PENGARUH HEALTH EDUCATION DALAM DISCHARGE PLANNING TERHADAP SELF EFFICACY PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD KRT SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO Siti Nur Farida *) Ns.Eko Susilo, S.Kep., M.Kep. **), Ns. Trimawati, S.Kep., Ns, M.Kep. **) *) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Latar Belakang: Self efficacy merupakan hal yang sangat penting bagi penderita DM. Self efficacy dipengaruhi oleh self knowledge melalui health education. Health education adalah kegiatan pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan untuk membantu pasien yang membutuhkan bantuan dalam mengelola penurunan kondisi DM yang memerlukan perawatan dirumah. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pasien diabetes mellitus di RSUD Krt. Setjonegoro Wonosobo. Metode: Design dalam penelitian ini menggunakan Quasi Experimental, dengan rancangan Pre-post Test Control Group designs. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 30 responden, menggunakan tekhnik consecutive sampling. Instrumen yang digunakan yakni kuesioner DMSES dan panduan health education dalam discharge planning. Uji statistic yang digunakan yakni uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan dan Mann Whitneyy untuk mengetahui pengaruh. Hasil: Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pasien diabetes mellitus dengan p-value <0,001 (α=0,05). Berdasarkan penelitian ini, diharapkan care giver melakukan health education dalam discharge planning untuk meningkatkan self efficacy pada penderita penyakit kronis, salah satunya penderita diabetes mellitus. Kata Kunci : Self efficacy, health education, discharge planning, Diabetes Melitus Kepustakaan : 25 (2006 – 2016) Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 1 ABSTRACT Background: Self efficacy is very important for people with diabetes. Self-efficacy is influenced by self-knowledge through health education. Health education is the provision of health education activities conducted to help patients who need assistance in managing decreasing condition of DM requiring home care. The purpose of this study was to determine the effect of health education in discharge planning toward self efficacy of diabetes mellitus patients in Krt. Setjonegoro hospital Wonosobo. Method: The design in this study used Quasi Experimental, with Pre-post Test Control Group design.The samples in this study were 30 respondents, using the technique of consecutive sampling. The Instrument used the DMSES questionnaires and guidance of health education in discharge planning. Statistical test used the Wilcoxon test to determine differences and Mann Whitneyy to determine the effect. Result: There was a significant effect of the provision of health education in discharge planning toward self efficacy of patients with diabetes mellitus with p-value <0.001 (α = 0.05). Based on this research, care givers are expected to conduct health education in discharge planning to increase self-efficacy in patients with chronic diseases, such as patients with diabetes mellitus. Keywords : Self-efficacy, health education, discharge planning, Diabetes Mellitus Bibliographies : 25 (2006 - 2016) Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 2 LATAR BELAKANG Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes RI, 2014). Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia (Baradero dkk, 2009). DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, selain itu DM disebut sebagai the great imitator karena DM termasuk penyakit yang menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh yang jika penanganannya tidak dilakukan dapat menyebabkan kematian (Sam, 2007). Hasil penelitian dari World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian, sekitar 1,3 juta orang meniggal akibat diabetes, 4% meninggal sebelum usia 70 tahun, selain itu DM juga menyebabkan komplikasi penyakit lain diantaranya penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler sebagai komplikasi dari penyakit DM prevalensinya terus meningkat, pada tahun 2012 sekitar 2,2 juta kematian disebabkan karena komplikasi kardiovaskuler dari penyakit DM, sedangkan 1,5 juta kematian disebabkan oleh DM tanpa komplikasi, untuk jumlah total kematian yang terkait dengan DM pada tahun 2012 berarti sejumlah 3,7 juta kematian. Prevalensi global Diabetes Mellitus tahun 2014 diperkirakan mencapai 8,5%, ada sedikit variasi dari tingkat prevalensi diseluruh wilayah WHO, tertinggi di timur mediterania yaitu sebanyak 14% untuk kedua jenis kelamin, terendah di Eropa dan Afrika 7%. Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai jumlah 7% dari seluruh jumlah penduduk di dunia. Pada tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia (WHO, 2014). Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF), terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 prevalensi Diabetes Mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,66%, sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II sebesar 0,55%. Kabupaten Semarang menempati urutan pertama untuk kasus DM yang tergantung insulin dan kota Magelang untuk kasus DM yang tidak tergantung insulin. Berdasarkan data rekam medis di RSUD KRT. SETJONEGORO WONOSOBO didapatkan data pasien yang menderita DM dan menjalani rawat inap pada tahun 2015 sebanyak 223 orang, 177 orang merupakan kasus kambuhan sedangkan 46 orang merupakan kasus baru. Menurut PERKENI (2015) salah satu langkah penatalaksanaan khusus DM adalah dengan edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, hal tersebut perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik. Rendahnya pengetahuan pada penderita DM akan berdampak terhadap rendahnya self efficacy pasian yang kemungkinan dapat meyebabkan Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 3 terjadinya peningkatan komplikasi penyakit baik akut dan kronis serta dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup (Atak, 2010). Self efficacy berhubungan dengan keyakinan pribadi mengenai kemampuan diri, secara spesifik hal tersebut merujuk pada keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas secara berhasil. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi sangat yakin dalam kemampuan kinerja mereka (Ivancevich, 2007). Self efficacy secara kognitif diproses melalui beberapa sumber informasi terpenting dua diantaranya yaitu, persuasi verbal oleh orang lain yang memperlihatkan keyakinan realistis bahwa seseorang sanggup dalam perilaku yang diharapkan dan perangsangan emosi melalui penilaian sendiri atas kondisi fisiologis yang menyusahkan (Bandura, 1997 dalam Ghufron, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Rondhianto tahun 2012 dengan memberikan Diabetes self managemen education (DSME) didalam discharge planning memberikan pengaruh yang signifikan dalam peningkatan self efficacy pada pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan pemberian discharge planning yang tanpa menggunakan DSME. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD KRT. SETJONEGORO WONOSOBO ditemukan kasus pasien DM kambuhan dan harus dirawat di rumah sakit kembali dengan kondisi hipoglikemia dalam keadaan tidak sadar dikarenakan pasien selalu minum obat DM tetapi tidak diimbangi dengan intake makanan yang sesuai, kasus lain ditemukan pasien dengan DM tipe I menderita kambuhan dengan kondisi hiperglikemia berat dan dalam keadaan tidak sadar sampai akhirnya pasien meninggal hal ini disebabkan insulin yang seharusnya diberikan setiap hari tidak diberikan oleh keluarga, selain itu ditemukan pula pasien DM kambuhan mendapatkan komplikasi gagal ginjal dan ganggren sehingga sampai harus dilakukan tindakan hemodialisa dan amputasi hal ini dikarenakan pasien tidak pernah minum obat DM karena dirasa sudah membaik kasus lain yang ditemukan yaitu pasien tidak paham akan pentingnya pengaturan makanan untuk pasien DM dan pentingnya olah raga/ aktivitas fisik, berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari pasien dan keluarga diketahui bahwa pasien dan keluarga merasa belum paham tentang perawatan pasien DM selama di rumah, serta merasa tidak yakin untuk menyuntikkan obat insulin sendiri meskipun perawat telah mengajari cara pemberiannya, serta telah memberikan pendidikan kesehatan yang diberikan sewaktu pasien mau pulang. Hasil observasi dan wawancara kepada 6 orang perawat didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan perawat melalui pelaksanaan pendidikan rutin rumah sakit kepada pasien selama dirawat di rumah sakit masih belum dilakukan secara optimal. Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan di ruangan hanya dilakukan pada saat pasien akan pulang dan sebatas memberikan informasi mengenai tata cara minum obat dan cara pemberian insulin, serta pemberian informasi untuk minum obat secara teratur dan agar melakukan kontrol ulang, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana pengelolaan mandiri yang seharusnya dilakukan oleh pasien pada saat di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai educator masih belum dilaksanakan dengan optimal, sehingga kemungkinan terjadinya kasus rawat ulang dan terjadinya komplikasi serta kegawatan pada pasien DM akan meningkat, seperti pada hasil pengamatan. PERUMUSAN MASALAH Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 4 Dengan banyaknya kasus kambuhan Diabetes Mellitus dan bahayanya yang dapat menimbulkan komplikasi, kegawatan dan munculnya keluhan kurangnya keyakinan terhadap kemampuan untuk merawat diri yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, “Adakah pengaruh Health Education dalam Discharge Planning terhadap Self Efficacy pasien Diabetes Mellitus di RSUD Krt. Setjonegoro Wonosobo ?”. dengan menggunakan uji Mann Whitney karena data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pasien Diabetes Mellitus. Self efficacy n Median (min-max) Mean SD Sebelum 15 44,00 (34-69) 52,07 15.045 -4,198 Sesudah 15 70,00 (40-76) 64.93 9.550 MANFAAT PENELITIAN Sebagai masukan kepada perawat agar memberikan edukasi kesehatan dalam discharge planning secara optimal sejak pasien masuk hingga persiapan pasien pulang. Dapat menambah kepercayaan diri pasien untuk melakukan perawatan secara mandiri sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien DM. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Quasi experiment yang menggunakan rancangan penelitian Pre-post Test Control Group Designs. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus yang dirawat di ruangan perawatan RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo. Pada tanggal 17- 22 Januari 2016. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sebanyak 30 sampel, kelompok intervensi sebesar 15 orang dan untuk kelompok kontrol sebesar 15 orang. Sedangkan data dianalisis meliputi dua tahap, yaitu analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat HASIL PENELITIAN Pengaruh pemberian health education terhadap self efficacy pada penderita Diabetes Mellitus di RSUD Krt. Setjonegoro Wonosobo Kabupaten Wonosobo. Tabel 1 Pengaruh pemberian health education terhadap self efficacy pada penderita Diabetes Mellitus Z score P- value <0,001 Berdasarkan table 1, dapat diketahui bahwa mediannya sejumlah 44,00 dengan nilai minimum 34 dan nilai maksimum 69 pada pretest, dan pada posttest didapatkan nilai median meningkat menjadi 70,00 dengan nilai minimum 40 dan nilai maksimum 76. Rata-rata skor tingkat self efficacy penderita Diabetes Mellitus sebelum diberikan health education sebesar 52,07, kemudian tingkat self efficacy meningkat menjadi 64,93 sesudah diberikan health education. Berdasarkan uji Mann Whitney, didapatkan nilai Z hitung -4,198 dengan p-value sebesar 0,001. Oleh karena pvalue 0,001 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien Diabetes Mellitus. PEMBAHASAN Pengaruh pemberian health education terhadap self efficacy pada penderita diabetes melitus di RSUD Krt. Setjonegoro Kabupaten Wonosobo. Hasil analisis data menggunakan uji mann whitney didapatkan bahwa p value = 0,001 (p value< 0,05), berarti terdapat Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 5 pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy penderita Diabetes Mellitus pada kelompok intervensi. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan perilaku manajemen-diri khusus seumur hidup, karena semua pasien penyandang diabetes harus menguasai konsep dan ketrampilan yang diperlukan untuk penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari kemungkinan komplikasi diabetes, landasan pendidikan yang solid mutlak diperlukan dan menjadi fokus asuhan keperawatan berkelanjutan, sehingga diperlukannya health education. Perawat memainkan peranan penting dalam mengidentifikasi pasien yang menderita diabetes, memberikan pendidikan kesehatan dasar, mendukung penyuluhan yang diberikan oleh spesialis. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada penderita diabetes dilakukan melalui beberapa proses yaitu dengan: Mengatur edukasi dengan menggunakan tujuh tips untuk menangani diabetes berikut ini: pola makan yang sehat, hidup aktif, pemantauan penggunaan medikasi, pemecahan masalah, koping yang sehat, dan penurunan resiko dan Informasi dasar adalah hal yang wajibkan pasien ketahui untuk bertahan hidup (misal, mencegah komplikasi hipoglikemik berat atau hiperglikemik akut setelah pulang) dan mencakup patofisiologi sederhana; modalitas terapi; pengenalan, penanganan, dan pencegahan komplikasi akut; dan informasi pragmatik lain. Hal tersebut diatas dimaksudkan untuk meningkatkan self efficacy penderita Diabetes Mellitus melalui peningkatan self knowledge dari health education. Health education adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan (life skills) demi peningkatan kesehatannya (Nursalam, 2008). Tujuan dari health education tidak hanya memberikan informasi saja, tetapi yang penting adalah menciptakan kegiatan yang dapat memandirikan seseorang untuk mengambil keputusan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan kesehatan yang optimal (Edelman & Mandle, 2006 dalam Potter & Perry, 2010). Proses pendidikan kesehatan adalah tidak lain proses belajar yang memiliki tiga komponen utama yaitu masukan (input), proses dan hasil (out put). Input dari pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang sedang belajar dengan berbagai masalahnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subyek belajar. Output-nya adalah hasil belajar itu sendiri, yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dan meningkatknya self efficacy. Efikasi diri adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (feist 1998 dalam Gufron 2014). Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau selfknowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi (Ghufron & Risnawita 2014) ketika berada di rumah, sehingga health education sangat penting Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 6 untuk meningkatkan self knowledge yang berpengaruh pada self efficacy. KESIMPULAN Tedapat pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada penderita Diabetes Mellitus pada kelompok intervensi di RSUD Krt. Setjonegoro Wonosobo Kabupaten Wonosobo dengan p-value (0,001) < α (0,05). SARAN 1. Bagi profesi perawat atau tenaga kesehatan lainnya Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan oleh tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan peran perawat sebagai health promotion dan educator untuk meningkatkan self efficacy penderita penyakit kronis terutama diabetes melitus dengan mengaplikasikan health education dalam discharge planning 2. Bagi intitusi rumah sakit Diharapkan rumah sakit dapat mengembangkan pelayanan pendidikan untuk menjamin bahwa setiap pasien diberikan pendidikan sesuai kebutuhannya dan rumah sakit dapat mengorganisasikan pemberian pendidikan secara efektif dan effisien. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian terkait dengan hubungan tingkat pengetahuan terhadap self efficacy. Baradero M; Mary Wilfrid; and Yakobus Siswadi. (2009). Klien Gangguan Endokrin: Jakarta: EGC Ghufron, M Nur dan Rini Risnawita S. (2014). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Ivancevich John M; Robert Konopaske; and Michael T Matteson. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Edisi ke 7 Jilid 1. Alih bahasa: Gania, G, Jakarta: Erlangga Kemenkes RI (2014). Infodatin: Situasi dan Analisis Diabetes. Nursalam dan Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika PERKENI. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni 2015 Potter and Perry. (2010). Fundamental of Nursing. Buku 1 Edisi 7. Singapore: Elsevier Rondhianto. (2012). Keterkaitan Diabetes Self Management Education terhadap self efficacy pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan, ISSN 2086-3071 Sam, A.D.P. (2007). Epidemiologi DM dan isu mutakhirnya. http://www.newparadigmforpublich ealth.htm. Diakses 25 September 2017 WHO. (2014). Global Health Observatory (GHO) Data: Raised fasting blood glucose. DAFTAR PUSTAKA Atak N; Tanju Gurkan; and Kenan Kose. (2010). The Effect of Education on Knowledge, Self Management Behaviours and Self Efficacy of Patients with Type 2 Diabetes. Australian Journal of Advanced Nursing. Vol. 26. Number 2: 66-74 Pengaruh health education dalam discharge planning terhadap self efficacy pada pasien diabetes mellitus di RSUD KRT Setjonegoro Kabupaten Wonosobo 7