i. pendahuluan

advertisement
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Selulosa merupakan salah satu polimer yang jumlahnya sangat melimpah di
alam. Selulosa yang merupakan polimer molekul D-glukosa yang terbentuk melalui
ikatan -1,4-glikosidik, adalah komponen utama penyusun bahan tanaman dan memiliki
tingkat polimerisasi yang sangat beragam dari 1000 hingga 14000 residu glukosa.
Selulosa tidak larut di dalam air dan memiliki kemampuan yang rendah untuk menyerap
air, karena berat molekulnya dan struktur kristalinnya (Bholay et al., 2014). Dengan
jumlahnya yang cukup besar selulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk
pembuatan bahan turunan dari polimer karbohidrat dan dapat dikonversi menjadi bahan
bakar, seperti bioetanol. Proses tersebut dapat dilakukan dengan pemotongan polimer
selulosa menjadi monomernya baik secara kimiawi ataupun secara enzimatik. Secara
enzimatik, selulosa dapat dipecah menjadi unit yang lebih sederhana menggunakan
enzim selulase.
Selulase merupakan enzim yang memiliki kemampuan untuk memotong ikatan
-1,4-glikosidik pada polimer selulosa, selodekstrin, selobiosa, serta turunan selulosa
lainnya. Enzim ini tergolong ke dalam kelompok hidrolase (Sharada et al., 2013).
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam produksi selulase. Selulase
banyak dihasilkan oleh kelompok bakteri baik aerob maupun anaerob, bakteri
termofilik, jamur benang (filamentous fungi), basidiomisetes, dan aktinomisetes
(Wright, 2003). Namun diantara kelompok tersebut, kelompok bakteri merupakan
kelompok yang paling sering dieskplorasi untuk produksi selulase. Bakteri aerob
banyak menghasilkan berbagai jenis ekstraselular monomerik selulase yang dilengkapi
dengan domain binding module, sedangkan bakteri anaerob menghasilkan komplek
multi enzim ekstraselular selulase yang juga sering disebut sebagai selulosom
(Balamurugan et al., 2011).
Bakteri penghasil selulase dapat diisolasi dari berbagai lingkungan, salah
satunya adalah dari endosimbion beberapa serangga pemakan kayu atau rayap. Untuk
dapat mencerna bahan makanannya yang berupa kayu, rayap memiliki endosimbion
yang berupa kelompok bakteri penghasil selulase dalam saluran pencernaannya
(Schwarz, 2001). Salah satu bakteri selulolitik yang terdapat di dalam usus rayap adalah
1
Paenibacillus sp. (Ogawa et al., 2007). Isolat bakteri Paenibacillus sp. memiliki
kapasitas hidrolisis yang tinggi (Akaracharanya et al., 2014).
Sebelumnya telah diisolasi bakteri selulolitik Paenibacillus cellulositrophicus
SBT1 dan Paenibacillus sp. SBT8 dari rayap (Kusnadi, 2015). Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan pengujian lebih lanjut terhadap aktivitas ekstrak kasar selulase yang
dihasilkan oleh kedua isolat bakteri tersebut.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui aktivitas ekstrak kasar selulase Paenibacillus cellulositrophicus SBT1
dan Paenibacillus sp. SBT8 yang diisolasi dari usus rayap.
2. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan seperti pH, temperatur, dan keberadaan ion
logam terhadap aktivitas ekstrak kasar selulase Paenibacillus cellulositrophicus
SBT1 dan Paenibacillus sp. SBT8.
3. Kegunaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut
terhadap pemanfaatan ekstrak kasar selulase.
2
Download