Mangroves - Energi Mega Persada

advertisement
emp
Mangroves
Siak & Kepulauan Meranti
empowering people
Mangroves
Siak & Kepulauan Meranti
Penulis
Sosia
Priyasmoro Yudasakti
Tyagita Rahmadhani
Mega Nainggolan
Kontributor
Edi Yana
Yunan Helmi
Iswardi
Roy Simangunsong
Donne Diharjo
Abdul Hamid
Ishar, Mosleh, Mansur, Azmi, Fadhilah
ISBN: 978 - 602 - 71371 - 0 - 3
Penerbit
Environmental & Regulatory Compliance Division
Safety, Health & Environment Department
ENERGI MEGA PERSADA
Bakrie Tower 22 - 32 Floor
Rasuna Epicentrum
Jl. H.R. Rasuna Said
Jakarta
Cetakan Pertama
Agustus 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit
Sekapur Sirih
Sekapur Sirih Buku ‘Mangroves Siak dan Kepulauan Meranti’ ini ditulis
untuk menancapkan spirit dan image di internal perusahaan bahwa
EMP serius dalam upaya pelestarian ekosistem mangrove. Dengan
upaya serius yang dilakukan secara sustainable, tentu akan mendorong
banyak orang untuk melanjutkan upaya pelestarian yang sama.
Dengan terbitnya buku ini, saya berharap dapat menjadi referensi ilmiah
bagi siapapun yang memerlukannya. Selain itu, buku ini dapat menjadi
brand image yang baik bagi perusahaan maupun daerah. Meskipun EMP
rutin menggelar acara penanaman mangrove, saya rasa belum tentu
semua pekerja mengerti tentang mangrove beserta kegunaannya.
Saya sering menceritakan kepada pekerja mengenai filosofi kehidupan
mangrove sebagai sarana pembangkit spirit. Mangrove ‘berkelana’
mencari tempat hidupnya sendiri dan mencari tempat yang kondisinya
tidak nyaman. Meskipun demikian, dia tetap bisa hidup.
Sekapur Sirih
Energi Mega Persada, sebuah perusahaan eksplorasi dan produksi
minyak dan gas bumi independen yang terkemuka di Asia senantiasa
menerapkan keunggulan dalam kesehatan, keselamatan kerja, dan
lingkungan hidup di mana pun perusahaan melakukan kegiatan.
Tekanan terhadap ekosistem mangrove terjadi antara lain oleh karena
meningkatnya aktivitas masyarakat yang memanfaatkan ekosistem
mangrove sebagai sumber daya untuk perikehidupannya. Melalui unit
usahanya di wilayah kerja KKS Malacca Strait, perusahaan telah memiliki
rekam jejak yang panjang dalam mengupayakan kelestarian ekosistem
mangrove di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten
Siak, khususnya di sekitar wilayah kerja perusahaan.
Sejak tahun 1990 perusahaan telah secara aktif mengupayakan
pelestarian mangrove melalui penanaman kembali bibit spesies
mangrove dalam berbagai spesies yang merupakan spesies asli hutan
mangrove di Kepulauan Meranti dan Siak.
Mangrove mampu memulai kehidupan di
tempat yang sangat susah, miskin hara, keras,
dan sebagainya. Dan ketika sudah tumbuh,
dia akan mengajak mangrove-mangrove lain
untuk ikut tumbuh. Mangrove hidup bukan
hanya untuk dirinya sendiri. Dia bermanfaat
untuk menahan abrasi, menjadi sumber
kehidupan, pelindung kehidupan, dan tempat
berkembangbiak kehidupan. Oleh karena itu,
mangroves adalah sesuatu yang sangat layak
untuk kita jaga.
Hingga pertengahan tahun 2014, sebanyak
850.000 bibit mangrove telah ditanam
kembali oleh perusahaan pada wilayah
pesisir Pulau Padang dan wilayah pesisir
Pelabuhan Buton, Desa Lalang dan
Mengkapan, di pantai timur Pulau Sumatera.
Ekosistem
mangrove
kaya
akan
keanekaragaman hayati, dan buku ini
disusun sebagai catatan akan kekayaan
ragam spesies mangrove yang terdapat
di Kabupaten Kepulauan Meranti dan
Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Bagus C. Kartika
General Manager EMP Malacca Strait SA
Agustanzil Sjahroezah
VP Safety, Health and Environment
ii
iii
Daftar Isi
Daftar Tabel
Sekapur Sirihii
Daftar Isiiv
Pendahuluan1
Definisi Mangrove1
Sumber Daya Mangrove3
Mangrove di Indonesia4
Kebijakan dan Peraturan Terkait Mangrove
6
Mangrove di Sekitar EMP Malacca Strait S.A.
16
Berembang (Sonneratia alba)21
Baru-baru (Osbornia octodanta)25
Bakau (Rhizophora apiculata)28
Belukap (Rhizophora mucronata)31
Cingam (Scyphiphora hydrophyllacea) 35
Lenggadai (Bruguiera parviflora)38
Tumu (Bruguiera sexangula)41
Nipah (Nypa fruticans)44
Ketapang (Terminalia catappa)48
Pandan Hutan (Pandanus odoratissima)
51
Api-Api (Avicennia alba)53
Api-Api Putih (Avicennia marina)56
Sagu (Metroxylon sagu)59
Kayu Ara (Ficus carica)63
Nibung (Oncosperma tigillarium)67
Nyirih (Xylocarpus granatum)71
Pemanfaatan Mangrove75
Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove
79
Bahan Bacaan86
Profil EMP Malacca Strait S.A
88
Tabel 1.
Peraturan terkait Pengelolaan Ekosistem Mangrove
10
Tabel 2.
Mangrove di Sekitar Wilayah Kerja EMP Malacca Strait
17
iv
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Hutan Mangrove di Kurau Process Plant
17
Gambar 2.2. Berembang21
Gambar 2.3 Baru-baru25
Gambar 2.4 Bakau28
Gambar 2.5. Belukap31
Gambar 2.6. Cingam35
Gambar 2.7. Lenggadai38
Gambar 2.8. Tumu41
Gambar 2.9. Nipah44
Gambar 2.10. Ketapang48
Gambar 2.11. Pandan Hutan51
Gambar 2.12. Api-Api53
Gambar 2.13. Api-Api Putih56
Gambar 2.14. Sagu59
Gambar 2.15. Kebakaran Sagu di Pulau Padang 2014
62
Gambar 2.16. Kayu Ara63
Gambar 2.17. Nibung67
Gambar 2.18. Nyirih71
Gambar 3.1. Dapur Arang di Kabupaten Meranti
76
Gambar 3.2. Pekerja Panglong Arang
77
v
Gambar 3.3. Cairan Gula dari Nipah
78
Gambar 3.4. Menghanyutkan Kayu
78
Gambar 4.1. Tanjung Mayong yang ditanam Tahun 1990 80
Gambar 4.2. Abrasi Pantai di Tanjung Peranap
81
Gambar 4.3. Penanaman Api-Api di Pantai Buton
84
Gambar 4.4. Penanaman Api-Api di Teluk Belitung
85
Gambar 4.5. Blok Malacca Strait
88
Gambar 4.6. Lalang Process Platform
89
PENDAHULUAN
Definisi Mangrove
Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa Portugis
mangue dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968). Dalam
bahasa Inggris kata mangrove digunakan untuk komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut
dan juga untuk individu-individu spesies tumbuhan yang
menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa
Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu
spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan
komunitas tumbuhan tersebut. Sementara itu, pendapat lain
menyatakan bahwa kata mangrove berasal dari bahasa Melayu
kuno mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga
Avicennia dan masih digunakan sampai saat ini di Indonesia
bagian timur. (Mastaller, 1997).
(Wightman, 1989), mendefinisikan mangrove sebagai
tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun
sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi
tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan
sub tropis yang terlindung (Saenger et al., 1983). Sementara itu
Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove sebagai
hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di
daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang
surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,
Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.
FAO (1982) menyarankan agar kata mangrove digunakan baik
untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan
vi
1
yang tumbuh di daerah pasang surut. Dalam buku ini, istilah
mangrove secara umum digunakan mengacu pada habitat.
Dalam beberapa hal, istilah mangrove digunakan untuk jenis
tumbuha­nnya.
Adapun Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa mangrove
adalah tumbuhan halofit yang hidup di sepanjang areal
pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah
mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah
tropis dan subtropis. Hutan mangrove menurut Snedaker
(1978) adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai subtropis yang memiliki
fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam
dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan
No.60/Kpts/Dj/I/1978, yang dimaksud dengan hutan mangrove
adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara
sungai yang dipengaruh­i pasang surut air laut, yaitu tergenang
air laut pada waktu pasang dan bebas dari genangan pada waktu
surut. Dengan demikian secara ringkas hutan mangrove dapat
didefinisikan sebagai suatutipe hutan yang tumbuh di daerah
pasang surut, terutama di pantai yang terlindung ,laguna, muara
sungai yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada
saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap
garam. Selanjutnya ekosistem mangrove merupakan suatu
sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan)
yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu
habitat mangrove (Onrizal, 2008).
2
Sumber Daya Mangrove
Sumber daya mangrove di suatu daerah terdiri atas (1) satu
atau lebih spesies pohon dan semak belukar yang hidupnya
terbatas di habitat mangrove (exclusive mangrove), (2) spesiesspesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun
juga dapat hidup di habitat non-mangrove (non-exclusive
mangrove), (3) biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota
darat dan laut, lumut kerak, cendawan, ganggang, bakteri dan
lain-lain) baik yang hidupnya menetap, sementara, sekali-sekali,
biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup di habitat
mangrove, (4) proses-proses yang dalam mempertahankan
ekosistem ini baik yang berada di daerah bervegetasi maupun
di luarnya (Saenger et al., 1983).
Saat ini, sumber daya mangrove selain mencakup keempat hal
yang diuraikan di atas, juga mencakup (1) daratan terbuka/
hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenarnya
dengan laut, serta (2) masyarakat yang hidupnya bertempat
tinggal dan tergantung pada mangrove. Hutan mangrove
dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen, dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu,
hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia
Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan
hutan bakau. Penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau
sebaiknya dihindari karena penggunaan istilah hutan bakau
untuk hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu,
karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora,
sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak
marga dan jenis tumbuhan lainnya.
3
Mangrove di Indonesia
Beberapa peneliti telah melakukan pemetaan luasan mangrove
di dunia, dengan hasil yang sangat beragam. Menurut Lanly
(dalam Ogino & Chihara, 1988) menyebutkan bahwa luas
mangrove di seluruh dunia adalah sekitar 15 juta hektar,
sedangkan Spalding, dkk (1997) menyebutkan 18,1 juta hektar,
bahkan Groombridge (1992) menyebutkan 19,9 juta hektar.
