PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi pada Masyarakat Nelayan Desa Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan) NASKAH PUBLIKASI Oleh TIARA EKA PUTRI NIM : 100565201130 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017 SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini : Nama : TIARA EKA PUTRI NIM : 100565201130 Jurusan/ Prodi : Ilmu Pemerintahan Alamat : KP. Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan Nomor Telp : 081261424019 Email : [email protected] Judul Naskah : PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi pada Masyarakat Nelayan Desa Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan) Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 23 Agustus 2017 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Afrizal,S.Ip,M.Si NIP. 198304032015041001 N.A Dwi Putri,S.Ip,M.Si NIP.198707182014042001 1 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT NELAYAN PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi pada Masyarakat Nelayan Desa Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan) TIARA EKA PUTRI AFRIZAL N.A DWI PUTRI ABSTRAK Berhasil atau tidaknya pelaksanaan Pemerintahan Negara yang Demokratis dapat di lihat dari tingkat Partisipasi Masyarakat pada Pemilihan Umum (Pemilu). Dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum, tidak terlepas dari masalah yang tentu saja akan menjadi kendala dalam pelaksanaannya. Kendala yang sering muncul saat ini misalnya proses pemilihan yang rumit, kurangnya sosialisasi KPUD untuk menerangkan tata cara pemberian suara, sistem pendaftaran pemilih dan masalah lain yang belum dapat diatasi. Hal tersebut juga terlihat pada pemilihan umum Legislatif 2014 di Desa Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten Bintan.Terkait dengan partisipasi politik wilayah yang menjadi lokasi penelitian ini juga mengalami masalah dimana tingkat partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum anggota legislative masih sangat kurang dan Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat nelayan di Desa Busung. Dalam Hal ini Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan harapan data yang diperoleh bisa lebih konprehensif menggambarkan fakta dilapangan. Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep dari (Surbakti, 2010:119) yang memberikan tanggapan bahwasanya ada beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyaraka nelayan kegiatan ini mencakup seperti Faktor Sosial Ekonomi dalam pemilihan umum, Faktor Politik, Faktor Fisik Individu dan Lingkungan, serta Faktor Nilai Budaya. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil Kesimpulan bahwa partisipasi politik masyarakat Nelayan Desa Busung pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 yang lalu rendah yang diakibatkan oleh faktor ekonomi masyarakat sehingga membuat masyarakat lebih mementingkan pekerjaan ketimbang mengurus masalah politik, dan juga di akibatkan faktor politik dengan kurangnya pendidikan masyarakat, maka dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berpartisipasi Kata Kunci : Partisipasi Politik Masyarakat, Nelayan 2 ABSTRCT The success or failure of the implementation of Democratic State Governance can be seen from the level of Public Participation in General Election (Election). In every general election, not apart from the problem which of course will become obstacle in its implementation. Constraints that often arise today such as complex election processes, lack of socialization of the Election Commission to explain the voting procedures, voter registration system and other issues that can not be overcome. This is also evident in the 2014 Legislative General Election in Busung Village, Seri Seri Kuala Lobam Sub-district, Bintan Regency. In relation to the participation of the regional politics in which the research location is also experiencing problems where the level of political participation of the people in the general election of legislative members is still very low and the factors that influence the high The low participation of the politics of fishermen in the village of Busung. In This Researcher using qualitative methods in the hope that the data obtained can be more comprehensive describes the facts in the field. The concept used in this research is the concept of (Surbakti, 2010: 119) which provides the response that there are some factors that influence the political participation of fishermen in this activity include such as socio-economic factors in elections, political factors, individual physical factors and the environment , And Cultural Value Factor. Based on the results of the research it can be concluded that the political participation of the Fishermen Village Busung Village in Legislative Election last 2014 was low caused by the economic factors of the community so that the community put more importance on the job rather than take care of political problems, and also in the political factor with the lack of public education , Then it can affect people's knowledge to participate Keywords: Political Participation Society, Fishermen 3 A. PENDAHULUAN Dalam Dalam menentukan wakil rakyat yang benar-benar Pemilihan politik Umum negara (pemilu) untuk merupakan salah satu proses politik yang menentukan kemajuan dari suatu negara dilaksanakan setiap lima tahun, baik untuk dibutuhkan pola pikir kritis masyarakatnya. memilih anggota legislative (badan Pembuat Karena suatu Negara tidak akan mungkin Undang-undang), maupun untuk memilih berkembang tanpa adanya partisipasi dan anggota eksekutif(menjalankan dukungan dari masyarakatnya. Media masa undang), sedangkan juga dalam (Pemilu) menurut Kamus Besar Bahasa masyarakatnya. Indonesia yaitu proses, pemilihan (anggota dapat membentuk Kemajuan berkompeten Indonesia, sistem mempengaruhi opini dari perkembangan politik undang- Pemilihan Umum suatu DPR) langsung oleh rakyat yang dilakukan Negara dapat dilihat dari baik buruknya serentak oleh seluruh rakyat di negara partisipasi (untuk memilih wakil rakyat). masyarakatnya, seperti yang dikemukakan oleh Rauf (1998:12) bahwa Anggota legislatif yang dipilih kemajuan di bidang politik yang terjadi di dalam pemulu lima tahun tersebut, terdiri negara-negara modern oleh masyarakat akan menjadi inspirasi untuk dari anggota legislatif pusat/parlemen yang menilai dalam ketatanegaraan Indonesia biasanya perkembangan politik negara. Setiap orang disebut sebagai DPR-RI, kemudian DPRD dapat mengetahui perkembangan demokrasi dan politik di pandangannya masyarakat negaranya terhadap di bidang Daerah melalui telah dan Bupati/ Rakayat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang baru karena yang lama sudah berakhir masa jabatannya yang sangat penting. Salah satu peranan yang berdurasi 5 tahun. karena kemajuan masyarakat dalam Negara demokrasi adalah dalam memilih Gubernur Permusyawaratan sebuah Negara demokrasi memiliki peranan masyarakat untuk tujuanya untuk Untuk memilih Majelis masyarakat. Masyarakat sebagai tokoh utama dalam partisipasi peluang Walikotanya. Pemilihan Umum Legislatif karena dalam setiap pengambilan kebijakan aspirsi diberi President, demokratis memiliki keunggulan tersendiri, pada DPRD pemilu untukpemilihan eksekutif, rakyat dan pemerintahan di negaranya.Negara yang mengacu dan Kabupaten/Kota. Sementara dalam konteks partisipasi politik Pripinsi, daerah tergantung pada keputusan undang- politik. undang yang akan dibuat. Masyarakat memiliki peran yang sangat kuat dalam proses penentuan eksekutif dan Partisipasi menurut Kamus Besar legislatif baik dipemerintah pusat maupun Bahasa daerah. berperan serta dalam suatu kegiatan atau 4 Indonesia yaitu perihal turut keikutsertaan kegiatan dalam suatu riset, menudukung berupa pengamatan yang aktif dan turut pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi serta dalam kehidupan lapangan atau objek pelaksanaan Pemilu sesuai dengan peran yang diamati. Melalui partisipasi, individu mereka masing-masing. menjadi warga membedakan publik, persoalan dan pribadi Partisipasi politik yang merupakan dengan perwujudan kedaulatan rakyat adalah suatu hal yang sangat fundamental(dasar pokok) nyaris semua orang akan ditelan oleh pribadi dan dalam proses demokrasi. Ia memiliki makna pemuasan yang sangat penting