MAJALAH PSIKIATFiI INDONESIAN PSYCHIATRIC QUARTERLY m Trhm )OOO( l.Io. 2 - April 2fff, tssN (B017991 IEil . Mental Peran Keluarga dalam Meninghlkan Kesehatan bagi Anggota Keluarganya yang Mengalami Gangguan Tjhltr wigula Mental E@ . . t-ama Mencari Pertolongan Medis Psikiatrik pada Pasic, Psikosis Episode PertarDa datr Fakor-falior yang Berhubungan Natalie lVi<liasih Rrharjanti Pcnglajian Kebutuhan Ora Tua akan Pelayanaa Kesehatan }{enlal bagi .{-oaknya yang Didiagnosis GPPH di Rumah Saiit Cipto \{angul:usurno (Studi kaliadf) Jojor PutriEi Sinaga, Tjhitr - $igun3, Luk.s Maqind.a& Rit3 Da.Eayanti @ . \eurodegeoera.i pa& Skizofrenia dzn Efek \euop<orelrr f .A.nupsrkoti*a Gererasi II \urmiati.{air . Paobiologi Skizofrenia dan Peranan Sert'toqin Tuti \\'ahmurti A- Sedic dalar Gciala Ncgauf Skrzofrcoia . \targa- !L Pcog-eantran Antrpsikotika Diurbuian :ie i':: Jiea " Dharna*angsa ', la*orta IaJas'an Keselataa }lrndh l-..I . JIWA MAIAIIIE PSIKIIITI rNDO NES UN PSYCEIAIRIC QAARTERLT Bcrtujuan mcnyumbatrgk tr tcpdt pclg.EL! a'n prrtcolbalgel kcdoktcratr jiwa (Rikirtri) dar ilD! krschdo ire d lndmie APRIL ?Irc7 : Petrerbit Ibhun ffi Yeyu lGsctun Jirr'DhrnerangsaJl. Ilrmnagsa Rap No. 13, Blot P I fcUyo Brrafag $111719148,1 : PId. Dr de R KrcumaroSaFocgao, : e. whnm Prilrcnborh, SpKJ IGt[aPeotseht Ifttu. Pmguh Ketua Penyuntiry/ Penarggong Jrwrb dr. Tun Kurniasih Staf Penyutrting dr. - No. 2 SpKI BastaoaL SpKt Agncs'lineke Wane.y R, SpKJ dr. Dtumady Agus, SpKJ dr. Waskitr R@& SpKJ dr. Ashwin Mitm Bestari ilmu Kandout SpKI Prof- dr- Sasanto Mtismo, SpKJ (Jakana) Dr. dr. W. Edith Humrics Pleyte, SpKJ (Jatzna) dr. Nurmiai Amir, SpKJ (Jatarte) dr. Heriaoi, SpKJ (Jakarta) dr. RiclBrd Bdinrrn, SPKJ (Jatarta) dr. Suryo Dtarmo SpKJ (Jafana) dr. Albert Mannis, SPKJ (Jalana) dr- A. A, A- A. Krsumanardhani, SpKJ Qafara) PIof Dr. dr. ILA hfsra (trrnl sdJ (Jafana) (Jafena), Yul lskadar. Spl(J Dr. dr. h"fitu ftof, dr. Nizar Zrind Ah6( SpKJ (8.tu9) dr. N1'' Hj. Ctaid.iah S*'. SpKJ (Banduog) dr. Nani ScmFErB Ja]"- Sp+iaj {Bandung) dr. H. Ismcd Yusr{- SpKJ (Sqnarang) Prof- Dr- dr 5pt\-.1 ,f €,"Iana) Proa. Dr. &. s)rssrl lbdi- Spl(J (Sdo) dr. G..A" Efmdi- SpKJ (S{ahF) dr. Dauy Ttog. SpKJ 1Bali) lrrzd- /tdnhishd lhusu I Ittrn; -rrcgrnen {11 dr. Ahref nqhkn Shrtm prijcembodO SpKJ : l. . 2 Yayasaa Kesehatan Jirva .Dhanmmngsa" Jl. Daroawangsa F,ap Nal3, BIo& p Il Bagiatr Rikiard, Rkultas lcdolrqen t I Jl. Salemba Raya No. 6, Jatana, Tdp. @I) 3t%7559 IGbayoran Barq Tdp (V2llT3%44 IrLftrtI : l{o699cb/per,-3lsUDHENpcJslT/lyz et 26^grstus lCf2 IftCctrt : Kopkamtib KEP.I[.pKJWtyf2 rgl. 25 S€fember lCfl JIWA - Majalah BikiaEi crt ir dalam bulatr Jaruad, April, JuU dar Oktob€r. ttary tanggamn seuhun Rp. 60 000,-: cceran Rp 15 000,-; ekkl, porto. fuciga subctiptioa: Malaysia aad Siagapore pstoge All othcr cuatrics US $ i*taiml touy u&rs FyUc Lllrtah!sa. No 103S906258t l. Tcrehdiu* S $ 60-A0 pcr yeu (Jour issacs), iaclpcr ycat hcl. postagc. Plcasc nak chcqus or to Majalah Jiwa, Baak MaDditi Cabang Sarimt, 30. 00 SK- Ixkti No. I 18/Dikti/KcalZt0l. Diad b ladotrcsia IlS|JaXr - 7r.1 Indon ll P$A're.art 2OO, : XXXX: Z ffafihr Isi Hatamaa Editorial '- . Peran lG{rnrge arhn },lcdngtrttx K6chata! Mcotal bagi Alggm l(drgzyeyag Mcogelani Gangguan Mcoat-.--_ vii IfaranganAstr . . L:ma f'{mi ftrlologr Mces hifiaHk pa& hsica BikosisEisodcftaema&n hbor-falroryang BcrtuhoFn-- t Pengkajian Ketrnrhae OraTua atat Felayanan Kcchatan Mcaal bagi AlatrJre yeng E|id.gffiis GPPH di Rumah Satir Gpto MangurtlsEo(soa fafaml t9 Tinjanrn Psstata . . Neurodegcocnsi Fd. Skizofrcsiad-n Efek NarogroGfcif .