Mengapa Kehadiran Orang Lain dan Adanya Alat Komunikasi

advertisement
Mengapa Kehadiran Orang Lain dan Adanya
Alat Komunikasi Menjadi Hal Yang Paling Bermakna Pada Anak Pidana Di Bali?
David Hizkia Tobing, A.A Sagung Suari Dewi
P.S Psikologi Fakultas Kedokteran-Universitas Udayana
[email protected]
Ringkasan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
yang lebih matang yang meliputi adanya perubahan fisik, kognitif dan sosial emosional, serta
banyak sekali perubahan yang harus dihadapi. Pernyataan tersebut senada dengan salah satu
karakteristik remaja yang diungkapkan oleh Hurlock (1980), dikatakan bahwa masa remaja
merupakan masa peralihan, dimana terjadinya peralihan pola psikologis dan karakter dari
seorang anak-anak tetapi belum sampai pada tahapan dewasa yang menyebabkan terjadinya
kebingungan dari sang remaja akibat pencarian dan pematangan jati dirinya.
Sesuai undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1995 yang mengatur
tentang pemasyarakatan, bahwa pelaku tindakan-tindakan kenakalan remaja yang berusia 18
tahun atau kurang dari 18 tahun yang terbukti bersalah, akan diberikan pembinaan dan
dididik di dalam lembaga pemasyarakatan khusus anak seperti Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B yang terletak di daerah Karangasem, Bali dengan sebutan anak pidana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hal apa yang dianggap paling bermakna
bagi anak binaan. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dan
kebermaknaan hidup itu sendiri menjadi pusat dari fenomena tersebut. Temuan utama dalam
penelitian ini adalah: (1) kehadiran orang lain (2) keberadaan alat komunikasi, merupakan hal
yang paling bermakna bagi anak pidana di Bali.
Kata Kunci: Kehadiran orang lain, kebermaknaan hidup, anak pidana di Bali
dirinya. Kehidupan seorang narapidana
anak dan narapidana remaja di Lembaga
LATAR BELAKANG
Pemasyarakatan Anak tentunya berbeda
Memasuki
pembinaan
sebuah
tempat
bernama
lembaga
dengan kehidupan teman-teman seusianya
yang
tinggal
di
luar
pemasyarakatan sudah tentu membuat citra
Pemasyarakatan.
bahkan
pada
merasakan kebebasan seperti kehidupan di
masyarakat, sehubungan dengan perilaku-
luar Lembaga Pemasyarakatan. Kondisi ini
perilaku melanggar hukum dan norma
dikemukakan Mulyadi (dalam Handayani,
yang pernah dilakukan oleh para penghuni
2010) sebagai akibat bahwa pidana penjara
lembaga pemasyarakatan yang memiliki
merupakan pidana bersifat perampasan
sebutan narapidana tersebut. Sehingga saat
kemerdekaan pribadi terpidana karena
memasuki
penempatannya
labelling
tersendiri
lembaga
pemasyarakatan
Mereka
Lembaga
dalam
tidak
bilik
dapat
penjara.
tersebut, tentunya para narapidana ini,
Kehilangan kemerdekaan itu antara lain
tidak terkecuali para anak pidana, akan
hilangnya hubungan heteroseksual (loss of
mengalami perubahan pola hidup baik dari
heterosexual), hilangnya kebebasan (loss
segi
dalam
of autonomy), hilangnya pelayanan (loos
menghadapi segala dinamika kehidupan
of good and service), dan hilangnya rasa
dalam lembaga pemasyarakatan anak yang
aman (loss of security), di samping
ada. Perubahan psikologis yang terjadi
kesakitan lain, seperti akibat prasangka
kemungkinan akan semakin berdampak
buruk dari masyarakat (moral rejection of
pada anak pidana saat itu sedang dalam
the inmates by society) (Sykes, dalam
masa pencarian jati diri mereka.