dalam bergeraknya roda kebutuhan pribadi mereka yang berkuasa. dan sistem demokrasi. Apabila masyarakat Kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk turut serta secara aktif memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, dalam maka proses pembangunan politik akan kehidupan politik, dengan jalan memilih berjalan dengan baik, sehingga akan sangat pimpinan negara, dan secara langsung atau berarti pula terhadap perkembangan bangsa tidak langsung mempengaruhi kebijakan dan negara ini. Sebaliknya partisipasi politik pemerintah, „public policy‟ juga bisa di katakana sebagaipartisipasi. konvensional kegiatan juga tidak akan bermakna apa-apa dan tidak Secara ini berarti sama sekali kalau ia tidak memenuhi mencakup syarat dari segi kualitatif maupun kuantitif. tindakan seperti: memberikan suara dalam Oleh karenanya tingkat partisipasi politik pemilihan umum, „voting‟ menghadiri rapat masyarakat umum, „campaign‟menjadi anggota suatu partai atau kelompok mengadakan pendekatan perencanaan, mampu persoalan masyarakat. Tanpa partisipasi, kepentingan dalam termasuk kepentingan; dalam pemilihan umum, kepala daerah pemilihan merupakan hal yang sangat penting pula atau hubungan, untuk ditilik, karena rendah atau tingginya „contacting’ dengan pejabat pemerintah, suatu partisipasi merupakan sinyal dan atau anggota parlemen dan sebagainya. indikator penting terhadap jalannya proses Partisipasi pemilih pelaksanaan Pemilu mutlak dalam demokasi dan perwujudan dari kedaulatan diperlukan, rakyat. tanpa adanya partisipasi pemilih, Pemilu Pada tahun 2014 setiap daerah di hanyalah menjadikan sebagai objek semata seluruh Indonesia menjalankan pemilihan dan salah satu kritiknya adalah ketika umum legislatif termasuk Kabupaten Bintan. masyarakat tidak merasa memiliki dan acuh tak acuh terhadap Penempatan pemilihan sehingga pemilihan umum. sebagai subjek pemilih umum pemilih mutlak turut Kabupaten Bintan merupakan salah satu daerah yang tediri dari banyak wilayah pedesaan, yang mempunyai karekteristik diperlukan berperan penduduk aktif 5 berbeda-beda yang mampu mempengaruhi partisipasinya terhadap pertisipasi masyarakat nelayan Desa Busung politik baik dari segi jumlah penduduk, kurang pada pemilu 2009. pendidikan maupun mata pencaharian. Partisipasi politik para nelayan Desa Busung merupakan satu dari yang hidup di tepi pantai masih terlalu desa yang ada di Kabupaten Bintan. Pada minim. Minimnya keberpihakan kepada Pemilihan di nelayan mempengaruhi rendahnya tingkat bandingkan dengan tahun 2014 itu ada partisipasi masyarakat nelayan. Keterbatasan perkembanganya, hal ini di buktikan dari waktu nelayan bagi kegiatan-kegiatan non jumlah pemilih 882 orang tahun 2014 pada ekonomis, masyarakat yang berorganisasi nelayan. Sementara untuk menggunakan hak suaranya dengan baik 636 karakteristik sosial individu nelayan tidak orang jadi hanya 246 orang yang tidak mempengaruhi tingkat partisipasi politik menggunakan hak suaranya atau Golongan mereka. Agar nelayan memiliki posisi tawar Putih (Golput), jika di lihat pada tahun 2009 yang tingkat pertisipasi masyarakat sangat minim, kebijakan perlulah dilakukan pendidikan hal ini di buktikan dengan hanya 500 orang politik terhadap mereka hingga mereka yang menyadari Umum Legislatif Desa 2009 Busung, menggunakan hak suaranya dan kuat dan rendahnya dalam proses hak-hak serta pengalaman pengambilan kewajibannya selebihnya tidak menggunakan hak suara, sebagai warga negara. Pendidikan politik hal ini di karenakan kurangnya tingkat dimaksud dapat sosialisasi pada masyarakat Desa Busung organisasi politik terlebih lagi pada masyarakat nelayan, ataupun pihak perguruan tinggi. Hal ini karena masyarakat nelayan Desa Busung tentunya pada tahun sebelumnya lebih mementingkan peningkatan pendapatan. Selain itu ada pekerjaanya di bandingkan pergi ke Tempat beberapa masyarakat non nelayan juga yang Pemungutan untuk tidak memberikan hak suaranya, karna itu terkendala dengan pekerjaan atau fakrot khususnya yang lainya, tapi ada sebagian masyarakat Suara menyelenggarakan masyarakat Desa berprofesi sebagai (TPS) Pemilu Busung selain nelayan, untuk dilakukan dan dilakukan melalui kemasyarakatan, sejalan dengan non nelayan yang juga memberikan hak menghadiri sosialisasi yang di adakan oleh suaranya. pemerintah desa rata-rata hanya kaum Kurangnya kepahaman masyarakat perempuan atau ibu-ibu rumah tangga saja, Desa Busung tentang pemilihan umum di sedangkan para kaum lelaki atau para bapak- karenakan, ada beberapa masyarakat yang bapaknya lebih memilih untuk mencari pemilih pemula yang baru menginjak usia nafkah dan itu yang menyebabkan tingkat 17 tahun, kemudian para masyarakat lanjut usia (lansia) yang juga sudah tidak mengerti 6 tentang pemilu dan butuh bantuan dari kedaulatan rakyat secara efektif dan lestari. masyarakat melakukan Pemilu memang merupakan keputusan yang pencoblosan, kurangnya pengenalan calon sangat penting bagi masa depan negara. Bila legislatif secara efektif kepada masyarakat suatu pemilu berjalan baik, maka sebuah setempat serta kurangnya sosialisasi yang negara dapat melanjutkan menuju demokrasi dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan dan perdamaian. Sebaliknya, bila pemilunya Umum) (Sumber dari hasil wawancara berjalan buruk bahkan gagal, sebuah negara dengan kepala Desa). bisa dibilang tengah meruntuhkan demokrasi sekitar untuk Partisipasi masyarakat nelayan di dan kembali menuju titik nadirnya. Itulah Desa Busung berkaitan dengan pemilu yang sebabnya pemilu kerap disebut sebagai roh telah demokrasi. dilaksanakan pada tahun 2014 merupakan salah satu masalah didalam Menurut International Institute for masyarakat nelayan untuk ikut berpartisipasi Democracy mensukseskan (International IDEA, 2002: 24) mengatakan masalah pemilu. diatas melakukan maka penelitian Beranjak dari Masyarakat 2014 Nelayan bahwa, dengan judul “Suatu sistem pemilu memiliki tiga (studi Desa tugas utama: pada a. Busung Bintan). b. B. LANDASAN TEORI c. Pengertian Pemilu Menurut Suranto dkk. (2008 : 1) Pemilu merupakan sarana tak terpisahkan dari kehidupan politik negara demokrasi modern. Bagi bangsa yang tengah berjuang melembagakan “kekuasaan rakyat”, kata Indonesianis, Lance Castles, pemilu masih dihayati sebagai ritus massal. Suatu perayaan kebersamaan, yang bisa gagal atau mengecewakan. langkah maju Namun dalam Assistance untuk Kecamatan Seri Kuala Lobam Kabupaten 1. Electoral tertarik Partisipasi Politik Masyarakat Nelayan Pada PemilihanUmum and juga menjadi melembagakan 7 Menerjemahkan suara yang dipungut menjadi kursi yang dimenangkan dalam badan legislatif. Bertindak sebagai saluran yang memungkinkan rakyat meminta pertanggungjawaban wakilwakil mereka. Memberikan insentif kepada mereka yang memperebutkan kekuasaan untuk menyusun imbauan kepada para pemilih dengan cara berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam masyarakat yang terbelah, di mana bahasa, agama, ras, atau bentuk etnis yang lain mewakili suatu pemisahan politik yang mendasar, sistem pemilu tertentu dapat mengganjar calon-calon dan partai-partai yang bertindak kooperatif dan akomodatif terhadap kelompok pesaingnya, atau dapat menghukum calon-calon itu dan sebagai gantinya mengganjar hanya mereka yang menyeru kepada kelompoknya sendiri”. Menurut Miriam Budiardjo,463:2013 penting bahwa hak, kewajiban, dan sanksi harus dijelaskan sehingga tidak bermakna ganda. Selain itu Menurut Supriyanto, dkk dalam Suranto (2008: 18) dalam konteks mengatakan bahwa, “dalam ilmu politik dikenal pelaksanaan bermacam-macam sistem pemilihan penyusunan tahapan, program, kegiatan dan umum dengan berbagai variasinya, jadwal akan tetapi umumnya berkisar pada dua penting, prinsip pokok, yaitu: merupakan pekerjaan kompleks sekaligus 1. 