{ntipsikotika Crcacresi IL htobicilogi Stizofreaia &l Ftranan Serotooio ' Feng-eantiarerignrot't' ri - d-t--i(&jata 9J Penggantian Antipsikotika hlatga M. Mammis* Abstrrk Sejak ditemukanoya klorpromazine pada tahun 1952, tahsnthun selanjutnya hingga saat ini teiah banyak golongan obat entipsikotika lain yrng ditcmukan. Dengan makin banyak golongan dan macam obat e ipsikotit di pasaran, maka makin banyak pilihan dan kescmpatan scorug pasicn mcmekai berbagai macam obat rntipsikotika. Antipsikotika konvcnsional dan atipikal masing-masing rncmpuyai profil cfek samping yang berbcda dan reaksi pasien tcrhadap cfck samging pun sangat individual. Efikasi antipsikotika pada banyak literatur dikaakan kunng lebih sama, namun demikian tidakjarang klinisi mengalami adanya reaksi cfikasi individual. Kedua hal ini memperbesar kernungkinan penggantian antipikorika pada seorang pasicn. Agar p€nggantian antipsikotika lebih rasional, maka ada bebcrapa hal yang perlu diperhatikan secara farmakologis, klinis dan sosial antara lain alasar penggantian, percflcanaan pola penggantian, risiko yang dapat terjadi saat penggantian dan kerjasama dengan pasien dan keluarga. Hal ini dikcmukakan ur,tuk mencetah terjadinyr pcmakaiar, polifarmasi yang tidak rssional saat penggantian staupun terjadinya penggantian yang 'rncnggantung'di luar rencana awal. Kata kuncl: antipsikotika - p€nggantian - farmakologis - klinis - social Pendahuluan Peremuan klorpromazine pada tahun 1952 mcnjadi tonggak pcnatrtaksanaan pasicn psikotik. Efek terepi dari obat ini mcrupaken icrobosan pemtalaksaman pasien psikotik walaupun masih banyak pasicn Fnt tidak dapat mentolemnsi cfek sampingnya, terutama cfek samping ckstrapimrddd. Dcogrc ditemukannya medikasi entipsikotika gcncrasi ke dua yang mcmpuyai dek samping terutama ckstrapiramidal yang rclatif kccil, memberi peluang yeng . Stq BaBEMF Ptikiati, NU DR SOEIOMOIFK UNAIR, Surabots tiwa, lndon Psychiu Quan 2007: )(XXX: 2 93 melguntungkan pada penaialaksanaan pasien psikotik. Namun demikian, pare psikofarmakologis dasardan klinis harus selalu mempenimbangkan efi kasi dan tolerabilitas serta keamanan pasien pada perggunaan medikasi antipsikotika. Dengan makin banyaknya pilihar obat antipsikotika dengar efikasi dan profi I efek sampingnya masing-masing, mendorong para klinisimempertajam pemilihan antipsikotika untuk setiap individu pasien yang dapat membedkan respons sangat individual. Oleh karena itu, makin banyak kesempatal seorang pasien memakai tidak hanya terbatas pada satu jenis antipsikotika bahkan seringkali memerlukan penggantian antipsikotika. Secan umum, penggantian andpsikotika diperlukan bila cfikasi dan toleransi kumng optimal. Efikasi yang kurang optimal akan membuat pasien tidak mencapai perbaika[ total dan mengurangi kemampuannya dibanding premorbid, sedengkan cfek samping yang tedadi akan mengurangi keamanan pemaloianjangka panjang antipsikotika dan pada akhimya mengurangi kualitas h!dup pasien. Secara praktis penggartien obat, khususnya antipsikctika turang mendapat perhatian khusus para tJinisi. Salah satrr faktor alltala lain adalah seringnya pasien sudah memutuskan obatyang dibcrikan karena non-compliarce, misalnya aki bat be6agai alasan iruigfu yang kurang, gejala penyakihya sendiri, rasa kurang nyaman. pengawasan keluarga yang kurang, efek samping dan faktor ekonomis. Hal lain adalan pengalaman praktek penggantian obat sclama ini lidak menimbdlkan hal-hal yang dikeluhkan pasicn .tau hal yang fatal. Namun bila klia lebih memperhaiikan, nampak bahwa ada hal-hal yang pcrlu dipeftatiksn dan sebenarnya mcnjadi keluhan yang dirasakan pasien. Pillai dkk tahun 2006 membuktikan dalam penelitiannya bahwa penggantian antipsikotik satu kc arrtipsikotik lainnyasclama pengobatanjangka panjang dapat mengurangi defisia neme growrh lactor (NGn dan brain-ierived neurotrophic Jactor (BDNF) secara signifikan dibandingkan pemakaian secara kontinu danjangka lama antipsikotik tunggal. NGFdan BDNFdiketahui menyanggah kolinergik ncuron yang berperan dalam fungsi kognitif.r Apakah ini merupakan indikasi bahwadianjurkan penggantian antipsikotika untuk setiap periode waktu tertentu untuk memelihara fungsi kognitif pasien Skizofrcnia, masih perlu diadaka,. penelitian lebih lanjut. Lepas dari penenruan studi terbaru seperti di atas, tulisan ini mcmberi gambaran praktis penggantian obat antff antipsikotika, yaitu alasan penggantian antipsikotikai hal-hal yang perlu diperhatikan secara umum, farmakotogis 94 dan khusus; macam-macam pola pcnggantian obat; risiko yang dapat tc{adi pda pden/ penggantia-rr antipsikotika; dan hal-hql. yang pcrlu