Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 ANALISA JALUR TRAFFIC PADA JARINGAN IP MENGGUNAKAN MPLS Tri Fajar Yurmama Supiyati Jurusan Teknik Informatika, Universitas Nasional E-mail: [email protected] AbstrakBanyaknya kebutuhan pengiriman paket data dalam berbagai bentuk media/multimedia membutuhkan kualitas layanan, kehandalan dan efisiensi membuat traffic engineering penting untuk dipertimbangkan didalam desain dan pengoperasian backbone jaringan internet (Internet Protocol) yang luas. Standarisasi jalur traffic pada jaringan IP merupakan issue yang hangat dibicarakan untuk pengoptimalan performace dari operasi jaringan. Tujuan dari standarisasi jalur traffic pada jaringan IP untuk memfasilitasi perpindahan traffic IP melewati jaringan yang disediakan yang lebih efisien, lebih handal dan lebih cepat. Berdasarkan kejadian yang sering terjadi, jalur traffic pada jaringan IP dapat terhambat disebabkan kemampuan fungsi yang terbatas dari teknologi IP konvensional. Perkembangan yang terbaru dalam Multiprotocol Label Switching dan Resource Reservation Protocol (RSVP), membuka kemungkinan untuk pengalamatan dari terbatasnya teknologi konvensional. Keyword : MPLS, RSVP,CR-LDP I. Pendahuluan Internet merupakan medium yang efektif untuk digabungkan dengan bidang pendidikan, perdangan elektronik dan hiburan. Berdasarkan kesepakatan bersama internet akan diarahkan ke dalam medium yang lebih terfokus seperti gambar, suara dan data komunikasi. Ada 4 komponen dasar yang diperlukan untuk traffic engineering dalam jaringan paket [1] : • Distribution of information topology: karena karingan didistribusikan dalam sistem maka diperlukan mekanisme advertise informasi yang terbaru tentang link ke semua node dalam jaringan. • Path Selection : menggunakan topologi informasi yang dikumpulkan untuk menghitung informasi yang dicapai antara node dalam jaringan. Pada saat path dibutuhkan antara setiap pair dalam node, jalur yang terpendek dengan minimum jalur secara tipical digunakan karema pengoptimalan penggunakan resources. Konstrain lainnya seperti bandwidth dan delay dapat juga di aplikasikan selama path selection • Directing traffic along the computed paths: pertama kali path antara sumber node yang diberikan dan node tujuan telah dihitung, kita membutuhkan untuk dapat secara langsung traffic ke path yang lainnya. Ketika paket sampai pada node, table yang dikirimkan di diskusikan menggunakan informas i dalam header paket. Dalam paradigma forwading connectionless tiaptiap node di buat dalam forwarding table secara mandiri. Untuk forwarding connection oriented tahapan ini melibatkan menggunakan signaling protocol untuk pengaturan path . Signaling protocol membantu node selanjutnya sepanjang pembuatan path dalam forwarding table. • Management Traffic : merupakan kerangka kerja dan mekanisme hubungan yang mengizinkan jaringan untuk memprediksi pengirimkan QoS ke user traffic . QoS adalah suatu karakteristik dari parameter seperti bandwidth , delay, delay jitter dan kemungkinan loss. Mekanisme untuk solusi mengimplementasikan QoS termasuk admission control, flow identification , traffic policing, dan traffic scheduling . 74 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 Dari kejadian yang sering terjadi jalur traffic pada jaringan Internet/IP umum sangat sulit mencapai Quality of Service (QoS) yang sesuai, hal ini disebabkan oleh kemampuan fungsi yang terbatas dari teknologi IP yang konvesional yang salah satunya dalam sistem konvensional IP adalah kurangnya fungsi pengukuran. Sebagai contoh adalah traffic matrik, dimana kumpulan data dasar yang dibutuhkan untuk jalur traffic yang sangat sulit diperkirakan secara statisitik pada IP router. Keterbatasan fungsi kontrol dari intra domain routing adalah Masalah lainnya dalam sistem IP konvensional. Interior gateway protocol (IGPs), seperti Intermediate system-Intermediate system (IS-IS) dan Open Shortest Path First (OSPF) umumnya digunakan untuk route traffic dalam sistem autonomous dalam