BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat membutuhkan kesenian untuk hiburan dalam kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh (Koentjaraningrat 1981: 395-396) bahwa kesenian itu merupakan ekspresi hasrat manusia akan keindahan, salah satu bagiannya adalah musik. Baik itu berupa hiburan pribadi maupun hiburan yang dapat dinikmati secara bersama-sama. Hiburan itu dapat dibuat berdasarkan kebutuhan diri sendiri atau juga yang dibuat untuk orang lain. Pada awalnya hiburan yang dibuat untuk kebutuhan sendiri umumnya tertutup bagi orang lain namun belakangan sudah mulai dapat dinikmati oleh orang lain. Seperti onangonang 1, odong-odong 2, dan lain sebagainya yang pada umumnya bersifat tradisional. Sedangkan hiburan yang dibuat untuk dinikmai bersama-sama adalah berbagai macam hiburan yang tumbuh dan berkembang dizaman modern ini. Seperti pertunjukan live musik, tari, film, olahraga dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, kondisi di atas dapat bertolak belakang kejadiannya. Ada hiburan yang memang disajikan untuk umum dapat pula menjadi hiburan yang tertutup untuk golongan atau kelompok tertentu. 1 Sejenis kesenian vocal yang disajikan oleh seorang laki-laki secara solo untuk mengungkapkan perasaan hatinya.Berasal dari suku Mandailing dan Angkola (wawancara dengan bapak Ridwan atau Ucok, seorang musisi tradisional Mandailing dan Angkola). 2 Nyanyian lament yang disajikan oleh seorang penyadap kemenyan pada suku Pakpak di Dairi. Universitas Sumatera Utara Pertunjukan musik keyboard merupakkan salah satu pertunjukan yang dibuat untuk dapat dinikmati secara bersama-sama. Pertunjukan ini dibuat oleh masyarakat untuk menghibur orang-orang atas dasar ucapan terimakasih maupun memang dibuat sebagai sekedar hiburan atau juga perayaan bersama. Sama halnya seperti pertunjukan-pertunjukan keyboard yang ada di Sumatera Utara, pertunjukan keyboard erotis ini juga relatif sama. Namun ada bagian-bagian yang benar-benar berbeda baik dari segi pertunjukannya maupun suasana yang terjadi pada saat pertunjukan itu berlangsung Hal ini hanya dapat dilihat apabila kita mau mengikuti pertunjukan ini secara teliti, sabar dan menyeluruh dalam arti melihat secara detail dari awal sampai akhir pertunjukan hingga benar-benar berakhir. Banyak fenomena yang terjadi selama berlangsungnya pertunjukan ini, mulai awal pelaksanaan, hingga berakhirnya pertunjukan itu. Terutama suasana erotis yang begitu terasa dalam pertunjukan Keyboard erotis ini. Namun suasana seperti yang terjadi itu tidak didapati pada pertunjukan lain ataupun acara-acara lain yang menggunakan hiburan sejenisnya. Ini terjadi di desa-desa Kecamatan Bandar Pasir (BP) Mandoge Kabupaten Asahan Sumatera Utara, lagi pula dengan pertunjukan itu, para pengusaha keyboard mendapatkan banyak setoran, pemain keyboard dan biduan mendapatkan popularitas dan mendapat bayaran lebih besar dari harga yang mereka tetapkan. Hal yang paling penting yang membuat pertunjukan ini berbeda dengan pertunjukan keyboard lain adalah suasana erotis 3 yang terjadi di atas panggung dan sekitar panggung pertunjukan. 3 Kata erotis menurut Kamus Besar Besar bahasa Indonesia berasal dari kata erotic yang artinya mempengaruhi ataupun yang sifatnya menimbulkan gairah, baik itu gairah berjoget, gairah bernyanyi, Universitas Sumatera Utara Kata erotis menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata erotic yang artinya mempengaruhi ataupun yang sifatnya menimbulkan gairah, baik itu gairah berjoget, gairah bernyanyi dan yang paling sering muncul adalah gairah seksual. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah seorang biduan wanita yang tampil bernyanyi dan bergoyang di atas penggung. Menurut pengamatan penulis, pertunjukan keyboard erotis adalah sutu jenis pertunjukan musik yang fungsinya sebagai hiburan yang disajkan dengan iringan alat musik keyboard, dimana satu sampai empat orang biduan wanita membawakan lagu sambil menari dengan penuh gairah, sehingga dia dapat mempengaruhi emosi dan gairah penonton. Suasana erotis dapat dirasakan dari kata-kata yang diucapkan oleh biduan, busana yang dikenakan, dan juga tingkahlaku biduan di atas pangggung. Dalam pertunjukan itu para biduan menggunakan busana yang minim 4. Ketika interlude (musik tengah) lagu berlangsung para biduan itu dapat saja menari dengan sangat panas 5 sambil menggoda para penonton yang pada umumnya laki-laki. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan BP Mandoge sebagai tempat pertunjukan keyboard erotis ini dilakukan, sebagian besar adalah petani dan karyawan perkebunan di samping pegawai dan wiraswasta. Di daerah ini terdapat beberapa perusahaan perkebunan, seperti PTPN III, PTPN IV, PT Bakrie Sumatera Plantions dan beberapa perkebunan swasta lainnya. Perusahaan perkebunan ini pada dan yang paling sering muncul adalah gairah seksual. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah seorang biduan wanita yang tampil di atas panggung. 4 Pakaian dengan celana pendek ketat, baju ketat dan pendek sehingga bagaian atas dada dan perut terlihat. Pakain ini juga biasanya akan sangat mudah dibuka. 5 Gerakan menari dengan goyangan pinggul yang berlebihan, jongkok dengan kaki terbuka (mengangkang)menghadap penonton, duduk membelai tangan penonton dan gerakan setengan kayang kehadapan penonton, lebih menampilkan bagian tubuh sensitif seperti payudara, pinggul, pusar dan lain sebagainya ke arah penonton agar disentuh. Universitas Sumatera Utara umumnya mengelola tanaman kelapa sawit dan karet. Namun terdapat juga masyarakat yang tinggal di luar perkebunan yang berprofesi sebagai petani, mereka mengelola tanah sendiri, membuat perkebunan kelapa sawit pribadi dan membuat usaha Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Keadaan ekonomi dan faktor gengsi antar budaya membuat setiap masyarakatnya gemar membuat acara pesta. Setiap upacara-upacara yang tergolong besar dan penting pada masyarakat di Asahan khususnya di Kecamatan BP Mandoge biasanya akan membuat pertunjukan pada malam harinya setelah acara pesta itu berakhir, yang disebut sebagai acara hiburan. Pertunjukan itu biasanya diadakan pada saat acara hajatan pesta perkawinan, khitanan atau sunat, ulang tahun, perayaan hari-hari besar nasional, serta memasuki rumah baru. Hal ini terjadi dikalangan masyarakat Batak Toba, Simalungun, Jawa, Melayu, Karo, Mandailing, Banjar 6 dan sebagainya, yang semuanya hidup berdampingan dengan alkulturasi budaya yang semakin kental Hiburan disini dimaksudkan untuk menghibur para undangan yang datang pada malam hari dan juga dimaksudkan umtuk menghibur orang-orang yang bekerja seharian untuk acara itu. Jenis-jenis hiburan biasanya beragam, pada siangnya diadakan acara adat menurut sukunya masing-masing (suku Jawa akan menampilkan kesenian maupun musik Jawa, suku Batak Toba akan menampilkan musik Batak Toba dan lain sebagainya). Pada malamnya diadakan pertunjukan keyboard. Pada awalnya grup keyboard yang banyak diundang, hingga banyak grup keyboard yang muncul, maka timbullah persaingan untuk mendapatkan undangan yang lebih banyak. 6 Suku-suku dari luar Sumatera yang masuk ke Kecamatan BP Mandoge pada saat pembukaan perkenunan kelapa sawit oleh pemerintah (wawancara dengan Bapak Sarum Manurung). Universitas Sumatera Utara Bagaimana cara untuk tampil baik didepan masyarakat hingga nantinya banyak undangan-undangan lain yang datang, merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya grup keyboard yang erotis. Adapula faktor dari pengaruh grup keyboard erotis yang lebih dahulu muncul dari luar Asahan. Namun ada juga faktor kebosanan penonton atau penyewa dengan jenis pertunjukan keyboard biasa, hingga orang-orang ingin mencari suatu hal yang baru. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, grup keyboard erotis ini muncul dan diekspos pada tahun 90-an, namun belum ada informasi yang pasti kapan dan dimana awal munculnya grup musik keyboard seperti ini. Menurut penelitian penulis, grup- grup musik seperti ini muncul pertama kali di Sumatera Utara tepatnya di daerah Sei Rampah, Deli Serdang (sekarang Serdang Bedagai) kira-kira pada tahun 1997 dan kemudian banyak grup-grup keyboard seperti ini datang menyerbu pestapesta pada masyarakat Asahan. Grup-grup keyboard erotis yang cukup popular pada masyarakat Sumatera Utara antara lain Dian Nova (Sei Rampah), Maklampir (Tebing Tinggi), Pelangi (Kisaran), Citra Electon (Perdagangan) dan lain-lain. Namun perlu diketahui, menurut Nungki Kusumastuti, bahwa “fenomena tarian erotis di Indonesia telah ada sejak