Handayani, 2010).
fisik
maupun
Seperti
psikologis
diketahui,
Berdasarkan hasil dari preliminary
makna hidup dapat ditafsirkan sebagai
study pada subjek yang sama, didapatkan
suatu
membuat
juga bahwa ada enam hal yang merupakan
seseorang merasakan hadirnya sebuah
kebermaknaan hidup pada anak pidana di
perubahan dalam dirinya dan perubahan
Bali, dua hal yang sangat menarik yaitu
itu sangat mengesankan (Hernowo, 2004).
kehadiran
Sesuai dengan konsep logoterapi (Frankl,
penggunaan alat komunikasi. Memasuki
2004), makna hidup didapatkan melalui
kehidupan
beberapa
pemasyarakatan
proses
cara,
yang
yang
salah
telah
dapat
satunya
adalah
orang lain
di
dalam
anak
pada
dan
lembaga
awalnya
“penderitaan”
yang
melalui cara atau metode dalam menyikapi
merupakan
suatu
bahkan dapat membuat yang bersangkutan
penderitaan
yang berlaku
atas
suatu
(keluarga)
merasa depresi. Untuk bertahan dalam
dan masukan bagi pihak Lapas anak
kondisi
tentang
seperti
itu,
seseorang
harus
bagaimana
memahami
dan
mengetahui benar apa alasannya hidup
memberlakukan para anak pidana yang
atau makna hidupnya, karena ketika
menjalani
seseorang mengetahui makna hidupnya,
Pemasyarakatan Kelas II B Karangasem
hal tersebut dapat menjadi motivator
agar sesuai dengan kebutuhan psikologis
utama yang membuatnya bertahan dalam
anak tersebut.
penderitaan
berat
sekalipun.
pembinaan
di
Lembaga
Jika
ditemukannya makna hidup, seseorang
dapat menjalani hidupnya dengan lebih
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
semangat, tetapi penemuan makna hidup
Remaja merupakan suatu masa yang
itu sendiri tidak semudah membalikkan
unik dan merupakan masa transisi dari
telapak tangan, melainkan suatu proses
masa anak-anak ke masa dewasa, yang
yang
sangat
meliputi adanya perubahan fisik, kognitif
menarik pada penelitian tersebut adalah
dan sosial emosional (Santrock, dalam
begitu penting dan dominannya kehadiran
Henggaryadi, 2009). Usia seseorang dapat
keluarga dan orang lain dalam kehidupan
dikatakan remaja adalah pada usia 10-20
subjek, mengalahkan hal lain seperti cita-
tahun (WHO, dalam Mulyono, 2007).
cita subjek itu sendiri. Serta hal yang
Namun, di Indonesia terdapat perbedaan
terpenting kedua adalah penggunaan alat
persepsi mengenai batasan usia remaja
komunikasi yang tentu saja sangat dibatasi
berdasarkan beberapa pertimbangan yang
selama didalam penjara. Hal inilah yang
dikemukakan oleh para ahli bahwa usia
membuat peneliti tertarik untuk mencari
remaja adalah pada usia 11-24 tahun,
tahu apa yang menjadi alasan sehingga
seperti salah satu pertimbangan yang
kehadiran
dan
diungkapkan
menjadi
Henggaryadi,
panjang.
penggunaan
Temuan
orang lain
alat
yang
(keluarga)
komunikasi
oleh
Sarwono
2009)
dimana
(dalam
pada
sesuatu hal yang sangat bermakna bagi
kebanyakan daerah di Indonesia, akil balik
para subjek didalam penelitian tersebut.
sudah terjadi pada usia 11 tahun yang
Tujuan akhir penelitian ini adalah
secara
sosial
menandakan
bahwa
memberikan informasi bagi pihak keluarga
seseorang tidak diperlukan sebagai anak-
para
tentang
anak dalam perannya di masyarakat.
pentingnya kehadiran dan keberadaan
Selain itu dikatakan juga bahwa pada usia
mereka bagi kehidupan subjek. Penelitian
tersebut
ini juga bertujuan memberikan informasi
penyempurnaan
anak
pidana
di
Bali
mulai
ada
tanda-tanda
perkembangan
jiwa
seperti tercapainya identitas diri (ego

Anak Sipil yaitu anak yang atas
identity, menurut Erikson), tercapainya
permintaan orang tua atau walinya
puncak perkembangan kognitif (Piaget)
memperoleh penetapan pengadilan
maupun
untuk
moral/kriteria
psikologis
dididik
di
Lembaga
(Kohlberg). Keunikan psikologis yang
Pemasyarakatan (LAPAS) Anak
terjadi
paling lama sampai berumur 18
pada
masa
remaja
telah
menimbulkan sangat banyak penelitian
yang
dilakukan
paradigma
untuk
remaja,
mengungkap
(delapan belas) tahun.