internet, adalah pengendalian topologi dan hubungan kontrol per paket. Tiaptiap router membuat keputusan independent routing menggunakan instansi lokal dari sinkronisasi routing area dari database link state. Seleksi router berdasarkan komputasi shortest path menggunakan penambahan link metric sederhana [2]. Pendekatan ini memberikan pendistribusian dan pensekalaan yang tinggi tetapi juga memberikan kerugian. Kerugiaannya adalah bawha protocol ini tidak mempertimbangkan karakteristik yang ditawarkan traffic dan pemaksaan kapasitas jaringan ketika keputusan membuat routing . Hal ini akan menyebabkan di dalam subnet sumber jaringan akan menjadi congested , sementara sumber lainnya sepanjang sisa path lainnya sangat diperlukan [4]. Permasalah dari congestion model ini adalah kurangnya pengalokasian resources dan permasalahan yang pokok dalam usaha memperbaikai pengelompokan jalur traffic . Perkembangan terbaru dalam Multiprotokol Label Switching (MPLS) membuka kemungkinan baru untuk keterbatasan alamat dari sistem IP yang menyangkut jalur traffic. Adapun kerangka kerja dari MPLS dijelaskan pada [5] dan arsitektur dari MPLS dijelaskan pada [6]. Kebutuhkan dari jalur traffic menggunakan MPLS dijelaskan pada [4]. Walaupun MPLS teknologi yang sederhana (berdasarkan paradigma klasik label swapping) hal tersebut memungkinkan pengenalan kemampuan kontrol canggih yang disediakan fungsi jalur traffic dalam jaringan IP [2,7,8]. Bagian aspek yang menarik dari MPLS adalah MPLS dengan efisien mendukung kontrol hubungan melalui path label switched yang jelas dan terinci. II. Multiprotocol Label Switching (MPLS) MPLS adalah skema forwarding yang lebih jauh dan luas dengan memperhatikan kepada forwarding paket dan controlling path . Tiap-tiap paket MPLS mempunyai header. Di dalam lingkungan non ATM header berisikan 20 bit label, 3 bit field experimental (yang sering disebut class of service atau CoS), 1 bit label indicator stack dan 8 bit TTL field. Dalam lingkungan ATM, header berisi hanya label yang dikodekan dalam VCI/VPI field . MPLS mampu digunakan sebagai router, yang sering di istilahkan dengan Label Switching Router (LSR), yang menguji label dan kemungkinan pengujian field dalam forwarding paket [3]. Pada ingress LSRs dari MPLS mampu sebagai paket domain IP yang diklasifikasikan dan diroutekan berdasarka n kombinasi dari informasi yang dibawa dalam header IP dari paket dan informasi routing local yang diatur oleh LSRs. Pada header MPLS diselipkan untuk tiap-tiap paket. Dalam MPLS–capable domain, LSR akan menggunakan label sebagai index untuk melihat forwarding table dari LSR. Paket di proses seperti yang ditetapkan oleh masukan forwarding table. Label incoming di gantikan oleh label outgoing dan paket di switched ke LSR berikutnya. Proses label switching hampir sama seperti pemrosesan VCI/VPI pada ATM. Sebelum paket meninggalkan domain MPLS, header MPLS akan dibuang. Proses ini dapat dilihat pada gambar 1 [3]. 75 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 Gambar 1. MPLS Path antara ingless LSR dan engress LSRs dinamakan Label Switched Paths (LSPs). MPLS menggunakan beberapa protocol sinyal seperti RSVP [9] atau LDP [10] untuk mengatur LSD. Dalam rangka untuk mengatur path dari LSP secara efektif maka tiap-tiap LSP dapat ditandai satu atau lebih atribut. Atribut ini akan dipertimbangkan dalam penghitungan path untuk LSP. Seperti atribut yang disimpulkan dalam table 1. Tabel 1. Atribut LSP Attribute Bandwitdh Permintaan minimum dalam penggunaan bandwidth pada penggunaan dan pengaturan LSP path tersebut Atribut Penentuan atribut pada path LSP di komputasi secara Path manual maupun dinamis oleh Constraint-based Routing Pengaturan Atribut tersebut ditentukan oleh LSP berdasarkan Periorotas resource ketika multiple LSPs mengkomputasi Holding Atribut tersebut ditentukan pada saat LSP telah priority established yang kemudian di lakukan preempted hold s resource Affinity Property pendukung dalam LSP, pengidentifikasian (color) menggunakan