dahulu, seperti pada tarian ronggeng, ketuk tilu, ataupun tayub. Itu telah ada sejak dulu dan itu tidak bisa dibuang karena banyak masyarakat yang menggemarinya” 7. Pada tahun 2000-an di Asahan mulai muncul satu group keyboard erotis yang bernama Rini Jaya keyboard, beralamat di jalan besar Sei Silau Desa Sombahuta 7 Dalam Ronggeng dan Dogger Perbedaan dalam Sejenis, Pikiran Rakyat : Jakarta 2003). Universitas Sumatera Utara Kec. Buntu Pane Kab. Asahan. Para peminat ataupun pendukung dari grup keyboard ini mengenal Rini jaya dengan sebutan RJ. Hampir tidak ada anak muda dan orangorang tua gaul yang tidak kenal dengan RJ. Pada awalnya group keyboard ini tampil seperti keyboard biasa, namun tahun berikutnya mereka mulai kebanjiran jadwal manggung pada acara-acara hajatan di kampung-kampung. Rupanya grup keyboard Rini Jaya sudah menjadi idola di masyarakat Asahan khususnya kaum muda. Setiap penampilanya, Rini Jaya selalu dihadiri oleh penonton yang ramai. Pada umumnya setiap grup keyboard selalu membawakan lagu-lagu dangdut, ini sesuai dengan selera para penonton yang begitu antusias dengan musik dangdut. Seperti yang dikatakan M. Takari : “Dangdut bukan lagi merupakan tontonan masyarakat kelas bawah, tetapi dangdut sudah menjadi tontonan masyarakat yang luas, yang sudah mencacup semua ekonomi, seperti orang kaya dan golongan atas’’. Acara hiburan pesta biasanya berlangsung pada sabtu malam (malam minggu) dan juga minggu malam (malam senin). Namun banyak pertunjukan RJ diluar harihari tersebut yang tidak kalah serunya dengan malam minggu dan malam senin, namun penulis mengkhususkan pada dua malam ini saja. Acara hiburan pesta atau hajatan dimulai pada pukul 20.00 sampai 20.30 WIB. Pertunjukan dilakukan di atas panggung berukuran kurang lebih 4x6m, dengan tinggi kurang lebih 1m, ada tiga sampai empat biduan wanita yang tampil bergantian membawakan masing-masing dua atau tiga lagu. Lagu yang dibawakkan beragam, seperti lagu dangdut, lagu tradisional, dan lagu pop Indonesia yang dibawakan dengan irama dangdut. Pada waktu-waktu seperti ini penonton biasanya terdiri dari Universitas Sumatera Utara kaum ibu-ibu, anak gadis, anak-anak serta beberapa anak lajang 8 yang berdiri dan duduk di sekitar panggung. Ada beberapa anak lajang yang duduk jauh dari panggung sambil menikmati alunan musik sembari minum 9. Sementara banyak orang-orang yang sekedar duduk-duduk di warung sekitar acara pesta, banyak anak-anak muda yang berpacaran di tempat-tempat sepi di seketar pesta, ada juga yang duduk di tempat penjual minum-minuman keras yang banyak bertebar di sekitar acara pesta. Namun, dominan kaum laki-laki berkumpul di tempal permainan judi kopiok 10 yang berada tidak jauh dari lokasi acara pesta. Di tempat ini berkumpul secara massal puluhan hingga ratusan orang laki-laki yang terdiri dari orang tua dan anak lajang. Pemandangan seperti ini berlangsung hingga pukul 23.00 WIB. Mulai pukul 23.00 WIB ini banyak anak-anak yang mulai pulang, para ibuibu pun mulai mengantuk kemudian bergegas pulang. Satu-persatu orang-orang yang tadinya berada jauh dari panggung mulai berdatangan ke dekat panggung. Banyak para gadis yang risih dengan kedatangan orang-orang ini, karena selain jahil dan suka menggoda, orang-orang ini pun umumnya sudah berbau minuman keras. Makin larut malam makin banyak laki-laki yang merapat ke panggung. Perlahan-lahan mereka ini menggeser posisi orang-orang yang sejak tadi berada di dekat panggung. Kira-kira pukul 00.00 WIB, para biduan menyanyikan lagu-lagu perpisahan, biasanya lagu Mbiring Manggis dari Karo yang dinyanyikan secara bersama-sama oleh semua biduan. Selesai lagu ini para biduan masuk ke dalam rumah si pembuat 8 Laki-laki muda atau yang belum menikah dengan usia 17 tahun ke atas. Identik dengan kegiatan meminum minuman keras seperti vodka, mansion,anggur merah, topi miring dan lain sebagainya sambil berkumpul-kumpul. 10 Sejenis pemainan judi dengan menggunakan tiga buah dadu sebagai tebakan. 