Berdasarkan latar belakang yang
baik
dengan
menyatakan bahwa fokus penelitian ini
remaja
maupun
adalah pada para remaja yang pada fase
indikator atau kecenderungan perilaku
pencarian identitas dirinya melakukan
yang menunjukkan ciri khas remaja.
tindakan-tindakan yang melanggar norma
menggunakan
subjek
sosial bahkan hingga mengarah pada
B. Anak pidana
perbuatan kriminal, penelitian ini akan
Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan
(1995),
anak
pidana
menggunakan subjek anak pidana.
Disebutkan juga dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 12
merupakan salah satu bagian dari anak
Tahun
didik
(1995),
pemasyarakatan.
Anak
didik
pemasyarakatan terdiri dari:

tentang
bahwa
Pemasyarakatan
anak
pidana
ini
ditempatkan di LAPAS anak mengingat
usia mereka yang belum menginjak 18
Anak Pidana yaitu anak yang
berdasarkan putusan pengadilan
menjalani
pidana
di
Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Anak
paling lama sampai berumur 18
(delapan belas) tahun;

1995
tahun,
sehingga
sudah
seharusnya
mendapatkan perlakuan yang berbeda dari
para narapidana yang sudah berusia di atas
18 tahun. Usia minimum seorang anak
dapat diajukan pada pengadilan anak
adalah 10 tahun dan batas maksimumnya
Anak Negara yaitu anak yang
adalah pada usia 18 tahun.
berdasarkan putusan pengadilan
diserahkan
dididik
Lembaga
pada
dan
negara
untuk
ditempatkan
di
Pemasyarakatan
(LAPAS) Anak paling lama sampai
berumur 18 (delapan belas) tahun;
C. Kebermaknaan hidup
Makna hidup adalah hal-hal yang
dianggap sangat penting dan berharga bagi
seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan
hidup (Bastaman, dalam Kartini, 2008).
Menurut James Crumbaugh dan
Leonard
Maholick
(dalam
Koeswara,
1992), kebermaknaan hidup individu dapat
hidup bahwa bunuh diri bukan
merupakan solusi.
f. Kepantasan
untuk
hidup.
diidentifikasi melalui enam aspek dasar,
Kepantasan untuk hidup adalah
yaitu:
evaluasi
individu
terhadap
a. Arti hidup. Arti hidup adalah
hidupnya sendiri, sejauh mana ia
segala sesuatu atau orang yang
merasa bahwa apa yang telah ia
dianggap penting dan berharga
lalui dalam hidupnya merupakan
bagi kehidupan individu, memberi
sesuatu
nilai yang spesifik, serta dapat
menjadi tolok ukur baginya tentang
dijadikan sebagai tujuan hidup bagi
mengapa hidup itu layak untuk
individu tersebut.
diperjuangkan.
b. Kepuasan hidup. Kepuasan hidup
adalah
penilaian
yang
wajar,
sekaligus
Terlepas dari apakah kebermaknaan
seseorang
hidup merupakan sekedar tujuan, cara,
terhadap hidup yang dijalaninya,
proses, ataukah sifat yang berasal dari
sejauh mana ia mampu menikmati
dalam diri individu, dari penelitian ini
dan merasakan kepuasan dalam
akan terlihat seperti apakah kebermaknaan
hidup dan segala aktivitas yang
hidup para anak pidana di Lembaga
telah dilakukannya.
Pemasyarakatan Kelas II B Karangasem
c. Kebebasan.
Yang
dimaksud
dengan
kebebasan
adalah
yang ditinjau berdasarkan 6 aspek dasar
kebermaknaan
hidup
menurut
James
bagaimana individu merasa mampu
Crumbaugh dan Leonard Maholick (dalam
untuk mengendalikan kebebasan
Koeswara, 1992).
hidupnya
secara
bertanggung
jawab.