disampaikan @ kcluarg& Alasan p€nggaltian antipsikotika Berbagai alasan mcngapa klinisi pcrlu mengganti antipsikcike yang aqln diberikan kepada pasien setelah pemberian antipsikotika pcrtema ldi, sudah dipakai ddam jangka waktu lama. Penggantian antipsikorike Teda pemakaian jangka pendek biasanya karena efek samPirg rkut yang tajrdi yang tidak dapat diatasi dengan obat antinya. Petnakaian antipsikotikajaagte mcmedukan pcrfiatian dan pemeriksaan r"Sularakan kcmungkinan d* jangka panjangny4 termasuk kcmungkinan defisit kognilif kirem pqing saqfut Pcnttrm obat antikotinergik. Penggantian antipsikotika biasanya karena cfrk salqing jangka panjang yang krjadi mcnetap. Alasan seorang pasicn memetluk n penggantian sntiPsikodka scrdrh rd&t pemakaian antipsikotikajangka pcndek maupun panjang pada umumtryr karcna efikasi yang kurang, cfek samping aktrt maupun kronis yang lidak @t ditolerir, gejala sisa yang mcngganggu, kekambuhan, diperlukan prgadan bentuk sediaaq permintasn pasien/keluarga dan biaya pengobetan. Sectra kbs riC adalah sebagai berikul I ) Respon-( yarg kurang adekuat dalam lnsit tcr.pi masih didapatkan gejala poGitif dan/atau Pun gejaia negatif yang mcooni* 2) Adarityt qdversc etecls yang akut dan fat8l misal sindromr ncrolcFifr mrEE (NMS), hipoicnsi poslural; 3, Adacya advcrse efects yrnrg PcrsisE{ scped: sindroma ckstra piramid8l (EPS), at^thisi.a, Neurolcptic'i.dtd &tW *- Terjdi cfek samPiry lail| sc?cri 3rtsh pcningkatrn b€rat bad dar nsa lidal hiJrrprolaktincmia, dismetabolik. dronrz (NIDS), tardit diskincsia; 4) nyaman yang dikeluhkan pasien; 5) Kgmorbiditas dengar kondisi mcdis flik fflrdt lain, misatnya cairan; 7) Tcrjadi kekambuhan walau pasien tcteP minun 6* atau psikiatik lainnya; 6) Penggantian dari beotuk oral kc dcPo( sccam teratur;8) Pcrmintaan pasien atau kcluarganya-;9) du hin-lain: tcbnnliqa pengobatan. rrJ.'5 Untuk scmua alasrtr tersebut di atas, klinisi sclayrktry. rcLl[ mempertimbangkan keuntungan dan risiko (risk atd beneftt) paggfra! antipsikotika, walaupun jclas didapatkan kurangnya pcrbaikar lpl r &u terjadinya efek samping. E5 4 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada p€nggantian artipsikotika Pertanyasn k-linisi yang sering muncul dalam Penggantian obat adalah: apatah obat penggantinya, dosis berapakah akan dimulai' bagaimanakah cara memberikannya, secara perlahan ditingkatkar atau langsung pada dosis terapi, bila perlahanJahan, berapa lama sampai pada dosis teraPi dm berapa dosis terapi yang dituju. Sementara terhadaP obat yang sedang digunakan menjadi pertanyaan juga dari para klinisi: apakah langsung atau perlahan-lahan dihentikan, bila perlahan-lahan bagaimana dan berapa lama penurunan dosisnya dan apa yang harus diperhatikan selama penggantian obat. Secara umum, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penggantian antipsikotika antara tain: l)TetaPkan target Pengobatan dan pengukurannya; 2) Rencana strategi penggantian yang digunakan' jcnis, dosis dan macam penggantian antiPsikotika yang baru; 3) Sedapatnya hindari saat penggantian ar,tipsikotika bersarnaan Ce:rgan adanya strescr psikososial;4) Hindari saat penggantian antipsikotika bersamaan P€nggantian tim pcngobatao; 5) Hinde penggantian antiPsikotika dalam 3-5 bulatl. recovery lerhadap penggunaan obat yang berhasil baik setelah Pasien rclaps. Sehingga perlu mengctahui keparahan penyakitnya, pasien akut/kronis, stabil atau kemungkinan relaPs;6) Hindari penggantian antiPsikot.ika padapasien yang sebelumnya nor-complla nce dengat obat oral Can sekarang stabil dengan depot dalam I tahuo: 7) Bila memungkinkan, menurunkan aotiPsikotika pertama sclama paiing sedikit 8 minggu (literatur lain mengatakan 4-6 minggu) karcna akan menururrkan angka kekambuhan gejala Psikotik Can rnunculnya cfek sarnping; 8) Obat-obatan laiir yang diminum hersamaan; 9) Jangan rnengganti obat lebih dari satu ma'am scdap kali; l0) Obat antikolincrgik juga dilakukan Penun:nan lambat scsuai kcbutuhan; I 1) Mengevaluasi keadaan fisik darr mental pasien secara rcgular terutama pada bulan pertama penggantian obat; 12) Menekankan Pentingnya kcrjasama