2. and Electoral penyelenggaraan mengingat Indonesia, pemilu pemilu sangat di sini variasi-variasi baru dalam sistem pemilu yang dikembangkan oleh undang-undang. Disebut raksasa, karena pemilu di Indonesia melibatkan lebih dari 150 juta pemilih, yang tersebar di wilayah luas dengan kondisi geografis yang beragam. Apalagi pemilu legislatif di Indonesia diselenggarakan secara serentak, baik untuk memilih anggota Assistance legislatif nasional (DPR dan DPD) maupun (International IDEA) 63:2002 mengatakan lokal bahwa Sementara, ketentuan-ketentuan di raksasa. Disebut kompleks, karena adanya Single-member Constituency (Suatu daerah pemilihan memilih suatu wakil; biasanya disebut Sistem Distrik). Multi-member Constituency (suatu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional”. Menurut International Institute for Democracy pemilu untuk (DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota). rentang waktu antara kampanye pemilu yang bebas di dalam pelaksanaan pemilu legislatif dengan pemilu kerangka hukum tidaklah memadai kecuali presiden sangat pendek (empat bulan). apabila didukung oleh suatu rezim sanksi Semua itu membutuhkan sumber daya dan yang wajar, efektif, dan dapat dipercaya. sumber dana besar, dan harus ditopang oleh Apabila suatu kode etik disertakan dalam manajemen kerja yang rapi. undang-undang pemilu atau didasarkan atas Samego (dalam A.Rahman H.I, ketentuan hukum, maka hukuman pidana 2007:147). mengemukakan pemilihan umum atau perdata dapat diberlakukan. Hukuman disebut juga dengan “Political Market” khusus artinya bahwa pemilihan umum adalah lainnya, seperti diskualifikasi kandidat atau partai juga memungkinkan. pasar Apa pun sanksi hukum atau sanksi lainnya masyarakat berinteraksi untuk melakukan yang anggota- kontrak sosial antara peserta pemilu (Parpol) anggotanya harus secara jelas memahami dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak diberikan, partai dan kewajibannya. Dengan demikian, adalah 8 politik tempat individu atau pilih setela terlebih dahulu melakukan (dalam serangkaian akttivitas politik yang meliputi mngemukakan pemilihan umum disebut kampanye, propaganda, iklan, politik bahkan juga dengan “Political Market” artinya komunikasi antar pribadi yang berbentuk bahwa pemilihan umum adalah pasar politik face berisi tempat individu atau masyarakat berinteraksi penyampaian pesan mengenai program, untuk melakukan kontrak sosial antara platform, asas, ideologi serta janji-janji peserta pemilu (Parpol) dengan pemilih politik lainnya guna meyakinkan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setela sehingga terlebih to face atau pada loby yang pencoblosan dapat A.Rahman dahulu H.I, melakukan 2007:147). serangkaian menentukan pilihannya terhadap salah satu akttivitas politik yang meliputi kampanye, parpol yang menjadi peserta pemilu untuk propaganda, mewakilinya dalam badan legislatif maupun komunikasi antar pribadi yang berbentuk eksekutif. face to iklan, face atau politik loby yang bahkan berisi Perkembangan pemilu tidak penyampaian pesan mengenai program, berfungsi memilih wakil platform, asas, ideologi serta janji-janji rakyat saja namun lebih dari itu pemilu politik lainnya guna meyakinkan pemilih memiliki fungsi-fungsi lain dalam suatu sehingga proses kenegaraan yang sangat signifikan. menentukan pilihannya terhadap salah satu Setidaknya ada empat fungsi utama pemilu parpol yang menjadi peserta pemilu untuk dalam mewakilinya dalam badan legislatif maupun hanya untuk mekanisme sosiopolitik dan kehidupan bernegara, menurut Arbi Sanit, pada pencoblosan dapat eksekutif. yakni : Pemilu dapat dikatakan demokratis jika memenuhi beberapa prasyarat dasar. a. Pembentukan legitimasi kekuasaan dan pemerintahan. b. Pembentukan perwakilan politik rakyat. c. Sirkulasi elit penguasa. d. Pendidikan politik rakyat. Jika diamati universal yang semestinya diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk wakil-wakilnya penguasa kadar 1. Universalitas (universality) Karena nilai-nilai demokrasi merupakan nilai universal, maka pemilu yang demokratis juga harus dapat diukur secara universal. Artinya konsep, sistem, prosedur, perangkat dan pelaksanaan pemilu harus mengikuti kaedah-kaedah demokrasi universal itu sendiri. 2. Kesetaraan (equality) Pemilu yang demokratis harus mampu menjamin maupun acapkali pemilu dalam kenyataannya selalu oleh menentukan yakni: perputaran elit penguasa. Namun demikian, dimanfaatkan dalam demokratis atau tidaknya pemilu tersebut, sesungguhnya rakyatlah menentukan Setidak-tidaknya, ada 5 (lima) parameter guna mempertahankan status quo. Indria Samego 9 kesetaraan antara masing-masing kontestan untuk berkompetisi. Salah satu unsur penting yang akan mengganjal prinsip kesetaraan ini adalah timpangnya kekuasaan dan kekuatan sumberdya yang dimiliki kontestan pemilu. Secara sederhana, antara partai politik besar dengan partai politik kecil yang baru lahir tentunya memiliki kesejnjangan sumberdaya yang lebar. Oleh karena itu, regulasi pemilu seharusnya dapat meminimalisir terjadinya political inequality. 3. Kebebasan (freedom) Dalam pemilu yang demokratis, para pemilih harus bebas menentukan sikap politiknya tanpa adanya tekanan, intimidasi, iming-iming pemberian hadiah tertentu yang akan mempengaruhi pilihan mereka. Jika hal demikian terjadi dalam pelaksanaan pemilu, maka perlakunya harus diancam dengan sanksi pidana pemilu yang berat. 4. Kerahasiaan (secrecy) Apapun pilihan politik yang diambil oleh pemilih, tidak boleh diketahui oleh pihak manapun, bahkan oleh panitia pemilihan. Kerahasiaan sebagai suatu prinsip sangat terkait dengan kebebasan seseorang dalam memilih. 5. Transparansi (transparency) Segala hal yang terkait dengan aktivitas pemilu harus berlandaskan prinsip transparansi, baik KPU, peserta pemilu maupun Pengawas Pemilu. Transparansi ini terkait dengan dua hal, yakni kinerja dan penggunaan sumberdaya. Menurut Austin Ranney (Rusli b. c. d. e. Karim : 2006 : 13) ada delapan kriteria pokok bagi pemilu yang demokratis. a. Hak pilih umum. Pemilu disebut demokratis apabila semua warga negara dewasa dapat menikmati f. 10 hak pilih pasif ataupun aktif. Meskipun diadakan pembatasan, hal tersebut harus ditentukan secara demokratis, yaitu melalui undangundang. Kesetaraan bobot suara. Ada jaminan bahwa suara tiap-tiap pemilih diberi bobot yang sama. Artinya, tidak boleh ada sekelompok warga negara, apa pun kedudukannya, sejarah kehidupan, dan jasa-jasanya, yang memperoleh lebih banyak wakil dari warga lainnya. Kuota bagi sebuah kursi parlemen harus berlaku umum. Tersedianya pemilihan yang signifikan. Hakikat memilih diasumsikan sebagai adanya lebih dari satu pilihan. Kebebasan nominasi. Melalui organisasi masing-masing keompok rakyat membina, menyeleksi, dan menominasikan calon-calon yang mereka nilai mampu menerjemahkan kebijakan organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Jadi, di dalam kebebasan berorganisasi itu secara implisit terkandung pula prinsip kebebasan menominasikan calon wakil rakyat. Sebab hanya dengan cara itulah pilihan-pilihan yang signifikan dapat dijamin dalam proses pemilihan umum. Persamaan hak kampanye. Program kerja dan calon-calon unggulan tidak akan bermakna apa-apa jika tidak diketahui oleh pemilih. Oleh karena itu, kampanye menjadi penting dalam proses pemilu. Melalui proses tersebut massa pemilih diperkenalkan dengan para calon dan program kerja para kontestan pemilu. Kebebasan dalam memberikan suara. Pemberi suara harus terbebas dari berbagai hambatan fisik dan mental dalam menentukan pilihannya. Harus ada jaminan bahwa pilihan seseorang dilindungi kerahasiaannya dari pihak mana pun, terutama dari penguasa. Kejujuran dalam penghitungan suara. Kecurangan dalam penghitungan suara dapat menggagalkan upaya penjelmaan rakyat ke dalam badan perwakilan rakyat. Keberadaan lembaga pemantau independen pemilu dapat menopang perwujudan prinsip kejujuran dalam penghitungan suara. Penyelenggaraan secara periodik. Pemilu tidak diajukan atau diundurkan sekehendak hati penguasa. Pemilu dimaksudkan sebagai sarana menyelenggarakan pergantian penguasa secara damai dan terlembaga. g. h. Menurut Budiardjo (2008:367) “Partisipasi politik menyatakan bahwa adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan memilih politik, pimpinan antara lain seperti Negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Herbert McClosky (Budiardjo 2008:367) juga berpendapat bahwa: “Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga masyarakat dalam mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi kebijakan umum” Untuk itu keikutsertaan pemula dalam pemilihan pemilih Kepala Daerah juga diperlukan karena akan berdampak juga Pendapat pemilu bagi kehidupan mereka . Dalam hirarki demokratis ini memang sudah semestinya partisipasi politik yang dikemukakan rush diterapkan dalam setiap pemilu, karena dan althof (2001:128) : “Pemberian suara dengan adanya unsurunsur tersebut dalam sering dianggap sebagai bentuk partisipasi pemilu pastinya akan tercipta pemilu yang politik aktif yang paling kecil, sebuah demokratis. Dan ini juga merupakan bentuk partisipasi yang kecil yang dapat kewajiban bagi penyelenggara pemilu menghasilkan seseorang pemimpin yang agar benar-benar memahami kriteria- akan memimpin daerah bahkan negara kriteria tersebut. Dengan ditegakkannya sekalipun. Dari pemberian suara inilah dapat kejujuran dan keadilan dalam pemilu, dinilainya suatu pemimpin yang terpilih, maka akan apakah dia telah baik menurut masyarakat menghasilkan pemimpin yang amanah pemilihnya dengan persentase angka pemilih dan terciptanya keorganisasian mahasiswa yang tinggi atau hanya di pilih oleh sebagian yang demokratis. kecil masyarakatnya,dan sebagian lebih 2. mengenai bukan tidak kriteria mungkin memilih tidak menggunakan hak suara Partisipasi Politik mereka”. 