseorang
untuk
dengan
menyediakan
status
yang
kelompok masyarakat yang kehidupannya
dianggapnya lebih rendah (klien). Klien
tergantung langsung pada hasil laut, baik
kemudain
dengan
menawarakan dukungan umum dan bantuan
cara
melakukan
penangkapan
ataupun budidaya. Mereka pada umumnya
kegiatan.
Secara
Dalam aktivitas ekonomi perikanan
dengan lokasi
geografis,
dengan
termasuk jasa pribadi kepada patronnya.
tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan
pemukiman yang dekat
membalasnya
tangkap , terdapat tiga pihak yang berperan
masyarakat
besar, yaitu pedagang perantara (pangamba),
nelayan adalah masyarakat yang hidup,
nelayan pemilik perahu, dan nelayan. Ketiga
tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir,
pihak terikat oleh hubungan kerja sama
yakni suatu kawasan transisi antara wilayah
ekonomi yang erat. Pedagang perantara
darat dan laut.
menyediakan bantuan dan pinjaman (uang)
Sebagai suatu sistem, masyarakat
ikatan untuk nelayan pemilik dan nelayan
nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial
buruh.
yang membentuk kesatuan sosial. Mereka
bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan
juga memiliki sistem nilai dan simbol-
buruh. Hubungan kerja sama ekonomi di
simbol
antara mereka diikat oleh relasi patron-klien.
kebudayaan
sebagai
referensi
18
Nelayan
pemilik
menyediakan
Relasi
bebasis
Kabupaten Bintan, Letak Desa Busung dari
patron-klien ini berlangsung intensif dan
ibu kota Kecamatan Seri Kuala Lobam
dalam
sosial
sekitar 15 kilo, sementara dari pusat
ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan
pemerintahan ibu kota Kabupaten Bintan
yang tidak bisa diatasi di antara mereka,
berkisar lebih kurang 100 Kilo Meter (km).
jangka
sosial
ekonomi
panjang.
Relasi
sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan
Informan adalah orang-orang yang
buruh harus melunasi utang- utangnya
benar-benar mengetahui dan atau terlibat
kepada pedagang perantara. Sedemikian
langsung
dengan
dalamnya relasi patron-klien mendasari
sehingga
peneliti
aktivitas ekonomi nelayan, sehingga ada
informasi
yang
peneliti yang menyebut organisasi ekonomi
penelitian. Orang yang dimintai keterangan
nelayan sebagai organisasi ”ekonomi patron-
dalam
klien”.
masyarakat
fokus
permasalahan
dapat
penting
penelitian
Desa
ini
merangkum
dalam
adalah
Busung
yang
fokus
Tokoh
pada
peneltian ini memusatkan perhatian kepada
masyarakat nelayan Desa Busung. Informan
penelitian ini sebagai berikut: 1 orang
Kepala Desa, 2 orang staf yang bekerja di
C. METODE PENELITIAN
kantor Desa Busung, RT dan RW, dan
Jenis penelitian yang digunakan
Nelayan
pada penelitian ini adalah kualitatif dimana
dalam
prosedur
penelitian
Data pada peninjauan langsung
yang
pada objek yang diteliti untuk memperoleh
menghasilkan data deskriptif berupa kata-
data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan
kata tertulis atau tulisan dari orang-orang
yang dilakukan ke lokasi peneltian dengan
dan prilaku yang dapat di amati. Penelitian
cara melakukan wawancara terhadap subjek
kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian
dalam penelitian.
kegiatan atau proses penjaringan informasi
dari
kondisi
sewajarnya
Data dengan mencari sumber data
kemudian
dan informasi melalui buku-buku, jurnal,
dihubungkan dengan pemecahan masalah
internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan
baik dari seudut pandang teoritis maupun
penelitian ini.
praktik. Tujuan dasar penelitian deskriptif
Teknik
yang
dilakukan
dalam
ini adalah membuat deaskripsi, gambaran
pengumpulan
atau lukisan secara sistematis, faktual dan
wawancara
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
informant
hubungan antara fenomena yang diselidiki.