pasien dan keiuargalcaregiver-nya, keadaal keluarga dan kemampuan ekonominya. !''55 Secara farmakologis perlu pula diperhatikan bahwa perubahan dalam cairan serebrospinal otak terjadi secara lambat. Pcrubahan yang konsentrasi cepat akan menycbabkan rebound phenomena' yaitu rnunculnya gcjala yang sama sebelum pemakaian obat atau lebih berat dan lebih sering dari sebelumnya setelah obat dihentikan.s Secara farmakodinamika harus diperhitungkan' karcna adanya target obat yang multi-reseptor, juga terdaPat Perbedaan ikatan aotara 96 neuroEansmiter dan rese$or, ada yang kuat dan 'longgar', serta adanya intdsi antaraobatawal dan pengganti. Farnrakokinetik masing-masiogobotjugapcrlu dipertimbangkan seperti waktu paruh datam plasma dan cairan otak maingmasing obat, bentuk sediaan obats cairan, depot atau oral sera onsct kelirrya obatsJJ Terdapat hal-hal yang secara khusus sering menghambat proses penggantian antipsikotika, antara lain antipsikotika konvensional bila sc@ai obat pengganti, terlalu tinggi dosisnya saat awal penggantian- Hambatan lain adalah dosis konversi dari antipsikotika generaii pertama ke entipsikdika generasi kc dua tidak akurat lalu sering terjadi cfek carTy ovcr. dtd obat sebelumnya yang tidak diperhitungkan dan diantisipasi. Efek corry ovt ffialt efek dari suatu obat secara farmakokinetik dan farmakodinamik masih ada walaupun obat sudah dihentikan, karcna antera lain waktu panrh yang larnedan ikatan yang kuat dengan reseptor sehingga pengeluaran obat dari cairan sqctmspinal dan dari tubuh lama- Selanjutnya penurunan dosis obat pertarna taldu cepat, sehiugga dapat menyebabkan munculnya gcjala diskontinuias obA.lld tcfldu lain adalah banyak klinisi lupa menambahkan obat antikolinergik cepat melepas obat antikolinergik, karena menganggaP obat pengganti kurrng atau efck samping EPS-nya. Hal ini dapat memberi kesan buruk pada obat pcnggai seakan kurang efikasinya dan dapat terjadi penggantian obat selanjtm5ra direncanakan lagi. Dapat terjadi klinisi'terperangkap' dalam polifarmasi karena berhed di tengah proses p€nggantian obat belum sclesai. Perubahar dari rcncana sda penggantian obat karena terjadi perbaikan yang nyata Pada pasicn daE dck samping rclatif mir,imal scbelum proses penggantian sclcsai- Klinisi G13grn meneruskan percncarraan penggantian obat hingga selesai dan tcAp djam penggunmr polifarmasi antipsikotika. Penggunaan polifarnasi direkomendasikan hanya pada fase transisi Penggantian obat.Tre Dalaro proses pcnggantian antipsikotika, klinisi harus sclatu margi4a go ld standard pemakaian sntipsikotika adalah monoterapi- Menggur*en kombinasi antipsikotika yarg optimal dan minirnal dernikian rupa' sclfrTta akhirnya pasien memakai monoterapi antipsikotika dosis rcndah untuk ru!ilIrl I-cbih baik menentukan secara akurat satu obatyang paling cfehif unA*dip&i pasien schingga rejimen menjadi lebih sederhana tidak dipusin$an ffi polifarmasi.2 vt Macam-macam pola penggantian obat Untuk menctapkan pola penggantian obat yang mana yang akan direncanakan, klinisi perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: l) Target simtom srtiPsikotika pengganti dengan mengingat resePtor mana yang menjadi titik kerja utama antipsikotika pengganti; 2) Adatya adverse events da.n efek samping: 3) Kcmungkinan relaps; 4) Waktu Paruh dari sntipsikotika sebelnmnya dan pengganti; 5) Interaksi antiPsikotika dan kerjanya pada enzim CYP 450 dari antipsikotika sebelumnya dengan antiPsikotika peogganti;6) Dosis ekivalen dari antipsikotika sebelumnya setara dcngan antipsikotik Pengganti. Terdapat berbagai macam pola Pcnggantian obat dengan berbagai variasinya. Dari berbagai strategi Penggantian obat yang ada, dapat asifi kasikan meojadi bcbcrapa Pola utama. Yang pertam a ada.lah Butt s*'itch atau discbut juga Abrupt s$,itch. Penghentian obat Pcrtama dilak'rkan sccara d i kl mendadak dan langsung memulai dengan obat pengganti aiau daPat juga ada waktu bebas obat sesaat sobelum merrulai obat pengganti, daPat lanBsulg ps'Ca dosis optimumatau secara berangsur-angsur dosisnya ditingkatkan' Untuk pasien yanl serius dan akut biasanya digunakan