bab v penutup

advertisement
BAB V
PENUTUP
Dalam bagian ini, peneliti akan menyusun kesimpulan berdasarkan rumusan
masalah, tujuan penelitian, temuan penelitian serta analisis penelitian. Setelah itu,
peneliti juga akan menyusun saran baik untuk kepentingan akademis seperti
penelitian lanjutan maupun untuk kepentingan praktis seperti penyusunan strategi
pemasaran. Setelah itu, peneliti akan mengemukakan keterbatasan-keterbatasan
penelitian ini sekaligus berharap akan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi
penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Secara umum, kita bisa melihat bahwa Top Coffee berhasil memperoleh nilai
brand preference yang cukup tinggi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Keberhasilan
ini merupakan sesuatu yang cukup menakjubkan karena pasar kopi adalah pasar yang
relatif sulit untuk ditembus. Wingsfood berhasil meluncurkan produk baru yang bisa
merubah struktur pasar dalam waktu singkat setelah sebelumnya sukses melakukan
hal yang sama dengan Mie Sedaap di pasar mie instan.
Tingginya nilai brand preference ini disebabkan oleh dua faktor yang utama,
yaitu kualitas intrinsik produk yang memang disukai oleh konsumen serta iklan
televisi Top Coffee versi „Bongkar„. Dari segi produk, Top Coffee memang memiliki
keunikan sendiri. Dengan campuran antara biji kopi Robusta dan Arabica, Top Coffee
memiliki rasa serta aroma premium yang khas. Hal ini memberikan apa yang
dikatakan Upshaw (1995) sebagai keuntungan relatif, elemen yang sangat penting
dalam komponen produk.
Dari segi iklan televisi, Top Coffee berhasil mengombinasikan antara elemenelemen sentral dengan elemen-elemen peripheral sehingga tingkat efektivitas iklan
bisa dimaksimalkan. Mulai dari naskah iklan, visual iklan, talent iklan, slogan iklan
hingga musik iklan mencatatkan nilai regresi yang positif. Hanya elemen repetisi
iklan yang tercatat tidak memiliki pengaruh yang valid terhadap brand preference
Top Coffee.
Secara umum, ada beberapa catatan mengenai peran iklan televisi Top Coffee
versi „Bongkar„ terhadap brand preference Top Coffee di Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Pertama, pengukuran dengan menggunakan analisis regresi menunjukan
bahwa elemen-elemen peripheral seperti visual, slogan dan talent menghasilkan
pengaruh yang lebih besar daripada elemen isi pesan dalam iklan. Artinya bisa
disimpulkan bahwa pengaruh pesan yang muncul dalam audiens akan bersifat
sementara, tidak mudah diprediksi dan mudah berubah. Persuasi menggunakan
elemen peripheral memang lebih mudah dan lebih cepat. Apalagi sebagai produk
baru Top Coffee dituntut untuk bisa membangun basis konsumen dari titik nol
dengan cepat. Masalahnya dalam jangka panjang penggunaan elemen peripheral
sebagai titik tumpu persuasi bisa membawa beberapa masalah. Tanpa kesadaran
kognitif yang utuh dibalik preferensi terhadap Top Coffee, maka konsumen yang
sudah beralih Top Coffee dapat kembali beralih ke produk lain saat ada produk baru
yang muncul atau saat market leader melakukan serangan balik.
Catatan kedua, visual iklan terbukti menjadi pendukung yang penting dalam
meningkatkan efektivitas Top Coffee. Menurut Morgan (2009), challenger brand
memiliki
keuntungan
berupa
fleksibilitas.
Ia
memiliki
kebebasan
untuk
memaksimalkan elemen kreatifnya dan menciptakan sensasi besar di benak audiens
pada saat peluncuran produk. Hal inilah yang benar-benar dipraktekan oleh Top
Coffee. Berbeda dengan iklan kopi pada umumnya yang biasanya menonjolkan
kenikmatan dan kenyamanan, Top Coffee menggebrak pasar dengan iklan yang
agresif dan bertempo tinggi. Hal ini terbukti membuat Top Coffee lebih membekas
dalam ingatan konsumen serta turut membantu meningkatkan brand preference Top
Coffee.
Catatan yang ketiga sekaligus yang terakhir adalah penggunaan talent iklan.
Ada tiga talent yang digunakan oleh Top Coffee yaitu Iwan Fals, Nikita Willy, dan
Samuel Zylgwyn. Penggunaan tiga brand ambassador sekaligus ini ternyata tidak
berdampak terlalu baik bagi Top Coffee karena Nikita Willy dan Samuel Zylgwyn
terbukti menuai hasil yang kontraproduktif. Di satu sisi, kredibilitas Nikita Willy dan
Samuel Zylgwyn memiliki nilai regresi yang cukup tinggi. Di sisi lain, rasa suka
terhadap Nikita Willy dan Samuel Zylgwyn justru memberi dampak yang negatif
terhadap brand preference. Trout dan Ries (2001) menyatakan bahwa positioning
yang baik adalah positioning yang memiliki diferensiasi yang spesifik. Dengan
menggunakan tiga brand ambassador sekaligus, Top Coffee telah menciptakan
kerancuan identitas yang cukup merugikan.