warna pada setiap jalur berbeda Adaptability Optimalisasi pengaturan active/unactive LSP Resilience Atribut yang menentukan LSP router mendapatkan suatu kesalahan pengiriman Constraint-based Routing (CBR) Constraint-based Routing (CBR) menghitung route sebagai batasan subjek seperti bandwidth dan kebijaksanaan administrative, karena Constraint-based Routing mempertimbangkan yang lebih terhadap topologi jaringan dalam penghitungan route , hal tersebut akan menjadi lama. Sebagai contoh dalam gambar 2. shortesh path antara router A dan router C yang melalui link A-C dengan IGP metric m=1. tetapi karena bandwidth yang tersedia dalam shortest path hanya (622-600)=22 Mbps, dimana Constraint based Routing mencoba untuk mencari path untuk LSP 40 76 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 Mbps, CBR akan memilih sebagai gantinya path A-B-C, karena shortest path tidak ditemukan dalam batasan bandwidth [3]. Gambar 2. Constraint-based Routing Sebagai catatan bahwa maksimum link bandwidth yang disediakan oleh administrator jaringan dikurangi total bandwidth yang dipesan oleh LSP yang melintasi link. Hal tersebut tidak bergantung kepada jumlah bandwidth actual yang tersedia dalam link. Sebagai contoh jika bandwidth maksimum yang tersedia dari link adalah 155 Mbps dan total bandwidth yang dipesan oleh LSP adalah 100 Mbps maka bandwidth yang dapat dipesan adalah 55 Mbps, dengan mengabaikan apakah link secara terus menerus membawa traffic 100 Mbps atau lebih atau kurang. Dengan kata lain dari Constraint-based Routing tidak akan menghitung path LSP berdasarkan bandwidth yang tersisa pada link secara spontan. Hal ini akan mengurangi kemungkin ketidakstabilan dari routing [11]. Constraint-based Routing dapat bekerja pa da online maupun offline. Dengan online Constraint-based Routing, routers dapat menghitung path untuk LSPs setiap waktu. Dengan offline Constraint-based Routing, offline server menghitung path untuk LSPs secara periode (per jam). LSPs juga dapat dikonfigurasikan untuk menghitung path. III. Protocol Pengiriman Sinyal Pada MPLS Di dalam jaringan MPLS tiap-tiap LSP harus di setup dan diberi label pada tiap-tiap hop sebelum traffic forwarding dilaksanakan. Ada 2 jenis LSP berdasarkan metoda yang digunakan untuk menentukan route yaitu control-driven LSP (juga disebut hop-by-hop LSP) dan explicitly routed LSPs (juga disebut sebagai constraints-based routed LSPs atau CR-LSPs). Ketika mengatur control-driven LSP, tiap-tiap LSR menentukan antar muka selanjutnya untuk LSP berdasarkan IP forwarding table dan mengirim label request ke router hop berikutnya. Ketika proses setup CRLSP, route untuk LSP ditetapkan dalam pengaturan pesan. Setiap pengaturan pesan disilangkan ke semua node sepanjang route yang ditentukan. Pada tiap-tiap node, label request dikirimkan ke antar muka berikutnya yang ditandai. Karena itu control-driven LSP mengikuti path paket menggunakan IP routing yang telah pernah digunakan. Dengan kata lain CR-LSP dapat ditentukan dan dikontrol oleh operator jar ingan atau aplikasi manajemen jaringan langsung ke traffic jaringan dalam path bergantung dari penghitungan IP forwarding. Dengan cara ini CR-LSPs mungkin digunakan untuk traffic engineering. IETF MPLS working group sekarang ini menstandarkan protocol sinyal yang baru yang disebut Label Distribution Protocol (LDP) untuk mensetup dan menjaga control-driven LSPs. Untuk menentukan CR-LSPs, ada dua Pendekatan yaitu : constraint-based routed LDP (CR-LDP), yang membutuhkan subset dari LDP secara fungsi menaikan sinyal pada path dan perluasan pada protocol RSVP. Sebelum kita menjelaskan protocol RSVP dan CR-LDP, alangkah lebih bagusnya untuk melihat berbagai jenis protocol signaling untuk beberapa aplikasi. 