1.1. Latar belakang Masalah gizi pada bayi mulai timbul segera

advertisement
I . PERDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Masalah
Air
Susu
gizi
Ibu
pada bayi mulai timbul
(ASI) tidak
dapat
lagi
segera
setelah
memenuhi
seluruh
kebutuhannya atau ketika bayi memerlukan makanan
ta~bahan,
yaitu pada umur 6 bulan dan berakhir sekitar umur 24 sampai
36 bulan.
Mutu dan jumlah makanan yang dikonsumsi
mempunyai
pada masa itu
arti penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi
yang makin meningkat. Makanan tambahan ini merupakan faktor
yang sangat menentukan tingkat kesehatan, perkembangan otak
dan keadaan gizi selanjutnya.
Pada
prinsipnya
makanan
bayi adalah makanan
dengan
susunan gizi yang tinggi dan lengkap, mudah dicerna,
disajikan,
daya
simpan
tinggi ,
higienis
kesehatan,
cita rasa dapat diterima, dan harganya
mudah
aman
bagi
relatif
murah agar dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Makanan bayi yang sekarang beredar di Indonesia banyak
ragam
jenisnya
antara
lain bubur susu,
bubur
serealia,
biskuit untuk bayi, nasi tim, dan lain-lain. Namun harganya
yang relatif mahal menyebabkan
seluruh lapisan masyarakat.
1
tidak dapat dijangkau
oleh
2
Bagi
masyarakat yang ekonominya lemah
akan
berupaya
untuk dapat membuat makanan bayinya sendiri. Namun
bayi
seringkali
tida~
menyebabkan
bayi
buatan sendir.i yang dihasilkan itu
diperhatikan
gizinya
sehingga
dapat
makanan
kekurangan gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Oleh
makanan
karena
itu perlu
diupayakan
cara
pembuatan
bayi dengan melibatkan berbagai sumber
~ahan
pangan setempat yang dengan mudah
mudah
pengolahannya
harganya
pangan
relatif
nabati
sehingga dapat
murah
seperti
yaitu
dapat
diolah
dengan
umbi-umbian,
daya
alam
diperoleh,
sendiri
pemanfaatan
serealia,
dan
bahan
kacang-
kacangan, dan lain-lain.
Ubi
yang
kayu (Hanihot esculenta )
cukup
berproduksi
penting
merupakan
di Indonesia
tinggi serta
yang
kaya akan
umbi-umbian
mudah
dan
karbohidrat
mampu
terutama
pati.
Namun ubi kayu mengandung asam sianida
(HCN),
yang
dalam
jumlah banyak akan bersifat racun. Oleh karena
itu,
kandungan HCN dalam ubi kayu harus dihilangkan. Salah
satu
caranya
adalah dengan fermentasi. Fermentasi ubi kayu yang
diikuti dengan p6ngeringan akan menghasilkan
gari
(tepung
ubi kayu terfermentasi).
Seperti halnya ubi kayu segar yang miskin akan protein
dan
lemak,
karena
itu,
demikian juga halnya
dengan
gari.
pemanfaatan gari sebagai makanan
bayi
diimbangi dengan pemberian protein tambahan dari luar.
Oleh
harus
3
penelitian
Dalam
sebagai
protein tambahan karena kacang-kacangan
penyumbang protein yang cukup tinggi
lemak,
kacang-kacangan
digunakan
ini
mine~al,
Kacang
disampi~g
merupakan
karbohidrat,
vitamin serta serat makanan.
hijau,
kacang
kedelai,
dan
kacang
tunggak
dipilih sebagai bahan untuk protein tambahan karena
dikonsumsi
manusia,
mempunyai
potensi
mempunyai
nilai
produksi yang
gizi
baik,
banyak
yang
dapat
baik
diproduksi
sendiri/lokal, dan harganya relatif murah.
Proses
perkecambahan
meningkatkan
nilai
pada
kacang-kacangan
gizi dan nilai cernanya
akan
karena
enzim
amilase akan mengubah pati menjadi gula.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pencampuran tepung
kecambah
bayi
pada gari akan dapat menghasilkan produk
sesuai yang diharapkan. Namun sampai saat
diteliti
sejauh
kecambah
kacang-kacangan terhadap mutu makanan
gari
ini
mana pengaruh jenis dan
yang dihasilkan.
akan
Oleh karena itu,
diteliti pengaruh berbagai
makanan
ini
belum
proporsi
dalam
jenis
tepung
bayi
dari
penelitian
dan
proporsi
tepung kecambah kacang-kacangan terhadap mutu makanan
bayi
dari gari.
1.2. 'l'ujuan penelitian
Penelitian
perlakuan
kacangan
jenis
ini bertujuan untuk mendapatkan
dan
proporsi
tepung
kombinasi
kecambah
kacang-
yang terbaik terhadap mutu makanan bayi
berbasis
tepung ubi kayu terfermentasi (gari).
Download