6 BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB 2
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2009, p8), manajemen adalah proses
mengkoordinasikan aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif
dengan dan melalui orang lain.
Sedangkan menurut Numberi (2010, p5) manajemen adalah dimana suatu
usaha bersama-sama mencapai suatu tujuan bersama.
Dari pernyataan diatas penulis memandang bahwa devinisi manajemen
menurut Robbins dan Coulter lebih jelas dan lebih terasa kegiatannya pada setiap
harinya. Karena, sadar maupun tidak setiap manusia pasti pernah mengkoordinasikan
sesuatu dalam hidupnya, hanya saja dalam perusahaan pengkoordinasian berbagai
macam hal terjadi untuk kepentingan perusahaan dan bersama yang dilandasi oleh
peraturan yang berlaku.
2.1.1.1 Fungsi Manajemen
Di dalam buku Managemen karangan Robbins dan Coulter (2009, p9),
menyatakan bahwa menurut pendekatan fungsi para manajer menunjukkan aktifitas
atau
kewajiban
yang
jelas
ketika
mereka
secara
efisien
dan
efektif
mengkoordinasikan pekerjaan orang lain. Sehingga para manajer menunjukkan
fungsi-fungsi dari manajemen tersebut, seperti :
-
Merencanaka
n
6
7
Fungsi manajemen yang mencakup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan
strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan menyusun rencana untuk
mengintegrasikan dan mengoordinasikan sejumlah kegiatan.
-
Mengorganisa
si
Fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa saja yang
harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelopokan
tugas-tugas itu, siapa yang harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus
dibuat.
-
Memimpin
Fungsi manajemen yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi
individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang
paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku
karyawan.
-
Mengendalika
n
Fungsi manajemen yang mencakup memantau kinerja actual, membandingkan
actual dengan standar, dan membuat koreksinya jika perlu.
2.1.2 Manajemen Sumberdaya Manusia
Mathis dan Jackson (2006, p3) menyatakan bahwa managemen sumberdaya
manusia adalah rancangan sistem secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasional.
Menurut Hasibuan (2007, p9) MSDM adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga agar efektif dan efisien untuk membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM) menurut Marwansyah (2010,
p3), dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam
organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia,
rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan
pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan hubungan industrial.
8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen sumberdaya manusia
adalah asset perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif.
2.1.2.1 Tujuan Manajemen Sumberdaya Manusia
Tujuan manajemen SDM adalah meningkatkan kontribusi produktif orangorang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab
secara strategis, etis, dan sosial.
Manajer dan divisi sumberdaya manusia (HRD) berusaha memenuhi tujuantujuan mereka dengan memenuhi sasaran-sasarannya. Sasaran merupakan titik
puncak dan tindakan apa yang dievaluasi, macam-macam sasaran antara lain :
-
Sasaran perusahaan
Sasaran ini bertujuan untuk mengenali manajemen SDM dalam rangka
memberikan
kontribusi atas
efektivitas
perusahaan.
Manajemen
SDM
merupakan cara untuk membantu pimpinan yang menyangkut masalah SDM
perusahaan, diantaranya meliputi perencanaan SDM, seleksi, pelatihan,
pengembangan, pengangkatan, penempatan, penilaian, dan hubungan kerja.
-
Sasaran fungsional
Sasaran ini untuk mempertahankan kontribusi dapartemen SDM pada level yang
cocok bagi berbagai kebutuhan perusahaan. Sasaran fungsional ini meliputi
pengangkatan, penempatan, dan penilaian.
-
Sasaran sosial
Sasaran ini untuk selalu tanggap secara etis maupun sosial terhadap berbagai
kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan terus meminimalkan dampak negatif
atas tuntutan tersebut terhadap perusahaan. Diantaranya meliputi keuntungan
perusahaan, pemenuhan tuntutan hukum, dan hubungan manajemen dengan
serikat pekerja.