9 Universitas Sumatera Utara hajatan atau pesta, para rodes atau kru 11 menggulung beberapa kabel. Pada saat ini digunakan waktu sebagai istirahat bagi para biduan dan pemain keyboard. Mereka menunggu apakah ada “siraman” 12 lagi untuk tambahan waktu. Pada saat inilah akan muncul dengan sendirinya inisiatif dari orang-orang yang dianggap berpengaruh dan banyak duit di tempat itu, seperti “mafia-mafia sawit” 13, pemuda setempat atau yang lain menemui pihak grup keyboard, untuk memberikan siraman. Biasanya pihak pembuat hajatan menolak untuk memberikan tambahan waktu dengan alas an jadwalnya hanya sampai tengah malam dan masalah keamanan. Namun, makin banyak orang yang datang untuk bernegosiasi, pihak tuan rumah akan semakin melunak dengan janji keamanan dijamin. Kabel-kabel yang tadinya sudah dibuka sekarang dipasang kembali. Besarnya siraman yang didapatkan oleh pihak grup keyboard sebanyak Rp100.000-150.000 tiap jamnya. Uang ini akan menjadi uang tambahan yang didapat oleh para pemain keyboard, kru dan biduan itu sendiri, disamping gaji pokok yang akan mereka terima dari pembuat hajatan. Sewa sampai tengah malam biasanya antara Rp700.000 sampai Rp1.500.000, tergantung sejauh mana hubungan antara pengusaha keyboard dengan pembuat hajatan. Faktor lain yang menentukan harga adalah jauh dekatnya lokasi pertunjukan, makin jauh lokasi pertunjukannya makin mahal juga harganya. 11 Para petugas sound sistem bagain dari anggota grup keyboard. Sejumlah uang tambahan yang diberikan kepada pihak grup keyboard untuk bayaran penambahan waktu. 13 Orang-orang berpengaruh yang menjalankan bisnis jual beli kelapa sawit, baik kelapa sawit yang didapat secara legal mauupun ilegal. 12 Universitas Sumatera Utara Pada saat negosiasi ini adalah saat yang membosankan bagi penonton yang tidak tahu sebernarnya kelebihan dari pertunjukan keyboard erotis, hingga banyak dari mereka yang pulang. Setelah selesai negosisasi dan istirahat, satu-persatu biduan kembali ke panggung, begitu bunyi keyboard terdengar, spontan penonton langsung berlomba merapat ke panggung, makin rapat makin bagus. Para biduan mulai bergoyang di panggung dengan gerakan-gerakan yang tidak biasanya. Mereka sesekali berkomunikasi dengan penonton. Interaksi ini bisa berupa rayuan atau godaan manja. Seperti dengan mengganti teks lagu dengan dengan katakata yang menggoda. Contohnya “bang mandor paling ganteng” diganti dengan “bang Kamal paling ganteng” atau juga dengan nama-nama orang yang dianggap berpengaruh dan hadir di tempat itu dimana kesan yang ditimbulkan adalah memuji orang itu. Pada saat biduan bergoyang di atas panggung, penonton dapat saja memberikan “saweran” 14 kepada biduan. Dengan saweran yang diberikan ini para penonton dapat saja meminta kepada biduan untuk melakukan beberapa hal, seperti membuka pakaian bagian atas, atau pakaian bagian bawah, atau dapat juga kedua bagian dari pakaian itu sekaligus. Hal ini dapat berlangsung tergantung besarnya saweran, dan juga mood 15 si biduan. Tingkah biduan di atas panggung juga dapat berupa gerakan-gerakan seolah-olah ingin membuka pakainnya, memasukan microphon kedalam belahan dadanya atau juga ke dalam celananya. Perilaku seperti 14 Sejumlah uang yang diberikan penonton kepada biduan melalui belahan dada atau kedalam celana si biduan. 15 Keadaan emosi sibiduan, sedang semangat atau tidak. Terkadang mood ini juga dipengaruhi oleh minuman keras. Universitas Sumatera Utara ini dilakukan untuk menarik perhatian penonton hingga tidak segan-segan untuk memberikan saweran kepada biduan yang jumlahnya berkisar antara Rp 5000 sampai Rp100.000. Yanti Heryati : Figur penari adalah figur yang ditonton. Tak dapat dipungkiri salah satu objek yang menarik adalah tubuh sebagai alat untuk menari. Dalam masyarakat tontonan tubuh sebagai suatu komuditas tontonan yang mempunyai peran sentral. (Citra Penari perempuan, Pikiran Rakyat ; jakarta. 2004) Dalam pertunjukan yang diselingi taria-tarian erotis ini, biduan kebanyakan membawakan lagu-lagu dangdut dengan irama dan tempo cepat, ada juga lagu-lagu pop Indonesia yang dibawakan dengan irama dangdut. Namun yang menarik bukanlah dari suara yang ditampilkan biduan, yang penting bagaimana musik itu mampu membuat si biduan bergoyang dengan sangat erotis sehingga membuat para penonton terhanyut dalam suasana. Lagu-lagu dangdut yang umumnya berdurasi 5-7 menit, dalam pertunjukan ini bisa mencapai durasi 10-15 menit tiap lagunya, dengan catatan intro (musik pengantar dalam sebuah lagu) dan interlude lagu yang lebih panjang. Pertunjukan ini paling lama berlangsung sampai