METODE PENELITIAN
d. Sikap terhadap kematian. Sikap
A. Tipe penelitian
terhadap kematian berarti persepsi
Penelitian ini menggunakan metode
tentang kesiapan individu terhadap
penelitian kualitatif. Metode penelitian
kematian yang pasti akan dihadapi
kualitatif sering disebut metode penelitian
oleh setiap manusia.
naturalistik karena penelitiannya yang
e. Pikiran tentang bunuh diri. Pikiran
dilakukan pada setting dan objek alamiah.
tentang bunuh diri ini terkait
Metode
dengan
jalan
mendapatkan data yang mendalam, suatu
keluar dalam menghadapi masalah
data yang memiliki makna. Oleh karena
persepsi
tentang
kualitatif
digunakan
untuk
itu, metode penelitian kualitatif tidak
yang mempelajari sebuah fenomena atau
menekankan pada generalisasi, tetapi lebih
konsep berdasarkan sudut pandang dan
menekankan
keyakinan langsung dari individu atau
pada
makna
(Sugiyono,
2012).
kelompok individu sebagai subjek yang
Desain
penelitian
yang
ini
digunakan
adalah
Fenomenologi
dalam
mengalami langsung.
fenomenologi.
adalah penelitian
yang
mencoba menjelaskan atau mengungkap
makna konsep atau fenomena pengalaman
Adapun beberapa kriteria inklusi dari
subjek penelitian ini sesuai dengan tahapan
pengambilan datanya, adalah:

Seluruh anak pidana Lembaga
yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
Pemasyarakatan
pada beberapa individu (Moleong, 2012).
Karangasem yang berusia 16-18
Metode ini dapat membantu kita untuk
tahun
mendekati
kegiatan focus group discussion
gejala
sebagaimana
kita
Kelas
II
diikutsertakan
dalam
menghayati, menghidupi, atau mengalami
(FGD)
gejala itu secara sebenarnya (Abidin,
pandangan
dalam Handayani, 2010). Adapun syarat
kebermaknaan hidup mereka.
utama
bagi

untuk
B
mendapatkan
awal
mengenai
keberhasilan
penggunaan
fenomenologi
adalah
tahanannya di atas 4 bulan dan 3
membebaskan diri dari praduga-praduga
orang anak pidana dengan masa
atau
tahanan di bawah 4 bulan akan
metode
pengandaian-pengandaian
(Misiak
dan Sexton, dalam Handayani, 2010).
3 orang anak pidana yang masa
diikutkan dalam in-depth interview
B. Subjek penelitian
untuk
Secara keseluruhan, subjek yang
mendapatkan
pandangan
komprehensif
tentang
paling banyak terlibat dalam penelitian ini
kebermaknaan
hidup
adalah anak pidana yang menjalani masa
pidana ini. Keempat anak ini akan
hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan
dipilih
Kelas II B Karangasem. Dalam penelitian
jawaban yang mereka berikan saat
ini, anak pidana menjadi subjek dengan
FGD berlangsung, yang menurut
tujuan untuk mendapatkan pemahaman
peneliti representatif terhadap topik
mengenai
dan memiliki keunikan tersendiri.
kebermaknaan
hidup
berdasarkan sudut pandang mereka yang
mengalami
“hukuman”
pemasyarakatan
tersebut,
di
yang
lembaga
sesuai
dengan konsep penelitian fenomenologi

berdasarkan
apakah
anak-anak
jawaban-
Subjek yang memberikan jawaban
tentang
pentingnya
kehadiran
orang lain serta penggunaan alat
komunikasi akan dilibatkan lebih
kategori
lanjut dalam proses wawancra
pedoman pertanyaan dari wawancara ini
mendalam
mengetahui
tidak akan terlalu terstruktur dan peneliti
pentingnya kedua hal tersebut bagi
akan bertanya lebih lanjut lagi jika
para anak pidana tersebut.