Untuk kawasan Asia, luas mangrove diperkirakan antara 32
% (Thurairaja, 1994) sampai 41,5% (Spalding, dkk, 1997)
mangrove dunia.
Perkiraan luas mangrove di Indonesia sangat beragam. Giesen
(1993) menyebutkan luas mangrove Indonesia lebih kurang
2,5 juta hektar, Dit. Bina Program INTAG (1996) menyebutkan
3,5 juta hektar dan Spalding, dkk (1997) menyebutkan seluas
4,5 juta hektar. Dengan perkiraan areal seluas 3,5 juta hektar,
Indonesia merupakan tempat mangrove terluas di dunia (18
- 23%) melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan
Australia (0,97 juta ha) (Spalding, dkk, 1997).
Di Indonesia, mangrove terluas terdapat di Irian Jaya sekitar
1.350.600 ha (38%), Kalimantan 978.200 ha (28%) dan
Sumatera 673.300 ha (19%) (Dit. Bina Program INTAG, 1996). Di
daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove tumbuh
dan berkembang dengan baik pada pantai yang memiliki sungai
yang besar dan terlindung. Walaupun mangrove dapat tumbuh
di sistem lingkungan lain di daerah pesisir, perkembangan yang
paling pesat tercatat di daerah tersebut. Tumbuhan mangrove
memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,
4
kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang
stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti itu, beberapa jenis
mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan
secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang
lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu
memperoleh oksigen bagi sistem perakarannya. Dalam hal lain,
beberapa jenis mangrove berkembang dengan buah yang sudah
berkecambah sewaktu masih di pohon induknya (vivipar),
seperti Kandelia, Bruguiera, Ceriops dan Rhizophora.
Dalam hal struktur, mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila
dibandingkan dengan daerah lainnya. Dapat ditemukan mulai
dari tegakan Avicennia marina dengan ketinggian 1 - 2 meter
pada pantai yang tergenang air laut, hingga tegakan campuran
Bruguiera-Rhizophora-Ceriops dengan ketinggian lebih dari
30 meter (misalnya, di Sulawesi Selatan). Di daerah pantai
yang terbuka, dapat ditemukan Sonneratia alba dan Avicennia
alba, sementara itu di sepanjang sungai yang memiliki kadar
salinitas yang lebih rendah umumnya ditemukan Nypa fruticans
dan Sonneratia caseolaris. Umumnya tegakan mangrove jarang
ditemukan yang rendah kecuali mangrove anakan dan beberapa
jenis semak seperti Acanthus ilicifolius dan Acrostichum aureum.
5
kesejahteraan masyarakat. Ekosistem mangrove mempunyai
berbagai fungsi penting, di antaranya sebagai sistem penyangga
kehidupan, sumber pangan, pelindung pesisir, menjaga
kekayaan keanekaragaman hayati, berkontribusi sebagai
pengendali iklim global melalui penyerapan karbon.
Gambar 1.1 Penyebaran Mangrove di Indonesia
Dikutip dari: Wetlands International Indonesia Programme, Panduan Pengenalan Mangrove
Indonesia,2006
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan
mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis
pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku.
Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (di antaranya 33 jenis pohon
dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati
(true mangrove), sementara jenis lain ditemukan disekitar
mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate
mangrove). Di seluruh dunia, Saenger, dkk (1983) mencatat
sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan demikian
terlihat bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis yang tinggi.
Kebijakan dan Peraturan Terkait Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan sumber daya lahan basah
wilayah pesisir dan sistem penyangga kehidupan dan kekayaan
alam yang nilainya sangat tinggi, oleh karena itu perlu upaya
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara lestari untuk
6
Mempertahankan areal-areal mangrove yang strategis,
termasuk tumbuhan dan hewannya, sangat penting untuk
pembangunan ekonomi dan sosial. Pada masa lalu, di saat
tekanan penduduk masih rendah, hal tersebut tidak menjadi
masalah karena pada tingkat lokal manfaat mangrove biasanya
langsung disadari oleh masyarakat dan seringkali kawasan
mangrove dilindungi oleh hukum adat. Namun selama 2 - 3
dekade lalu, tekanan penduduk semakin meningkat dengan
tajam sehingga mengakibatkan permintaan akan sumber daya
pertanian meningkat pula. Pada saat yang bersamaan, kegiatan
perikanan dan kehutanan juga meningkat dengan pesat dan
menjadi faktor utama dalam perubahan lingkungan mangrove.
Dalam kondisi demikian, aturan setempat yang berupa hukum
adat seringkali terkesampingkan oleh insentif ekonomi jangka
pendek. Untuk merespon hal tersebut, pemerintah kemudian
mengeluarkan peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) serta
beberapa peraturan dalam berbagai tingkat yang berkaitan
dengan pengelolaan mangrove. Peraturan yang paling relevan
di antaranya terkait dengan aturan mengenai kebijakan jalur
hijau serta sistem areal perlindungan.
Pada tahun 1982, rencana tata guna lahan hutan untuk pertama
kalinya dipersiapkan oleh Departemen Pertanian (saat itu
kehutanan masih sebagai salah satu direktorat di Departemen
Pertanian). Peta TGHK membagi lahan menjadi kategori berikut:
7
1.
2.
3.
4.
5.
Areal Konservasi dan Perlindungan Alam
Hutan Lindung
Hutan Produksi (terbatas dan biasa)
Hutan Konversi
Tak Terklasifikasi (Hak Milik, Hak Milik Adat, Hak Pengelolaan).
Berdasarkan pembagian di atas, mangrove dapat masuk ke dalam
seluruh kategori. Di beberapa instansi, ditambahkan pembagian
lahan kategori keenam yaitu Hutan Bakau (mangrove). Kategori
dalam peta TGHK tidak memberikan status yang jelas terhadap
hutan mangrove. Peta TGHK tidak memiliki kekuatan hukum
yang mengikat, namun dijadikan pedoman oleh pemerintah
daerah dalam membuat perencanaan tata guna lahan. Status
yang ada dapat saja disesuaikan dalam setiap peta.
Karena Peta TGHK hanya dijadikan sebagai panduan maka
suatu areal yangdipetakan sebagai hutan lindung pada peta
dengan skala 1:500.000, dapat saja kemudian terbagi menjadi
beberapa kategori lainnya jika dipetakan dalam peta dengan
skala yang lebih rinci (misalnya 1:50.000). Secaraumum peta
TGHK sangat bermanfaat. Dalam perkembangan berikutnya
pada skala lokal, peta TGHK kemudian digantikan oleh peta
tata ruang yang disiapkan oleh masing-masing pemerintah
daerah. Pembuatan peta tersebut sebagai tindak lanjut dari
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 mengenai Tata Ruang.
Undang-undang ini memerintahkan adanya perencanaan ruang
yang luas pada tingkat Nasional, Provinsi sampai Kabupaten,
dan mengharuskan pemerintah untuk mengembangkan
program perencanaan tata ruang yang menunjukkan sumber
daya apa yang harus dilindungi, direhabilitasi ataupun harus
dialokasikan untuk kepentingan pembangunan ekonomi.
8
Lahan-lahan di Indonesia diberi status tertentu yang
dimungkinkan untuk penggunaan tertentu. Bila suatu areal
lahan telah digunakan secara tradisional oleh suatu komunitas
tertentu dalam masyarakat, maka biasanya pengelolaan lahan
tersebut akan dialihkan kepada komunitas masyarakat tersebut
dengan status Hak Milik, Hak Milik Adat atau Hak Pengelolaan.
Areal lahan yang bukan merupakan areal pertanian (termasuk
sebagian besar lahan hutan) pada umumnya diberi status
sebagai Tanah Negara.
Meskipun telah terdapat pembagian status lahan, kenyataannya
masih muncul berbagai konflik menyangkut kepemilikan
atau hak pengusahaan lahan. Misalnya, meskipun suatu areal
mangrove telah dikelola oleh hukum adat atau merupakan
tanah negara (tanah timbul), akan tetapi apabila telah dikonversi
menjadi tambak, seringkali lahan tersebut berubah menjadi
milik pribadi. Akibat perubahan ini, seringkali muncul konflik
apabila pemerintah kemudian ingin mengambil kembali lahan
tersebut untuk kepentingan yang lain, misalnya untuk jalur
hijau.
Berkaitan dengan konservasi mangrove, peraturan yang paling
relevan tentang status kawasan mangrove adalah Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung. Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa
Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove) merupakan bagian
darikawasan lindung. Defi-nisi kawasan pantai berhutan
bakau menurut peraturan tersebut adalah kawasan pesisir
laut yang merupakan habitat alami bakau (mangrove) yang
berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan
pantai dan lautan. Tabel berikut mencoba mengidentifikasi
9
dan menjelaskan beberapa undang-undang terkait dengan
pengelolaan ekosistem mangrove di Indonesia.
No
3
Tabel 1. Peraturan terkait Pengelolaan Ekosistem Mangrove
No
1
Peraturan Perundangan
Penjelasan
Undang- Undang Dasar
Ekosistem mangrove merupakan
Negara Republik Indonesia
bagian dari kekayaan alam yang
Tahun 1945
dikuasai oleh negara dan harus
dipergunakan untuk sebesar-besar
4
Republik Indonesia sebagai
pemegang kekuasaan pemerintahan
negara wajib untuk mengelola
mangrove sesuai dengan amanah
undang-undang dasar.
Undang-Undang Nomor
Terkait dengan penguasaan Negara
5 Tahun 1960 tentang
terhadap kekayaan alam (mangrove)
Peraturan Dasar Pokok-Pokok
maka terhadap ekosistem mangrove
Agraria (Lembaran Negara
negara berwenang untuk:
Tahun 1960 Nomor 104,
Mengatur dan menyelenggarakan
Tambahan Lembaran Negara
peruntukan, penggunaan,
Nomor 2043)
persediaan dan pemeliharaan
Menentukan dan mengatur
hubungan-hubungan hukum
Menentukan dan mengatur
hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum
10
Penjelasan
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
11 Tahun 1974 Tentang
penyangga sistem pengairan.
Pengairan (Lembaran Negara
Kegiatan pengelolaan mangrove
Tahun 1974 Nomor 65,
harus mempertimbangkan aspek-
Tambahan Lembaran Negara
aspek pengairan
Nomor 3046)
kemakmuran rakyat. Presiden
2
Peraturan Perundangan
5
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
5 Tahun 1990 tentang
bagian dari Kawasan suaka alam
Konservasi Sumber
yang mempunyai fungsi pokok
Daya Alam Hayati dan
sebagai kawasan pengawetan
Ekosistemnya (Lembaran
keanekaragaman tumbuhan dan
Negara Tahun 1990 Nomor
satwa serta ekosistemnya yang juga
49, Tambahan Lembaran
berfungsi sebagai wilayah sistem
Negara Nomor 3419)
penyangga kehidupan
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
5 Tahun 1994 tentang
keanekaragaman hayati yang
Pengesahan United Nations
harus dijaga keberlanjutannya.