penggantian obat dengan periode bebas obat(druglree interva\ dan l'lttuk pasien yang stabil dengan kemungkinan kekambuhan yang rendah biasanya dipilih tanPa Periode dengan adverse event bebas obat. Cara berikutnya adalah Gradual swt'lch yailu mengh3ntikan sccara perlahan obat pertama dan memulai obat Pengganti langsung pada dosis optimum atau secara Perlahan pula dosisnya dinaikkan- Cara ini digunakan untuk pasien dengan risiko relaPs yaog smat kccil. lain adalah Crossover switclialias Ovedapping switch atau Cros-' ,appering Jpircft. Ada juga yang menyebutnya sebtgai Topper switch rlau Delayed witMrawal switch- P^da pola ini prinsipnya terjadi tumPang tindih C-ara dosis. Dibagi menjadi TbPPer switchyaitu bila memu!ai obat ke dua lartsuog pada dosis teraPeutik dan obat Pertama diturunkan Pcrlahan' Dapat juga dilakukan.fr!/ overlap cross-tappering switchlcrossover switcNoverlapping switch atar delayed witMrawal switch yaitu bila secara ccPat menaikkan dosis obat ke dua pada dosis teraPeutik sebelum obat Pcrtama diturunkan dosisnya lalu setetah obat ke dua mencapai dosis teraPeutik barulah obat Pertama diturunkan dosisnya Perlahan. Kedua pola penggantian ini direkomendasikan bila pencegahan relaps menjadi yang utama. tangkah lain ad alah minimal cross98 over switch et t ove tPpirtg sv'ilch al^a cross-taPPering s*'itch y8ifililz' hdat pcnaikan dosis obat ke dua maupun penurunan dosis obat pcrtama lebih schingga terjadi tumPang tindih yang minimal. Pola Pcnggaotirn itri direkomendasikan untuk Pasien dengan kemungkinatr kekambuh'n yarg rta&hPola penggantian ini adalah gabungan dari beberapa pola disebut scbagai switch. Keuntungan Penggantian obat Pola 8fi1 at3,ru abrupl dengan 'ti[r'1 pairdc bcbas obat adalah kemungkinan risiko terjadinya intcrrksi obat kccil' meminimalkan kombinasi cfek samping obat, cfek samping dari obat Fnttmti sedikit kemungkinan dikacaukan dengan terjadinya efek diskontinuitas dat sebelumnya dan kemungkinan ierjadinya kesalahan medikasi rcndah' S'd8nlfrn kcrugian pola penggantian Bun atau obrupt adal^h memcrlukan waklu;rug lebih tama, dapat terjadi reaksi diskontinuitas obat, kemungkinan tcrjt&rya kekambuhan saat periode bebas obat dan saai Pertama obat Pengganti dibabn terutama bila obat p€ngganti dib€rikan secara dosis diflaikkan perlahar Drn bahaya lainnya adalah kekambuhan dapat diinterpretasikan sebagai kurug efikasi dari obat Pengganti.qro Gejala diskontinuita s (disco inuation syndrone')beftdadetgan gcfla withdrawal. Walaupun betum didapatkan kesepakatan umum tentarg definisilya' namun dapat diterangkan sebagai kcmbalinya gejala dari gangguaryug mendasarinya atau muncul nya gejala baru dan terjadi scgera setelah penglrerian und phenomenondaf. recurrence symptoms daawitunnal symptom (isrtlah yang terakhir lebih khusus diPakei untuk kctcr8anE4aa terhdap obat). Fdda diskontinuil&s obat lebih dipcntirg'*an fattor keoc?"an obat Tcrmrsuk reDo dari pcnghcntialr obat datr waktu Paruh dari obal tcrsebut'ru' Scdangkan keuntungan Pola Bur rtau aAruP, Jwi,c,r tanpa Pcrio'tc tdas obat(drugfree iatemal) adalah langsung tidak mcnunggu waktu' schingtrt'it untuk pasien r8$ at inap dengtn adverse reaclion yang rkut dan ada 8ri8h psikctik skut. Kecil kemungkinan tcrjadinya kcsalahan medikrsi daa kemungkinao kekambuhan minimal bita pasi€n Elatif stabil. Kcrugiannye'rrbh masih mungkin terjadi intcraksi obat bila obat sebelumnya mempmyai rr&tt paruh yang panjang, kombinasi cfek samPing daPat tcrjadi, masih daPat taltdi kekambuhan (hati-hati terutama bita obat kedua dinaikken dengan tappaing lambat) dan cfek diskontiruitas obat sebelumnya daPat dii nErPrctasikar td'gai efek samping dari obat pengganti-qro I - Pola penggantian obat grad.ual switch mempunyai keuntungan scdikit kcmungkinan terjadinya reaksi diskortinuitas obat dan kecil kemungkinan kesalahan mcdikasi. Scdangkan kcrugiannya adalah potcnsial terjadinya eksaserbasi terutama bila penurunan obat pertama dilakukan te alu cepat dan Pengganiian obat dilakukan dengan cara menaikkandosis pedahan, dapat terjadi kombinasi cfek samping dan kemungkinan terjadinya interaksi