pertanyaan yang sudah disusun dan bisa
Lokasi penelitian ini adalah di Desa
data
ialah
mendalam
yakni
melakukan
terhadap
dengan
key
mekanisme
keluar dari konsep jika berkaitan dengan
Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam
19
yang ingin diteliti atau bisa juga disebut
penganalisis kualitatif mulai mencari arti
dengan
benda-benda, mencatat keteraturan, pola-
wawancara
Penelitian
non-tersturktur.
deskriptif
kualitatif
tidak
pola,
penjelasan,
konfigurasi-
dimaksudkan untuk membuat generalisasi
konfigurasiyang mungkin, alur sebab akibat,
dari hasil penelitiannya.Oleh karena itu,
dan proposisi. Kesimpulan atau kesimpulan-
pada penelitian kualitatif tidak dikenal
kesimpulan diverifikasi selama penelitian
adanya
berlangsung.
populasi
dan
sampel.Subjek
Verifikasi
itu
mungkin
penelitian yang telah tercermin dalam fokus
sesingkat pemikiran kembali yang melintas
penelitian ditentukan secara sengaja.
dalam pikiran penganalisis selama dia
Alat
yang
digunakan
dalam
menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
mengumpulkan data adalah kamera, telpon
catatan lapangan, atau mungkin begitu
genggam, alat perekan dan alat tulis.
saksama dengan peninjauan kembali untuk
Analisa data yang digunakan dalam
“kesepakatan
mengembangkan
penelitian ini adalah analisis data deskriptif
intersubjektif”. Singkatnya makna-makna
kualitatif karena data yang dikumpulkan,
yang
dilakukan analisis dan kemudian dipaparkan
kebenarannya,
secara deskriptif (uraian), guna mendapatkan
kecocokannya,
hasil dan kesimpulan. Data disebut kualitatif
validitasnya.
muncul
dari
data
harus
diuji
kekukuhannya,
yakni
yang
dan
merupakan
karena data yang telah diperoleh merupakan
informasi naratif bukan berupa angka,
D. PEMBAHASAN
namun data tersebut adalah data detail,
1. Faktor Sosial Ekonomi.
terperinci dan jelas.
Penyajian
Kondisi sosial ekonomi meliputi
sebagai
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
yang
jumlah keluarga. Partisipasi politik para
member kemungkinan adanya penarikan
nelayan yang hidup di tepi pantai masih
kesimpulan
tindakan.
terlalu minim. Nelayan lebih memilih untuk
Melalui data yang disajikan, kita melihat dan
mencari nafkah dari pada untuk meluangkan
akan dapat memahami apa yang sedang
waktunya berpartisipasi dalam kegiatan
terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih
pemilu. Banyak Nelayan berfikiran bahwa
jauh
politik di negara ini belum memberikan
sekumpulan
data
informasi
dan
menganalisis
yaitu
tersusun
pengambilan
ataukah
mengambil
tindakan berdasarkan atas pemahaman yang
keuntungan bagi nelayan.
didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
Bahwa
Menarik kesimpulan dan verifikasi
merupakan
kegiatan
pengumpulan data
analisis
di
Desa
Busung
ada
partisipasi masyarakat nelayan memang
ketika
belum seperti yang diharapkan, hal ini
dilakukan, seorang
dikarenakan
20
ketidak
tahuan
tentang
pentingnya partisipasi politik dan factor
menigkatkan minat partisipasi politik dalam
ekonomi yang membuat masyarakat ini
masyarakat tersebut. Ekonomi yang tinggi
akhirnya memilih untuk tidak terlibat dalam
akan mendapat pendidikan yang tinggi pula,
kegiatan politik. padahal partisipasi politik
sehingga mereka yang berekonomi tinggi
merupakan salah satu hal penting dalam
akan
membangun sebuah Negara demokrasi. Hal
berpartisipasi
ini
Abe
berekonomi rendah akan kurang dalam
(2001:110), Partisipasi politik masyarakat
mendapatkan pendidikan sehingga mereka
merupakan
akan
diperkuat
oleh
hal
Alexander
terpenting
dalam
memiliki
kesadaran
politik.
kurang
Sedangkan
menyadari
yang
peran
keikutsertaan
wahana pendidikan politik yang sangat baik.