jawaban dari pertanyaan kepada sumber
untuk
in-depth
interview
di
mana
dianggap belum cukup representatif. Hal
C. Teknik penggalian data
ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban
1. Focus group discussion (FGD)
yang lebih mendalam dari sumber data
Focus group discussion (FGD)
sehingga semakin memperkaya data serta
berarti interaksi kelompok yang dinamis di
untuk menggali lebih lanjut data-data yang
dalam suatu percakapan yang memiliki
disampaikan oleh sumber yang dianggap
suatu tujuan (Ghony dan Almanshur,
menarik dan merupakan suatu jawaban
2012). Dalam metode ini, peneliti akan
baru yang bahkan mungkin kontradiktif
menemukan apa yang kelompok rasakan,
terhadap permasalahan yang dikemukakan.
pikirkan,
atau
tahu
mengenai
fokus
penyelidikan dari peneliti. Sesuai dengan
3. Observasi
paparan tersebut, FGD dalam penelitian ini
Teknik observasi partisipatif akan
dilakukan untuk mengetahui pendapat atau
digunakan dalam penelitian ini. Observasi
persepsi
partisipatif
anak
pidana
mengenai
kebermaknaan hidup secara general.
Peneliti
akan
adalah
sebuah
teknik
pegumpulan data yang mengharuskan
mengikutsertakan
peneliti melibatkan diri dalam kehidupan
anak-anak pidana yang berusia 16-18
masyarakat yang diteliti untuk dapat
tahun dalam FGD ini. Pelaksanaan FGD
melihat dan memahami gejala-gejala yang
akan dibagi ke dalam beberapa kelompok,
ada, sesuai dengan makna yang dipahami
mengingat metode ini akan lebih efektif
oleh warga yang diteliti (Ghony dan
dan mudah jika jumlah peserta dalam satu
Almanshur, 2012). Dari beberapa jenis
kelompoknya relatif sedikit.
observasi
partisipatif,
menggunakan
partisipasi
peneliti
akan
pasif
dalam
kegiatan ini.
2. In-depth interview
Setelah mendapatkan data awal
yang
merupakan
jawaban-jawaban
D. Teknik
pengorganisasian
dan
reperesentatif dari sesi FGD, peneliti akan
analisis data
menggunakan metode wawancara semi
Pengorganisasian data penelitian
terstruktur
yang
termasuk
ke
dalam
kualitatif
dilakukan
dengan
cara
pemberian kode yang merupakan suatu
subjek meskipun subjek pernah melakukan
bagian integral dari analisis data dan
perbuatan
dipandu berdasarkan pertanyaan penelitian
menjalani pembinaan di dalam lembaga
(Ghony dan Almanshur, 2012).
pemasyarakatan, sehingga subjek merasa
Nasution
bahwa
analisis
(2012)
telah
menyatakan
dimulai
sejak
melanggar
hukum
hingga
perlu untuk berterima kasih dengan rela
berkorban
apapun
demi
kebahagiaan
merumuskan dan menjelaskan masalah,
mereka. Subjek bahkan tidak merasa
sebelum
pantas untuk mementingkan kehidupan
terjun
ke
lapangan,
dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil
pribadi
sebelum
bertanggung
penelitian. Bahkan dalam kenyataannya,
terhadap
analisis data kualitatif berlangsung selama
nenek,
proses pengumpulan data daripada setelah
menyatakan akan tetap bertanggung jawab
selesai mengumpulkan data.
terhadap
kehidupan
dan
adik
kakek
perempuan,
subjek.
kehidupan
adik
jawab
Subjek
perempuan
subjek, hingga adik perempuannya mampu
mengusahakan hidupnya sendiri.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Mikrosistem adalah pihak-pihak
Berdasarkan
hasil
dari
yang
berhubungan
langsung
dengan
pengambilan data yang dilakukan terhadap
individu yang memiliki pengaruh kuat
para
terhadap kehidupan individu tersebut,
anak
pidana,
terlihat
bahwa
keberadaan orang lain, khususnya keluarga
terkait
dengan
serta rekan sesama anak pidana, dan alat
(penghargaan) sosial, seperti kasih sayang,
komunikasi merupakan hal yang sangat
rasa penerimaan, pertemanan, dan lain-lain
bermakna bagi para mereka.
