Kuliah 14 Diseases of Tubules and Interstitium of Kidney By: dr. Lisnawati TUBULAR NEKROSIS AKUT (ATN) ATN merupakan entitas klinis dan meski cenderung berat, penyakit ini relatif bisa disembuhkan alias reversibel. ATN ditandai dengan kerusakan sel epitel tubulus ginjal yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara akut dan akhirnya mengakibatkan gagal ginjal akut (penyebab paling sering gagal ginjal akut=ATN). Ingat oliguria (<400 mL/24 jam) merupakan gejala penting dalam ATN. Untuk pembagian secara etiologis, coba perhatikan tabel berikut ini: ATN Iskemik a. Akibat perfusi ginjal turun (hipotensi) b. Padahal, sel epitel tubulus memerlukan energi >>> untuk reabsorpsi/sekresi = berhubungan dengan fungsi pompa ion (NOTES: ingat struktur histologis sel tubulus yang banyak mengandung mitokondria di bagian basolateralnya) sehingga sangat sensitif terhadap hipoksia/anoksia c. Epitel tubulus menjadi gepeng sederhana; brush border hilang (kadang tidak mengalami nekrosis) ATN Nefrotoksik a. Sel epitel tubulus terkena jejas kimia b. Toksin cenderung target sel epitel ini karena sel-sel tersebut memiliki aktivitas reabsorpsi yang besar c. Myoglobin dan hemoglobin – nefrotoksin endogen Patogenesis ATN secara umum: Jejas sel tubulus: Iskemia gangguan fungsi dan struktural Reversibel: sel bengkak, brush border hilang, polaritas hilang, taut sel lepas Ireversibel: nekrosis dan apoptosis # Sel iskemik --> mengekspresikan ICAM-1 yang merekrut leukosit BiokimiaATP habis, akumulasi Ca intraselular, aktivasi protease (disrupsi sitoskeleton), aktivasi fosfolipase (kerusakan membran), radikal bebas, dan aktivasi kaspase Gangguan sirkulasi darah : Iskemia GFR menurun akibat perubahan hemodinamik Vasokontriksi intrarenal --> mengurangi aliran plasma ke glomerulus dan mengurangi suplai oksigen ke tubulus ginjal Mekanisme SRAA diaktifkan akibat peningkatan kadar garam (karena debris sel) endothelin >>> dan NO serta PGI2 <<< Efek langsung iskemia / toksin terhadap glomerulus adalah penurunan GFR akibat kontraksi mesangial Jadi patofisiologi dari penyakit ini dapat disimpulkan terjadi melalui: Vasokontriksi intrarenal Perubahan tonus arteriol oleh umpan balik tubuloglomerular Penurunan tekanan hidrostatik glomerulus Penurunan permeabilitas kapiler glomerulus Obstruksi tubular oleh debris sel dengan peningkatan tekanan hidrostatik kapiler postglomerulus Kebocoran kembali filtrat glomerulus menuju interstisium akibat kerusakan epitel tubulus tidak ada faktor komorbid lainnya, sel epitel tubulus akan mengalami fase penyembuhan yang ditandai dengan regenerasi dan proliferasi sel epitel. Untuk histopatologi dari ATN, bisa dibaca di slide yang memang telah dirangkum dari Robbins. Intinya: ATN Iskemia umumnya memiliki gambaran nekrosis/kerusakan jaringan yang fokal, sedangkan ATN Nefrotoksik memiliki gambaran nekrosis/kerusakan yang lebih luas atau bahkan difus. Setelah fase akut tersebut, bila Gejala klinis dari ATN: Menyebabkan gagal ginjal akut --> pasien biasanya sudah dalam kondisi ini Serum kreatinin meningkat cepat Oliguria Urinalisis: sel epitel yang berdegenerasi dan toraks granular coklat Durasi gagal ginjal tergantung faktor lain NOTES: lihat beda hasil urinalisis pada 3 penyakit di bawah ini: NEFRITIS TUBULOINTERSTISIAL Nefritis tubulointerstisial adalah reaksi inflamasi pada tubulus DAN interstisium ginjal. Artinya perubahan struktural dan fungsional terjadi di tubulus beserta interstisialnya. Jejas tubulointersitisal kronik umumnya terjadi pada penyakit-penyakit yang mempengaruhi glomerulus (vaskuler, polikistik, metabolik, dsb). Penyakit ini dapat menimbulkan nefritis tubulointerstisial sekunder. Nefritis tubulointerstisial dibagi berdasarkan kronisitasnya: Akut: Onset klinis yang jelas dan cepat Histologi: edema interstisial, infiltasi leukosit di interstisium dan tubulus, serta nekrosis tubular fokal Kronik: Infiltrasi sel mononukleus Histologi: fibrosis interstisial, atrofi tubular luas PYELONEFRITIS KRONIS Pyelonefritis kronis kelainan tubulointerstital kronis terkait dengan renal scarring dan keterlibatan calyx dan pelvis ginjal salah satu penyebab terutama ESKD dan kerusakan ginjal pada anak-anak dengan abnormalitas struktur traktus urinarius. Dua bentuk: Nefropati refluks Penyebab terumum pyelonefritis kronis gejala muncul sejak kanak-kanak. Merupakan komplikasi ISK yang terkait refluks intrarenal dan/atau vesicoureteral. Pyelonefritis obstruktif kronis Adanya infeksi berulang di tempat obstruksi reaksi inflamasi dan fibrosis berulang inflamasi kronis. Hasilnya: atrofi parenkim ginjal bisa merupakan kombinasi antara akibat inflamasi dan obstruksi itu sendiri Xanthogranulomatosa Relatif jarang