obat terutama bila obat pertama mempunyai waktu paruh yang panjang.ero Pola penggantian obat crossover alalu crosslappering ata'u overlappiag dengan bentuk taper switch danfull overlap mempunyai keuntungan s€bagai berikut: mcmberikan efek diskontiouitas obat pertama yang kecil. Pola ini baik digunakan pada pasien yang baru sembuh dari eksaserbasi akut (kurang dari 3 bulan), untuk penggantian dari sediaan depot kc sediaan oral dan penurunan dosis obat secara perlahan baik untuk obat antipsikotika dengan ektiyitas antikolinergik vang tinggi. Kerugian pola ini adalah terjadi potensial interaki obat; terjadi kombinasi efek samping obat, bila penggantian obat tidak direncanakandan diselesaikan dengan baik; kemungkinan besar terjadi kesalahan medikasi karena potensial 'terjcbak'dalam polifarmasi yang tinggi dan tidak ters€lesaikannya penggantiao obat sesuai rcncana.rJ.ro Pada pola crossovcr swtch alaiu cross-tappering switch atau overlap- ping jx,titch.iefJgari. minimal overlapping tidak teiadi pffubatan yang mcndadak yang mungkin akan membuat pasien tidak stabil. Pola ini dianjurkan untuk pasien yang baru saja menjadi stabil dan masih tinggi kemungkinan kckambuhacnya, bila dibutuhkan menghilangkan cfek samping pada pasien yang tioSti kemungkinan kekambuhaunya. Baik pada pcnggantian dar: antipsikotika dengax potensi kuat (high potency antipsychorrtr,, kc antipsikotika atipikal dan penggantian dari antipsikotika potensi rerdah (low potency antipsychohtics) dimana potensi rebound kolinergik dapat rerjadi. Hal-hal yang ridak mcnguntungkan pada pola ir,i adalah bila penurunan dcsis obat pertama tedalu ccpat maka akan terjadi kcdua obat antipsikotika berada dalam dosis subterxpeutik, potcnsial terjadi interaksi antar obat, dapat terjadi kombinasi cfek samping dan kcmungkinan terjadi kesalahan medikasi karena 'terjcbak'pada pol ifarmasi ,6&qro Dari beberapa pola penggantian obat di atas, bclum ada bukti pcnelitian dengafl meta-analisis cara mana yang paling optimal. Pada pola cross oeer switch nampaknya kumog terjadi interaki antar obat, nsmun studi tentang prggantisn obat masih terbatas., lm Rlsiko yang dapat terjadi pada penggantian antipsikotika Nsiko pertama yang dapat terjadi pada p€nggantian antipsikotikr rdalah cholburgic rebound syndromes (CR.S) dalam kcadaan mana tcrdaFt t3jala scpeni inlluenza karena gejala penghentian ob^t (lrdluenza-like wirwwnl symp,oms), seryrl.i rest e$ae$, ansietas, malaise, agitasi, kelclalmn, mydgia, insomnia, nightmares, diaphoresis, rhinorhoea, paracsthesia, GI disrcss, na[sea, vomitting, anoreksia, diarea, sakit kepala dan vertigo. Gcjala ini saing terjadi pada penghentian antipsikotika dan/atau antikolinergik yang brldu.?af, pada pergantian antipsikotika delgan antipsikotika lain yang lurang cfck antikolinergiknya atau penghentian yang tedalu cepat dari antipsikotikr rmg mempunyai sifat antikolinergik cndogen, misalnya: thioridazine, chlo(Funazine, clozapine, zotepine, olanzapinc. Gejala ini dapat terjadi hcbat, rrmun cenderung relatif singkat dan mudah diduga.s.7rl Risiko lainrya adalah witMrawal dyskinesrar yaiu EPS s€ceratcrsdldiri atau berhubusgao dengan rebound kolincrgik, rebound akathisia, ,(,i!.g dikacaukan dengan ansietas atau gejala psikotik, gejala parkinsonism, tqno(, akut atau distonia tarda dan pcmburukan dari gcjala diskinesia tarda. t tit seri ng terjad i gc rakan perifcr dari pada oro-buccal. Gcjala i ni dapat ringan sanTai berat dan dis€nai gejala dehidrasi dan problem sirkulasi.5r.rlr. Yang kemungkinan terjadi juga s€bagai risiko adalah supersercit;iry psychoses yaifi lerjadinya rebound psychorrr, ditandai olch gejala Fikosis y.nt onsetnya sangat ccpat dalam beberapa hari sctelah obat dihentikan, bedcda dengan relaps yang biasaoya onschya lcbih lambat. Diduga scbagai *iht ierjadinya suFrsensitivitrs rescptoi di merolimbilq wa!aupun sistam lain kemungkinan terlibat juga. Pada bcbe:apa kasus terdapat gejala deli.irm datr bahkan parah sehingga memerlukan ECT.7 Risiko lain adalah activalion etects yarl.g didapetkan dari obserrasi Hiais selama pemakaian awal antipsikotika gcnerasi