11 Kegiatan pada beranggapan bahwa politik tidak suatu yang pemilihan Kepala Daerah merupakan suatu menarik bagi diri mereka. Janji-janji politik kegiatan yang sangat penting bagi Negara yang diberikan oleh setiap pasangan calon yang menganut system pemerintahan yang belum bisa menggugah hati pemilih pemula demokrasi, sebab tujuan dari pemberian dalam menggunakan partisipasi suaranya suara tersebut adalah agar masyarakat bebas untuk dalam memilih dan menentukan pilihan sehingga siapa mereka, menganggap apatis merupakan jalan yang sehingga tidak ada lagi istilah pada istilah terbaik bagi mereka. Menurut pendapat pada zaman orde baru yang menganggap Surbakti (2010:144) Adapun faktor-faktor bahwa partisipasi yang dilakukan oleh yang diperkirakan mempengaruhi tinggi- masyarakat akan berakhir dengan hasil yang rendahnya sama. Partisipasi hanya dianggap sebagai antara lain: yang pemberian akan suara memimpin pelengkap untuk sebuah Negara dalam melakukan masyarakat partisipasi sebuah pemilihan, pemilih politik pemula seseorang ”Kesadaran politik dan kepercayaan menjalankan suatu system demokrasi. kepada pemerintah (sistem politik).Yang di Berkaitan dengan masalah partisipasi maksud dengan kesadaran politik ialah pemilih Rush, Michael, Philip (2001:13) kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai mensugestikan tiga alasan pokok alasan warga masyarakat mengambil sikap untuk tidak pengetahuan seseorang tentang lingkungan berpartisipasi dalam politik yaitu: masyarakat dan politik tempat dia hidup. negara. Hal ini menyangkut yang di maksud sikap dan kepercayaan 1. 2. 3. Konsekuensi yang mereka tanggung dari aktifitas politik Individu menganggap aktivitas politik sebagai sia sia saja Kurangnya ransangan politik untuk mendorong aktivitas politik Dari definisi yang dikemukakan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang cenderung menganggap suatu pemilihan berikan jalannya partisipasi tidak suatu mampu yang a. mereka mempengaruhi pemilihan. terhadap penilaian pemerintah dapat sia-sia, sebagai individu yang tunggal masyarakat menganggap seseorang ialah Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut diatas, menurut pendapat Paige (dalam Surbakti, 2010:144) ada empat tipe dalam partisipasi politik di antaranya adalah sebagai berikut : masyarakat yang memiliki sikap apatis yang pemerintah dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak”. oleh Rosenberg tersebut dilihat bahwa adalah sebuah pekerjaan terhadap Kurangnya ransangan politik ini membuat masyarakat 12 Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politiknya cenderung aktif. b. Sebaliknya apabila kesadaran politik dan kesadaran kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). c. Tipe partisipasi politik yang ketiga adalah militan radikal,yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. d. Selanjutnya apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif). Sementara itu Frank Lindenfeld ( sering mengikuti diskusi-diskusi melalui media massa (b) sering mengikuti diskusi-diskusi formal. Maran 2007:156 ) mengemukakan bahwa: 2. Faktor kateristik pribadi seseorang Orang-orang yang berwatak sosial,yang mempunyai kepedulian besar terhadap problem social,politik,ekonomi dan lain-lainnya,biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik. 3. Faktor karakter sosial seseorang Karakter sosial yang menyangkut status sosial ekonomi kelompok ras,etnis dan agama seseorang,bagaimanapun lingkungan sosial itu ikut mempengaruhi persepsi,sikap,dan perilaku seseorang dalam bidang politik,orang yang berasal dari lingkungan sosial yang lebih rasional dan menghargai nilainilai keterbukaan,kejujuran,keadilan dan lain-lainnya tentu akan mau memperjuangkan tegaknya nilainilai tersebut dalam bidangbidang politik dan untuk itu mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan politik. 4. Lingkungan atau situasi politik itu sendiri Lingkungan yang kondusif akan membuat orang dengan senang hati berpartisipasi dalam kehidupan politik.Dalam lingkungan politik yang demokratis orang akan merasa lebih bebas dan nyaman untuk Faktor utama yang mendorong masyarakat pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya adalah kepuasan financial. Lebih lanjut Frank Lindenfeld juga mengemukakan bahwa status ekonomi yang rendah dapat menyebkan seseorang merasa terpinggirkan dari kehidupan politik. dan yang bersangkutanpun akan menjadi apatis. dan hal ini tidak akan terjadi pada orang yang memiliki kemapanan ekonomi. Milbrath (Maran 2007:156) Menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya pada suatu pemilihan adalah sebagai berikut: 1. Adanya prangsang dari luar Adanya rangsangan dari luar dapat menyebabkan masyarakat ikut dalam partisipasi politik yang akan di laksanakan,Dalam hal ini minat partisipasi di pengaruhi misalnya oleh (a) 13 terlibat dalam aktivitasaktivitas.Situasi yang nyaman juga akan menyebabkan partisipasi yang tinggi jika lingkungan politik yang sering diisi dengan aktivitas-aktivitas brutal dan kekerasan akan dengan sendirinya menjauhkan masyarakat dari wilayah politik dan juga jika situasi pada saat pemilihan tidak membuat aman dan nyaman pemilih,maka angka partisipasi akan menurun. dalam setiap harinya. Masyarakat nelayan cenderung mempunyai sifat keras dan terbuka terhadap perubahan. Sebagian besar masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mempunyai kesejahteraan rendah dan tidak menentu. Kesulitan mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari membuat masyarakat nelayan harus rela terlilit hutang dan menanggung hidup yang berat, mereka tidak hanya berhutang kepada kerabat dekat, tetapi mereka juga berhutang kepada tetangga dan teman mereka. Partisipasi politik masyarakat dalam Menurut Raymond Firth Bagong rencana pembangun harus sudah dimulai Suyanto & Karnaji (2005 : 60), karakteristik sejak yang menandai kehidupan nelayan miskin saat perencanaan kemudian adalah: pelaksanaan dan seterusnya pemeliharaan”. 1. Surbakti (2010 : 16 ). Sejalan dengan hal tersebut diatas,bawa Huntington ( 2000 : 270 ) memaparkan : “Kegiatan masyarakat yang disebut partisipasi politik adalah perilaku politik lembaga dan para pejabat pemerintah yang bertanggung membuat,melaksanakan keputusan politik, dan jawab menegakan perilaku 2. politik masyarakat ( individu / kelompok ) yang berhak mempengaruhi lembaga dan pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan politik, karena menyangkut 3. kehidupan masyarakat. 