ditemukan terasosiasi obstruksi dan infeksi Proteus. Karakteristik: akumulasi makrofag sel buih yang diselingi sel radang lainnya (terkadang ada sel raksasa) terlihat makroskopis sebagai nodul kuning jingga mirip kanker. MORFOLOGI Ginjal mengalami jaringan parut biasanya di daerah kutub ginjal. Jaringan parut di permukaan tersebar merata bila kedua ginjal terserang, lokasinya tidak simetris. Jaringan parut menumpangi calyx yang melebar dan menumpul terutama calyx daerah kutub ginjal refluks juga sering terjadi di sini Perubahan mikroskopis di daerah tubulointerstitium: Atrofi di sebagian tubulus dan hipertrofi/dilatasi di tubulus lainnya kompensasi Tubulus yang terdilatasi epitel memipih, terisi silinder koloidal tiroidisasi Derajat inflamasi dan fibrosis kronis yang beragam di cortexmedulla inflirtrasi sel radang di interstisium dan pus dalam tubulus Sklerosis intimal pembuluh darah di daerah sklerotik menjurus arteriosklerosis hyalin pada keadaan hipertensi MANIFESTASI KLINIS Onset insiduous Gejala: sakit pinggang, demam, pyuria, bacteriuria terkadang silent pada kasus obstruksi Onset gagal ginjal dan hipertensi gradual pada anak kecil, hipertensi biasanya ditemukan pada nefropati refluks Sering merujuk ke FSGS tanda-tanda: PROTEINURIA prognosis buruk TUBULOINTERSTISIAL NEFRITIS TERINDUKSI OBAT Tiga patogenesis obat-obat yang nefrotoksik: Memicu reaksi imunologis interstisial Memicu ARF secara langsung Menyebabkan jejas minor yang bersifat kumulatif paling berbahaya: tidak terdeteksi hingga kerusakan berat timbul co: analgesik NEFRITIS AKUT TERINDUKSI OBAT Reaksi efek samping terhadap penggunaan obat tertentu: TMP-SMX, penicillin sintetik, rifampicin, diuretik (thiazide), NSAIDs, analgesik, codeine, caffeine, dll. Risiko meningkat pada keadaan multiple drug usage. Patofisiologi terkait dengan hipersensitivitas tipe I dan tipe IV. Di sini, obat bertindak sebagai hapten berikatan dengan komponen pada sel tubular saat disekresikan dan bertindak sebagai benda imunogenik. Progres cepat (dalam ± 15 hari setelah administrasi obat) gejala: demam, eosinofilia, kemerahan di kulit, dan kelainan ginjal: haematuria, proteinuria ringan, leukocyturia. Kadar kreatinin darah bisa meningkat. Sering merujuk ke ARF. MORFOLOGI Penampakan mikroskopik oedema interstisial dan infiltrasi MN dan PMN, terutama eosinofil. Pada obat tertentu, terdapat granuloma interstisial. Glomeruli tidak terpengaruh kecuali pada kasus NSAIDs. NEFROPATI ANALGESIK Bentuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan penggunaan analgesik berlebih. Bentuk nefritis tubulointerstisial kronis dengan nekrosis papiler. Biasanya: acetaminophen, phenacetin, dan aspirin kemungkinan timbul lebih besar bila obat-obatan diminum bersama (multiple drug usage). Kerusakan bersifat reversibel bila obat diberhentikan. Urutan pengrusakan: (ASPIRIN) pengikatan pada sel penghambatan kerja sistem COX penghambatan kerja prostaglandin terganggunya fungsi vasodilatasi pembuluh darah ginjal ischemia nekrosis papiler nefritis tubulointerstisial kortikal (PHENACETIN dan ACETAMINOPHEN) kerusakan oksidatif Gejala: urin encer, sakit kepala, anaemia (kerusakan RBC akibat efek samping obat), gejala pada GI, ISK, haematuria, kolik, renal tubular acidosis urolithiasis. Sebagian kecil bisa mengarah pada carcinoma papiler. MORFOLOGI: Ginjal biasanya berukuran normal. Berbagai tingkat nekrosis, kalsifikasi, dan pelepasan jaringan dari tempatnya di papilla renalis tidak spesifik untuk kelainan ini. Nekrosis menyisakan jaringan tubular tanpa konformasi. Perubahan pada korteks atrofi tubulus, fibrosis interstisial, dan inflamasi tidak mengenai kolumna renalis Bertinii. OBSTRUKSI Penting didiagnosis secara tepat, karena meningkatkan kemungkinan ISK, urolithiasis, dan hidronefrosis. Selain itu, obstruksi mampu memicu reaksi inflamasi interstisial fibrosis. Penyebab tersering: anomali kongenital, calculi, hipertrofi prostat (pada lelaki), tumor, inflamasi, dan kelainan fungsional. Lokasi obstruksi: pelvis, ureter intrinsik, ureter ekstrinsik, kandung kemih, dan urethra. UROLITHIASIS Penyebab utama: supersaturasi urin akibat konsentrasi yang memekat. Empat tipe urolithiasis: Batu terkait kalsium (Ca(COO)2, Ca2(PO4)3) tersering ditemukan Sebagian besar penyebab tidak jelas, namun bisa terkait hiperkalsemia, hiperkalsiuria, dan terkadang terasosiasi dengan peningkatan produksi asam urat. Batu struvit/triple (magnesium ammonium fosfat) Biasa terbentuk post-infeksi bakteri pemecah urea. Ukuran besar dan memenuhi calyx batu tanduk rusa (staghorn). Batu asam urat ironis: sebagian besar idiopatik Batu cystine defek gen dalam metabolisme cystine biasa dialami penderita cystinuria