Convention On Biological
Keanekaragaman hayati adalah
Diversity (Konvensi
keanekaragaman makhluk hidup
Perserikatan Bangsa-Bangsa
dari semua sumber, termasuk
Mengenai Keanekaragaman
di antaranya, daratan, lautan
Hayati) (Lembaran Negara
dan ekosistem akuatik lain serta
Republik Indonesia Tahun
kompleks-kompleks ekologi
1994 Nomor 41, Tambahan
yang merupakan bagian dari
Lembaran Negara Republik
keanekaragamannya; mencakup
Indonesia Nomor 3556)
keanekaragaman di dalam spesies,
antara spesies dan ekosistem.
11
No
6
7
Peraturan Perundangan
Penjelasan
No
Peraturan Perundangan
Penjelasan
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove memiliki
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
6 Tahun 1994 tentang
kemampuan menyerap emisi
31 Tahun 2004 tentang
lingkungan sumber daya ikan yaitu
Pengesahan United Nations
karbon. Karbon merupakan salah
Perikanan (Lembaran Negara
perairan tempat kehidupan sumber
Framework Convention on
satu unsur dari gas rumah kaca yang
Nomor 118 Tahun 2004,
daya ikan. Untuk itu pengelolaan
Climate Change (Konvensi
berpengaruh terhadap perubahan
Tambahan Lembaran Negara
sumber daya ikan perlu dilakukan
Kerangka Kerja Perserikatan
iklim.
8
Nomor 4433) Sebagaimana
sebaik-baiknya berdasarkan
Bangsa-Bangsa Mengenai
diubah dengan Undang-
kelestarian sumber daya ikan dan
Perubahan Iklim), (Lembaran
Undang Nomor 45 Tahun
lingkungannya
Negara Tahun 1994 Nomor
2009 tentang Perubahan
42, Tambahan Lembaran
atas Undang-Undang Nomor
Negara Nomor 3557)
31 Tahun 2004 tentang
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
Perikanan (Lembaran Negara
41 Tahun 1999 tentang
kawasan hutan suaka alam yaitu
Tahun 2009 Nomor 154,
Kehutanan (lembaran Negara
hutan dengan ciri khas tertentu,
Tambahan Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 167,
yang mempunyai fungsi pokok
Nomor 5073)
Tambahan Lembaran Negara
sebagai kawasan pengawetan
Nomor 5968) jo. Undang-
9
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
keanekaragaman tumbuhan dan
32 Tahun 2004 tentang
bagian dari lingkungan hidup
undang Nomor 19 Tahun
satwa serta ekosistemnya, yang juga
Pemerintahan Daerah
yang harus dijaga kelestariannya.
2004 tentang Penetapan
berfungsi sebagai wilayah sistem
(Lembaran Negara Tahun
Pemerintahan Daerah wajib
Peraturan Pemerintah
penyangga kehidupan.
2004 Nomor 125, Tambahan
untuk melakukan Pengendalian
Pengganti Undang-undang
Lembaran Negara Nomor
Lingkungan hidup sesuai dengan
Nomor 1 Tahun 2004 tentang
4437)
kewenangannya
Perubahan atas UndangUndang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan
menjadi Undang-undang
(lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Nomor
4412)
12
13
No
10
Peraturan Perundangan
Penjelasan
Undang-Undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
26 Tahun 2007 tentang
ruang tempat manusia dan makhluk
Penataan Ruang (Lembaran
lain hidup, melakukan kegiatan,
Negara Tahun 2007 Nomor
dan memelihara kelangsungan
68, Tambahan Lembaran
hidupnya. Untuk itu perlu
Negara Nomor 4725)
ditingkatkan upaya pengelolaannya
secara bijaksana, berdaya guna,
dan berhasil guna dengan
berpedoman pada kaidah penataan
ruang sehingga kualitas ruang
wilayah nasional dapat terjaga
keberlanjutannya demi terwujudnya
kesejahteraan umum dan keadilan
sosial sesuai dengan landasan
konstitusional Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
11
Undang-undang Nomor
Ekosistem mangrove merupakan
32 Tahun 2009 tentang
bagian dari lingkungan hidup yang
Perlindungan dan
harus dijaga kelestariannya
Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5059)
Dari identifikasi dan penjelasan undang-undang terkait dengan
pengelolaan ekosistem mangrove di atas dapat diketahui
bahwa potensi terjadinya tumpang tindih dalam pengelolaan
sangat mungkin terjadi di lapangan terkait dengan kewenangan
pengelolaan ekosistem mangrove. Beberapa institusi terkait
dengan keberlangsungan ekosistem mangrove di Indonesia
di antaranya adalah Kementerian Kehutanan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Namun demikian, Pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2012
tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Berdasarkan peraturan tersebut dibentuk Tim Koordinasi
Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove yang telah
menyusun dokumen Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove (SNPEM).
Maksud disusunnya Strategi Nasional ini adalah memberikan
arahan dan informasi bagi para pihak terkait dalam pengelolaan
ekosistem mangrove, dengan tujuan untuk meningkatkan
kapasitas para pihak dalam pengelolaan ekosistem mangrove
yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, dan didasarkan
pada data informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan
dan mempertahankan manfaat dan fungsi-fungsi ekosistem
mangrove bagi sistem penyangga kehidupan. Sasaran dari
Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove adalah:
1. Tercapainya peningkatan kapasitas para pihak dalam
pengelolaan ekosistem mangrove.
14
15
2. Tercapainya peningkatan kesadaran dan peran semua pihak
yang terkait dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang
berkelanjutan.
3. Terlaksananya koordinasi dan mekanisme lintas sektor di
tingkat pusat dan daerah dalam pengelolaan ekosistem
mangrove.
4. Terlaksananya pola pengelolaan berbasis masyarakat dalam
pengelolaan ekosistem mangrove.
5. Tercapainya peningkatan manfaat dan fungsi ekosistem
mangrove bagi sistem penyangga kehidupan.
6. Tercapainya pengurangan laju degradasi ekosistem
mangrove danmeningkatnya kualitas ekosistem mangrove
di Indonesia.
MANGROVE DI SEKITAR EMP MALACCA STRAIT S.A.
EMP Malacca Strait S.A telah melakukan beberapa kali studi
terkait dengan jenis-jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di
ekosistem mangrove di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP).
Studi ekosistem mangrove tersebut dilakukan Perusahaan
dalam rangka penyusunan studi terkait dengan dampak
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan Perusahaan
maupun studi khusus dalam rangka penyusunan perencanaan
rehabilitasi ekosistem mangrove di sekitar wilayah kerja
Perusahaan.
16
Gambar 2.1 Hutan Mangrove di Kurau Process Plant
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Perusahaan
diketahui jenis mangrove yang terdapat di sekitar wilayah kerja
berjumlah 43spesies yang terdiri atas mangrove sejati (true
mangrove) dan mangrove ikutan (associate mangrove). Jenis
mangrove tersebut dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 2. Mangrove di Sekitar Wilayah Kerja EMP Malacca Strait S.A
No
Spesies
Nama Lokal
Jenis
Sumber*
Jeruju
sejati
1
1
Acanthus ilicifolius
2
Acrostichum aureum
Paku laut
sejati
1,4
3
Acrostichum speciosum
Piai lasa
sejati
1
4
Aegiceras corniculatum
Gedangan
sejati
1,3,9
5
Agathis dammara
Damar
ikutan
1
6
Avicennia alba
Api-api
sejati
1,3,5
7
Avicennia marina
api-api putih
sejati
6,9
17
No
Spesies
Nama Lokal
Jenis
Sumber*
No
Tancang, tinjang
sejati
1,3,5,8,9
30
Nypa fruticans
Nama Lokal
Jenis
Sumber*
Nipah
sejati
1,2,3,4,9
baru-baru
sejati
9
8
Bruguiera gymnorrhiza
9
Bruguiera parviflora
Lenggadai
sejati
1,3
31
Osbornia octodonta
10
Bruguiera sexangula
Tumu
sejati
2,4
32
Pandanus odoratissima
Pandan hutan
ikutan
9
11
Calamus impar
Rotan cacing
ikutan
1
33
Rhizophora apiculata
Lenro, bakau
sejati
1,2,3,4,6,8
12
Calophyllum inophyllum
Bintangur,
ikutan
2
34
Rhizophora mucronata
Belukap
sejati
1,6,8,9
35
Rhyzophora stylosa
Bakau merah
sejati
3,5,9
36
Scyphiphora
Cingam, perepat
sejati
1,9
mentagur
13
Cerbera manghas
14
Ceriops tagal
15
Clitoria ternatea
16
Cynometra ramiflora
17
Cyrtostachys lakka
18
Derris trifoliata
19
Excoecaria agallocha
20
Ficus carica
21
Flagellaria indica
Bintaro
ikutan
1
Tengar, tangal
sejati
3,8
Kembang telang
-
1
37
Sonneratia acida
Berembang
sejati
9
jawi-jawi
Sejati
7
38
Sonneratia alba
Prapat
sejati
1,3,5,9
Pinang merah
-
2
39
Sonneratia caseolaris
Pedada
sejati
1,6,9
Ambung
ikutan
1
40
Sporobolus virginicus
picisan, sisik naga
sejati
1
Panggang
sejati
1,2,3,5,9
41
Terminalia catappa
Ketapang
ikutan
1,2,7
Kayu ara
ikutan
1,9
42
Tournefortia sarmentosa
-
-
1
Rotan laki, rotan
Ikutan
1
43
Xylocarpus granatum
Nyirih
sejati
1,3,4,5,9
dini
hydrophyllacea
Sumber:
22
Heritiera littoralis
Dungun
sejati
1,2,3,9
23
Hibiscus tiliaceous
Waru
ikutan
1,2
24
Imperata cylindrica
Alang-alang
-
1,7,9
25
Lumnitzera littorea
Sesop, Sesup
sejati
1
UKL UPL Pemboran Sumur Eksplorasi Darat MSCN-01, MSCO-01 dan MSBY-02 Tahun 2005
26
Lygodius scanden
Ribu-ribu, paku
-
4
Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur Volume II Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
ikutan
7,9
kawat
27
Melastoma candidum
Harendong.