Dalam
Pertama,
perilaku dan orientasinya didominasi oleh
sebagai
alat
guna
politik
masyarakat
memperoleh
partisipasi
dan
pembangunan nagari, yaitu akan menjadi
partisipasi
dalam
dalam
sebuah masyarakat
politik.
yang sikap
suatu
karakteristik orientasi kognitif maka akan
informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
terbentuklah budaya polotik parokial, dan ini
sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya
dapat dipahami sebagai suatu nilai yang
program pembangunan nagari serta proyek
terbatas pada suatu daerah saja. hal ini
akan gagal; kedua, masyarakat akan lebih
biasanya
mempercayai
sederhana dan masih tradisional dengan
program
pembangunan
dinagari, jika merasa dilibatkan dalam
terjadi
di
masyarakat
yang
perekonomian yang masih rendah pula.
proses persiapan dan perencanaannya dan
Diketahui bahwa salah satu dari
pengambilan keputusan terhadap prioritas
factor rendahnya partisipasi masyarakat di
pembangunan
kebutuhan
Desa Busung ini adalah karena faktor
masyarakat, karena akan lebih mengetahui
ekonomi. Para nelayan lebih memilih tetap
seluk-beluk proyek dan akan mempunyai
melaut dari pada untuk dating mencoblos.
rasa memiliki terhadap proyek; dan ketiga,
Seberapa
banyak
yang mendorong partisipasi umum dibanyak
peroleh,
masyarakat
negara karena timbul anggapan bahwa hak
berpengaruh pada penghasilan ketika melaut
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
karena hasil yang di peroleh itu yang akan
pembangunan masyarakat.
menentukan keberlangsungan hidup mereka
yang
sesuai
Tingkat status ekonomi sosial yang
keesokan
penghasilan akan di
harinya.
sangat
Ketidakpedulian
tinggi akan berhubungan dengan kenaikan
masyarakat
minat partisipasi politik, minat partisipasi
disebabkan lemahnya faktor ekonomi. Letak
politik
tinggi akan berhubungan
geografis didaerah pesisir pantai yang
dengan keterlibatan politik. Meningkatnya
sebagian besar mata pencaharian masyarakat
ekonomi suatu bangsa akan juga pula
sebagai nelayan ini cenderung apatis atau
yang
21
terhadap
nelayan
partisipasi
politik
tidak peduli dengan politik. Dalam artian
menentukan
kesadaran politik masyarakat masih kurang.
pemilih,
Sebagian masyarakat lebih memilih bekerja,
survey. 3.) Rekruting Team dan Pendidikan,
dibandingkan menyalurkan hak suaranya.
dan mulai menandai calon pemilih dan
Sedangkan bagi kebanyakan masyarakat
tokoh-tokoh yang dapat menjadi jembatan
yang menyalurkan hak pilihnya karena
komunikasi
mendapatkan uang
kandidat
pertemuan-pertemuan, hal-hal karikatif, dan
pemilukada. Hal ini bisa dilihat dengan
juga sedikit “kampanye udara”. 5.) team
ditemukannya praktik money politic, mana
desa mencatat dan menentukan pemilih
calon yang memberikan uang lebih banyak
(nama, alamat, dan no telp jika ada), 6.)
maka itulah yang akan dipilih.