pukul 05.00 WIB, dapat juga berakhir lebih cepat pada saat para penonton sudah tidak ada lagi yang memberikan “saweran”, para penonton sudah kehabisan uang dan juga para biduan sudah kelelahan. Namun perlu diketahui, bahwa tidak semua acara berjalan sesuai alur yang telah dijelaskan di atas. Seringnya timbul berbagai permasalahan pada acara pertunjukan keyboard sering menghambat pertunjukan ini sendiri. Seperti terjadinya kerusuhan, perkelahian, dan tidak adanya orang-orang yang mau memberikan Universitas Sumatera Utara “siraman”. Hal ini menyebabkan seringnya pertunjukan keyboard berakhir sebelum waktu yang ditentukan, dan juga berakhir sesuai waktu yang ditentukan oleh pembuat hajatan tanpa ada waktu tambahan. Akibat semakin ketatnya pengawasan dari aparan Kepolisian yang mempunyai program-program pemberantasan judi, premanisme dan berbagai macam penyakit masyrakat, pertunjukan keyboard erotis juga sudah semakin sulit ditemukan. Masih ada, tetapi pertunjukannya tidak bisa diduga-duga. Karena pernah terjadi penangkapan terhadap dua orang biduan keyboard Riny Jaya. Artinya pertunjukan keyboard erotis ini dilakukan di tempat-tempat terpencil yang sudah tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum. Kalaupun itu dilakukan di tempat terjangkau, berarti ditempat itu sudah relatif “aman”. 1.2 Pokok Permasalahan Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah : 1) Apa faktor yang mempengaruhi munculnya grup keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge? 2) Bagaimana eksistensi dan fenomena yang terjadi ketika pertunjukan keyboard erotis berlangsung, terutama peran biduan menyangkut perilaku musikal dalam pertunjukan keyboard erotis? Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan 1) Untuk mengetahui apa faktor yang mempengaruhi munculnya grup-grup keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge. 2) Untuk mengetahui penyebab grup keyboard erotis dapat eksis di Kecamatan BP mandoge. 3) Untuk mendeskripsikan bagaimana fenomena yang terjadi dan peranan seorang biduan dalam pertunjukan keyboard erotis pada masyarakat BP Mandoge Kabupaten Asahan. 4) Untuk mengetahui perilaku-perilaku musikal yang dilakukan oleh biduan di atas penggung, yang dapat mempengaruhi penonton dalam pertunjukan keyboard erotis. 1.3.2 Manfaat 1) Sebagai bahan dokumentasi yang menguak cerita dalam masyarakat tentang keyboard erotis di Kecmamatan BP Mandoge Kabupaten Asahan. 2) Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan eksistensi keyboard erotis. 3) Merupakan suatu cara untuk memahami dengan objektif suatu kebudayaan yang dianggap buruk oleh sebagian masyarakat, tetapi dapat eksis di suatu daerah. Universitas Sumatera Utara 4) Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama Studi di departemen Etnomusikologi fakultas Sastra Universitas sumatera Utara. 1.4. Konsep dan Teori 1.4.1. Konsep Konsep adalah suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan (Mardalis,2003;46). Kata studi berasal dari bahasa Inggris yaitu study yang berarti proses belajar atau pembelajaran. Deskriptif adalah menceritakan atau menggambarkan apa adanya (Depdikbud 1990;201). Peran adalah tugas utama yang harus dilakukan. Biduan adalah seorang penyanyi baik pria maupun wanita yang diiringi musik (Kamus besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005). Namun pada konteks ini biduan yang dibicarakan adalah biduan wanita. Karena biduan wanitalah yang selalu tampil di panggung yang berperan untuk melakukan pertunjukan nyanyian dan tarian dalam pertunjukan keyboard erotis. Menurut Murgianto (1996;156) kata seni pertunjukan (pertunjukan budaya) secara umum memiliki arti tontonan yang bernilai seni, seperti drama, tari, musik yang disajikan secara khusus di depan penonton. Pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang silakukan oleh satu orang atau lebih pengirim pesan, yang merasa berperan kepada seseorang atau lebih sebagai penerima pesan. Komunikasi itu terjadi jika pengirim pesan dalam pertunjukannya mempunyai maksud dan tujuan sedangkan Universitas Sumatera Utara penonton memiliki perhatian untuk menerima pesan. Dalam sebuah pertunjukan harus ada penyaji, penonton, pesan yang dikirim, dan cara penyampaian pesan yang khas. Mediumnya boleh auditif visual atau