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera Indonesia Volume
1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
Analisa Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan Padang
Selatan Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd Tahun 1990
UKL UPL Pengembangan Lapangan Migas Terbatas Kuat Field Tahun 2009
Senduduk
18
Spesies
28
Metroxylon sagu
rumbia, sagu
-
1,2,7
29
Mikania cordata
Semprotan
-
1
UKL UPL Pemboran Taruhan Sumur Eksplorasi Darat MSLE-01 dan MSL-02 Blok Selat Malaka,
Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau Tahun 2002
UKL UPL Pembangunan LPG Plant di Lapangan Kurau Tahun 2012
UKL UPL Operation of Kurau Special Port, Jetty I, Jetty II, and Jetty III At Lukit Village, Merbau
District, Bengkalis Regency, Riau Province, 2002
19
RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan Padang Selatan
Tahun 2010
Berembang (Sonneratia alba)
Data Primer, 2014
Berikut disajikan gambaran umum beberapa tumbuhan
mangrove di sekitar kegiatan Perusahaan berdasarkan survei
yang dilakukan oleh pekerja EMP Malacca Strait S.A.
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.2. Berembang
20
21
Nama setempat
Berembang, Prapat, Pedada
Deskripsi
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian
periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur
umum
kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna
lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan
putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal
dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir
yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah
yang terlindung dari hempasan gelombang, juga
dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang
di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di
berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai
lokasi di mana jenis tumbuhan lain telah ditebang,
25 cm
maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang
Daun
Ekologi
padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga
Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak
hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh
berkembang pada bagian pangkal gagang daun.
di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat,
Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak:
burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir
sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur
yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif.
terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9
Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini
cm.
Bunga
dikala malam. Buah mengapung karena adanya
Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm.
jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar
Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi:
nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada
soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun
mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8;
berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan.
substrat yang keras
Penyebaran
Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan
banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning,
Oceania Barat Daya
mudah rontok
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian
dasarnya
22
terbungkus
kelopak
bunga.
Buah
Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia
Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina,
Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari:
Buah
Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam
Kelimpahan
Umum. Melimpah setempat.
Manfaat
Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu
mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak
dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau
akan membuka pada saat telah matang. Ukuranbuah:
sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar
diameter 3,5-4,5 cm
lain.
23
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Baru-baru (Osbornia octodanta)
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:
Wetlands International Indonesia Programme
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.3 Baru-baru
24
25
Nama setempat
Baru-baru
Deskripsi
Berupa pohon atau belukar dengan ketinggian dapat
daratan di daerah mangrove atau pada pinggiran alur
umum
mencapai 7 meter, selalu hijau, tangkai/dahannya
air yang dipengaruhi oleh pasang surut. Tidak memiliki
tunggal atau berjumlah banyak. Kadang-kadang
ketergantungan khusus terhadap substrat tumbuh,
memiliki akar nafas. Kulit kayu berwarna coklat atau
dan dapat ditemukan pada lumpur halus, batuan, dan
abu-abu, berserat dan berserabut. Ranting halus
pasir. Meskipun demikian, jenis tumbuhan ini tidak
berwarna abu-abu pucat dan berbentuk segi empat
ditemukan tumbuh pada daerah yang kerap tergenang
pada saat muda. Individu yang lebih besar memiliki
oleh air tawar. Di Australia jenis ini ditemukan
batang yang berlubang di tengahnya
berbunga dari bulan Juni sampai Desember dengan
Daun
Ekologi
puncaknya pada bulan November dan berbuah pada
Berkulit tipis, menimbulkan aroma pada saat disentuh,
bulan Februari. Bunga diserbuki oleh serangga. Buah
ada kelenjar minyak yang tembus cahaya dan berukuran
disebarkan lewat air dan terapung di air karena adanya
kecil serta ada pembengkakan pada gagang daun
rambut-rambut yang dapat memerangkap udara.
sepanjang 2 mm yang berwarna merah. Unit & Letak:
sederhana, bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik.
Penyebaran
Papua New Guinea, Australia Tropis
Biseksual. Dalam satu tandan terdapat 1-3 bunga
yang bergerombol, bunga tidak bertangkai tapi
Kelimpahan
-
langsung menempel pada tandan. Terdapat 2 pinak
Manfaat
Para nelayan menggunakan daunnya untuk mengusir
daun berbentuk elips, panjang 6 mm, terletak pada
serangga. Kulit kayu kadang kadang digunakan untuk
pangkal gagang bunga. Pinak daun tersebut kemudian
menambal perahu dan kayunya tahan lama
rontok. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok. Daun
mahkota: Tidak ada. Kelopak bunga: 8; hijau (3-6 mm).
Benang sari: berwarna putih hingga kuning, jumlahnya
sampai 48 helai, ukurannya lebih panjang dibanding
cuping kelopak bunga
Buah
Di Indonesia (Irian Jaya, Sulawesi, Jawa Timur,
Kepulauan Sunda Kecil), Kalimantan Utara, Filipina,
Ujung: membundar. Ukuran: 2,5-5 x 1-3 cm.
Bunga
Tumbuh di tempat yang lebih terbuka pada tepi
Buah ditutupi oleh cuping kelopak bunga dan kelopak
tidak membuka pada saat telah matang. Biji berjumlah
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:
Wetlands International Indonesia Programme
1-2, berbentuk datar dan bulat telur terbalik. Ukuran:
panjang 5-10 mm; diameter 5 mm
26
27
Bakau (Rhizophora apiculata)
Nama setempat
Lenro, bakau
Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan
umum
diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki
perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5
meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang
keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua
dan berubah-ubah
Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada
bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah.
Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya
kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran:
7-19 x 3,5-8 cm.
Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak
pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak
daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok).
Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut,
panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning
kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak
bertangkai
Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga
seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm,
berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil,
berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna
merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang
18-38 cm dan diameter 1-2 cm
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.4 Bakau
28
29
Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan
Belukap (Rhizophora mucronata)
tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai
substrat yang lebih keras yang bercampur dengan
pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari
vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai
perairan pasang surut yang memiliki pengaruh
masukan air tawar yang kuat secara permanen.
Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal
karena
gangguan
kumbang
yang
menyerang
ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat
pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar
anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat
sepanjang tahun
Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga
Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik
Kelimpahan
Melimpah di Indonesia, tersebar jarang di Australia
Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu
bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30%
tanin (persen berat kering). Cabang akar dapat
digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di
Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk
melindungi pematang. Sering digunakan sebagai
tanaman penghijauan
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:
Gambar 2.5. Belukap
Wetlands International Indonesia Programme
30
31
Nama setempat
Belukap
Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang
toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir.
umum
melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70
Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau
cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam
pada pematang sungai pasang surut dan di muara
dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar
sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh
udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah
dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi
Daun
Ekologi
pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang
yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis
2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang
tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling
daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana
tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
& berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat
Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga
memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13
menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang
cm
Bunga
telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual,
hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting.
masing-masing menempel pada gagang individu yang
Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi
panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi:
tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi
Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota:
4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning
pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak
bertangkai
Buah
Buah
lonjong/panjang
hingga
berbentuk
telur
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih
mereka
Penyebaran
Seluruh Indonesia
Kelimpahan
Melimpah
Manfaat
Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin
berukuran 5-7 cm, berwarna hijau kecoklatan,
dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan
seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal.
kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus
Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon
hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang
kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-
ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi
70 cm dan diameter 2-3 cm.
pematang
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
32
33
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Cingam (Scyphiphora hydrophyllacea)
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.6. Cingam
34
35
Nama setempat
Cingam, perepat
Deskripsi
Semak tegak, selalu hijau, seringkali memiliki banyak
tepi daratan mangrove atau pada pematang dan
umum
cabang, ketinggian mencapai 3 m. Kulit kayu kasar
dekat jalur air. Nampaknya tidak toleran terhadap
berwarna coklat, cabang muda memiliki resin, kadang-
penggenangan air tawar dalam waktu yang lama dan
kadang terdapat akar tunjang pada individu yang
biasanya menempati lokasi yang kerap tergenang oleh
besar
pasang surut. Dilaporkan tumbuh pada lokasi yang
Daun
Ekologi
tidak cocok untuk dikolonisasi oleh jenis tumbuhan
Daun berkulit dan mengkilap. Pinak daun berkelenjar,
mangrove lainnya. Perbungaan terdapat sepanjang
terletak pada pangkal gagang daun membentuk tutup
tahun, kemungkinan diserbuki sendiri atau oleh
berambut. Gagang daun lurus panjangnya hingga 13
serangga. Nektar diproduksi oleh cakram kelenjar
mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk:
pada pangkal mahkota bunga. Banyak buah yang
bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4-9 x
dihasilkan, akan tetapi pembiakan biji relatif rendah.
2-5 cm
Bunga
Buah teradaptasi dengan baik untuk penyebaran oleh
Warna putih, hampir tak bertangkai, biseksual,
terdapat pada tandan yang panjangnya hingga 15
mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-7
air karena kulit buahnya yang ringan dan mengapung.
Penyebaran
India, Sri Lanka, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua
New Guinea, Filipina, Kepulauan Solomon dan
bunga per kelompok). Daun mahkota: 4-5; putih-agak
Australia Tropis
merah, elips, 2-4 x 2-2,5 mm, mulut berambut kasar.
Buah
Tumbuh pada substrat lumpur, pasir dan karang pada
Kelopak bunga: 4-5; berbentuk mangkok, bawahnya
Kelimpahan
Tersebar, dan secara keseluruhan relatif jarang
seperti tabung (panjang 5mm). Benang sari: 4-5.
Manfaat
Kayu kemungkinan dapat digunakan untuk peralatan
Silindris, berwarna hijau hingga coklat, berurat
makan, seperti sendok. Daun dapat digunakan untuk
memanjang dan memiliki sisa daun kelopak bunga.
mengatasi sakit perut
Tidak membuka ketika matang. Terdapat 4 biji silindris.
Ukuran: buah: panjang 8 mm, biji: 1 x 2 mm
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:
Wetlands International Indonesia Programme
36
37
Lenggadai (Bruguiera parviflora)
Nama setempat
Lenggadai
Deskripsi
Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau,
umum
tinggi (meskipun jarang) dapat mencapai 20 m. Kulit
kayu burik, berwarna abu-abu hingga coklat tua,
bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal
pohon. Akar lutut dapat mencapai 30 cm tingginya
Daun
Terdapat bercak hitam di bagian bawah daun dan
berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya
bertambah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-13 x
2-4,5 cm
Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan (panjang
tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun. Formasi:
kelompok (3-10 bunga per tandan). Daun mahkota: 8;
putih hijau kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut
pada tepinya. Kelopak Bunga: 8; menggelembung,
warna hijau kekuningan; bagian bawah berbentuk
tabung, panjangnya 7-9 mm
Buah
Buah melingkar spiral, panjang 2 cm. Hipokotil
silindris, agak melengkung, permukaannya halus,
warna hijau kekuningan. Ukuran: Hipokotil: panjang
8-15 cm dan diameter 0,5-1 cm.