Turba, Bantuan, dan agenda-agenda lain
2. Faktor Politik
(tentu yang diarah hanya mereka yang sudah
dari para
keinginan
sebelumnya
4.)
dan
kebutuhan
harus
dilakukan
Melaksanakan
acara
dipilih oleh team desa). 7.) evalusi kerja
Peran
serta
politik
masyarakat
kampanye - cheking suara – evaluasi. 8.)
didasarkan kepada politik untuk menentukan
serangan terakhir.
suatu produk akhir. Faktor politik meliputi
Komunikasi Politik. Komunikasi politik
Tentu saja, improvisasi akan sangat
adalah suatu komunikasi yang mempunyai
banyak terjadi sesuai dengan perkembangan
konsekuensi politik baik secara aktual
lapangan, dan aksi-aksi yang dilakukan tidak
maupun potensial, yang mengatur kelakuan
mesti runtut sebagaimana di atas, sangat
manusia dalam keberadaan suatu konflik.
dimungkinkan ada beberapa aksi yang
(Nimmo, 1993:8).
dilakukan bersamaan, dan ada yang berganti
Strategi pemenangan
MEMILIH SUARA ini berdasar pada suatu
urutan;
proses pengorganisasian team yang dibentuk
lapangan.Komunikasi
sampai pada level desa atau bahkan RW/RT.
pemerintah dan rakyat sebagai interaksi
Kerja-kerja colecting
antara dua pihak yang menerapkan etika.
suara
sepenuhnya
sesuai
kebutuhan
politik
antara
berada pada team paling bawah (tingkat desa
Melalui
atau RW/RT). Sedang team yang berada
komunikasi, orang akan mengembangkan
pada level kecamatan, kabupaten, dan di
kepercayaan, nilai dan pengharapan yang
atasnya
relevan dengan politik.
sesungguhnya
hanya
berperan
pengalaman
sosialisasi
dan
sebagai pendukung dari kerja-kerja team
Bahwa komunikasi sudah berjalan
pada tingkat desa atau dibawahnya. Adapun
dan pernah dilakukan di Desa Busung,
tahapan yang harus dilakukan adalah: 1.)
Pemetaan
medan,
termasuk
namun belum efektif, Partisipasi politik
penentuan
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
jumlah suara dan pembagiannya menurut
wilayah
administrasi,
2.)
Dilihat sebagai suatu kegiatan, partisipasi
kemudian
22
politik dapat dibedakan menjadi partisipasi
aktif dan partisipasi pasif.
Dapat dianalisa bahwa komunikasi
Dalam sistem
politik
sudah
dilakukan
dengan
politik komunikasi politik merupakan salah
mengikutsertakan pemerintah desa dan KPU
satu fungsi yang sangat penting. Komunikasi
untuk memberi tahukan tentang tata cara
politik
dan
prosedur serta tujuan dari pemilu, namun hal
kepentingan politik rakyat yang menjadi
in pada kenyataannya di Desa Busung belum
input sistem politik dan pada waktu yang
mampu meningkatkan partisipasi politik
sama ia juga menyalurkan kebijakan yang
masyarakat
diambil atau output sistem politik itu.
nelayan mengungkapkan bahwa komunikasi
Melalui
yang diberikan tidak akan mempengaruhi
menyalurkan
komunikasi
memberikan
aspirasi
aspirasi
politik
dukungan,
dan
rakyat
menyampaikan
melakukan
nelayan,
karena
partisipasi mereka karena
sebagian
ketidaktepatan
pengawasan
waktu kemudian kurangnya pendidikan
terhadap sistem politik. Melalui itu pula
menjadi faktor utama bagi para nelayan
rakyat
untuk berpartisipasi.
mengetahui
apakah
dukungan,
aspirasi dan pengawasan itu tersalur atau
3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan.
tidak sebagaimana dapat mereka simpulkan
Faktor fisik individu sebagai sumber
dari berbagai kebijakan politik yang diambil.
Komunikasi politik adalah Transmisi
kehidupan
termasuk
fasilitas
serta
ketersediaan
pelayanan
umum.