hubungan keduanya, gerak laku, secara multimedia dan sebagainya 16. Sehubungan dengan konsep di atas, bahwa pertunjukan keyboard dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan yang memiliki komunikasi antara penyaji (dalam hal ini biduan) dan penonton. Seperti dari segi suara lagunya, kalimat-kalimat yang diucapkannya, gerakan tubuhnya atau gabungan dari ketiganya. Dalam Ensiklopedi Musik jilid I (1992;285) dijelaskan bahwa keyboard adalah instrument dengan satu susunan kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan bunyi, antara bunyi piano, organ, klvicord, harpsichord. Keyboard yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu alat musik yang berbentuk Key yang dapat menghasilkan berbagai bunyi atau suara alat musik, ritem, jenis-jenis musik dengan menggunakan program yang ada. Namun pada konteks pertunjukan keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge ini, kata keyboard tidak dipisahkan dengan pertunjukan. Jadi pertunjukan keyboard adalah seni pertunjukan yang memiliki komunikasi antara penonton (audiens) dengan penyaji (pemain keyboard dan biduan) yang dikirim secara khas, dimana pengalaman bersama antara audiens dan penyaji saling berhubungan dalam waktu dan secara teknis mengikuti pola-pola yang berulang-ulang tersebut mencakup unsur-unsur yang berupa permainan musik , gaya bernyanyi dan jenis-jenis lagu yang ditampilkan. 16 Dalam Dermawan P.B.P analisis pertunjukan musik keyboard dalam upacara perkawinan adat Batak Toba di desa Pematang Bandar Kabupaten Simalungun, (studi kasus Artha Musik). Skripsi sarjana, Etnomusikologi Fakultas Sastra. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka (2005), erotis adalah suatu keadaan yang berkenaan dengan sensasi seks yang menimbulkan rangsangan yang bersifat merangsang nafsu birahi. Dengan suasana yang ditampilkan oleh biduan ini, para biduan mengendalikan pertunjukan. Pada saat inilah para biduan mempermainkan emosi penonton, mendapatkan saweran sebanyak-banyaknya, membuat para penonton betah mengikuti pertunjukan hingga selesai, dan juga para biduan akan merasakan kepuasan tersendiri ketika banyak penonton yang antusias dengan apa yang dilakukannya di atas pangggung. Istilah erotis ini dibuat oleh penulis berdasarkan pengamatan dan penelitian penulis selama mengikuti perkembangan pertunjukan ini. Namun ada beberapa istilah yang dikenal dalam masyarakat terhadap grup keyboard erotis, yaitu : keyboard Porno, keyboard Bongkar , keyboard Panas dan lain sebaginya, namun dalam penyajiannya tetap sama. 1.4.2. Teori Untuk membahas tentang studi deskriptif dan peranan biduan dalam pertunjukan keyboard erotis, penulis menggunakan beberapa teori. Diantaranya teori Use and Function yang dikemukakan oleh A.P. Merriam. Menurut Merriam ada sepuluh fungsi utama musik dalam kebudayaan manusia di dunia ini, yaitu : (1) fungsi sebagai pengungkapan emosional, (2) fungsi sebagai penghayatan estetis, (3) fungsi sebagai hiburan, (4) fungsi sebagai perlambang, (5) fungsi sebagai peralatan hidup dan teknologi, (6) fungsi sebagai pengesahan lembaga sosial, (7) fungsi sebagai reaksi jasmani, (8) fungsi sebagai norma sosial, (9) fungsi sebagai kesinambungan budaya, (10) fungsi sebagai pengintegrasian antar masyarakat. Berdasarkan fungsi Universitas Sumatera Utara musik yang dikemukakan Merriam ini, maka studi deskriptif dan peran biduan dalam pertunjukan keyboard erotis adalah sebagai hiburan, komunikasi, reaksi jasmani dan norma-norma sosial. Untuk menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya mengapa masyarakat dapat menerima hal-hal yang dianggap tidak wajar, dalam hal ini pertunjukan keyboard erotis, penulis menggunakan teori evolusi (perubahan yang berjalan dengan proses yang sangat lambat), difusi (persebaran kebudayaan dari suatu tempat ke tempat yang lain) dan alkulturasi (percampuran antara dua atau lebih kebudayaan sehingga menghasilkan satu kebudayaan yang baru, dimana unsur-unsur dari kebudayaan induknya masih bisa terlihat), yaitu terjadinya persebaran kebudayaan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lainnya, terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa unsur-unsur kebudayaan yang dikembangkan oleh suku bangsa di tempat lain. Dalam hal ini, contohnya keyboard erotis. Hal ini