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.7. Lenggadai
38
39
Ekologi
Jenis ini membentuk tegakan monospesifik pada areal
Tumu (Bruguiera sexangula)
yang tidak sering tergenang. Individu yang terisolasi
juga ditemukan tumbuh di sepanjang alur air dan
tambak tepi pantai. Substrat yang cocok termasuk
lumpur, pasir, tanah payau dan bersalinitas tinggi. Di
Australia, perbungaan tercatat dari bulan Juni hingga
September, dan berbuah dari bulan September
hingga Desember. Hipokotilnya yang ringan mudah
untuk disebarkan melalui air, dan nampaknya tumbuh
dengan baik pada areal yang menerima cahaya
matahari yang sedang hingga cukup. Bunga dibuahi
oleh serangga yang terbang pada siang hari, seperti
kupu-kupu. Daunnya berlekuk-lekuk, yang merupakan
ciri khasnya, disebabkan oleh gangguan serangga
Penyebaran
Seluruh Indonesia
Kelimpahan
Tersebar, tapi melimpah setempat
Manfaat
Karena ukuran kayunya yang kecil, jenis ini jarang
digunakan untuk keperluan lain, kecuali untuk kayu
bakar
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:
Wetlands International Indonesia Programme
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.8. Tumu
40
41
Nama setempat
Tumu
Deskripsi
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-
umum
kadang mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda-
Kelimpahan
Umum
abu-abu, halus hingga kasar, memiliki sejumlah
Manfaat
Untuk kayu bakar, tiang dan arang. Buahnya
Daun
Dari India, Seluruh Asia Tenggara (termasuk
Indonesia) hingga Australia utara
lentisel berukuran besar, dan pangkal batang yang
dilaporkan digunakan untuk mengobati penyakit
membengkak. Akar lutut, dan kadang-kadang akar
herpes, akar serta daunnya digunakan untuk
papan
mengatasi kulit terbakar. Di Sulawesi buahnya
Daun agak tebal, berkulit, dan memiliki bercak
dimakan setelah direndam dan dididihkan
hitam di bagian bawah. Unit & Letak: sederhana
& berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing.
Ukuran: 8-16 x 3-6 cm
Bunga
Penyebaran
Letak: Di ketiak daun. Formasi: soliter (1 bunga per
Referensi:
•
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
tandan). Daun makhota: 10-11; putih dan kecoklatan
jika tua, panjang 15mm. Kadang berambut halus
pada tepinya. Kelopak bunga: 10-12; warna kuning
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak
Melibur Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
•
Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
kehijauan atau kemerahan atau kecoklatan; panjang
tabung 10-15 mm.
Buah
Hipokotil menyempit di kedua ujung. Ukuran:
Hipokotil: panjang 6-12 cm dan diameter 1,5 cm
Ekologi
Tumbuh di sepanjang jalur air dan tambak pantai,
pada berbagai tipe substrat yang tidak sering
tergenang. Biasanya tumbuh pada kondisi yang lebih
basah dibanding B.gymnorrhiza. Kadang-kadang
terdapat pada pantai berpasir. Toleran terhadap
kondisi air asin, payau dan tawar. Perbungaan terjadi
sepanjang tahun. Bunganya yang besar diserbuki
oleh burung. Hipokotil disebarkan melalui air
42
43
Nipah (Nypa fruticans)
Nama setempat
Nipah
Deskripsi
Palma tanpa batang di permukaan, membentuk
umum
rumpun. Batang terdapat di bawah tanah, kuat dan
menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m.
Daun
Seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan/
gagang daun 4 - 9 m. Terdapat 100 - 120 pinak daun
pada setiap tandan daun, berwarna hijau mengkilat
di permukaan atas dan berserbuk di bagian bawah.
Bentuk: lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 60-130 x
5-8 cm
Bunga
Tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak
batang pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina
membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm.
Bunga jantan kuning cerah, terletak di bawah kepala
bunganya.
Buah
Buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat.
Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur.
Ukuran: diameter kepala buah: sampai 45 cm.
Diameter biji: 4 -5 cm
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.9. Nipah
44
45
Ekologi
Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian
tepi atas dari jalan air. Memerlukan masukan air
tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar
zona pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang
berkelompok. Memiliki sistem perakaran yang rapat
dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap
perubahan masukan air, dibandingkan dengan
sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya.
Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya
• Analisa Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi
Kurau dan Padang Selatan Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd Tahun 1990
• UKL UPL Pemboran Sumur Eksplorasi Darat MSCN-01, MSCO-01 dan MSBY-02
Tahun 2005
• Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
• RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan
• Yus RusilaNoor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
dibantu oleh lalat Drosophila. Buah yang berserat
serta adanya rongga udara pada biji membantu
penyebaran mereka melalui air. Kadang-kadang
bersifat vivipar
Penyebaran
Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua
New Guinea, Filipina, Australia dan Pasifik Barat
Kelimpahan
Umum, sangat umum setempat.
Manfaat
Sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat
dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat
yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alkohol
dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula
yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan gula
tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih
tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan
payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji
dapat dimakan. Setelah diolah, serat gagang daun
juga dapat dibuat tali dan bulu sikat
Referensi:
• Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
46
47
Ketapang (Terminalia catappa)
Nama setempat
Ketapang
Deskripsi
Pohon meluruh dengan ketinggian 10-35 m. Cabang
umum
muda tebal dan ditutupi dengan rapat oleh rambut
yang kemudian akan rontok. Mahkota pohon berlapis
secara horizontal, suatu kondisi yang terutama terlihat
jelas pada pohon yang masih muda.
Daun
Sangat lebar, umumnya memiliki 6-9 pasang urat
yang jaraknya berjauhan, dengan sebuah kelenjar
terletak pada salah satu bagian dasar dari urat tengah.
Daun berubah menjadi merah muda atau merah
beberapa saat sebelum rontok, sehingga kanopi pohon
tampak berwarna merah. Unit & Letak: sederhana
dan bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung:
membundar. Ukuran: 8-25 x 5-14 cm (kadang
panjangnya sampai 30 cm).
Bunga
berwarna putih atau hijau pucat dan tidak bergagang.
Sebagian besar dari bunga merupakan bunga jantan,
dengan atau tanpa tangkai putik yang pendek. Letak:
di ketiak daun. Formasi: bulir. Kelopak bunga: halus di
bagian dalam
Buah
Penampilan seperti buah almond. Bersabut dan
cangkangnya sangat keras. Ukuran 5-7 cm x 4x5,5 cm.
Kulit buah berwarna hijau hingga hijau kekuningan
(mengkilat) di bagian tengahnya, kemudian berubah
menjadi merah tua
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.10. Ketapang
48
49
Ekologi
Sebarannya sangat luas. Tumbuh di pantai berpasir
Pandan Hutan (Pandanus odoratissima)
atau berkarang dan bagian tepi daratan dari mangrove
hingga jauh ke darat. Penyebaran buah dilakukan
melalui air atau oleh kelelawar pemakan buah. Pohon
menggugurkan daunnya (ketika warnanya berubah
merah) sekali waktu, biasanya dua kali setahun (di Jawa
pada bulan Januari atau Februari dan Juli atau Agustus)
Penyebaran
Di seluruh Indonesia, tetapi agak jarang di Sumatera
dan Kalimantan
Kelimpahan
Umum, seringkali mendominasi vegetasi pantai
Manfaat
Sering ditanam sebagai pohon peneduh jalanan. Kayu
berwarna merah dan memiliki kualitas yang baik,
digunakan sebagai bahan bangunan dan pembuatan
perahu. Biji buahnya dapat dimakan dan mengandung
minyak yang berlemak dan bening. Tanin digunakan
untuk mengatasi disentri serta untuk penyamakan
kulit. Daun kerap digunakan untuk mengobati reumatik
Referensi:
•
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
Analisa Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi
Kurau dan Padang Selatan Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd Tahun 1990
•
UKL UPL Pembangunan LPG Plant di Lapangan Kurau Tahun 2012
•
Yus RusilaNoor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.11. Pandan Hutan
50
51
Nama setempat
Pandan Hutan
Deskripsi umum
Pohon dapat mencapai ketinggian hingga 6 m.
Daun
Berduri pada sisi daun dan ujungnya tajam.
Api-Api (Avicennia alba)
Panjang antara 0,5 - 2,0 meter
Bunga
Letak: di ujung. Benangsari:banyak. Formasi:
payung
Buah
Seperti buah nenas dan ketika matang
warnanya merah
Ekologi
Tumbuh pada habitat dengan substrat berpasir
di depan garis pantai, terkenapasang surut
hingga agak ke belakang garis pantai
Penyebaran
Diduga terdapat di seluruh Indonesia
Kelimpahan
Sangat umum
Manfaat
Sebagai tanaman hias dan tanaman pagar
Referensi:
•
RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau
dan Padang Selatan Tahun 2010
•
Yus RusilaNoor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.12. Api-Api
52
53
Nama setempat
Api-api
Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan
di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian
umum
ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon
yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai
membentuk
dan
yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang
akar nafas yang rumit. Akar nafas biasanya tipis,
garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian
berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi
muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu
oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan
pengikatan sedimen dan mempercepat proses
atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan
pembentukan daratan. Perbungaan terjadi sepanjang
kecil, sementara yang lain kadang kadang memiliki
tahun. Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, di
permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua,
mana sebagian buah berbiak ketika masih menempel
kadang kadang ditemukan serbuk tipis.
di pohon
Daun
Bunga
Ekologi
sistem
perakaran
horizontal
Ditemukan di seluruh Indonesia. Dari India sampai
bawahnya pucat. Unit & Letak: sederhana &
Indo Cina, melalui Malaysia dan Indonesia hingga ke
berlawanan. Bentuk: lanset (seperti daun akasia)
Filipina, PNG dan Australia tropis
kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5 cm.
Kelimpahan
Melimpah
Seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning)
Manfaat
Kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah.
hampir di sepanjang ruas tandan. Letak: di ujung/
Getah dapat digunakan untuk mencegah kehamilan.
pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada 10-30 bunga
Buah dapat dimakan
per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm.
Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Buah
Penyebaran
Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat,
Merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrove
Referensi:
•
Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan.
Ukuran: 4 x 2 cm
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
UKL UPL Pemboran Sumur Eksplorasi Darat MSCN-01, MSCO-01 dan MSBY-02
Tahun 2005
•
UKL UPL Pengembangan Lapangan Migas Terbatas Kuat Field Tahun 2009
•
Yus RusilaNoor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
54
55
Api-Api Putih (Avicennia marina)
Nama setempat
Api-api putih
Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau
umum
menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter.
Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit
dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus),
akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu
halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas
dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai
daun berwarna kuning, tidak berbulu
Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik
kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun
putih - abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana &
berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat
telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar.
Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Bunga
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di
ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak:
di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi:
bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4,
kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5.
Benang sari: 4.
Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabuabuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada
tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh.
Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.13. Api-Api Putih
56
57
Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang
Sagu (Metroxylon sagu)
terlindung, memiliki kemampuan menempati dan
tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan
di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah
satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan
di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan
membantu pengikatan sedimen dan mempercepat
proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat
juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada
habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadangkadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat
telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga
terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi
penyerapan air
Penyebaran
Ditemukan di seluruh Indonesia
Kelimpahan
Melimpah
Manfaat
Daun
digunakan
untuk
mengatasi
kulit
yang
terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan
sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu
menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun
digunakan sebagai makanan ternak
Referensi:
• UKL UPL Pemboran Taruhan Sumur Eksplorasi Darat MSLE-01 dan MSL-02 Blok
Selat Malaka, Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau Tahun 2002
• RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan
Padang Selatan Tahun 2010
• Yus RusilaNoor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor:
Wetlands International Indonesia Programme
58
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.14. Sagu
59
Nama setempat
Sagu, rumbia
Deskripsi
Pohon palma yang merumpun, dengan akar rimpang
yang merupakan sumber karbohidrat penting bagi
umum
yang panjang dan bercabang-cabang menjulur
warga kepulauan di bagian timur Nusantara. Pelbagai
dipermukaan tanah; tinggi tajuk 10 m atau lebih dan
rupa makanan pokok dan kue-kue diperbuat orang
diameter batang mencapai 60 cm
dari tepung sagu ini. Daun tua dari pohon yang
Daun
Manfaat
masih muda merupakan bahan atap yang baik; pada
Daun-daun besar, majemuk menyirip, panjang hingga
masa lalu bahkan rumbia dibudidayakan (dalam
7 m, dengan panjang anak daun lk. 1.5 m; bertangkai
kebon-kebon kiray) di sekitar Bogor dan Banten
panjang dan berpelepah
Bunga
untuk menghasilkan atap rumbia ini. Dari helai-helai
Karangan bunga bentuk tongkol, panjang hingga 5
daun ini pun dapat dihasilkan semacam tikar yang
m. Berumah satu (monoesis), bunga rumbia berbau
disebut kajang. Daun-daunnya yang masih kuncup
kurang enak.
Buah
Ekologi
(janur) dari beberapa jenisnya dahulu digunakan
Rumbia berbunga dan berbuah sekali (monocarpic)
pula sebagai daun rokok, sebagaimana pucuk
dan sesudah itu mati. Buah berbentuk seperti
nipah.Umbutnya, dan juga buahnya yang seperti
persik, dengan diameter sekitar 5 cm, ditutupi oleh
salak, dimakan orang. Buah ini memiliki rasa sepat,
sisik yang berubah warna dari hijau terang hingga
sehingga untuk menghilangkan kelatnya itu buah
kekuning-kuningan tergantung proses pematangan
rumbia biasa direndam dulu beberapa hari di lumpur
Rumbia banyak tumbuh di rawa-rawa air tawar,
atau di air laut sebelum dikonsumsi
aliran sungai dan tanah berair/berlumpur lainnya, di
lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada
ketinggian sekitar 700 mdpl.
Penyebaran
Dari empulur batangnya dihasilkan tepung sagu,
Diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua, sejak
lama rumbia telah menyebar ke seluruh kepulauan
Nusantara, yakni pulau-pulau Sunda Besar, Sumatera,
Semenanjung Malaya, hingga Filipina, kemungkinan
Referensi:
•
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
Analisa Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi
Kurau dan Padang Selatan Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd Tahun 1990
•
UKL UPL Pembangunan LPG Plant di Lapangan Kurau Tahun 2012
karena dibawa oleh peradaban manusia
Kelimpahan
Umum, menyebar ke banyak tempat. Pada wilayahwilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun
atau hutan sagu yang luas
60
61
Kayu Ara (Ficus carica)
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.15. Kebakaran Hutan Sagu di Pulau Padang Tahun 2014
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.16. Kayu Ara
62
63
Nama setempat
Ara, Kayu Ara
Deskripsi
Ara kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang
cuping. Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi
umum
hijau sepanjang tahun dan menghuni berbagai
oleh sepasang daun penumpu yang lekas rontok,
relung ekologi, namun beberapa spesies yang
meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku
menggugurkan daun tumbuh terbatas di daerah di
rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama
luar wilayah tropis dan di dataran tinggi. Buahnya
cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang
bernama sama. Sebenarnya masih termasuk kerabat
daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-
pohon beringin dari genus yang sama, yaitu Ficus.
cabang (tri-veined) yang khas
Kayu ara merupakan pohon peluruh atau perdu
Daun
Bunga
Daun Ara cukup besar dan berlekuk dalam, 3 atau 5
Bunga Ara atau tin tidak tampak karena terlindung
besar dan dapat tumbuh hingga tingginya mencapai
oleh dasar bunga yang menutup sehingga dikira
7-10 meter dengan batang lunak berkulit halus
buah. Penyerbukan dilakukan oleh sejenis tawon
berwarna abu-abu. Identifikasi jenis dari banyak
khusus dari famili Agaonidae untuk menyerbuki
spesiesnya agak sukar dilakukan, akan tetapi sebagai
bunga-bunganya yang tertutup
suatu kelompok, ara relatif mudah terbedakan dari
Buah
Buah ara sebetulnya adalah karangan bunga tertutup
jenis-jenis tumbuhan lainnya. Banyak di antaranya
yang dikenal sebagai buah periuk (syconium); disebut
yang memiliki akar gantung atau akar udara, bentuk
demikian karena bentuknya menyerupai periuk
perawakan yang khas; serta bentuk buah yang unik,
tertutup atau hampir tertutup, di mana pada dinding
yang membedakan kelompok ini dari tetumbuhan
dalamnya
yang lain. Ciri-ciri vegetatif ara yang cukup khas, di
ara yang berukuran amat kecil. Kelak, jika bunga-
antaranya, adalah adanya getah (lateks) putih hingga
bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan
kekuningan, beberapa jenisnya dengan jumlah
ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat
yang melimpah, yang keluar apabila bagian-bagian
disebut sebagai buah, meskipun juga hanya buah
tumbuhan ara ini dilukai.
semu. Yang disebut buah sebetulnya adalah dasar
berjejal-jejal
kuntum-kuntum
bunga
bunga yang membentuk bulatan. Tipe ini khas untuk
semua anggota suku ara-araan (Moraceae). Buahnya
berukuran panjang tiga hingga 5 cm, berwarna hijau.
Beberapa kultivar berubah warna menjadi ungu jika
masak
64
65
Ekologi
Buah ara merupakan sumber makanan penting bagi
Nibung (Oncosperma tigillarium)
sejumlah hewan pemakan buah (frugivora), termasuk
kelelawar buah (Megabat;fruit bats), monyet kapusin,
monyet langur (Colobinae) dan lain-lain. Dengan
demikian pohon-pohon ara merupakan spesies kunci
(keystone species) di banyak ekosistem hutan hujan
tropika. Terlebih lagi sangat penting untuk berjenisjenis burung, seperti takur (Megalaimidae) , punai,
rangkong, perkici (Cyclopsittacini) dan merbahyang
hampir sepenuhnya hidup dari buah ara pada musim
buahnya
Penyebaran
Kayu Ara (Ficus carica) adalah spesies yang banyak
ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur
Tengah dan sekitar Laut Tengah (dari Afganistan
sampaiPortugal), dan dibudidayakan sejak zaman
purba karena buahnya
Kelimpahan
-
Manfaat
Buah ara dapat dimakan segar, dikeringkan, atau
dibuat selai. Buah yang dipetik harus segera
dimanfaatkan karena tidak dapat disimpan lama
(mudah rusak). Di Bangladesh, buah ara diolah
sebagai sayuran
Referensi:
•
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan
Padang Selatan Tahun 2010
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.17. Nibung
66
67
Nama setempat
Nibung
Deskripsi
Tanaman sejenis palma (palem) yang tumbuh di
ekosistem hutan di daerah pesisir, yaitu Hutan Rawa
umum
Asia Tenggara termasuk hampir di seluruh wilayah
dan Hutan Pantai. Pada hutan pantai, tegakan nibung
Indonesia. Nibung termasuk kelompok Palem yang
rawa mulai dijumpai pada batas atas terjadinya
biasanya tumbuh liar, tumbuh berumpun seperti
pasang air laut dan biasanya akan dijumpai setelah
bambu. Satu Palem Nibung memiliki 5-30 anakan.
hutan mangrove. Nibung rawa dapat tumbuh pada
Tinggi batang/pohon Nibung dapat mencapai 30
tanah-tanah yang miskin hara, termasuk pada tanah
meter, lurus dan berduri, garis tengah batang sekitar
bergambut. Berbeda dengan nibung rawa, bayas
20 cm. Batang dan daunnya terlindungi oleh duri
dijumpai pada lahan darat dan daerah perbukitan
keras panjang berwarna hitam
hingga ketinggian 100 mdpl.
Daun
Bunga
Daunnya tersusun majemuk menyirip tunggal
Ekologi
Penyebaran
Habitat alami nibung rawa terdapat pada tiga tipe
Secara alami nibung tersebar di Sri Lanka, Filipina,
(pinnatus) hampir mirip daun kelapa ujungnya
Thailand, Indonesiadan Vietnam. Di Indonesia,
agak melengkung dan anak-anak daun menunduk
nibung rawa tersebar pada lahan-lahan rawa di Pantai
sehingga tajuknya nampak indah. Warna tangkai
Timur Sumatera, mulai dari lahan rawa di sekitar Hilir
perbungaan kuning cerah
Sungai Sembilang, Propinsi Sumatera Selatan, Muara
Sabak, Propinsi Jambi; hingga pada lahan-lahan rawa
Bunga pohon Nibung berbentuk tandan seperti
di hilir Sungai lndragiri dan pesisir pantai Bengkalis,
mayang kelapa yang menggantung, warna bulir
Provinsi Riau.
kuning keunguan. Dalam setiap mayang ada 2 jenis
bunga, bunga jantan dan bunga betina. Umumnya 1
Kelimpahan
-
bunga betina diapit oleh 2 bunga jantan. Seludang
pembungkus perbungaannya juga berduri
Buah
Buah Pohon Nibung bundar, berbiji satu dan
permukaan halus dengan warna ungu gelap
68
69
Manfaat
Pohon Nibung dimanfaatkan mulai dari batang, buah
Nyirih (Xylocarpus granatum)
hingga daunnya. Batang Nibung dapat digunakan
untuk bahan bangunan (lantai, pipa untuk saluran
air dan sebagainya), dan tongkat. Daun untuk atap
rumah dan anyaman keranjang.