3. Nelayan 4. Masyarakat nelayan merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja mencari ikan di laut yang menggantungkan hidup terhadap hasil laut yang tidak menentu Pendapatan nelayan bersifat harian dan tak menentu dalam setiap harinya Rendahnya tingkat pendidikan para nelayan serta anakanak dari keluarga nelayan yang menyebabkan para nelayan tersebut sulit untuk mendapatkan pekerjaan lain Sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan menimbulkan ketergantungan yang besar bagi nelayan kepada pedagang atau pengepul hasil tangkapan (produk). Besarnya jumlah modal yang dikeluarkan dibidang usaha perikanan, menyebabkan para nelayan lebih memilih bergerak di bidang perikanan kecil-kecilan keluarga nelayan miskin umumnya sangat rentan dan mudah terjerumus dalam perangkap utang yang merugikan Masyarakat nelayan umumnya masyarakat yang memiliki etos kerja tinggi 14 dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat pertukaran barang atau jasa bagi pihakpihak diantara nelayan yang terlibat dalam pola – pola relasi antara kurang patron dan klien. Dengan demikian dapat berpendidikan (Bagong Suyanto : 2013 : disimpulkan bahwa pola – pola relasi yang 63). Pekerjaan sebagai nelayan adalah semacam ini dapat dimasukan kedalam pekerjaan kasar yang banyak mengandalkan bentuk dan pola hubungan pertukaran yang otot lebih luas. mereka. umumnya Masyarakat masyarakat dan pengalaman, yang sehingga untuk bekerja sebagai nelayan latar belakang pendidikan memang penting. hubungan yang antara dua pihak yang Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, menyangkut persahabatan, dimana seorang ternyata bukan hanya masyarakat yang individu dengan status sosial ekonomi yang sudah banyak lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh masyarakat generasi muda yang masih dan sumber-sumber yang dimilikinya untuk berumur 17-25 tahun juga sudah bekerja memberikan sebagai nelayan. Umunya mereka adalah keuntungan bagi seseorang yang statusnya anak dari keluarga nelayan yang ikut bekerja lebih rendah (klien), dan sebaliknya si klien sebagai nelayan yang terkadang masih membalas dengan memberikan dukungan duduk dibangku sekolah. dan berumur lanjut, tidak Relasi patron klien merupakan tetapi perlindungan bantuan secara dan umum atau termasuk Istilah patron berasal dari ungkapan pelayanan pribadi kepada patron. Dalam bahasa Spanyol yang secara entimologis hubungan ini pertukaran tersebut merupakan berarti seseorang yang memilki kekuasaan jalinan (power), status, wewenang dan pengaruh, biasanya sedangkan klien berarti bawahan atau orang panjang. yang rumit baru dan terhapus berkelanjutan, dalam jangka yang diperintah dan disuruh. Selanjutnya Imbalan yang diberikan klien bukan pola hubungan patron klien merupakan imbalan berupa materi melainkan dalam aliansi dari dua kelompok komunitas atau bentuk lainnya. Si patron tidak akan individu yang tidak sederajat, baik dari segi mengharapkan materi atau uang dari klien status, maupun tapi mengharapkan imbalan lainnya yang penghasilan, sehingga menempatkan klien dibutuhkan si patron. Ikatan-ikatan sosial dalam kedudukan yang lebih rendah dan yang patron dalam kedudukan yang lebih tinggi. menekankan Berdasarkan paparan-paparan yang diulas kewajiban-kewajiban timbal dari pengertian diatas maka kemudian memberikan kekuatan sosial kepada ikatan- terdapat satu hal penting yang dapat digaris ikatan itu. Sudah tentu tidak mungkin barang bawahi, dan jasa yang dipertukarkan antara patron wewenang, yaitu kekuasaan bahwa terdapat unsur 15 khas antara ide patron moral, dan hak-hak, balik klien dan yang dan klien itu akan identikan oleh karena sifat Ketimpangan terjadi karena patron berada dari pola hubungan itu disesuaikan atas dalam posisi pemberi barang dan jasa yang kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda. sangat Suatu sifat yang persis dengan pertukaran itu keluarganya agar mereka bisa tetap hidup. akan Rasa wajib membalas pada diri si klien mencerminkan kekhasan dari dibutuhkan klien muncul kekayaan baik dari patron maupun dari klien pemberian itu masih dirasakan mampu dalam jangka waktu tertentu. Maka pada memenuhi kebutuhannya yang paling pokok umumnya untuk atau masih dia perlukan. Sifat tatap-muka memenuhi relasi patronase menunjukkan bahwa sifat kebutuhan-kebutuhan materinya. Sedangkan pribadi terdapat di dalamnya. Hubungan klien mengimbalinya dengan tenaga kerja timbal-balik yang berjalan terus dengan dan loyalitasnya (Scott , 1994 : 257). lancar akan menimbulkan rasa simpati melindungi diharapkan kliennya dan Scott dalam Ramadhan (2009), pemberian ini, beserta kebutuhan-kebutuhan dan sumber-sumber patron lewat oleh selama (affection) antar kedua belah pihak, yang mengemukakan bahwa hubungan patronase selanjutnya mempunyai percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ciri-ciri tertentu yang membangkitkan rasa membedakannya dengan hubungan sosial ini lain. penggunaan istilah panggilan yang akrab Pertama, ketidaksamaan yaitu terdapatnya (inequality) dalam kadangkala diwujudkan saling dalam bagi partnernya. pertukaran; kedua, adanya sifat tatap-muka Dengan adanya rasa saling percaya (face-to-face character), dan ketiga adalah ini seorang klien dapat sifatnya yang luwes dan meluas (diffuse bahwa si patron akan membantunya jika dia flexibility) 15). mengalami kesulitan, jika dia memerlukan Scott modal dan sebagainya. Sebaliknya si patron mengatakan bahwa terdapat ketimpangan juga dapat mengharapkan dukungan dari pertukaran atau ketidakseimbangan dalam klien pertukaran antara dua pasangan, yang memerlukannya. Ciri terakhir yaitu sifat mencerminkan perbedaan dalam kekayaan, relasi yang luwes dan meluas. Seorang kekuasaan, Dalam patron misalnya, tidak saja dikaitkan oleh adalah hubungan ( Menguraikan pengertian Ramadhan, ciri yang dan ini 2009 pertama kedudukan. seorang klien : apabila pada mengharapkan suatu sewa-menyewa saat tanah dia oleh seseorang yang masuk dalam hubungan kliennya, tetapi juga karena hubungan pertukaran yang tidak seimbang (unequal), sebagai sesama tetangga, atau mungkin di mana dia tidak mampu membalas teman sekolah di masa yang lalu, atau sepenuhnya. kewajiban orang-orang tua mereka saling bersahabat, membuatnya tetap terikat pada patron. dan sebagainya. Juga bantuan yang diminta Suatu hutang 16 dari klien dapat bemacam-macam, mulai tanah pribadi (demense). Tanah-tanahnya dari rumah, dikelola oleh tuan tanah dan digarap oleh mengolah tanah, mengurus ternak, dan lain- sejumlah petani yang ada di daerah tersebut. membantu memperbaiki lain. Di lain pihak si klien dibantu tidak Model seperti ini menetapkan hanya dalam bentuk modal usaha pertanian bahwa nelayan yang ada dalam kawasan ini saja, melainkan juga kalau ada musibah, menggarap mengalami merupakan tempat tinggal dan pertaniannya. sesuatu, kesulitan dalam mengadakan mengurus pesta-pesta tanah yang sekaligus juga atau Meskipun demikian, hubungan yang terjalin selamatan tertentu dan berbagai keperluan antara para pelaku yang terlibat dalam lainnya. Pendeknya hubungan ini dapat wilayah ini sangat tidak seimbang dan dimanfaatkan merugikan petani karena untuk berbagai macam petani harus keperluan oleh kedua belah pihak, dan bekerja pada tuan tanah di tanah pribadinya sekaligus juga merupakan semacam jaminan tetapi di sisi lain ia juga harus membayar sosial bagi mereka. Patron client relationship upeti merupakan proses assosiatif yang terwujud semacam ini mewujud dalam kewajiban dalam bentuk kerja sama antara dua orang petani yang berbeda statusnya, dengan ciri-ciri pertaniannya dan membayar bea untuk pihak dalam beragam keperluan yang digunakannya. Dari berbagai transaksi, serta adanya relasi saling paparan ini dapat disimpulkan bahwa sistem membutuhkan, saling percaya, dan kedua feodalisme adalah hubungan ekonomi yang belah pihak terlibat dalam keakraban. membuat para petani berproduksi untuk patron melindungi klien Patron klien yang ada di nelayan kepada tuan memberikan tanah. Ketentuan hasil-hasil tertentu dirinya sendiri dan juga untuk tuannya. sama halnya dengan yang dipaparkan oleh Begitu juga dengan nelayan yang Sanderson (2010 : 167-168) Feodalisme kemudian menjalani hubungan yang baik dipahami sebagai sistem kehidupan ekonomi antara dirinya dan toke sehingga tercipta yang berlaku di Eropa Barat sejak runtuhnya suatu hubungan saling ketergantungan dari Kekaisaran segi ekonomi. Menurut Kusnadi (2006 : 30) Romawi sampai datangnya kapitalisme modern. Unit dasar produksi Masyarakat pesisir ekonomi dalam masa ini adalah manor masyarakat yang hidup dan bertempat (suatu tinggal di pinggir pantai dan bekerja dilaut, daerah tertentu yang biasanya adalah sekelompok dikelilingi oleh hutan, di dalamnya terdapat dengan mata pencahariannya pemerintahan kecil yang dipimpin oleh bekerja sebagai nelayan. selain itu kegiatan seorang bangsawan) di mana tanah-tanah usaha yang ada di daerah ini dimiliki oleh petani aktivitas ekonomi yang kompleks karena dan penguasa setempat yang dinamakan melibatkan banyak pihak yang saling terkait 17 