77 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 IV. Kebutuhan Pada Protocol Pengiriman Sinyal Kebutuhkan pr otocol pengiriman sinyal digunakan dalam MPLS berdasarkan jalur traffic adalah sebagai berikut : • Ketahanan: Sistem sinyal harus mampu untuk memastikan reliable dan ketepatan pengiriman dari sinyal pesan bahkan dalam keadaan jaringan congesti ataupun failur e. • Scalabilitas: ukuran dari jaringan ISP membutuhkan dukungan untuk nomor yang besar dari LSP pada tiap-tiap node. Sistem sinyal harus dapat terukur jadi LSP dan melanjutkan untuk mengirimkan performance yang dibutuhkan sebagai jumlah node dan path dalam perkembangan jaringan. • Specification of QoS: ini termasuk dari spesifikasi dari penjelaskan traffic ( yaitu kebutuhkan bandwidth) yang digabungkan dengan aliran traffic menggunakan LSP dan kebutuhkan QoS ( sebagai contoh delay,loss). • LSP establishment / teardown / maintenance: protocol sinyaling harus dapat memberikan pembukaan LSP, pemutusan dan pemeliharaan. Ini membutuhkan tahapan manajemen yang efisien dari LSP dan kemampuan untuk menukar parameter yang digabungkan dengan LSP tanpa terjadinya pemutusan. • Flexibility in path setup options: ini termasuk kekuatan dan kekurangan dari CR-LSPs seperti halnya pilihan untuk pin loose dari segment path. Kemampuan yang diizinkan dari operator jaringan untuk menetapkan path yang complete (node dan interface) LSP traverses (kelebihan CR-LSP) atau permintaan terhadap sebagain rute yang disediakan secara otomatis berdasarkan default IGP routing protocol (kekurangan CR-LSP). Operator dapat juga menginginkan pin loose path yang ditetapkan untuk memastikan path tidak berubah setelah di tetapkan. • Alternative path setup and rerouting capability: kemampuan path, resilience dan kemampuan mengembalikan kegagalan adalah sesuatu yang penting untuk jaringan backbone untuk layanan pengiriman yang dapat berdiri sendiri. Dalam semua kasus “make before break” adalah mode operais yang dipertimbangkan dimana optimized/backup LSP ditetapkan dan siap untuk ditukarkan sebelum LSP pertama di tear down atau fails. Kesalahan harus dapat diidentifikasi dan dikembalikan sesegera mungkin dengan minimum pesan kontrol dan kelebihan pemrosesan Pencapaian CR-LDP CR-LDP adalah perluasan dari protocol LDP untuk membawa route informasi yang ditetapkan, parameter traffic untuk resource reservation dan pilihan untuk resilience CR-LSP. Seperti dengan LDP, CR-LDP adalah protocol hard-state . Dengan maksud bahwa sinyal pengiriman pesan hanya sekali dan tidak ada refresing dari tahapan informasi. mekanisme transport untuk penemuan peer adalah menggunakan User Datagram Protocol (UDP). Transmission Control Proto col (TCP) digunakan untuk session, advertisement, notification, and LDP messages. Route yang ditetapkan ditampilkan dalam pesan Label Request sebagai daftar dari node sepanjang constraint- based route.Sinyal pengiriman pesan sekali dileawatkan ke semua ja lur ke tujuan, dan jika path yang diminta dapat mencukupi resource yang dibutuhkan, dimana label dialokasikan dan di bagi-bagikan atas bantuan Label Mapping pesan yang dimulai dengan tujuan dan disebarkan kembali ke arah sumber. Misalkan bahwa sumber yang tersedia LSP pengaturan selesai setelah satu kali round trip time dari signaling message. Sinyal CR-LDP di desain untuk mendukung DiffServ and operator klas QoS. Pemetaan yang fleksibel pada klas layanan ATM yang telah ada juga harus ditentukan. CR-LDP juga memberikan kemampuan untuk menghubungkan dan melepaskan setup path dengan setup dan prioritas besar, path preemption, path re -optimization, dan seterusnya. Prosedur untuk melaporkan kesalahan dalam CR-LDP di desain dengan transport TCP yang relibel untuk memastikan bahwa proses perbaikan dapat dimulai dalam waktu yang tepat berdasarkan kebijaksanaan yang ditentukan oleh operator jaringan. 