Baik batang maupun daun pohon ini memiliki daya
tahan yang lama dan tidak mudah lapuk meskipun
terendam dalam air payau. Bahkan salah satu temuan
arkeolog menyebutkan bahwa batang Nibung telah
dipergunakan sebagai bahan bangunan di lahan
gambut oleh masyarakat Jambi sejak abad kesebelas.
Bunganya dapat dimanfaatkan untuk mengharumkan
beras. Umbut dan kuncup bunga Nibung dapat
dibuat sayur serta buahnya dapat pula dipakai
sebagai teman makan sirih pengganti pinang. Duri
Nibung yang disebut “pating” dipakai sebagai paku
bangunan sesaji dalam upacara adat
Referensi:
•
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan
Padang Selatan Tahun 2010
•
Laporan Hasil Penelitian Pengembangan Nibung sebagai Sumber Pangan dan
Kayu Pertukangan, Kementerian Kehutanan Tahun 2010
Foto: EMP Malacca Strait S.A
Gambar 2.18. Nyirih
70
71
Nama setempat
Nyirih
Deskripsi
Pohon dapat mencapai ketinggian 10-20 m. Memiliki
warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan
umum
akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk
pada dahan yang dekat permukaan tanah dan agak
dan membentuk celahan-celahan. Batang seringkali
tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji besar-
berlubang, khususnya pada pohon yang lebih tua.
besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan
Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis
biji di dalam buah membingungkan seperti teka-teki
dan mengelupas, sementara pada cabang yang muda,
(dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle fruit’).
kulit kayu berkeriput
Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran buah:
Daun
Buah
diameter 10-20 cm
Agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2
Ekologi
pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri.
Bunga
Seperti bola (kelapa), berat bisa 1-2 kg, berkulit,
Tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut,
Unit & Letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: elips -
pinggir daratan dari mangrove, dan lingkungan payau
bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4,5 -
lainnya yang tidak terlalu asin. Seringkali tumbuh
17 cm x 2,5 - 9 cm
mengelompok dalam jumlah besar. Individu yang
telah tua seringkali ditumbuhi oleh epifit
Bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja.
Penyebaran
Tandan bunga (panjang 2-7 cm) muncul dari dasar
Di Indonesia tumbuh di Jawa, Madura, Bali, Kepulauan
(ketiak) tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya
Karimun Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan,
4-8 mm. Letak: di ketiak. Formasi: gerombol acak (8-
Maluku dan Sumba, Irian Jaya
Kelimpahan
20 bunga per gerombol). Daun mahkota: 4; lonjong,
tepinya bundar, putih kehijauan, panjang 5-7 mm.
Melimpah setempat, khususnya pada area bekas
tebangan hutan dan gangguan lainnya
Kelopak bunga: 4 cuping; kuning muda, panjang 3
Manfaat
Kayunya hanya tersedia dalam ukuran kecil, kadang-
mm. Benang sari: berwarna putih krem dan menyatu
kadang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu.
di dalam tabung
Kulit kayu dikumpulkan karena kandungan taninnya
yang tinggi (>24% berat kering).
Referensi:
•
Environmental Assessment Report Lalang Oilfield Development Sumatera
Indonesia Volume 1 - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd tahun 1983
•
UKL UPL Pemboran Sumur Eksplorasi Darat MSCN-01, MSCO-01 dan MSBY-02
Tahun 2005
72
73
•
Studi Evaluasi Dampak Lingkungan Pengembangan Lapangan Minyak Melibur
Volume II - Hudbay Oil (Malacca Strait) Ltd. Tahun 1991
•
UKL UPL Pengembangan Lapangan Migas Terbatas Kuat Field Tahun 2009
•
RKL RPL Tambahan Pengembangan Lapangan Minyak dan Gas Bumi Kurau dan
Padang Selatan Tahun 2010
•
Yus RusilaNoor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme
PEMANFAATAN MANGROVE
Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif.
Berbagai produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara
langsung maupun tidak langsung, di antaranya kayu bakar,
bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kertas, kulit, obatobatan dan perikanan. Melihat beragamnya manfaat mangrove,
maka tingkat dan laju perekonomian pedesaan yang berada
di kawasan pesisir seringkali sangat bergantung pada habitat
mangrove yang ada di sekitarnya. Contohnya, perikanan
pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove,
merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi
taraf hidup dan perekonomian desa-desa nelayan. Sejarah
pemanfaatan mangrove secara tradisional oleh masyarakat
untuk kayu bakar dan bangunan telah berlangsung sejak lama.
Bahkan pemanfaatan mangrove untuk tujuan komersial seperti
ekspor kayu, kulit (untuk tanin) dan arang juga memiliki sejarah
yang panjang.
Eksploitasi mangrove dalam skala besar di Indonesia
nampaknya dimulai awal abad ini, terutama di Jawa dan
Sumatera (van Bodegom, 1929; Boon, 1936), meskipun
eksploitasi sesungguhnya dengan menggunakan mesin-mesin
berat nampaknya baru dimulai pada tahun 1972 (Dephut &
FAO, 1990). Pada tahun 1985, sejumlah 14 perusahaan telah
diberikan ijin pengusahaan hutan yang mencakup sejumlah
877.200 hektar areal mangrove, atau sekitar 35% dari areal
mangrove yang tersisa (Dephut & FAO, 1990).
Pembuatan arang mangrove telah berlangsung sejak abad yang
lalu di Riau dan masih berlangsung hingga kini. Panglong Arang
74
75
atau Dapur Arang adalah tempat pembakaran/pengasapan kayu
bakau (mangrove) untuk dijadikan kayu arang. Bahan bakunya
adalah kayu bakau yang banyak terdapat di Kepulauan Meranti.
Keberadaan Panglong Arang ini sudah cukup lama, sejak
puluhan tahun yang lalu sehingga sudah banyak kubik kayu
bakau yang diambil dari sekitar kepulauan Meranti (Informasi
Kabupaten Kepulauan Meranti, 2011).
cairan gula yang jika diolah lagi dapat menjadi metanol yang
mampu mensubtitusi minyak bumi.
Gambar 3.2. Pekerja Panglong Arang
Gambar 3.1. Dapur Arang di Kabupaten Kepulauan Meranti
Aktivitas lain di ekosistem hutan mangrove di sekitar wilayah
kerja EMP Malacca Strait S.A adalah penggunaan lahan (pinggir
pantai) sebagai tempat penumpukan kayu, menghanyutkan
kayu, dan juga ada kegiatan pemanfaatan lahan untuk tempat
(camp) tinggal sementara.
Aktivitas memanfaatkan hutan mangrove secara langsung
lainnya adalah sebagai sebagai kayu bakar (fire wood), bahan
baku kertas dan papan buatan (chip board). Kulit dari Rhizophora,
Bruguiera dan Ceriops mengandung zat tanin sebagai penyamak
kulit, Nypa fructicans yang telah disadap mampu menghasilkan
76
77
UPAYA REHABILITASI EKOSISTEM MANGROVE
Secara umum, tipe kawasan hutan di wilayah EMP Malacca
Strait S.A merupakan hutan hujan tropika dataran rendah dan
hutan sekunder yang banyak mengalami perubahan tata guna
dengan adanya izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Sedangkan
formasi kawasan hutannya sebagian besar merupakan hutan
rawa gambut campuran, dan sisanya berupa kawasan hutan
mangrove yang berada di dataran pantai.
Gambar 3.3. Cairan Gula dari Nipah
Gambar 3.4. Menghanyutkan Kayu
78
Berdasarkan hasil Laporan Evaluasi Lingkungan Kondur
Petroleum S.A tahun 2004 dan pengamatan langsung di
lapangan tahun 2010 diketahui bahwa penggunaan tata guna
lahan di lokasi perusahaan umumnya telah banyak mengalami
perubahan, terutama untuk wilayah operasional Kondur
PSA di Kurau, Melibur, dan Lapangan Kuat. Perubahan secara
umum disebabkan oleh adanya izin HPH kepada perusahaan
tertentu sehingga kegiatan pembukaan lahan di wilayah ini
banyak terjadi. Selain itu, dengan adanya jalan akses yang
telah dibangun oleh Kondur PSA memberikan kemudahan bagi
penduduk sekitar untuk membuka lahan di sekitar jalan yang
ada. Hal ini terlihat dari adanya sebagian penduduk sekitar yang
membuka lahan dengan cara di-tebang maupun dibakar untuk
digunakan sebagai lahan bercocok tanam/berladang (Kondur
Petroleum S.A., 2010).
Melihat tingginya tingkat abrasi pantai dan pentingnya fungsi hutan mangrove, di samping hutan pantai juga sangat peka
terhadap gangguan atau kerusakan, maka sebagian besar hutan
pantai yang rusak ini perlu diperbaiki dan dilestarikan sebagai
79
kawasan sabuk hijau (green belt) dan ditetapkan sebagai
kawasan yang perlu dilindungi (konservasi).
Upaya perusahaan dalam melindungi kawasan hutan mangrove
yang berada di sekitar wilayah kerjanya telah dimulai pada
tahun 1990 di mana telah dilakukan penanaman bakau dan
api-api di Tanjung Mayong dan sekitar Jetty Kurau dengan hasil
yang cukup baik.
pompong, mengacu pada referensi Environment Management
Plan of Lalang and Mengkapan Oilfield (Kondur Petroleum
S.A., 2002). Berdasarkan survei, maka dilakukan penanaman
berdasarkan skala prioritas rehabilitasi pada daerah terabrasi.
Gambar 4.2. Abrasi Pantai di Tanjung Peranap
Untuk prioritas pertama penanaman mangrove dilakukan
penanaman di pantai dekat Instalasi Kondur Petroleum S.A dan
daerah pemukiman penduduk yang terdiri atas:
Gambar 4.1. Tanjung Mayong yang ditanam Tahun 1990
Pada tahun 2002 telah dilakukan survei di sekitar wilayah
kerja perusahaan dengan menelusuri dan mengukur pantai
yang terabrasi, mengidentifikasi vegetasi pantai, pemetaan,
pemotretan, pengukuran tinggi surut terendah, memantau
penyebab terjadinya abrasi pantai secara kasat mata, dan
berbagai temuan di lapangan dengan menggunakan kapal
80
• Pantai Kayu Ara sampai dengan Butun dengan panjang pantai
kurang lebih 4.353 meter dan lebar kurang lebih 45 meter
dari tinggi surut terendah.