Faktor
informasi yang relevan secara politis dari
lingkungan adalah kesatuan ruang dan
satu bagian sistem politik kepada sistem
semua benda, daya, keadaan, kondisi dan
politik yang lain, dan antara sistem sosial
makhluk
dan sistem politik. Sebagaimana dapat
berbagai kegiatan interaksi sosial antara
dilihat pada setiap bagian dari sistem politik
berbagai kelompok beserta lembaga dan
terjadi komunikasi politik, mulai dari proses
pranatanya (K. Manullang dan Gitting,
penanaman nilai (Sosialisasi politik atau
1993:13). Untuk mengetahui sejauh mana
pendidikan
kepada
kepercayaan nelayan dalam mempercayai
pengartikulasian dan penghimpunan aspirasi
pemerintah dalam hal ini adalah anggota
dan
legislatif.
politik).
kepentingan,
pengambilalihan
Sampai
terus
kepada
proses
kebijaksanaan,
dan
bagian
atau
tahap
Maka
yang
berlangsungnya
wawancara
kembali
dilakukan.
penilaian terhadap kebijaksanaan tersebut.
Tiap-tiap
hidup,
Kekecewaan yang timbul tersebut
itu
membuat nelayan menjadi kurang antusias
dipersambungkan pula oleh komunikasi
untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum.
politik. Wawancara
Merosotnya kepercayaan rakyat terhadap
lembaga-lembaga ini bisa membahayakan
negara,
23
Pemberitaan
tersebut
akan
berdampak pada merosotnya partisipasi
pemilu. Karena nelayan selalu mengangggap
nelayan terhadap pemilu yang akan datang.
suara yang diberikan akan sia-sia jika
Dalam pemilihan umum selalu ada
diberikan
kepada
kampanye yang mengumbar banyak janji
Harusnya
ini
politik. Visi misi, dan segala sesuatu yang
permasalahn ini tidak menjadi meluas dan
dapat
mengurangi antusias nelayan untuk ikut
menarik
mempercayainya
pemilih
agar
duduk
sebagai
untuk
orang
yang
menjadi perhatian.
salah.
Agar
serta dalam pemilihan berikutnya.
anggota legislatof. Hanya saja pemilih
4. Faktor Nilai Budaya.
sekarang lebih hati-hati dengan banyaknya
Nilai budaya politik atau civic
janji yang diumbar oleh para calon legislatif,
culture merupakan basis yang membentuk
karena jika sudah terpilih biasanya mereka
akan
lupa
dengan
janji
politik
demokrasi, hakekatnya adalah politik baik
yang
etika politik maupun teknik (Soemitro
diusungnya saat kampanye. Hal ini menjadi
1999:27) atau peradaban masyarakat (Verba,
salah satu faktor merosotnya kepercayaan
masyarakat
khususnya
nelayan
Sholozman, Bradi, 1995). Faktor nilai
untuk
budaya menyangkut persepsi, pengetahuan,
kembali memilih sehingga nelayan lebih
sikap, dan kepercayaan politik.
memilih menjadi Golput. Apabila sebagian
Pada penelitian ini faktor nilai
nelayan mengambil tindakan golput maka
budaya dilihat dari sikap nelayan dalam
akan berdampak pada kurangnya partisipasi
partisiasi politik, Pemilu diselenggarakan
nelayan dalam pemilu.
Dengan
isu
yang
berkembang
dengan tujuan untuk memilih Wakil Rakyat
di
baik ditingkat Pemerintahan Pusat maupun
masyarakat menjadikan para nelayan krisis
Pemerintahan
kepercayaan. Mereka tidak lagi percaya
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional
melalui media-media. Sebagian dari mereka
sebagaimana
beranggapan bahwa terpilih atau tidaknya
rangka
mewujudkan kedaulatan Rakyat
sekaligus penerapan prinsip – prinsip atau
adanya faktor ketidak percayaan terhadap
nilai – nilai demokratis, meningkatkan
pemerintah. Begitu banyak berita yang
alasan
oleh
dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam
partisipasi
nelayan terhadap pemilu 2014 dikarenakan
menjadi
diamanatkan
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu
kehidupannya. Dari hasil wawancara dapat
berkembang
yang
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
tidak akan membawa pengaruh terhadap
kurangnya
untuk
kuat, dan memperoleh dukungan rakyat
permasalahan yang terjadi yang disiarkan
bahwa,
serta
membentuk pemerintahan yang demokratis,
dengan pejabat Daerah karena begitu banyak
dianalisa
Daerah,
kesadaran
mengapa
politik
Rakyat
untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum
nelayan tidak antusias terhadap adanya
24
demi terwujudnya cita – cita masyarakat
diluar target dan sasaran yang telah di
Indonesia yang demokratis.
hitung.