yang
diberikan
adanya
oleh
pihak
reward
tersebut
(Brofenbrenner dalam Rice, 2001). Hal ini
Menurut
kebahagiaan
salah
keluarga,
satu
subjek,
khususnya
kebahagiaan adik perempuan, kakek, dan
nenek subjek merupakan salah satu hal
terpenting bagi subjek. Hal ini terjadi
karena, subjek merasa sosok-sosok ini
telah berjasa dalam menemani hidup
subjek, merawat dan menyayangi subjek,
dan tetap memberi dukungan kepada
dapat menjelaskan berartinya memiliki
keluarga yang masih menyayangi, tidak
malu terhadap subjek meskipun subjek
telah melakukan perbuatan melanggar
hukum, dan tetap mendukung subjek
selama berada di dalam lapas anak. Subjek
menganggap
bahwa
keluarga
adalah
mikrosistem bagi subjek yang berinteraksi
secara langsung, membantu membentuk
perasaan
self-worth
dan
secara
materi.
Dalam
suatu
keluarga
berkelanjutan memberikan kasih sayang,
kelompok
yang
perhatian, penerimaan, serta mendukung
kolektivis,
kebutuhan,
baik secara moral maupun material bagi
kepentingan kelompok akan diletakkan
subjek yang berada pada lingkungan serba
atau lebih penting daripada kebutuhan,
terbatas
harapan, dan kepentingan diri sendiri. Hal
di
dalam
Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Karangasem.
Berdasarkan
pendapat
subjek
tersebut
menerapkan
atau
terjadi
harapan,
karena
mengembangkan
paham
dan
kolektivisme
suasana
harmonis,
lainnya, nasihat dari ayah juga sangat
kooperatif, dan konformitas di dalam
berarti, karena selalu menjadi pedoman
kelompok (Matsumoto & Kupperbusch,
subjek dalam menjalani hidup, yang berisi
2001).
tentang
menghadapi
kolektivisme yang memiliki tiga aspek ini,
kehidupan di dalam lapas yang terkenal
diperlukannya dukungan dari orangtua
keras, serta bagaimana ayah subjek yang
ataupun
orang-orang
selalu mengingatkan subjek untuk bersikap
mereka,
merupakan
yang
masa
konformitas terhadap orangtua atau orang-
pembinaan di dalam lapas anak. Ayah juga
orang yang merawat mereka tersebut.
menjadi sosok yang membuat subjek
Kemungkinan para anak pidana ini telah
bertahan hidup selama berada di dalam
ditanamkan
nilai
lapas, karena subjek memiliki keinginan
dikatakan
orangtua
untuk bertemu dan meminta maaf kepada
mengarahkan mereka ke arah kebaikan,
ayahnya yang menunggu di rumah.
sehingga
bagaimana
baik
cara
selama
menjalani
Bagi para remaja, masa remaja
seharusnya
para
dari
yang
konsep
merawat
suatu
bahwa
apa
akan
anak
bentuk
pidana
yang
dapat
masih
bergantung pada nasihat-nasihat yang
diberikan orang tua dalam rangka mencari
pembentukan identitas diri yang unik dan
identitas, mencari pegangan atas hidup,
terlepas dari pengaruh orangtua (Mazor &
serta untuk memaknai kehidupan selama
Enright
berada di dalam lapas anak.
dalam
hal
menjadi
dilihat
masa
demikian,
dapat
Jika
Rice,
tersebut
2001).