78 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 Table 2. Signaling architectures of CR-LDP and RSVP. Category Transport Mechanism State management CR-LDP Transport on TCP Hard State Massage required for Request and LSP setup and mapping maintenance Base architecture Based on LDP developed for MPLS RSVP Raw IP packet Soft state, need per flow refresh management Path, Resvand ResvConf Based on RSVP but mau require major chances to the basic protocol to improve its scalability Pencapaian RSVP RSVP mula mula diharapkan untuk resource reservation dalam jaringan yang dijalankan dalam protocol IP untuk mendukung IntServ [12,13]. RSVP klasik di jelaskan dalam RFC 2205 yang mengijinkan fleksibilitas router untuk mempertahankan keadaan transport connectionless ketika penerapan resource reservation menggunakan control soft state. Untuk melayani sebagai protocol pendistribusian label pada CR-LSPs dalam jaringan MPLS, protocol pesan RSVP ditambahkan dengan objek baru untuk mendukung label allocation , distribution dan binding, seperti halnya informasi tentang route explicit. Perluasan untuk jalur traffic termasuk sinyal ynag mendukung untuk setup, holding priority, path preemption, rerouting, path reoptimization, strict, loose CR-LSRs dan pendeteksian loop. Tabel 3. Signaling support for traffic engineering features in CR-LDP and RSVP Category Signaling Qos and parameter traffic Type of CR-LSPs Model of distribution and LSP setup Path preemption Failure notification Failure recovery CR-LDP Can signal DiffServ and ATM traffic classes Strict, loose, and loose pinned Easy to support all modes since CRLDP is based on LDP RSVP Extendable; currently based on IntServ traffic classes Strict and loose; no pinning Only downstream on demand; need to run both RSVP and LDP for other modes Supported Supported Reliable procedure Unreliable procedure Global and local repair Global and local repair; local repair done using fastreroute which requires precomputing alternate paths at every node Loop detection and LDP employs Path Vector TLV to May be done using the Record prevention prevent Label Request messages from Route object looping. Hop Count TLV is used to find looping LSPs. Path optimization LSP ID can be used to prevent double Shared explicit filter prevents and rerouting booking of bandwidth for an LSP when double booking of doing “make-before-break” bandwidth for an LSP when doing “make -before-break” 79 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 RSVP menggunakan pesan Path dan Resv untuk pengaturan path. Titik pengiriman memulai path message untuk menginstall path state setiap node sepanjang route. Node tujuan dari LSP merespon dengan suatu penjelasan traffic dan parameter QoS yang melewati upstream untuk memesan resources pada tiap –tiap node sepanjang path dan untuk memberikan label mapping. Kemudian node menginstall pemesan untuk berhubungan dengan path state sebelumnya yang di bentuk oleh path message. Supaya menjadi protocol soft state, message path dan Resv harus mengirim secara periodic untuk merefresh state yang di maintain dalam semua node sepanjang path. Message ResvConf secara bebas mengirimkan dari sender untuk menginformasikan penerima bahwa pemesan telah selesa di laksanakan. Ada beberapa skalabilas yang jelek yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan volume dari message sinyal yang dihasilkan oleh kebutuhkan refresh oleh RSVP. Hal ini telah menghasilkan pekerjaan terbaru yang membutuhkan perubahan penting pada mekanisme protocol dasar untuk mengurangi penggabungan kelebihan beban dengan tahapan refresh [14] Perbandingan Antara RSVP dan CR-LDP LDP/CR-LDP menawarkan penyatuan sistem sinyal protocol yang disediakan oleh operator jaringan dengan distribusi label yang lengkap dan mode path setup yang dibutuhkan untuk MPLS. Perluasan pada RSVP memberikan kemampuan untuk membuka hubungan CR-LSPs dengan downstream-on-demand label allocation, distribution, dan binding . Jika mode pendistribusian label MPLS lainnya dibutuhkan dalam jaringan seperti metoda pendeistribusian label downstreamunsolicited, maka jaringan akan dibutuhkan untuk bekerja pada LDP dan RSVP. CR -LDP menggunakan TCP, memastikan transport yang mendukung untuk pengiriman sinyal pesan. Ketika terjadi kesalahan, message indikasi error mengirimkan menggunakan transport yang mendukung, memastikan dengan tanggapan waktu yang tepat. Karena tidak adanya infrastruktur