Bagaimanapun juga, iklan televisi Top Coffee versi „Bongkar„ tetap terhitung
sukses dalam meningkatkan brand preference Top Coffee. Faktor-faktor diluar iklan
televisi mulai dari faktor kepribadian, faktor sosial hingga faktor gaya hidup justru
tidak menunjukan hubungan yang valid dengan brand preference. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh masih barunya usia produk Top Coffee sehingga
iklan televisi masih menjadi faktor pendorong yang terbesar.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa iklan-iklan selain iklan televisi tidak
menunjukan pengaruh yang valid terhadap brand preference Top Coffee. Hal ini
disebabkan karena Top Coffee memang menggunakan sebagian besar dana
pemasarannya untuk iklan televisi. Strategi ini terbukti berhasil meningkatkan brand
preference Top Coffee dalam waktu singkat.
5.2. Saran
Secara umum, iklan televisi Top Coffee versi „Bongkar„ sudah cukup baik.
Naskah iklan, visual iklan, slogan iklan dan musik iklan telah mendapatkan apresiasi
positif baik dari responden terutama mengenai persuasivitas dan kredibilitasnya.
Meski begitu, ada tiga saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan penelitian ini.
Pertama, Top Coffee harus meluncurkan usaha komunikasi dan publikasi
susulan yang mengutamakan persuasi melalui jalur sentral. Sejauh ini, Top Coffee
berhasil menciptakan basis pasar dengan brand preference cukup tinggi melalui
elemnen-elemen peripheral dalam iklan. Akibatnya, perubahan perilaku audiens yang
muncul akan bersifat sementara, mudah diubah, dan sulit diprediksi. Oleh karena itu
basis pasar ini perlu diperkokoh dengan pesan-pesan persuasi jalur sentral yang dapat
menghasilkan perubahan perilaku konsumen yang bersifat lebih permanen, tidak
mudah diubah dan mudah diprediksi.
Kedua, Top Coffee sebaiknya memfokuskan target konsumennya. Penentuan
target konsumen yang tidak spesifik dan penggunaan tiga brand ambassador untuk
mengakomodasi hal tersebut hanya akan membuat identitas Top Coffee menjadi
buram. Lawan utama Top Coffee di pasar kopi adalah PT. Santos Jaya Abadi yang
menggunakan strategi multibrand. Masing-masing brand yang dibawahi PT. Santos
Jaya Abadi memiliki target konsumen yang lebih spesifik serta identitas yang lebih
kuat. Apabila identitas Top Coffee tidak diperkuat, maka dalam jangka panjang
brand-brand PT. Santos Jaya Abadi dapat merebut kembali konsumen Top Coffee.
Seperti yang dikatakan Morgan (2009), perusahaan harus mau mengorbankan angka
penjualan demi identitas karena identitas akan lebih bermanfaat bagi perusahaan
dalam jangka panjang.
Ketiga, Top Coffee juga sebaiknya memperbaiki integrasi antar media. Top
Coffee memang berhasil mendapatkan momentum dengan memaksimalkan iklan
televisi, namun untuk memelihara momentum tersebut diperlukan integrasi antar
media yang dapat mengisi sebanyak mungkin variasi media yang dikonsumsi oleh
target audiens. Ketika Top Coffee mulai tumbuh memasuki fase dewasa dan
kehilangan antusiasme konsumen, integrasi antar media mutlak diperlukan untuk
menjaga konsumen Top Coffee.
Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan yang akan dihadapi oleh Top
Coffee akan semakin banyak. Untuk menghadapi tantangan tersebut Top Coffee perlu
beradaptasi dengan segala perubahan pasar. Tiga saran ini menurut peneliti adalah
tiga hal yang diperlukan oleh Top Coffee untuk terus bertahan di pasar kopi.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Meskipun peneliti telah berusaha secara maksimal dalam melaksanakan
penelitian ini, masih ada beberapa kekurangan yang dapat peneliti rasakan.
Kekurangan pertama adalah waktu penelitian. Seharusnya penelitian ini dilakukan
dalam jangka waktu satu atau dua bulan sejak peluncuran Top Coffee. Namun karena
satu dan lain hal, penelitian ini tertunda dalam waktu yang cukup lama. Rentang
waktu yang cukup lama antara awal pemutaran iklan Top Coffee dengan penelitian
ini bisa menimbulkan kerancuan yang mengurangi efektvitas penelitan. Selain itu,
kekurangan juga dirasakan oleh peneliti dalam metode sampling yang digunakan.
Seharusnya peneliti menggunakan teknik sampling yang lebih rumit dan lebih akurat.
Namun karena kekurangan waktu dan tenaga, peneliti terpaksa menggunakan teknik
aksidental sampling.
Download