-
Sasaran pribadi karyawan
Yaitu untuk membantu para karyawan mencapai tujuan pribadi mereka,
setidaknya sejauh tujuan tersebut dapat meningkatkan kontribusi individu atas
perusahaan.
Tidak setiap keputusan SDM bisa memenuhi sasaran organisasi, fungsional,
sosial, dan pribadi disepanjang waktu. Jika konflik terjadi, maka sasaran ini
berfungsi sebagai pemeriksa keputusan.
9
2.1.2.2 Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia
Merupakan tugas manajemen SDM untuk mengelola manusia seefektif
mungkin agar diperoleh suatu satuan SDM yang merasa puas dan memuaskan.
1. Fungsi manajerial
- Perencanaan (planning)
- Pengorganisasian (organizing)
- Pengarahan (directing)
- Pengendalian (controlling)
2. Fungsi operasional
- Pengadaan tenaga kerja (SDM)
- Pengembangan
- Kompensasi
- Pengintegrasian
- Pemutusan hubungan kerja
2.1.2.3 Pentingnya Manajemen Sumberdaya Manusia
Peranan manajemen SDM dalam menjalankan aspek SDM, harus dikelola
dengan baik sehingga kebijakan dan praktik dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan, yang meliputi kegiatan :
-
Melakukan analisis jabatan (menetapkan karakteristik pekerjaan masingmasing SDM)
-
Merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon pekerja
-
Menyeleksi calon pekerja
-
Memberikan pengenalan dan penempatan kepada karyawan baru
-
Menetapkan upah, gaji, dan cara memberikan kompensasi
-
Memberikan insentif kesejahteraan
-
Melakukan evaluasi kinerja
-
Memberikan keselamatan kerja
-
Memberikan jaminan kesehatan
10
-
Menyelesaikan perselisihan perburuhan
-
Menyelesaikan keluhan dan hubungan karyawan
2.1.3 Komitmen Karyawan
Mathis dan Jackson (2006, p122) mengemukakan bahwa komitmen
organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan
organisasi dan memiliki keinginan untuk tetap ada didalam organisasi tersebut.
Sementara itu, Sopiah (2008, p156) menyebutkan komitmen karyawan adalah
suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya
sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai dari organisasi,
kemauan untuk usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi, dan
keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.
2.1.3.1 Faktor Komitmen Karyawan
Menurut Miner yang dikutip oleh Sopiah (2008, p163), mengemukakan
bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada
perusahaan, yaitu :
-
Faktor personal
Meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kepribadian.
-
Karakteristik pekerjaan
Meliputi lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, dan tingkat kesulitan
dalam pekerjaan.
-
Karakteristik struktur
Meliputi besar-kecilnya perusahaan, dan kehadirat serikat pekerjaan.
-
Pengalaman kerja
Pengalaman kerja sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan
pada perusahaan. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dengan karyawan
yang sudah puluhan tahun bekerja tentu memiliki tingkat komitmen yang
berbeda.
11
2.1.3.2 Bentuk Komitmen Karyawan
Menurut Mayer, et al. yang dikutip oleh Sopiah (2008, p157) mengemukakan
bahwa terdapat tiga komponen komitmen karyawan, yaitu :
-
Affective Commitment
Terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya
ikatan emosional.
-
Continuance Commitment
Terjadi apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena
membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak
menemukan pekerjaan lain.
-
Normative Commitment
Timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi
anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen organisasi
merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
Menurut Kanter yang dikutip oleh Sopiah (2008, p158) mengemukakan
bahwa terdapat tiga bentuk komitmen karyawan, yaitu :
-
Komitmen berkesinambungan
Yaitu komitmen yang berhubungan dengan dedikasi karyawan dalam
melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau
berkorban dan berinvestasi pada organisasi.
-
Komitmen terpadu
Yaitu komitmen terhadap perusahaan sebagai akibat adanya hubungan sosial
dengan karyawan di dalam perusahaan. Ini terjai karena karyawan percaya
bahwa norma yang dianut perusahaan merupakan norma yang bermanfaat.