dianggap penulis sebagai pengadopsian budaya, seperti dari ronggeng, tayub, dan tarian striptease. Kemudian penulis juga menggunakan teori perilaku sosial dalam masyarakat, dalam hubungan perilaku penonton dan biduan di atas panggung. Penulis menggunakan teori kognitif kontemporer yaitu memandang manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, mengalihkan, informasi. Secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui struktur kognitif (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Scnwable, 1990 ; Fiske dan Taylor, 1991, 4). Universitas Sumatera Utara Pertunjukan keyboard erotis merupakan hal yang tidak wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dikatakan adanya perilaku menyimpang yang dianut oleh para biduan maupun pertunjukan keyboard erotis ini. Untuk itu, penulis menggunakan teori perilaku menyimpang. Robert M.Z Lawang, yang mengatakan perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial. Selain itu, penulis juga menggunakan teori perilaku menyimpang oleh Edwin M. Lemert dengan Labeling Theory. Menurutnya seseorang menjadi penyimpang karena adanya proses labeling (pemberian julukan, cap, etiket, atau merek) yang diberikan masyarakat kepadanya. Contohnya, apabila seseorang dianggap telah sering melakukan meresahkan masyarakat seperti meminum minuman keras, main judi dan lain sebagainya, maka orang itu tidak akan janggal lagi melakukan perbuatan-perbuatan yang meresahkan masyarakat itu. Selain itu, untuk mengkaji kebudayaan masyarakat di Kec BP Mandoge, penulis menggunakan teori pembagian tujuh unsur kebudayaan universal yang dikemukakan oleh C. Kluckhon dalam Soekanto (1992:213) yaitu : sistem mata pencaharian, peralatan dan perlengkapan hidup manusia, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan religi. Dalam teori ini peranan biduan dalam pertunjukan musik keyboard erotis dapat dikategorikan sebagai kesenian, dan sistem mata pencaharian. Dalam kehidupannya individu dalam suatu masyarakat melakukan aktivitasaktivitas, menghasilkan karya, juga menghasilkan berbagai cita-cita pandangan, anggapan dan sebagainya tentang kalakuannya dan hasil karyanya. Aktivitas itu sendiri berasal dari saling berhubungan antar kelompok-kelompok atau individu Universitas Sumatera Utara dengan kelompok. Satu gerak kebudayaan dan masyarakat yang terjadi karena hubungan-hubungan tadi disebut dinamika sosial (Koentjaraningrat, 1974:127). Bagaimana seorang biduan menilai dirinya sendiri terhadap masyarakat, dan masyarakat menilai dirinya dengan inovasi yang telah dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat itu juga. Untuk melihat unsur-unsur erotis dalam pertunjukan keyboard erotis ini, penulis menggunakan teori Hary Zegner, yang mengatakan bahwa daya tarik erotis wanita nomor satu pada kaum Adam terletak pada payudaranya. Sedangkan bagian tubuh wanita yang mengundang gairah erotis kaum pria setelah payudara adalah pinggul. 1.5. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis mengadakan : 1) Penelitian lapangan. Dengan cara mengikuti berbagai pertunjukan keyboard erotis, melakukan wawancara kepada para pelaku pertunjukan seperti biduan, pemain keyboard, para rodes atau kru, pengusaha keyboard dan juga penonton. 2) Kerja laboratorium, 3) Studi kepustakaan. 1.5.1 Penelitian lapangan Dalam penelitian lapangan, penulis melakukan beberapa hal yang begitu sering dilakukan diantaranya : 1) Observasi, terlibat dalam pertunjukan, tanpa memposisikan diri sebagai pelaku pertunjukan, sering menyaksikan berlangsungnya Universitas Sumatera Utara pertunjukan dari awal sampai akhir. Hal ini berguna untuk mengenal dengan baik dan lebih jauh lagi jalannya pertunjukan dan aspek-aspek yang terkandung didalamnya. 