Namun
tidak
terlihat
dialami oleh anak pidana yang berada
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B
Karangasem, yang justru masih sangat
bergantung dengan keberadaan orang tua
untuk memberikan nasihat-nasihat dan
dukungan baik secara moral maupun
Kebahagiaan
keluarga
menjadi
sebuah prioritas yang harus diwujudkan
oleh beberapa orang subjek di atas
kebahagiaan mereka sendiri adalah karena
para anak pidana ini telah ditanamkan nilai
kolektivis,
yang
menekankan
pada
kebutuhan,
kepentingan,
kelompok
lebih
kepentingan,
dan
harapan
muncul terhadap diri sendiri. Pada kasus
daripada
anak pidana ini, yang terjadi guilt terhadap
kebutuhan
orang disekitarnya, akibat subjek gagal
penting
harapan,
dan
individu, dalam rangka mengembangkan
dalam
suasana
keluarga subjek.
harmonis,
kooperatif,
dan
konformitas di dalam individu (Matsumoto
mempersepsikan
Subjek
merasa
kebutuhan
bersalah
& Kupperbusch, 2001). Dalam hal ini,
perbuatan
para
dilakukannya, sehingga keluarga subjek
anak
pidana
mengusahakan
dibandingkan
akan
kebahagiaan
lebih
keluarga
kebahagiaan
dan
kecewa
hukum
terhadap
yang
subjek.
diri
Padahal selama berada di dalam lapas,
mereka sendiri. Besarnya pengaruh nilai
keluarga yaitu kakek, nenek, dan adik
kolektivis ini terhadap hidup seorang
perempuan subjek yang selalu memberi
subjek
lainnya,
subjek
dukungan terhadap subjek. Subjek juga
merasa
tidak
memikirkan
mengalami guilt terhadap diri sendiri,
kepentingan diri subjek sebelum dapat
bahwa subjek merasa pernah gagal dalam
mengusahakan kebahagiaan bagi keluarga
membahagiakan nenek, kakek, dan adik
subjek.
perempuan yang selama ini menjadi
Keputusan
memikirkan
bagi
marah
melanggar
atas
menyebabkan
akan
subjek
kepentingan
untuk
diri
tidak
sendiri
keluarga inti subjek. Kedua hal inilah yang
membuat
subjek
merasa
bahwa
sebelum dapat mengusahakan kebahagiaan
kebahagiaan nenek, kakek, dan adik
keluarga
perempuannya harus didahulukan di atas
subjek,
menimbulkan
suatu
analisis lain dari peneliti. Hal tersebut
kebahagiaan subjek.
dapat terjadi karena adanya guilt (rasa
Anak pidana yang merasa berhak
bersalah) yang dirasakan subjek terhadap
melanjutkan
keluarga dan diri sendiri. Guilt muncul
memberikan yang terbaik bagi orang tua
ketika
untuk
merupakan suatu bentuk rasa terima kasih
memenuhi potensi yang dimiliki, gagal
subjek atas segala bentuk pengasuhan yang
dalam mempersepsikan secara tepat atas
sudah subjek terima dari para orang tua
kebutuhan orang yang berarti bagi subjek,
tersebut,
atau
berada di dalam sebuah lapas anak. Anak-
seseorang
penyangkalan
menyangkal
subjek
terhadap
hidupnya
meskipun
pidana
ini
untuk
dapat
subjek-subjek
ingin
ini
keterkaitannya dengan alam semesta (Feist
anak
berbakti,
& Feist, 2009). Terdapat tiga macam guilt,
menghormati para orang tua yang sudah
yaitu guilt dengan alam semesta, guilt
merawat mereka dengan menunjukkan
terhadap orang di sekitar, dan guilt yang
keberhasilan setelah menyelesaikan masa
pembinaan di dalam lapas anak dengan
masa pembinaan di dalam lapas anak,
baik, sehingga anak pidana akan dapat
memiliki pola pikir yang hampir serupa,
merasa bangga atas dirinya sendiri dan
dan selalu memberikan dukungan serta
membanggakan
bersedia
orangtua
mereka.
menjadi
rekan
yang
dapat
Pandangan ini merupakan suatu fenomena
menjadi tempat untuk berbagi perasaan,
wajar pada sebagian masyarakat Indonesia.
dapat menjadikan subjek merasa dihargai,
Rasa ingin berterima kasih dan berbakti
dimengerti, dan diterima, sehingga anak
kepada orangtua yang telah merawat
pidana lainnya akan menjadi sangat berarti
individu ini, dapat terbentuk akibat adanya
bagi diri subjek. Selain itu, kunjungan dari
proses sosialisasi nilai yang dilakukan
pihak luar sangat berarti bagi beberapa
orang tua selama perkembangan subjek.
subjek selama berada di dalam lapas,
(Demirutku, 2007).
terkait
Dukungan
serta
saran
yang
dengan
suasana
baru
dirasakan subjek dengan kehadiran pihak
diberikan sesama anak pidana dapat
luar,
membuat hidup yang dijalani subjek terasa
penderitaan
lebih berarti selama berada di dalam
meskipun untuk waktu yang singkat.