-
Komitmen terkontrol
Yaitu komitmen karyawan pada norma perusahaan yang memberikan perilaku
ke arah yang diinginkannya. Norma yang dimiliki perusahaan sesuai dan mampu
memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.
12
2.1.3.3 Proses Terjadinya Komitmen Karyawan
Bashaw dan Grant yang dikutip oleh Sopiah (2008, p159) menjelaskan bahwa
komitmen
karyawan
terhadap
perusahaan
merupakan
sebuah
proses
berkesinambungan dan merupakan sebuah pengalaman individu ketika bergabung
dalam sebuah perusahaan.
Gary Dessler yang dikutip oleh Sopiah (2008, p159) mengemukakan
sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen karyawan, yaitu :
1. Make it charismatic
Jadikan visi dan misi perusahaan sebagai sesuatu yang kharismatik, sesuatu yang
dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berperilaku dan bertindak.
2. Build the tradition
Segala sesuatu yang baik di perusahaan jadikanlah sebagai suatu tradisi yang
secara terus menerus dipelihara dan dijaga oleh generasi berikutnya.
3. Have comprehensive grievance procedures
Bila terdapat keluhan atau complain dari pihak luar maupun internal perusahaan
maka perusahaan harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut
secara menyeluruh.
4. Provide extensive two-way communications
Jalinlah komunikasi dua arah di perusahaan tanpa memandang rendah bawahan.
5. Create a sense of community
Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu komunitas dimana di
dalamnya terdapat nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, dan berbagi.
2.1.4 Keterlibatan Karyawan
Mathis (2008, p70) menyatakan bahwa keterlibatan karyawan adalah tingkat
dimana seorang karyawan bersedia dan mampu berkontribusi. Sedangkan menurut
Robbins (2008, p281) adalah sebuah proses partisipatif yang menggunakan masukan
para karyawan dan dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen karyawan untuk
keberhasilan organisasi.
13
Federman (2009, p22) menyatakan bahwa keterlibatan keryawan adalah
tingkat dimana seseorang berkomitmen pada sebuah organisasi dan dampak dari
komitmen tersebutpada bagaimana cara kerja mereka dan panjangnya masa kerja.
I Wayan Edi Arsawan dan I Wayan Wirga (2012, p193) mengungkapkan
bahwa keterlibatan karyawan adalah usaha membangun yang menyentuh hampir
semua aspek dari manajemen sumber daya manusia. Dan menjadi titik penting dari
keterlibatan ini adalah jika keterlibatan tidak ditangani secara tepat maka karyawan
akan gagal melibatkan diri pada pekerjaan mereka masing-masing.
2.1.4.1 Pendorong Keterlibatan Karyawan
Institute for Employment Studies (IES) menemukan bahwa pendorong terkuat
dari keterllibatan adalah perasaan merasa dihargai dan dilibatkan. Menurut Federman
(2009, p21) didalam organisasi karyawan yang terlibat akan :
-
Fokus pada mendapatkan pekerjaan yang dilakukan, tetapi juga pada apa yang
berikutnya.
-
Merasa bagian dari sebuah tim dan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka
sendiri.
-
Merasa tajam dan memiliki sedikit tekanan untuk membuat lapangan pekerjaan.
-
Bekerja melalui perubahan dan pendekatan ketakutan secara matang.
2.1.4.2 Elemen Keterlibatan Karyawan
Tabel 2.1 12 Elemen Kunci yang Berkontribusi pada Keterlibatan
No
Key Elements
1
Clear Expectations
2
Proper Equipment
3
Opportunity to Do Best Work
4
Recognition / Praise
5
Someone Cares
6
Someone Encourage Development
7
Opinions Count
14
8
Mission / Purpose of Organiztion is Important
9
Quality Work
10
Best Friend at Work
11
Progress / Feedback is Provided
12
Opportunity to Learn & Grow
Sumber : Wagner dan Harter (2006)
Wagner dan Harter (2006) memperluas penelitian yang dilakukan oleh
Harter, et al. menjelaskan hubungan antara karyawan dan majikan. Wagner dan
harter mendefinisikan 12 elemen dari keterlibatan karyawan.