kcdua. Didapatkan gcjalascpcni jalan terus mcnerus yang sccarr fcnomerologik sama dengan akathisia" iosmnia, i ritabilitas, tegang dan dapat memperburuk tejala psi kosi snya. t-ctih saing terjadi pada pasien yang belum pcrnah mendapat tcrapi atau cukup lamr tidak memakai terapi dart pasien pertama kali menderita psikosis.T Risiko selanjutnya adalah relapse at r destabilizatioa. Angla kekambuhan hingga 50% dalam 6 bulan sctelah penghentiar obst socan mendadak dan dalam 3-6 bulan dcngan pemakaian depot. Kckambuhm dar rebound dagatlebibparah terutama bila dalam terapi obat clozapine. Didapatkan data bahwaterjadi kekambuhan y-ang lebih besar yaitu sebesar50qo pada pasien dengan penghentian cepat (selarna 2 minggu) antipsikotika dibandingkan dengan penghentian lambat antipsikotika (selama 8 minggu), angka kckambuhan hanya lgVo.5r'16 Pada beberapa laporan gejala motorik lain yang berhubungan -didapatkan dengan diskootinuitas obar, seperti pernah dilaporkan terjadinya gejala-gejala yang mirip SNM dan mioklonus. Diduga bahwa ini akibat rebound dari kolinergi-k, glutamatergik serta serotonergik.T Dari beberapa risiko pengganrian obat di atas, masih dapat pula terjadi bahwa obat antipsikotika pengganti kurang efektif dibandingkan obat pcruma atau terjadi pcrubahan namun masih didapatkan efek samping yang tidak dapat diroleransi. Kemungkinan karena kurang lama dalam melihat efikasi dari obat pengganti dar rerlalu cepat menyelesaikan peoggantian antipsikotiknya.,o Penanganan risiko-rsiko di atas secara umum dan singkat dapat dilakukan sesuai dengan risiko yang terjadi. Apabila terjadi eksascrbasi atau kembali muncul gejala psikotik yang biasanya onsetnya berlangsung dalam 2 _ 3 milggu pertama, maka penatalaksanaanoya : selalu ,o".p"d", L_brhk n benzodiazepin, mulai kembali antipsikotik penama atau naikkan dosisnya, atau naikkaa dosis anttpsikotik ke drra. Apabila terjadi reaksi witdrawal onticho_ /iaergrc,yang biasanya terjadi dalam beberapa hari, peoatalaksanaannya adalah : pada kasus berat tambahkan obat antikholinergik, atau mulai kembali antipsikoiik pertzma- pada kasus ringan biasanya gejalanya akan nienghilang dengan spontan. WtMrawal dyskinesra biasanya terjadi dalam 2 _ 4 minggu- Apabila hal itu terjadi bcrikan reasrrans terhadap pasicn, kurangi kecepamn taper atAli kembali ke antipsikotik pertam a. Rebound akathisia biasanya terjadi dalam beberapa hari, dapat dicegah dengan meleruskan pemberian obat aotikholincrgik sampai sebulan seielah crossoyer atau dapat diobati dergan obat anti-€kstrapiramidal yang adekuat. Re6o und parkirconism terjadi pada minggu Pertama, penatalaksanannya sama deag.La rebound akathisia- Rebound dynonra biasanya terjadi dalam beberapa hari, p€oatalaksanaanya adalah dengan membedkan obat antikirolinergik. tg2 Hal-hal yang perlu disanpaikrn pada pasiedkelurrga Bila klinisi memutuskan untuk mcnggaoti obatrntipsikoti( mka penting untuk menjelaskan proses pcnggantiao dan bebcrapa hal pcntilg kcpada pasicn dan kcluarga. Perlu meningkatkan kcrjasama lebih crat antara klinisi dan pasia scrta keluarganya agar proses penggantian obat antipsikotik lebih bcdEsil scria dapat mengkomunikasikan kembali terjadinya efek samping atau hal-hal lainPerlu dijelaskan bahwa cf€k obat petrgganti bcrvariasi di enhra indiyidu dan tidak dapat di ramalkan sebelumnya. Obat antipifoUU pengganti tidak sclalu bereaksi lebih baik dari antipsikotika scbelumnya- Peoggamian entipcikotika diharapkan memberi kescmpatan pasien untuk mendap.akan kcmajuan, walaupun kemungkinan tidak tcrjadi kemajuan atau bahken trrjadi pcrburukan gejala. Pentiug dikomunikasikan kemungkinan tcrjadinye cfck sempiog dari obat p€nggarti seperti pningkatan berat badan, scdasi jangka pendet, percncanaan waktu penggantian dan implikasi dari pcnurunan inhibisi prolaktia" Bahwa proses pelggantian memcrlukan waktu yang cutup untuk mcncoba obat pengganti hingga dimungkinkan pcnilaiar cfikesinya- Bagairnana menilai keberhasilan dan kcsempatan untuk mendapatkan ke$crhasilan.3$ Penutup "tran cfik si ditiottatbn dan efek Penggaotian obat rntipsikotika dimungkinkan dcngen yang