Salah satu parameter pemilu yang
Dari observasi
yang
dilakukan
demokratis adalah dengan adanya komponen
maka dapat dianalisa bahwa secara umum
pemilih yang semakin plural seiring dengan
dapat dilihat nelayan yang ada di Desa
semakin kompleknya pemilu. Ini artinya
Busung ini ini ikut datang ke tempat
pemilih adalah pendukung utama yang
pemungutan suara kemudian memberikan
sangat penting dalam proses pemilu yang
hak suaranya. Adanya juga yang melapor
demokratis,
prinsip
karena tidak terdaftar. Dari hal tersebut
kedaulatan Rakyat. Setiap pemilih dalam
dapat disimpulkan untuk sikap mereka
pemilihan umum tidak akan terlepas dari
terhadap pemilu sebenarnya sudah cukup
latar belakang politis maupun sosiologis
baik,
pada saat itu, sehingga hal ini sangat
pemahaman
berpengaruh dalam menentukan pilihan
wawancara yang dilakukan maka dapat
mereka, inilah yang disebut prilaku pemilih.
dianalisa bahwa dalam memberikan hak
sesuai
Berkaitan
dengan
dengan
sikap
para
namun
perlu
lebih
kiranya
lanjut.
diberikan
Dari
hasil
nelayan sudah melakukannya dengan baik.
nelayan dapat dijelaskan bahwa para nelayan
Faktor
sudah bersikap sesuai dengan tata cara
tersebut bisa dari dalam diri individu itu
pemilu yang sudah disosialisasikan KPU (
sendiri seperti adanya kesadaran yang
Komisi Pemilihan Umum) dan juga TPS (
dimiliki pemilih.
Tempat
Pemilihan Suara)
yang
Para
nelayan
ini
2014
tersebut,
di
Berdasarkan
sudah
Busung ini adalah karena faktor ekonomi.
Para nelayan lebih memilih tetap melaut dari
pada untuk dating mencoblos. Seberapa
pemahaman tentang para calon- calon
banyak
pemimpin nantinya. Kemudian sikap yang
akan
di
peroleh,
pada penghasilan ketika melaut karena hasil
ikut datang dan mendaftarkan diri ke
yang di peroleh itu yang akan menentukan
Tempat Pemungutan Suara (TPS) serta
data
penghasilan
masyarakat nelayan sangat berpengaruh
dimaksud dengan pemberian suara adalah
Dari
penelitian
rendahnya partisipasi masyarakat di Desa
harapkan
dapat lebih disosialisasikan lagi dan di beri
pilihan.
hasil
diketahui bahwa salah satu dari faktor
kedepannya para nelayan di Desa Busung ini
melakukan
partisipasi
E. PENUTUP
dianggap ikut berpartisipasi dalam pemilhan
tahun
mempengaruhi
sudah
menjelaskan tata cara untuk melakukan
pencoblosan.
yang
keberlangsungan hidup mereka keesokan
yang
harinya.
didapatkan mengenai hal tersebut masih jauh
terhadap
Ketidakpedulian
partisipasi
politik
masyarakat
disebabkan
lemahnya faktor ekonomi. Letak geografis
25
didaerah pesisir pantai yang sebagian besar
mata
pencaharian
masyarakat
2.
sebagai
Sebaiknya
pemerintah
dorongan
terhadap
partisipasi
politik
peduli
artian
membuat kegiatan yang memberikan
kesadaran politik masyarakat masih kurang.
ruang bagi para nelayan untuk ikut
Sebagian masyarakat lebih memilih bekerja,
serta.
politik.