Dalam menilai seberapa jauh keterlibatan karyawan selama ia bekerja
merupakan hal yang tidak mudah. Namun beberapa riset dan observasi telah
membuktikan bahwa keterlibatan menjadi peran penting dalam keberhasilan
perusahaan dalam jangka panjang. Berikut merupakan faktor-faktor yang
dikemukakan oleh I Wayan Edi Arsawan dan I Wayan Wirga (2012, p195) yang
mempengaruhi keterlibatan karyawan adalah :
-
Interaksi
Menurut Penna yang dikutip oleh I Wayan Edi Arsawan dan I Wayan Wirga
(2012, p196) tempat bekerja memiliki potensi untuk menjadi dekat dimana
hubungan ini secara bersama-sama terjalin untuk kepentingan kedua belah pihak
serta organisasi. Selain itu hubungan antara kedua belah pihak juga merupakan
ruang untuk menjadi diri mereka sendiri dan berkesempatan untuk memberikan
kontribusi yang potensial dan maksimal dan serta menemukan makna yang
sesungguhnya sebagai seorang pekerja/karyawan dalam arah gerak organisasi
kedepannya. Karena sesunggunya karyawan ingin bekerja pada organisasi yang
mampu memberikan makna pada dirinya sendiri sebagai sebuah bagian dalam
organisasi dan perjalanannya.
-
Understand
Memahami dan mengerti apa yang mereka kerjakan dan berusaha memenuhi hal
tersebut sesuai dengan target personal merupakan keterlibatan karyawan secara
umum. Karyawan tidak hanya memahami betul apa pekerjaan mereka tapi juga
berusaha untuk meningkatkan hasil (output) dari pekerjaan mereka sehingga
15
hasilnya jauh lebih maksimal. Tanggung jawab yang ditunjukkan karyawan
setiap hari juga merupakan keterlibatan karyawan secara personal.
-
Participation
I Wayan Edi Arsawan dan I Wayan Wirga mengutip pernyataan dari Robinson
(2012, p196) bahwa motivasi dari keterikatan karyawan adalah adanya rasa
dihargai dan merasakan keterlibatan seperti pengambilan keputusan, di mana
karyawan mengeluarkan ide mereka, dan sebagaimana besar peluang karyawan
dalam mengembangkan pekerjaan mereka.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa menilai secara langsung
maupu tidak langsung pada pelaksanaan partisipasi, membuat hasil penerapan
kinerja sebagai bentuk partisipasi karyawan. Dalam hal ini, keterampilan
menangani masalah saat bekerja adalah wujud partisipasi secara intens.
2.1.5 Kepuasan Kerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson (2006, p121) kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja
seseorang.
Menurut Robbins dan Coulter (2006, p103) kepuasan kerja adalah sikap
umum individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan membutuhkan interaksi dengan
rekan kerja dan para atasan; mematuhi peraturan dan kebijakan organisasi,
memenuhi standar kinerja, hidup dengan suasana keja yang sering kali kurang ideal
dan semacamnya. Hal itu berarti penilaian karyawan atas seberapa puas atau tidak
puas dirinya dengan pekerjaannya adalah perhitungan rumit dari sejumlah elemen
pekerjaan yang sensitif.
Sedangkan menurut Luthans (2006, p243) kepuasan kerja merupakan
keadaan emosional yang positif dari seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan
atas suatu pekerjaan yang telah dilakukannya.
2.1.5.1 Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Kerja
Beberapa faktor yang dikemukakan oleh Luthans (2005, p212) adalah sebagai
berikut :
16
-
The work it self (pekerjaan itu sendiri)
Pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama dari kepuasan kerja. Ada
beberapa unsur yang paling penting dalam kepuasan kerja yang dapat
disimpulkan
bahwa
pekerjaan
yang
menarik
dan
menantang,
serta
perkembangan karir merupakan hal penting untuk setiap karyawan.