kurang, pcngcndalian target simptom masih daFt samping yang tidak dapat ditolcransi. Dalam mclaksanrho t:l ini pcrlu mempcrhatikan risiko diskontinuitas obat pertama datr lccrrashifpcda prscs intervcnsi dao pcrcrrc2naan p€nggantian obat. Dalam pcrcncrnean pcrtu dipcrtimbangkan kcadaan pasicn apakah rdz odvenc cvet, gasico stabil .tau kcmungkinan kckambuhan yang rcndah hingga tinggi; kcmongkiuar intcraksi obat, waktu paruh obat, dosis ekuivalen obat sebelumnya poterlsial kombimsi cfck samping. Dalam proses pcnggantian harus dihindari d pcryganti scrta k€ada 'tcrFnngkep' dalam polifarmasi karena tcrjadi perbaikan targct simptoo rn prlll pcngurangatr cfek samping dalam proses penggantian dan klinisi cnggan nrncnrslan proces penggantian obat hingga tuntas pada gow gadud ni( otuoE.{L 103 Risiko yang dapat tcrjadi selama proses penggantian obat antipsikotika adalah rebound choliwgic, withdrawal dyskinesia, supersensitivity psychosis, activation elects dan relaps serta destabilisasi dari pasien. Urtuk mamperkccil terjadinya hal terscbut di atas dapat ditambahkan benzodiazcpinjuga bcrsamaan pemberian obat antikolinergik yang sesuai. Pasien bersama keluarga perlu dilibatkan dalam proses penggaotian obat dengan memberikan psikocdukasi dan menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pcnggantian. Hal-hal di atas dapat memperkecil kesalahan proses penggantian obat pasien dan mendapatkan kcsempatan untuk kemungkinan pcrbaikan yang lebih baik dan konsekuensi terapi yang lebih lama, diharapkan mcmberi kuatitas hidup yang lebih baik pasien psikotik dengan peningkatan kcsadaran terhadap proses panjang tcrapinya. Daftar Pustaka l. Tcrry AV, Mahadik SP. Time Dependent Cognitive DcficitsAssociated with First and Second Generarioo Antipsychotics: Cholinergic Dysregulation as a Potential Mcchanism. American Socieq/ for pharmacology and Experi- mental Therapeutics. JPET Fast Forward. Published on Scp. I I, 2006 as 10. I 124ljpet. 106. 106047. Diakscs tanggal 25 Oktober 2006. DOI: 2. Weiden Pi, J Clin Psych 1997, 58[Suppl l0l, 63-?2. rcupdated Weiden pJ. Switchiag Antipsychotics; an updated review with a focus or quetiapine. Journal of Psychopharmacology 2O(l)(2006), 3. t04-l 18. Masand PS. A Revicw of Pharmacologic Strategies for Switching c{l Antipsychotics. Prim Care Companion. J ao Atypi- Clin psy 2005:?(3)- 4. Alcock S, I-ambert T. Neuroleptic-Induccd Deficit Syndrome (NIDS). Potions, Brews elld Arc.lre Treatments. CD-ROM. 2O0O- 5- BurnsT, Chabanncs JP, Demyttenaere K. Switching Antipsychotic Medications: Gcncral Recommendations and Switching to Amisulpiride. Current Medical Research and Opinion vol- tt no.4.2OO2,ZO|-2O8. 6. Mccrath J, Emmerson WB. Fortnightly review. Treatment of Schizophrenia. BMJ 1999, 319: t045-8. 7. I-ambert T. Dosing, timing and choice of drugs when switching from one sntipsychotics to another: Clinical considerations. hftJr://hornepage_mac_com/ open4/ 104 pdi Diakses 25 Oktober 2006. 8. 9' 10. Basis and hacStahl SM: Esscntial Psychopharmacologt: Neuroscientific tical Appliations 2nd cd, Cambridgc University Prrss' Zm' Bazirc i.: PsychotroPic Drug Directory 03/04: The Pofcssiooals' Pocket pp 176184' handbook 8nd side mcmoirc' Fivepin Publishing' 2003, M, Baumgartner S, Eltanaihi-Furtnullcr N, cl d: Swithiry bctween Bllinger Second4eneration Antipsychotics: Why and How ?, CNS Drugs 2005: t9(r): Tt-42. Mthdrawal SynI l. Gardos G, Cole JO, Tarsy D. Cholincrgic Rebounds and dromes. Am J Psychiatry 137:2, Feb' 1980, PP' 261' rssociatcd with Anti12. Gardos G, Cole JO, Tarsy D. Withdrawal Syndromcs psychotics drugs. Am J Psychiatry 115:1321'1324, l9lE' 13.Tra ter R Healy D. Neuroleptic Discontinuation Syndrc{trcs' J Psychophar- macol 12:4O1406, 1998. 136:8' Au14. Gardos G. A Case of Withdrawal Dyskioesia' Am J Bydliatry gust" tYl9, PP. i@. in Krplan & Sadock's 15. Marder SR, M.D.: Schizophrenia: Somatic Treatmeot Wiltiams & wilComprehensive Textbook of Psychiatry ?th cds, UPpincolt kins,2000. 16. Annual meeting Amtric Collcge of Neuropsychopharmacology, San Juan, Puerto Rico' Dec' i5' 1992' Grcen et al presented at the 3 l th 105