2) Wawancara, wawancara terfokus dan wawancara bebas. Wawancara terfokus dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih kaya dan tidak membosankan atau membuat kaku suasana antara penulis dan informan. Sedangkan wawancara bebas dilakukan secara tidak terfokus, tetapi mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian lapangan ini, penulis berhubungan langsung dengan informan kunci yaitu, pemain keyboard, para biduan, rodes dan juga para pengusaha keyboard. Penulis mengadakan berkenalan, ngorol, wawancara dan semampu mungkin untuk menjalin hubungan emosional kepada para informan ini agar penelitian ini berjalan lancar. Penulis berusaha meyakinkan kalau penulis adalah teman baik mereka yang mampu membawakan diri kedalam lingkungan mereka. Dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan alat tulis dalam wawancara. Setiap pembicaraan yang memberikan informasi penting segera mungkin dicatat, namun tidak pada saat wawancara atau ngorol berlangsung, tetapi pada saat kita tidak mengobrol lagi atau ada pembicaraan singkat dari informan kepada orang lain dalam dokumentasi penulis menggunakan kamera Hand phone Nokia N70 dengan Resolusi (ketajaman gambar) 2 mega pixel. 1.5.2 Kerja laboratorium Kerja laboratorium disebut juga analisis yang merupakan pengolahan data yang diperoleh dari kerja lapangan, setelah pengolahan data dianalisis kemudian Universitas Sumatera Utara disusun secara sistematis sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini penulis mengumpulkan data-data yang didapat dari lapangan, kemudian memilih data-data yang relevan dengan penulisan ini. 1.5.3 Studi kepustakaan (library research) Studi kepustakaan dilakukan penulis untuk memperoleh data tambahan di luar data lapangan, baik berupa konsep-konsep dan teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan juga dalam pembahasan serta penulisan. Sebelum memulai penulisan ini, penulis terlebih dahulu membaca beberapa literatur yang berkaitan dengan pertunjukan keyboard. Tulisan ini berbeda dari dua tulisan yang telah dibuat sebelumnya di departemen Etnomusikologi, diantaranya : Skripsi sarjana oleh Dermawa P.B.P yang berjudul Analisis Pertunjukan Musik Keyboard Dalam Upacara Perkawinan Adat Batak Toba di Desa Pematang Bandar Kabupaten Simalungun, (studi kasus Artha Musik). Dalam tulisan ini Dermawan membahas bagaimana fungsi musik keyboard dalam mengiringi upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Dalam pertunjukan ini sudah memasukkan unsureunsur dari musik tradisional ke dalam musik keyboard, seperti alat musik suling, taganing dan lain sebagainya. Yang kedua, tulisan ini juga berbeda dengan tulisan yang dibuat oleh Murni Eva Marlina, yang berjudul Studi deskriptif pertunjukan keyboard Nian Entertainment dalam pesta pernikahan dalam kebudayaan masyarakat Jawa di desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dalam tulisan Universitas Sumatera Utara ini Murni hanya membahas bagaimana jalannya pertunjukan yang dikelola oleh nian entertainment pada masyarakat Jawa yang ada di Bandar Khalipah. Sedangkan dalam tulisan Studi deskriptif dan peran biduan dalam pertunjukan keyboard erotis di Kecamatan BP Mandoge ini, akan dijelaskan bagaimana salah satu grup keyboard ini menyajikan suatu pertunjukan yang lebih vulgar. Adanya suasana erotis yang lebih sering muncul, dan juga adanya interaksi antara biduan dan penonton yang sifatnya mengarah kepada perlakuan yang tidak biasa dalam pertunjukan keyboard yang dibahas oleh kedua tulisan di atas. Melihat penyajian dan pembahasan topik yang ditampilkan, tulisan ini benarbenar berbeda dengan dua tulisan yang sudah lebih dahulu dibuat itu. 1.6 Menentukan Lokasi Penelitian dan pemilihan informan Lokasi penelitian dipilih di beberapa desa di Kecamatan BP Mandoge Kabupaten Asahan. Karena di daerah ini sering dipertunjukan hiburan keyboard erotis ini. Namun masih banyak ditempat-tempat lain di Kabupaten Asahan yang sering berlangsung pertunjukan sejenis ini. Ada beberapa faktor mengapa daerah ini dipilih oleh penulis, diantaranya : adanya informan yang sudah didapat oleh penulis di daerah ini yang senantiasa membantu penulis, adanya hubungan emosional antara penulis dengan warga masyarakat di Kecamatan BP Mandoge, jadi relatif aman ketika terjun langsung kelapangan (karena tidak jarang ketika pertunjukan ini berlangsung terjadi berbagai kerusuhan yang dapat menelan korban siapa saja), dan juga lokasi penelitian sangat memungkinkan untuk dapat dijangkau oleh penulis. Grup Riny Jaya Keyboard merupakan salah satu grup keyboard yang paling eksis dan Universitas Sumatera Utara juga mempunyai nama yang dikenal dalam pertunjukan keyboard erotis juga paling mempunyai pengalaman. Riny jaya keyboard juga grup keyboard yang paling sering tampil di desa-desa Kecamatan BP Mandoge. Universitas Sumatera Utara