-
Pay (Gaji)
Kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima,
sejauh mana gaji memenuhi harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan.
Yang penting adalah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Gaji
dipersepsikan adil didasarkan oleh banyaknya tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan
tertentu.
-
Promotion Opportunity (Kesempatan promosi)
Kesempatan untuk dipromosikan memiliki dampak terhadap kepuasan kerja. Hal
ini disebabkan karena promosi megambil beberapa bentuk yang berbeda dan
memiliki keanekaragaman dari yang menyerupai kompensasi. Menurut
Hasibuan (2005, p108) promosi berasaskan keadilan terhadap penilaian
kejujuran, kemampuan dan kecakapan karyawan.
-
Supervisor (Atasan)
Hubungan antara atasan dan bawahan bisa disebut dengan hubungan fungsional
dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana
atasan membantu bawahan, untuk memuaskan nilai pekerjaan yang penting bagi
karyawan. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi
yang mencerminkan sikap dasar dan nilai yang serupa.
-
Co-Worker (Rekan Kerja)
Hubungan antar pekerja merupakan hubungan ketergantungan sepihak, yang
bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul karena
mereka, dalam jumlah tertentu, berada dalam suattu ruangan, sehingga mereka
dapat saling berinteraksi, dalam artian kebutuhan sosialnya terpenuhi. Rekan
kerja memberikan sumber-sumber semangat, kenyamanan, nasihat, dan bantuan
kepada karyawan individu. Kelompok kerja yang baik dapat membuat pekerjaan
menjadi menyenangkan.
-
Working Condition (Kondisi Kerja)
17
Keadaan atau suasana ditempat kerja merupakan faktor lain yang memengaruhi
kepuasan kerja. Bila kondisi kerjanya baik, bersih, atraktif, dan nyaman, maka
karyawan akan merasa mudah dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam kondisi
kerja seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga
kerja.
2.1.5.2 Dampak Ketidakpuasan Kerja
Robbins (2003, p82) mengemukakan bahwa terdapat konsekuensi ketika
karyawan menyukai pekerjaan mereka, dan ada konsekuensi ketika karyawan tidak
menyukai pekerjaan mereka. Respos terhadap ketidak puasan kerja tersebut dapat
didefinisikan sebagai berikut:
-
Exit (Keluar)
Perilaku ketidakpuasan yang ditunjukan untuk meninggalkan organisasi
termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri.
-
Voice (Aspirasi)
Secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk
menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa
bentuk aktivitas serikat kerja.
-
Loyalty (Kesetiaan)
Secara pasif namun optimis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela
organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan mempercayai
organisasi dan manajemennya untuk ‘melakukan hal yang benar’.
-
Neglect (Pengabaian)
Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran
atau keterlambatan yang terus menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya
angka kesalahan.
2.1.6 Kinerja Karyawan
Menurut Veizal (2004, p309) kinerja adalah prilaku individu yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
dengan perannya dalam perusahaan.
18
Mathis dan Jackson yang diterjemahkan oleh Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira
(2001, p78), menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan
atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Menurut Gibson, et al. (2003, p355), job performance adalah hasil dari
pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja kefektifan
kinerja lainnya.
2.1.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Pemimpin perusahaan harus mengetahui bahwa terdapat perbedaan pada para
karyawannya. Walaupun mereka bekerja pada tempat yang sama namun
produktivitas mereka tentu tidak sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu dan situasi kerja.
Gibson (2006, p434) menyatakan bahwa terdapat tiga perangkat variabel
yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja, yaitu :
1. Variabel individual
-
Kemampuan dan keterampilan : mental dan fisik.
-
Latar belakang : keluarga, tingkat sosial, dll.
-
Demografis : umur, asal usul, jenis kelamin.