perikanan tangkap mayoritas merupakan secara fungsional dan substansial, sekurang- perilaku kurangnya adalah kebudayaan inilah yang menjadi pembeda nelayan pemilik perahu dan alat tangkap antara masyarakat nelayan dengan kelompok (juragan), sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat pihak-pihak nelayan tersebut buruh (pandiga), mereka pesisir, menjadi pemasok kebutuhan hidup nelayan langsung, menggantungkan kelangsungan atau kebutuhan melaut, seperti bahan bakar hidupnya minyak, jaring, lampu, dan peralatan teknis sumberdaya kelautan. diantara terikat dari maupun mengelola tidak potensi oleh Dalam masyarakat nelayan terdapat jaringan hubungan patron klien, karena hubungan patron-klien. Patron klien adalah mereka saling pertukaran hubungan antara kedua peran pihak yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus mempunyai kemampuan sumber daya yang dari ikatan yang melibatkan persahabatan saling instrumental saling mereka langsung Faktor pedagang ikan dan pemilik toko yang lainnya, baik sehari-hari. bergantung membutuhkan, dan masing-masing dipertukarkan dalam hubungan sebagai patron klien tersebut. dimana seorang individu dengan status sosio-ekonominya yang lebiah Nelayan adalah seorang yang mata tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan pencaharian utamanya adalah dari usaha sumber menangkap ikan di laut (KBBL, 2003:686). perlindungan, serta keuntungan-keuntungan Jadi bagi masyarakat nelayan adalah suatu dayanya seseorang untuk dengan menyediakan status yang kelompok masyarakat yang kehidupannya dianggapnya lebih rendah (klien). Klien tergantung langsung pada hasil laut, baik kemudain dengan menawarakan dukungan umum dan bantuan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya kegiatan. Secara Dalam aktivitas ekonomi perikanan dengan lokasi geografis, dengan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat membalasnya tangkap , terdapat tiga pihak yang berperan masyarakat besar, yaitu pedagang perantara (pangamba), nelayan adalah masyarakat yang hidup, nelayan pemilik perahu, dan nelayan. Ketiga tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, pihak terikat oleh hubungan kerja sama yakni suatu kawasan transisi antara wilayah ekonomi yang erat. Pedagang perantara darat dan laut. menyediakan bantuan dan pinjaman (uang) Sebagai suatu sistem, masyarakat ikatan untuk nelayan pemilik dan nelayan nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial buruh. yang membentuk kesatuan sosial. Mereka bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan juga memiliki sistem nilai dan simbol- buruh. Hubungan kerja sama ekonomi di simbol antara mereka diikat oleh relasi patron-klien. kebudayaan sebagai referensi 18 Nelayan pemilik menyediakan Relasi bebasis Kabupaten Bintan, Letak Desa Busung dari patron-klien ini berlangsung intensif dan ibu kota Kecamatan Seri Kuala Lobam dalam sosial sekitar 15 kilo, sementara dari pusat ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan pemerintahan ibu kota Kabupaten Bintan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, berkisar lebih kurang 100 Kilo Meter (km). jangka sosial ekonomi panjang. Relasi sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan Informan adalah orang-orang yang buruh harus melunasi utang- utangnya benar-benar mengetahui dan atau terlibat kepada pedagang perantara. Sedemikian langsung dengan dalamnya relasi patron-klien mendasari sehingga peneliti aktivitas ekonomi nelayan, sehingga ada informasi yang peneliti yang menyebut organisasi ekonomi penelitian. Orang yang dimintai keterangan nelayan sebagai organisasi ”ekonomi patron- dalam klien”. masyarakat fokus permasalahan dapat penting penelitian Desa ini merangkum dalam adalah Busung yang fokus Tokoh pada peneltian ini memusatkan perhatian kepada masyarakat nelayan Desa Busung. Informan penelitian ini sebagai berikut: 1 orang Kepala Desa, 2 orang staf yang bekerja di C. METODE PENELITIAN kantor Desa Busung, RT dan RW, dan Jenis penelitian yang digunakan Nelayan pada penelitian ini adalah kualitatif dimana dalam prosedur penelitian Data pada peninjauan langsung yang pada objek yang diteliti untuk memperoleh menghasilkan data deskriptif berupa kata- data-data yang dibutuhkan. Studi lapangan kata tertulis atau tulisan dari orang-orang yang dilakukan ke lokasi peneltian dengan dan prilaku yang dapat di amati. Penelitian cara melakukan wawancara terhadap subjek kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian dalam penelitian. kegiatan atau proses penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya Data dengan mencari sumber data kemudian dan informasi melalui buku-buku, jurnal, dihubungkan dengan pemecahan masalah internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan baik dari seudut pandang teoritis maupun penelitian ini. praktik. Tujuan dasar penelitian deskriptif Teknik yang dilakukan dalam ini adalah membuat deaskripsi, gambaran pengumpulan atau lukisan secara sistematis, faktual dan wawancara akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta informant hubungan antara fenomena yang diselidiki. pertanyaan yang sudah disusun dan bisa Lokasi penelitian ini adalah di Desa data ialah mendalam yakni melakukan terhadap dengan key mekanisme keluar dari konsep jika berkaitan dengan Busung Kecamatan Seri Kuala Lobam 19 yang ingin diteliti atau bisa juga disebut penganalisis kualitatif mulai mencari arti dengan benda-benda, mencatat keteraturan, pola- wawancara Penelitian non-tersturktur. deskriptif kualitatif tidak pola, penjelasan, konfigurasi- dimaksudkan untuk membuat generalisasi konfigurasiyang mungkin, alur sebab akibat, dari hasil penelitiannya.Oleh karena itu, dan proposisi. Kesimpulan atau kesimpulan- pada penelitian kualitatif tidak dikenal kesimpulan diverifikasi selama penelitian adanya berlangsung. populasi dan sampel.Subjek Verifikasi itu mungkin penelitian yang telah tercermin dalam fokus sesingkat pemikiran kembali yang melintas penelitian ditentukan secara sengaja. dalam pikiran penganalisis selama dia Alat yang digunakan dalam menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan- mengumpulkan data adalah kamera, telpon catatan lapangan, atau mungkin begitu genggam, alat perekan dan alat tulis. saksama dengan peninjauan kembali untuk Analisa data yang digunakan dalam “kesepakatan mengembangkan penelitian ini adalah analisis data deskriptif intersubjektif”. Singkatnya makna-makna kualitatif karena data yang dikumpulkan, yang dilakukan analisis dan kemudian dipaparkan kebenarannya, secara deskriptif (uraian), guna mendapatkan kecocokannya, hasil dan kesimpulan. Data disebut kualitatif validitasnya. muncul dari data harus diuji kekukuhannya, yakni yang dan merupakan karena data yang telah diperoleh merupakan informasi naratif bukan berupa angka, D. PEMBAHASAN namun data tersebut adalah data detail, 1. Faktor Sosial Ekonomi. terperinci dan jelas. Penyajian Kondisi sosial ekonomi meliputi sebagai tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan yang jumlah keluarga. Partisipasi politik para member kemungkinan adanya penarikan nelayan yang hidup di tepi pantai masih kesimpulan tindakan. terlalu minim. Nelayan lebih memilih untuk Melalui data yang disajikan, kita melihat dan mencari nafkah dari pada untuk meluangkan akan dapat memahami apa yang sedang waktunya berpartisipasi dalam kegiatan terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih pemilu. Banyak Nelayan berfikiran bahwa jauh politik di negara ini belum memberikan sekumpulan data informasi dan menganalisis yaitu tersusun pengambilan ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang keuntungan bagi nelayan. didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Bahwa Menarik kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan pengumpulan data analisis di Desa Busung ada partisipasi masyarakat nelayan memang ketika belum seperti yang diharapkan, hal ini dilakukan, seorang dikarenakan 20 ketidak tahuan tentang pentingnya partisipasi politik dan factor menigkatkan minat partisipasi politik dalam ekonomi yang membuat masyarakat ini masyarakat tersebut. Ekonomi yang tinggi akhirnya memilih untuk tidak terlibat dalam akan mendapat pendidikan yang tinggi pula, kegiatan politik. padahal partisipasi politik sehingga mereka