Dalam
Desa
dari
nelayan ini cenderung apatis atau tidak
dengan
di
ada
Busung
seperti
dibandingkan menyalurkan hak suaranya.
Komunikasi
dilakukan
politik
dengan
DAFTAR PUSTAKA
sudah
mengikutsertakan
Arfani,
Riza Noer. 1996. Demokrasi
Indonesia Kontemporer. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada
pemerintah desa dan KPU untuk memberi
tahukan tentang tata cara prosedur serta
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek (6th ed).
Jakarta: PT Rineka Cipta.
tujuan dari pemilu, namun hal in pada
kenyataannya
di
Desa
Busung
belum
mampu meningkatkan partisipasi politik
masyarakat
nelayan,
karena
Bambang
sebagian
nelayan mengungkapkan bahwa komunikasi
yang diberikan tidak akan mempengaruhi
partisipasi mereka karena
ketidaktepatan
Budioarjo, Miriam. 2008. Partisipasi dan
Partai Politik. Jakarta : Yayasan
Obor Indonoesia
waktu kemudian kurangnya pendidikan
menjadi faktor utama bagi para nelayan
untuk berpartisipasi.
Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan SMA.
Jakarta : Erlangga
Dari penjelasan kesimpulan ada
saran
yang
dapat
disampaikan
adalah
Cholisin,dkk.2005. Ilmu Kewarganegaraan.
Jakarta : Universitas Terbuka
sebagai berikut :
1.
Sebaiknya
dilakukan
ada
pendekatan
pemerintah
Deuvenger, Maurice. 2003. Sosiologi
politik. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
yang
terhadap
masyarakat nelayan Desa Busung
untuk
kurangnya
Setiawan
dan
Bestian
Nainggolan. 2004. Partai-Partai
Politik di Indonesia, Ideologi,
dan Program 2004-2009, Jakarta
: Penerbit Buku Kompas.
mengetahui
penyebab
partisipasi
masyarakatt
Gunarsa,
Singgih. Yulia singgih D.
Gunarsa.
2004.
Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hadi,
Sutrisno.
2000.
Metodologi
Research. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta
nelayan dalam politik sehingga solusi
yang diberikan dapat lebih tepat tidak
sekedar pemberian sosialisasi seperti
lebih
memperhatikan
program
Huntington, Samuel, P. 2000. Political
Order and changing societies.
New Haven: Yale University
Press.
peningkatan ekonomu nelayan.
26
Sutrisno,
Hurlock,
E.
B.
2000.
Psikologi
Perkembangan
:
suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
kehidupan
(terjemahan:
Istiwidayati). Jakarta: Erlangga.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu
Politik. Jakarta : Grasindo
Kaho, Josef Riwu, 2007, Prospek Otonomi
Daerah, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Milbrath, Lester, and Goel, ML. 1997.
Political Participation. Chicago :
Rand
McNally
College
Publishing Co
Moleong,
Lukman.
1995.
Menuju
Masyarakat
Partisipatif,
Kanisius, Yokyakarta.
Lexy.
2006.
Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosda Karya
Nazir. 2005. Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan
Papalia, old. 2001. Perkembangan Pada
Remaja. Jakarta : Rineka Cipta
Panggabean. 1994.Pendidikan Politik dan
Kaderisasi
Bangsa.
Sinar
Harapan, Jakarta.
Prijono, Onny. 1987. Kebudayaan Remaja
dan Sub Kebudayaan Delinkuen.
Jakarta : CSSI
Purwanto.2007.Metodologi
Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Raga Maran, Rafael. 2001. Pengantar
Sosiologi Politik. Jakarta :
Rineka Cipta
Rush, Michael dan Philip Althoff. 2001.
Pengantar Sosiologi Politik.
Jakarta:PT.
Raja
Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian
Sosial. Bandung : CV. Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
27
Download