2. Variabel organisasional
-
Sumberdaya
-
Kepemimpinan
-
Imbalan
-
Struktur
-
Desain pekerjaan
3. Variabel psikologis
-
Persepsi
-
Sikap
-
Kepribadian
-
Belajar
-
Motivasi
19
2.1.6.2 Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan
Menurut Syafarudin Alwi (2001, p187) secara teoritis tujuan penilaian
dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang bersifat
evaluation harus menyelesaikan hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian
kompensasi, hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision, dan hasil penilaian
digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat
development penilai harus menyelesaikan prestasi riil yang dicapai individu,
kelemahan individu yang menghambat kinerja, dan pestasi yang dikembangkan.
Rivai (2011, p551) menyatakan bahwa tujuan penilaian kinerja terbagi menjadi
dua, yaitu manajer memerlukan evaluasi yang obyektif terhadap kinerja karyawan
pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM dimasa
mendatang, dan manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu
karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan
kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karir dan memperkuat kualitas
hubungan antar manajemen yang bersangkutan dengan karyawannya.
2.1.6.3 Jenis Penilaian Kinerja
Berikut adalah jenis penilaian kinerja :
a. Penilaian hanya oleh atasan
-
Cepat dan langsung.
-
Dapat mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan pribadi.
b. Penilaian oleh kelompok lini
Atasan dan atasannya lagi secara bersama membahas kinerja dari bawahannya
yang dinilai
c. Penilaian oleh kelompok staf
Atasan meminta satu atau lebih individu untuk bermuyawarah dengannya, dan
kemudian atasan langsung membuat keputusan akhir.
d. Penilaian melalui keputusan komite
Atasan meminta satu atau lebih anggota komite bermusyawarah dengannya, dan
kemudian keputusan akhir diputuskan oleh komite bukan lagi manajer.
e. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan
20
Sama seperti kelompok staf namun melibatkan wakil dari pimpinan
pengembangan atau dapartmen SDM yang bertindak sebagai peninjau yang
independen.
f. Penilaian oleh bawahan dan sejawat
-
Mungkin terlalu subyektif
-
Mungkin digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian yang lain.
2.1.6.4 Aspek yang Dinilai
Aspek yang dinilai dapat dikelompokan menjadi :
a. Kemampuan teknis
Kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang
diperoleh.
b. Kemampuan konseptual
Kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang
gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara
menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta
tanggungjawabnya sebagai seorang karyawan.
c. Kemampuan hubungan interpersonal
Kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, memotivasi karyawan,
melakukan negosiasi, dll.
2.2
Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu mengenai komitmen
karyawan, keterlibatan karyawan, kepuasan kerja karyawan dan kinerja karyawan
pada jurnal internasional :
-
Dalam Singaporean Journal of Business Economics and Management
Studies yang berjudul The Impact Of Employee Commitment on Employee
Satisfaction Role Of Employee Performance As A Moderating Variable
yang dibuat oleh Mubbsher Muawar Khan, Zia-ur-Rehman dan
Muhammad Khyzer Bin Dost menyatakan bahwa peran dari komitmen
21
karyawan selalu diterima sebagai katalis aktif untuk memajukan kepuasan
organisasi. Dalam penelitian ini, kepuasan kerja karyawan berdiri sebagai
variabel dependent dan komitmen karyawan sebagai variabel independent
dimana kinerja karyawan berdiri sebagai variabel moderator. Dalam
penelitian ini para peneliti meneliti karyawan yang bekerja pada
perusahaan milik swasta dan juga pemerintah. Penelitian yang
menggunakan
analisis
descriptive
ini
membuahkan
hasil
yang
menyatakan bahwa terdapat tingkat saling ketergantungan pada variabel
yang diteliti.