yang berekonomi tinggi merupakan salah satu hal penting dalam akan membangun sebuah Negara demokrasi. Hal berpartisipasi ini Abe berekonomi rendah akan kurang dalam (2001:110), Partisipasi politik masyarakat mendapatkan pendidikan sehingga mereka merupakan akan diperkuat oleh hal Alexander terpenting dalam memiliki kesadaran politik. kurang Sedangkan menyadari yang peran keikutsertaan wahana pendidikan politik yang sangat baik. Dalam Pertama, perilaku dan orientasinya didominasi oleh sebagai alat guna politik masyarakat memperoleh partisipasi dan pembangunan nagari, yaitu akan menjadi partisipasi dalam dalam sebuah masyarakat politik. yang sikap suatu karakteristik orientasi kognitif maka akan informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan terbentuklah budaya polotik parokial, dan ini sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya dapat dipahami sebagai suatu nilai yang program pembangunan nagari serta proyek terbatas pada suatu daerah saja. hal ini akan gagal; kedua, masyarakat akan lebih biasanya mempercayai sederhana dan masih tradisional dengan program pembangunan dinagari, jika merasa dilibatkan dalam terjadi di masyarakat yang perekonomian yang masih rendah pula. proses persiapan dan perencanaannya dan Diketahui bahwa salah satu dari pengambilan keputusan terhadap prioritas factor rendahnya partisipasi masyarakat di pembangunan kebutuhan Desa Busung ini adalah karena faktor masyarakat, karena akan lebih mengetahui ekonomi. Para nelayan lebih memilih tetap seluk-beluk proyek dan akan mempunyai melaut dari pada untuk dating mencoblos. rasa memiliki terhadap proyek; dan ketiga, Seberapa banyak yang mendorong partisipasi umum dibanyak peroleh, masyarakat negara karena timbul anggapan bahwa hak berpengaruh pada penghasilan ketika melaut demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam karena hasil yang di peroleh itu yang akan pembangunan masyarakat. menentukan keberlangsungan hidup mereka yang sesuai Tingkat status ekonomi sosial yang keesokan penghasilan akan di harinya. sangat Ketidakpedulian tinggi akan berhubungan dengan kenaikan masyarakat minat partisipasi politik, minat partisipasi disebabkan lemahnya faktor ekonomi. Letak politik tinggi akan berhubungan geografis didaerah pesisir pantai yang dengan keterlibatan politik. Meningkatnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat ekonomi suatu bangsa akan juga pula sebagai nelayan ini cenderung apatis atau yang 21 terhadap nelayan partisipasi politik tidak peduli dengan politik. Dalam artian menentukan kesadaran politik masyarakat masih kurang. pemilih, Sebagian masyarakat lebih memilih bekerja, survey. 3.) Rekruting Team dan Pendidikan, dibandingkan menyalurkan hak suaranya. dan mulai menandai calon pemilih dan Sedangkan bagi kebanyakan masyarakat tokoh-tokoh yang dapat menjadi jembatan yang menyalurkan hak pilihnya karena komunikasi mendapatkan uang kandidat pertemuan-pertemuan, hal-hal karikatif, dan pemilukada. Hal ini bisa dilihat dengan juga sedikit “kampanye udara”. 5.) team ditemukannya praktik money politic, mana desa mencatat dan menentukan pemilih calon yang memberikan uang lebih banyak (nama, alamat, dan no telp jika ada), 6.) maka itulah yang akan dipilih. Turba, Bantuan, dan agenda-agenda lain 2. Faktor Politik (tentu yang diarah hanya mereka yang sudah dari para keinginan sebelumnya 4.) dan kebutuhan harus dilakukan Melaksanakan acara dipilih oleh team desa). 7.) evalusi kerja Peran serta politik masyarakat kampanye - cheking suara – evaluasi. 8.) didasarkan kepada politik untuk menentukan serangan terakhir. suatu produk akhir. Faktor politik meliputi Komunikasi Politik. Komunikasi politik Tentu saja, improvisasi akan sangat adalah suatu komunikasi yang mempunyai banyak terjadi sesuai dengan perkembangan konsekuensi politik baik secara aktual lapangan, dan aksi-aksi yang dilakukan tidak maupun potensial, yang mengatur kelakuan mesti runtut sebagaimana di atas, sangat manusia dalam keberadaan suatu konflik. dimungkinkan ada beberapa aksi yang (Nimmo, 1993:8). dilakukan bersamaan, dan ada yang berganti Strategi pemenangan MEMILIH SUARA ini berdasar pada suatu urutan; proses pengorganisasian team yang dibentuk lapangan.Komunikasi sampai pada level desa atau bahkan RW/RT. pemerintah dan rakyat sebagai interaksi Kerja-kerja colecting antara dua pihak yang menerapkan etika. suara sepenuhnya sesuai kebutuhan politik antara berada pada team paling bawah (tingkat desa Melalui atau RW/RT). Sedang team yang berada komunikasi, orang akan mengembangkan pada level kecamatan, kabupaten, dan di kepercayaan, nilai dan pengharapan yang atasnya relevan dengan politik. sesungguhnya hanya berperan pengalaman sosialisasi dan sebagai pendukung dari kerja-kerja team Bahwa komunikasi sudah berjalan pada tingkat desa atau dibawahnya. Adapun dan pernah dilakukan di Desa Busung, tahapan yang harus dilakukan adalah: 1.) Pemetaan medan, termasuk namun belum efektif, Partisipasi politik penentuan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. jumlah suara dan pembagiannya menurut wilayah administrasi, 2.) Dilihat sebagai suatu kegiatan, partisipasi kemudian 22 politik dapat dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Dapat dianalisa bahwa komunikasi Dalam sistem politik sudah dilakukan dengan politik komunikasi politik merupakan salah mengikutsertakan pemerintah desa dan KPU satu fungsi yang sangat penting. Komunikasi untuk memberi tahukan tentang tata cara politik dan prosedur serta tujuan dari pemilu, namun hal kepentingan politik rakyat yang menjadi in pada kenyataannya di Desa Busung belum input sistem politik dan pada waktu yang mampu meningkatkan partisipasi politik sama ia juga menyalurkan kebijakan yang masyarakat diambil atau output sistem politik itu. nelayan mengungkapkan bahwa komunikasi Melalui yang diberikan tidak akan mempengaruhi menyalurkan komunikasi memberikan aspirasi aspirasi politik dukungan, dan rakyat menyampaikan melakukan nelayan, karena partisipasi mereka karena sebagian ketidaktepatan pengawasan waktu kemudian kurangnya pendidikan terhadap sistem politik. Melalui itu pula menjadi faktor utama bagi para nelayan rakyat untuk berpartisipasi. mengetahui apakah dukungan, aspirasi dan pengawasan itu tersalur atau 3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan. tidak sebagaimana dapat mereka simpulkan Faktor fisik individu sebagai sumber dari berbagai kebijakan politik yang diambil. Komunikasi politik adalah Transmisi kehidupan termasuk fasilitas serta ketersediaan pelayanan umum. Faktor informasi yang relevan secara politis dari lingkungan adalah kesatuan ruang dan satu bagian sistem politik kepada sistem semua benda, daya, keadaan, kondisi dan politik yang lain, dan antara sistem sosial makhluk dan sistem politik. Sebagaimana dapat berbagai kegiatan interaksi sosial antara dilihat pada setiap bagian dari sistem politik berbagai kelompok beserta lembaga dan terjadi komunikasi politik, mulai dari proses pranatanya (K. Manullang dan Gitting, penanaman nilai (Sosialisasi politik atau 1993:13). Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan kepada kepercayaan nelayan dalam mempercayai pengartikulasian dan penghimpunan aspirasi pemerintah dalam hal ini adalah anggota dan legislatif. politik). kepentingan, pengambilalihan Sampai terus kepada proses kebijaksanaan, dan bagian atau tahap Maka yang berlangsungnya wawancara kembali dilakukan. penilaian terhadap kebijaksanaan tersebut. Tiap-tiap hidup, Kekecewaan yang timbul tersebut itu membuat nelayan menjadi kurang antusias dipersambungkan pula oleh komunikasi untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. politik. Wawancara Merosotnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga-lembaga ini bisa membahayakan negara, 23 Pemberitaan tersebut akan berdampak pada merosotnya partisipasi pemilu. Karena nelayan selalu mengangggap nelayan terhadap pemilu yang akan datang. suara yang diberikan akan sia-sia jika Dalam pemilihan umum selalu ada diberikan kepada kampanye yang mengumbar banyak janji Harusnya ini politik. Visi misi, dan segala sesuatu yang permasalahn ini tidak menjadi meluas dan dapat mengurangi antusias nelayan untuk ikut menarik mempercayainya pemilih agar duduk sebagai untuk orang yang menjadi perhatian. salah. Agar serta dalam pemilihan berikutnya. anggota legislatof. Hanya saja pemilih 4. Faktor Nilai Budaya. sekarang lebih hati-hati dengan banyaknya Nilai budaya politik atau civic janji yang diumbar oleh para calon legislatif, culture merupakan basis yang membentuk karena jika sudah terpilih biasanya mereka akan lupa dengan janji politik demokrasi, hakekatnya adalah politik baik yang etika politik maupun teknik (Soemitro diusungnya saat kampanye. Hal ini menjadi 1999:27) atau peradaban masyarakat (Verba, salah satu faktor merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya nelayan Sholozman, Bradi, 1995). Faktor nilai untuk budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, kembali memilih sehingga nelayan lebih sikap, dan kepercayaan politik. memilih menjadi Golput. Apabila sebagian Pada penelitian ini faktor nilai nelayan mengambil tindakan golput maka budaya dilihat dari sikap nelayan dalam akan berdampak pada kurangnya partisipasi partisiasi politik, Pemilu diselenggarakan nelayan dalam pemilu. Dengan isu yang berkembang dengan tujuan untuk memilih Wakil Rakyat di baik ditingkat Pemerintahan Pusat maupun masyarakat menjadikan para nelayan krisis Pemerintahan kepercayaan. Mereka tidak lagi percaya dalam rangka mewujudkan tujuan nasional melalui media-media. Sebagian dari mereka sebagaimana beranggapan bahwa terpilih atau tidaknya rangka mewujudkan kedaulatan Rakyat sekaligus penerapan prinsip – prinsip atau adanya faktor ketidak percayaan terhadap nilai – nilai demokratis, meningkatkan pemerintah. Begitu banyak berita yang alasan oleh dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam partisipasi nelayan terhadap pemilu 2014 dikarenakan menjadi diamanatkan Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu kehidupannya. Dari hasil wawancara dapat berkembang yang pembukaan Undang-Undang Dasar Negara tidak akan membawa pengaruh terhadap kurangnya untuk kuat, dan memperoleh dukungan rakyat permasalahan yang terjadi yang disiarkan bahwa, serta membentuk pemerintahan yang demokratis, dengan pejabat Daerah karena begitu banyak dianalisa Daerah, kesadaran mengapa politik Rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum nelayan tidak antusias terhadap adanya 24 demi terwujudnya cita – cita masyarakat diluar target dan sasaran yang telah di Indonesia yang demokratis. hitung. Salah satu parameter pemilu yang Dari observasi yang dilakukan demokratis adalah dengan adanya komponen maka dapat dianalisa bahwa secara umum pemilih yang semakin plural seiring dengan dapat dilihat nelayan yang ada di Desa semakin kompleknya pemilu. Ini artinya Busung ini ini ikut datang ke tempat pemilih adalah pendukung utama yang pemungutan suara kemudian memberikan sangat penting dalam proses pemilu yang hak suaranya. Adanya juga yang melapor demokratis, prinsip karena tidak terdaftar. Dari hal tersebut kedaulatan Rakyat. Setiap pemilih dalam dapat disimpulkan untuk sikap mereka pemilihan umum tidak akan terlepas dari terhadap pemilu sebenarnya sudah cukup latar belakang politis maupun sosiologis baik, pada saat itu, sehingga hal ini sangat pemahaman berpengaruh dalam menentukan pilihan wawancara yang dilakukan maka dapat mereka, inilah yang disebut prilaku pemilih. dianalisa bahwa dalam memberikan hak sesuai Berkaitan dengan dengan sikap para namun perlu lebih kiranya lanjut. diberikan Dari hasil nelayan sudah melakukannya dengan baik. nelayan dapat dijelaskan bahwa para nelayan Faktor sudah bersikap sesuai dengan tata cara tersebut bisa dari dalam diri individu itu pemilu yang sudah disosialisasikan KPU ( sendiri seperti adanya kesadaran yang Komisi Pemilihan Umum) dan juga TPS ( dimiliki pemilih. Tempat Pemilihan Suara) yang Para nelayan ini 2014 tersebut, di Berdasarkan sudah Busung ini adalah karena faktor ekonomi. Para nelayan lebih memilih tetap melaut dari pada untuk dating mencoblos. Seberapa pemahaman tentang para calon- calon banyak pemimpin nantinya. Kemudian sikap yang akan di peroleh, pada penghasilan ketika melaut karena hasil ikut datang dan mendaftarkan diri ke yang di peroleh itu yang akan menentukan Tempat Pemungutan Suara (TPS) serta data penghasilan masyarakat nelayan sangat berpengaruh dimaksud dengan pemberian suara adalah Dari penelitian rendahnya partisipasi masyarakat di Desa harapkan dapat lebih disosialisasikan lagi dan di beri pilihan. hasil diketahui bahwa salah satu dari faktor kedepannya para nelayan di Desa Busung ini melakukan partisipasi E. PENUTUP dianggap ikut berpartisipasi dalam pemilhan tahun mempengaruhi sudah menjelaskan tata cara untuk melakukan pencoblosan. yang keberlangsungan hidup mereka keesokan yang harinya. didapatkan mengenai hal tersebut masih jauh terhadap Ketidakpedulian partisipasi politik masyarakat disebabkan lemahnya faktor ekonomi. Letak geografis 25 didaerah pesisir pantai yang sebagian besar mata pencaharian masyarakat 2. sebagai Sebaiknya pemerintah dorongan terhadap partisipasi politik peduli artian membuat kegiatan yang memberikan kesadaran politik masyarakat masih kurang. ruang bagi para nelayan untuk ikut Sebagian masyarakat lebih memilih bekerja, serta. politik. Dalam Desa dari nelayan ini cenderung apatis atau tidak dengan di ada Busung seperti dibandingkan menyalurkan hak suaranya. Komunikasi dilakukan politik dengan DAFTAR PUSTAKA sudah mengikutsertakan Arfani, Riza Noer. 1996. Demokrasi Indonesia Kontemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada pemerintah desa dan KPU untuk memberi tahukan tentang tata cara prosedur serta Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (6th ed). Jakarta: PT Rineka Cipta. tujuan dari pemilu, namun hal in pada kenyataannya di Desa Busung belum mampu meningkatkan partisipasi politik masyarakat nelayan, karena Bambang sebagian nelayan mengungkapkan bahwa komunikasi yang diberikan tidak akan mempengaruhi partisipasi mereka karena ketidaktepatan Budioarjo, Miriam. 2008. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor Indonoesia waktu kemudian kurangnya pendidikan menjadi faktor utama bagi para nelayan untuk berpartisipasi. Budiyanto. 2004. Kewarganegaraan SMA. Jakarta : Erlangga Dari penjelasan kesimpulan ada saran yang dapat disampaikan adalah Cholisin,dkk.2005. Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta : Universitas Terbuka sebagai berikut : 1. Sebaiknya dilakukan ada pendekatan pemerintah Deuvenger, Maurice. 2003. Sosiologi politik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada yang terhadap masyarakat nelayan Desa Busung untuk kurangnya Setiawan dan Bestian Nainggolan. 2004. Partai-Partai Politik di Indonesia, Ideologi, dan Program 2004-2009, Jakarta : Penerbit Buku Kompas. mengetahui penyebab partisipasi masyarakatt Gunarsa, Singgih. Yulia singgih D. Gunarsa. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta nelayan dalam politik sehingga solusi yang diberikan dapat lebih tepat tidak sekedar pemberian sosialisasi seperti lebih memperhatikan program Huntington, Samuel, P. 2000. Political Order and changing societies. New Haven: Yale University Press. peningkatan ekonomu nelayan. 26 Sutrisno, Hurlock, E. B. 2000. Psikologi Perkembangan : suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan (terjemahan: Istiwidayati). Jakarta: Erlangga. Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo Kaho, Josef Riwu, 2007, Prospek Otonomi Daerah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Milbrath, Lester, and Goel, ML. 1997. Political Participation. Chicago : Rand McNally College Publishing Co Moleong, Lukman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif, Kanisius, Yokyakarta. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya Nazir. 2005. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Papalia, old. 2001. Perkembangan Pada Remaja. Jakarta : Rineka Cipta Panggabean. 1994.Pendidikan Politik dan Kaderisasi Bangsa. Sinar Harapan, Jakarta. Prijono, Onny. 1987. Kebudayaan Remaja dan Sub Kebudayaan Delinkuen. Jakarta : CSSI Purwanto.2007.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Raga Maran, Rafael. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Rineka Cipta Rush, Michael dan Philip Althoff. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : CV. Alfabeta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 27