transport yang mendukung, maka RSVP tidak menggaransi pemberitahuan kegagalam secara cepat kepada titik akhir yang dipengaruhi oleh kegagalan, meskipun message teardown dikirimkan. Akibatnya endpoint tidak akan dapat melakukan perubahan route traffic sampai waktu habis “clean timeout” dengan interval yang direkomendasikan yaitu 90 detik [13]. CR-LDP adalah suatu protocol hard state karena CR-LDP memberikanskala yang bagus yang berkaitan dengan kapasitas dari traffic sinyal dalam jaringan sebagai jumlah peningkatan CR-LSPs. Adapun kelemahan dari RSVP adalah masalah skalabilitas besarnya path yang melewati node. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan secara periodik untuk me-refresh tahapan pada tiap-tiap path. Sperti yang ada dalam RFC 2208 kebutuhan resource (dalam hal proses CPU dan memori) untuk menjalankan RSVP dalam router meningkat secara proporsional denga n banyaknya sesi yang terpisah. Pengurangan rata-rata message yang digunakan untuk me-refresh state dapat berpengaruh yang tidak baik pada pendeteksian kegagalan dan prosedur pengembalian. Pada table 1 dan 2 kita akan melihat perbandingan dengan dua pendekatan signaling . Untuk lebih detailnya mengani gambaran ini dapat kita lihat spesifikasi yang berhubungan . V. Kesimpulan Artikel ini membahas aplikasi penyambungan label multiprotokol untuk rancangan lalu lintas dalam jaringan IP. Kekurangan dari jar ingan Ip sekarang ini adalah sebagai permasalahan dapat diselesaikan dengan menggunakan traffic engineering berdasarkan MPLS. Pengembangan protocol yang sudah ada dan kemudian digabungkan dengan signaling MPLS memberikan baguinan yang kuat untuk di laksana kan dalam jalur traffic dalam jaringan ISP. Dengan menggunakan RSVP membutuhkan banyak perbaikan pada mekanisme RSVP yang sudah ada untuk meningkatkan scalability dan dependability . Disisi lain CR-LDPs memebrikan kemampuan sinyal yang bagus 80 Jurnal Terra Hertz, ICT Research Center UNAS Vol.3, No.1, Pebruari 2009 ISSN 1978 -9505 karena bekerja pada TCP yang mana TCP adalah mekanisme reliable transport untuk signaling message. Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] A.Ghanwani,B Jampussi, D Fedyk and P A Smith, “Traffic Engineering Standards In IP Networks Using MPLS”,IEEE Communication Magazine Desember 1999 D O Awduche, “MPLS and Traffic Engineering in IP Networks”,IEEE Communication Magazine Desember 1999 X Xiao, A Hannan, B Bailey, L M Ni, “Traffic Engineering MPLS in the Internet” {xipeng,alan,bbailey}@globalcenter.net D.Awduche et al, “ Requirements to RSVP for Traffic Engineering” RFC 2702, Sep. 1999. R.Callon et at,”A Pramework for Multiprotocol Label Switching,”IETF Internet draft, work in progress,Nov.1997. E.Rosen, A.Viswanathan, and R.Callon,”Multiprotocol Label Switching Architecture”, IETF Internet darft, work in progress, July 1998. B.Jamoussi at al.”Constraint-Based LSP Setup Using LDP” IETF internet draft, work in progress,Feb.1999. T.Li,G.Swallow and D.Awduche,”IGP Requirements for Traffic Enginering with MPLS “IETF Internet draft, work in progress, Fe b.1999 (9) D. Awduche, L. Berger, D. Gan, T. Li, G. Swallow and V. Srinivasan, "Extension to RSVP for Traffic Engineering", Internet draft <draft-ietf-mpls-rsvp-lsp-tunnel-04.txt>, Sept. 1999. D.Awduche, A.Hannan.and X.Xiao, ”Applicability Statement for Extentions to RSVP for LSP -Tunnels” IETF Internet draft, work in progress, July 1999. L. Andersson, P. Doolan, N. Feldman, A. Fredette and B. Thomas, “LDP Specification”, Internet draft <draft-ietf-mpls -ldp-06.txt>, Oct. 1999. E. Crawley, R. Nair, B. Jajagopalan and H. Sandick, "A Framework for QoS -based Routing in the Internet", RFC 2386, Aug. 1998 J. Wroclawski, “The Use of RSVP with IETF Integrated Services,” RFC 2210, Sept. 1997. R. Braden et al., “Resource ReSerVation Protocol (RSVP)-Version 1 Functiona l specification,” RFC 2205, Sept., 1997. L. Berger, D.-H. Gan, and G. Swallow, “RSVP Refresh Reduction Extensions,” draft-bergerrsvp-refresh-reduct, work in progress. 81