• Pantai Tj. Dingkul sampai dengan Lukit dengan panjang
pantai kurang lebih 2.590 meter dan lebar kurang lebih45
meter dari tinggi surut terendah.
• Pantai AI-3 sampai dengan pelabuhan masyarakat dengan
panjang pantai kurang lebih1.565 meter dan lebar kurang
lebih 45 meter dari tinggi surut terendah.
81
• Pantai Pel. Teluk Belitung sampai dengan Pedas dengan
panjang pantai kurang lebih 930 meter dan lebar kurang
lebih 45 meter dari tinggi surut terendah.
Panjang areal yang terabrasi 9.620 meter dengan tinggi su-rut
serendah 55 meter, penanaman dilakukan pada jarak 10 meter
dari garis pantai untuk pantai yang curam dan 5 meter untuk
pantai yang landai. Untuk pantai-pantai yang landai, dilakukan
5 meter dari titik balik hempasan gelombang, dan agar tidak
terlalu ke tengah dilakukan 5 meter arah darat dari tinggi surut
terendah dengan jarak tanam 3 x 3 meter. Jumlah bibit yang
ditanam sebanyak 100.230 bibit. Priori-tas kedua dilakukan
penanaman Radius kurang lebih 2 km dari instalasi Kondur
Petroleum S.A yang meliputi wilayah:
• Pantai Kayu Ara sampai dengan Ladinda dengan panjang
pantai kurang lebih 2.115 meter dan lebar kurang lebih 45
meter dari tinggi surut terendah.
• Pantai Tj. Dingkul sampai dengan Ladinda dengan panjang
pantai kurang lebih 2.960 meter dan lebar kurang lebih 45
meter dari tinggi surut terendah.
• Pantai Butun sampai dengan Sei. Rawa dengan panjang
pantai kurang lebih 1.380 meter dan lebar kurang lebih 45
meter dari tinggi surut terendah.
• Pantai pelabuhan Lukit (pasar)-BQ-2 dengan panjang pantai
kurang lebih 130 meter dan lebar kurang lebih 45 meter dari
tinggi surut terendah.
• Pantai Pel. Masyarakat (Mengkikip) sampai dengan BQ-1
dengan panjang pantai kurang lebih 4.200 meter dan lebar
kurang lebih 45 meter dari tinggi surut terendah.
82
Panjang areal yang terabrasi 10.815 meter dengan tinggi surut
terendah 55 meter, penanaman dilakukan pada jarak 10 meter
dari garis pantai untuk pantai yang curam dan 5 meter dari titik
balik hempasan gelombang untuk pantai yang landai. Agar tidak
terlalu ke tengah dilakukan 5 meter ke arah darat dari tinggi
surut terendah dengan jarak tanam 3 x 3 meter. Jumlah bibit
yang ditanam sebanyak 19.000 bibit. Untuk prioritas ketiga
dilakukan penanaman di Wilayah operasi Kondur Petroleum
S.A meliputi:
• Pantai dengan panjang pantai kurang lebih 367 meter dan
lebar kurang lebih 45 meter dari surut terendah.
• Pantai Meranti Bunting - Pel. Teluk Belitung dengan panjang
pantai kurang lebih1.470 meter dan lebar kurang lebih45
meter dari tinggi surut terendah.
Panjang areal yang terabrasi 2.957 meter dengan tinggi surut
terendah 55 meter, penanaman dilakukan pada jarak 10 meter
dari garis pantai untuk pantai yang curam dan 5 meter dari titik
balik hempasan untuk pantai yang landai. Agar tidak terlalu ke
tengah, penanaman juga dilakukan 5 meter ke arah darat dari
tinggi surut terendah dengan jarak tanam 3 x 3 meter. Jumlah
bibit yang ditanam sebanyak 14.770 bibit (Kondur Petroleum
S.A., 2002).
Penanaman perdana program Rehabilitasi Pantai di Kecamatan Sungai Apit dilakukan pada tanggal 10 April 2002 di Desa
Lalang oleh pejabat Pemda setempat, masyarakat, pelajar, serta
perwakilan perusahaan. Penanaman selanjutnya dilakukan
oleh masyarakat setempat dibawah koordinasi KUD Indo Mitra-
83
Lalang, setelah melalui tender yang diikuti oleh KUD-KUD di
daerah Lalang, Mengkapan (Kondur Petroleum S.A., 2002).
1994
2013
Gambar 4.3. Penanaman Api-Api di Pantai Buton
Gambar 4.4. Penanaman Api-Api di Teluk Belitung
Penanaman perdana program Rehabilitasi Pantai di Kecamatan
Merbau dilakukan pada tanggal 24 April 2002 di Teluk Belitung
oleh Kepala Bapedalda Bengkalis, Ketua DPRD Kabupaten
Bengkalis, Wakil Camat Merbau, Area Manager Kondur
Petroleum S.A, Pejabat Pemda setempat, Masyarakat setempat,
dan pelajar. Penanaman selanjutnya dilakukan oleh masyarakat
setempat dibawah koordinasi KUD-KUD Mitra Usaha, Pedas
Jaya, Bijak Belitung, Panji Putra, dan Merbau.
84
85
Bahan Bacaan
Bengen, D. G. (2001). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. Bogor, Jawa Barat, Indonesia: Pusat Kajian
Sumber daya Pesisir dan Kelautan (PKSPL) IPB.
Cecep Kusmana, d. (1997). Pengenalan Jenis Mangrove di Teluk Bintuni, Irian
Jaya. Bogor: IPB Press.
Ekologi Hutan. (2011, Oktober 7). Peranan, Manfaat, dan Fungsi Hutan
Mangrove. Dipetik Maret 1, 2013, dari http://ekologi-hutan.
blogspot.com/2011/10/peranan-manfaat-dan-fungsi-hutan.html
Informasi Kepulauan Meranti. (2011, November 8). Info Meranti. Dipetik
April 8, 2013, dari Info Meranti: http://infomeranti.blogspot.
com/2011/11/panglong-arang-di-kabupaten-kepulauan.html
Kementerian Lingkungan Hidup. (1996). Almanak Lingkungan Hidup
Indonesia. Jakarta: PT Multi Kirana Pratama.
Kondur Petroleum. (2004). Laporan Evaluasi Lingkungan Kegiatan Operasi
Produksi di Lapangan Lalang dan Mengkapan, Lapangan Melibur
dan Lapangan Kurau dan Lapangan Padang Selatan Malacca Strait
PSC., Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak Sri Indrapura,
Provinsi Riau. Bogor: Institute of Natural and Regional Resources.
Kondur Petroleum S.A. (2002). Laporan Pelaksanaan Program Penanaman
Hutan Tanaman Pantai Tahun 2002. Kepulauan Meranti: Kondur
Petroleum S.A.
86
Kondur Petroleum S.A. (2005). Action Plan Rehabilitasi Hutan Mangrove di
Wilayah Kondur Petroleum S.A. Provinsi Riau Executive Summary.
Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Kustanti, A. (2011). Manajemen Hutan Mangrove. (M. Prof. Dr. Ir. Cecep
Kusmana, Penyunt.) Bogor, Jawa Barat, Indonesia: PT Penerbit IPB
Press.
Lukman, A. H. (2010). Laporan Hasil Penelitian Pengembangan Nibung
sebagai Sumber Pangan dan Kayu Pertukangan. Palembang:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian
Kehutanan Palembang.
Macnae. (1968). A General Account of the Fauna of the Mangrove Swamps of
Inhaca Island, Mocambique. J. Ecol.
Mastaller, M. (1997). Mangrove: The Forgotten Forest Between Land and Sea.
Kuala Lumpur.
Onrizal. (2008). Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove.
Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara.
Wightman, G. (1989). Mangroves of the Northern Territory. Northern Territory,
Northern Territory Botanical Bulletin No.7. Conservation Commission
of the Nortern Territory. Palmerston, N.T., Australia.
Yus Rusila Noor, M. K. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Bogor: Wetlands International Indonesia Programme.
87
Profil EMP Malacca Strait S.A
EMP Malacca Strait S.A merupakan kontraktor kontrak kerja
sama SKK MIGAS (KKKS SKK MIGAS) yang beroperasi di
wilayah kerja Blok Malacca Strait. EMP Malacca Strait S.A telah
beroperasi sejak tahun 1984 (dahulu Hudbay Oil - Malacca
Strait Ltd). Wilayah kerja Perusahaan terdiri atas onshore
(daratan) dan offshore (lautan) dengan luas lebih kurang 7.105
km2. Wilayah kerja perusahaan secara administratif terletak
di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Siak,
Provinsi Riau.
Selatan. Hasil rata-rata dari kegiatan produksi perusahaan
adalah 4.359 bopd dan gas bumi 6,9 mmcfd. Kegiatan proses
pemisahan minyak dan gas bumi dilakukan di tiga lokasi yaitu
Lalang Process Platform, Kurau Process Plant, dan Melibur
Process Plant.
Gambar 4.6. Lalang Process Platform
Gambar 4.5. Blok Malacca Strait
EMP Malacca Strait S.A mengoperasikan lima lapangan minyak
dan gas bumi yaitu Lapangan Lalang, Lapangan Mengkapan,
Lapangan Melibur, Lapangan Kurau, dan Lapangan Padang
88
89
Mangroves
Siak & Kepulauan Meranti
Mangrove mampu tumbuh dengan baik pada kondisi habitat yang ekstrim.
Lingkungan dengan fluktuasi salinitas yang tinggi, tanah jenuh air, serta
radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi ternyata tidak menghalangi
mangrove untuk dapat menjadi komunitas dengan produktivitas yang
tinggi. Filosofi kehidupan mangrove inilah yang diharapkan dapat menjadi
sarana pembangkit spirit bagi pembaca sekaligus mendalami keunikan
dari komunitas ini.
Sejak tahun 1990, EMP Malacca Strait S.A telah secara aktif mengupayakan
pelestarian dan rehabilitasi mangrove melalui penanaman kembali berbagai
spesies bibit mangrove yang merupakan spesies asli hutan mangrove di
sekitar area operasi perusahaan yaitu di Kabupaten Kepulauan Meranti dan
Kabupaten Siak.
Buku ini menyajikan informasi keanekaragaman hayati hutan mangrove
yang ada di sekitar areal operasi perusahaan EMP Malacca Strait S.A
(Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti) serta mencoba
menelusuri seluk-beluk manfaat mangrove ini bagi kehidupan sosial
masyarakat disekitarnya.
emp
Bakrie Tower
22nd - 32nd Floor Rasuna Epicentrum
Jl. HR. Rasuna Said
Jakarta 12940 Indonesia
p +62 21 2994 1500
+62 21 2557 7000
f +62 21 2994 1110
www.energi-mp.com
Download