-
Penelitian yang ditulis oleh Komal Khalid Bhatti dan Tahir Masood
Qureshi dari Pakistan yang berjudul Impact of Employee Participation On
Job Satisfaction, Employee Commitment And Employee Productivity ini
menyatakan bahwa partisipasi karyawan tidak hanya merupakan faktor
yang menentukan komponen kepuasan kerja. Naiknya keterlibatan
karyawan akan berdampak positif terhadap kepuasan kerja karyawan,
komitmen karyawan dan juga kinerja karyawan. Untuk menaikkan
keterlibatan karyawan secara natural membutuhkan proses yang lama,
dimana membutuhkan perhatian dari pihak manajemen dan juga inisiatif
dari para karyawan.
-
Penelitian dengan judul Employee Engagement : The Key to Improving
Performance yang diteliti oleh Solomon Markos dan M. Sandhya Sridevi
dalam International Journal of Business and Management, India,
menyatakan bahwa keterlibatan karyaan adalah prediktor kuat kinerja
organisasi yang dimana menunjukkan hubungan dua arah antara atasan
dan karyawan dibandingkan dengan variabel lain yang diteliti, yakni
kepuasan kerja, komitmen karyawan, dan organizational citizenship
behavior. Karyawan terlibat yang secara emosional terikat pada
organisasi dan juga dalam pekerjaan mereka dengan antusiasme yang
besar untuk kesuksesan organisasi.
-
Dalam international journal of Business and Management dengan judul
Job Involvement as Predictor of Employee Commitment : Evidence from
Pakistan oleh Tariq Iqbal Khan, et al. menyatakan bahwa keterlibatan
kerja merupakan salah satu dari banyak cara efektif lain untuk
meningkatkan kinerja karyawan dengan meningkatkan keterlibatan dan
22
komitmen karyawan. Penelitian ini terfokus pada tiga macam komitmen,
yakni affective commitment, continuance commitment dan normative
commitment. Hasil penelitian dengan 211 responden dari berbagai
organisasi adalah keterlibatan kerja memiliki pengaruh yang positif
terhadap ketiga tipe komitmen tersebut.
-
Penelitian dengan judul A study about Employee Commitment and its
impact on Sustained Productivity in Indian Auto-Component Industry
yang ditulis oleh Varsha Dixit dan Monika Bhati ini menyatakan bahwa
komitmen karyawan (affective, normative, and continuous) memiliki
hubungan yang signifikan terhadap produktifitas berkelanjutan pada Auto
component industry.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kinerja
Karyawan (Y)
Komitmen
Karyawan (X1)
Kepuasan Kerja
Karyawan (Z)
Keterlibatan
Karyawan (X2)
2.4 Rancangan Hipotesis
Menurut Sugiono (2010, p159) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Kebenaran hipotesis itu harus dibuktikan melalui data
yang terkumpul.
Variabel:
X1
: Komitmen Karyawan
X2
: Keterlibatan Karyawan
Z
: Kepuasan Kerja Karyawan
Y
: Kinerja Karyawan
23
Hipotesis penelitian ini berdasarkan rumusan masalah:
1.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara komitmen keryawan
terhadap kepuasan kerja karyawan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara komitmen keryawan terhadap
kepuasan kerja karyawan.
2.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara keterlibatan karyawan
terhadap kepuasan kerja karyawan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara keterlibatan karyawan terhadap
kepuasan kerja karyawan.
3.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara komitmen karyawan dan
keterlibatan karyawan terhadap kepuasan kerja kayawan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara komitmen karyawan dan
keterlibatan karyawan terhadap kepuasan kerja kayawan.
4.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara komitmen karyawan dan
keterlibatan karyawan terhadap kinerja karyawan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara komitmen karyawan dan
keterlibatan karyawan terhadap kinerja karyawan.
5.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kinerja karyawan terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara kinerja karyawan terhadap kepuasan
kerja karyawan.
6.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara komitmen karyawan dan
keterlibatan karyawan terhadap kepuasan kerja karyawan dengan kinerja
karyawan sebagai variabel moderator.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara komitmen karyawan dan
keterlibatan karyawan terhadap kepuasan kerja karyawan dengan kinerja
karyawan sebagai variabel moderator.
Download