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II B
Karangasem.
Kehadiran
sehingga
dapat
subjek
mengurangi
di
dalam
lapas
Keluarga dan rekan anak pidana
anak
lainnya merupakan sosok yang paling
pidana menjadi berarti selama di dalam
bermakna bagi anak pidana di Lembaga
lapas dapat dikatakan wajar. Hal tersebut
Pemasyarakatan
dapat terjadi karena pada usia remaja telah
Karangasem, sedangkan alat komunikasi,
terjadi kematangan secara seksual, yang
khusunya handphone, merupakan benda
memengaruhi cara pemenuhan emosional
yang paling berarti bagi mereka. Para anak
seperti
pidana
pemenuhan
sesama
yang
kebutuhan
kasih
diijinkan
Anak
Kelas
untuk
II
B
menghubungi
sayang, dan rasa pengertian yang tidak lagi
keluarga mereka melalui telepon yang
bersumber pada orang tua, tetapi pada
disediakan pihak lapas meskipun tidak
rekan lain yang sebaya dan memiliki pola
setiap saat dan dengan proses birokrasi
pikir serupa (Rice, 2001).
yang berbelit, sehingga ijin membawa
handphone selama di dalam lapas sangat
Hal ini pula yang dialami para anak
pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kelas II B Karangasem. Keberadaan anak
pidana lain yang sebaya, berada dalam
kondisi serupa yaitu sedang menjalani
diharapkan para anak pidana. Membawa
alat
komunikasi
seperti
handphone
tentunya dilarang di dalam Lembaga
Pemasyarakatan
Karangasem
Anak
sesuai
Kelas
dengan
IIB
peraturan
perundang-undangan
berlaku,
Henggaryadi, G. (2009). Hubungan antara
menghubungi
body image dengan harga diri pada remaja
keluarga menjadi suatu bentuk kebebasan
pria. Depok, Jawa Barat: Universitas
yang sangat diharapkan anak pidana.
Gunadarma.
sehingga
yang
keleluasaan
Keluarga
merupakan
khususnya
pihak
yang
orangtua
sangat
ingin
dihubungi para subjek karena pihak-pihak
ini adalah mikrosistem bagi anak pidana
Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB
Karangasem. (2012). Profil anak pidana.
Karangasem.
langsung,
Lubis, N. L., & Priyanti, D. (2009, Maret).
membantu membentuk perasaan self-worth
Makna hidup pada penderita kanker leher
dan secara berkelanjutan memberikan
rahim. Sumatera Utara, Indonesia.
yang
berinteraksi
secara
kasih sayang, perhatian, penerimaan, serta
mendukung baik secara moral maupun
material bagi anak.
Mulyandari, T. R. (2011, Juni 17).
Dampak
bagi
anak
pidana
yang
ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Madiun. Malang: Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Brawijaya.
Anggono, A. T. (2008). Atribusi sosial
narapidana
anak
Pemasyarakatan
Surakarta:
di
Kelas
Universitas
Lembaga
IIA
Sragen.
Muhammadiyah
Santoso, G. A., & Royanto, L. R. (2009).
Teknik
penulisan
laporan
penelitian
kualitatif. Jakarta: LPSP3 UI.
Surakarta.
Sugiyono.
Biro Pusat Statistik. (2010). Data Profil
kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Kriminalitas Remaja 2010. Indonesia:
Penerbit Alfabeta Bandung.
Kompasiana.
Cahyani, S. T. (2011, Agustus 28). The
meaning of life people’s with diabetes
mellitus in adult associate. Depok, Jawa
Barat: Gunadarma University.
Ghony, M. D., & Almanshur, F. (2012).
Metodologi
penelitian
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
kualitatif.
(2012).
Metode
penelitian
Download