BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengontrolan Suhu - USU-IR

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengontrolan Suhu
Perkembangan teknologi kontrol saat ini mulai bergeser kepada otomatisasi sistem
kontrol yang menuntut pengunaan komputer, sehingga campur tangan manusia dalam
pengontrolan sangat kecil. Umumnya untuk pengaturan pengontrolan suhu ruangan
digunakan prinsip on-off, dimana pada saat seseorang memasuki ruangan
kipas
dinyalakan dan akan dimatikan apabila tidak ada manusia dalam ruangan. Dengan
prinsip on-off, pengaturan suhu hanya berdasarkan pada kondisi ada tidaknya manusia
dalam ruangan. Oleh karena itu diperlukan pengaturan suhu, baik untuk faktor
kenyamanan maupun efisiensi pemakaian energi listrik.
Mengingat pentingnya
pengaturan pengaturan suhu ruangan. dalam tugas akhir ini dirancang pengendali suhu
ruang-ruang yang secara fungsional berbeda, misalnya ruang tidur, ruang keluarga,
dan ruang baca, dalam sebuah rumah
Kipas merupakan salah satu pendingin ruangan yang dapat menyejukkan
ruangan sehingga menjadi nyaman sesuai set point yang diinputkan. Pada kipas yang
berfungsi menyalurkan udara dingin ke ruangan. Kipas ini yang akan dikontrol
kecepatannya untuk mengatur udara dingin yang akan disalurkan ke ruangan. Kipas
yang tidak dikontrol kecepatannya akan menginputkan udara dingin terus menerus
keruangan tanpa ada kontrol yang membatasi selama kipas tersebut on. Oleh karena
itu dibuat pengontrol kecepatan kipas, agar udara yang disalurkan sesuai dengan yang
dibutuhkan ruangan (sampai set point yang diinputkan) dan diharapkan dapat
mengontrol kecepatan dengan step kecil dan respon yang baik. Sebagai pengendali
intensitas cahaya digunakan mikrokontroller AT89S52 dengan sensor PIR yang
menteksi adanya manusia dalam ruangan yang akan menyalakan kipas secara
otomatis.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sensor PIR (Passive Infra Red)
2.2.1 Infra Merah
Cahaya merupakan suatu bentuk radiasi dari gelombang elektromagnetik yang pada
prinsipnya sama dengan gelombang radio, misalnya infrared, ultraviolet, dan sinardimana yang membedakannya adalah panjang gelombang dan frekuensinya. Panjang
gelombang dari cahaya tampak yakni 400 nm hingga 800 nm, dan ultraviolet memiliki
panjang gelombang lebih pendek dari 400 nm, sedangkan sinar infra merah
mempunyai panjang gelombang antara 0,76 μm – 100 μm. Dalam beberapa kasus,
panjang gelombangnya bisa mencapai 3 μm – 100 μm yang disebut far-infrared.
Hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang dapat dirumuskan dengan:
𝒄
λ=𝒇
Dimana :
c ≅ 3 x 108 m/s= kecepatan gelombang elektromagnetik dalam vakum
λ = panjang gelombang (m)
ƒ = frekuensi (Hz)
Karakteristik
cahaya
Foton
dapat
ditemukan
dalam
gelombang
elektromagnetik pada frekuensi partikular dalam kuantisasi diskrit energi. Jika
beberapa sumber mengeluarkan energi dari satu frekuensi , maka dinamakan quanta.
Inilah yang dinamakan foton. Dirumuskan:
Dimana :
𝑾𝒑 =
Wp
= energi (eV)
c
= kecepatan cahaya(3 x 108 m/s2)
λ
= panjang gelombang (m)
h
= konstanta plank ( 6,62.10-34 Js)
f
= frekuensi S-1
𝒉𝒄
λ
= 𝒉𝒇
Infra merah dapat digunakan untuk memancarkan data maupun sinyal suara
dimana keduanya membutuhkan sinyal carier untuk membawa sinyal data maupun
sinyal suara hingga sampai pada receiver. Untuk transmisi sinyal suara biasanya
Universitas Sumatera Utara
digunakan rangkaian voltage to frekwensi converter yang berfungsi untuk mengubah
tegangan sinyal suara menjadi frekuensi.
2.2.2 Pengenalan Sensor PIR
PIR (Passive Infra Red) merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared. Akan tetapi,
tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari LED Inframerah dan
fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti LED Inframerah. Sesuai dengan
namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah
pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Benda yang bisa
dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia.
Gambar 2.1 Bentuk fisik PIR
2.2.3 Fungsi Pin Sensor PIR
Berikut ini adalah susunan pin/kaki dari pin-pin Sensor PIR yaitu:
Tabel 2.1 Fungsi pin Sensor PIR
Sensor PIR
Port Control
O/P
Pin 4(I1)
+
V
Pin 1 (VCC)
GND
Pin 2(GND)
Berikut adalah gambar deskripsi dari pin-pin Sensor PIR
Universitas Sumatera Utara
gnd
vo
vcc
Gambar 2.2 Pin Sensor PIR
2.2.4 Cara Kerja Sensor PIR
Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia hal ini disebabkan karena adanya IR
Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter mampu
menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 µm sampai 14 µm,
sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara
9 µm sampai 10 µm ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Misalnya ketika
seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar
inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang
berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi
menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar
inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan
arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan
output.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah diagram blok dari sensor PIR:
Gambar 2.3
Diagram
Blok Sensor PIR
Bagian- bagian dari sensor PIR yaitu:
a) Fresnel Lens
b) IR Filter
c) Pyroelectric sensor
d) Amplifier
e) Comparator
Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari
pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas
nol mutlak. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh
Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan
Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate
menghasilkan arus listrik hal ini disebabkan pancaran sinar inframerah pasif ini
membawa energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk
ketika sinar matahari mengenai solar cell.
Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia hal ini disebabkan karena
adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter
mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 µm sampai 14
µm, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar
antara 9 µm sampai 10 µm ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Misalnya ketika
seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar
inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang
berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar
inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan
arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan
output.
Gambar 2.4 Sebuah Objek melewati sensor PIR
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 ketika ada sebuah objek melewati
sensor, pancaran radiasi infra merah pasif yang dihasilkan akan dihasilkan akan
dideteksi oleh sensor. Energi panas yang dibawa oleh sinar infra merah pasif ini
menyebabkan aktif material pyroelektric di dalam sensor yang kemudian
menghasilkan arus listrik. Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi
diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh
tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi
panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan
disekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan
menghasilkan pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang gelombang yang
bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon
dengan cara menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang
berbeda beda. Karena besaran yang berbeda inilah comparator menghasilkan output.
Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan
benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antara 8 µm sampai
14 µm
Secara umum penggunaan PIR untuk aplikasi tadi hampir sama,sensor ini
banyak di gunakan untuk security system, lighting control, temperature system dan
pintu otomatis.Misalnya sensor ini digunakan untuk lighting control dan temperature
control, ketika seseorang berada di sebuah ruangan sensor akan mendeteksi kehadiran
Universitas Sumatera Utara
manusia dan kemudian menghidupkan lampu atau menghidupkan kipas dan ketika
tidak ada orang yang dideteksi lampu akan mati. Masalah penempatan sensor juga
harus diperhitungkan, jangan sampai ketika orang sudah ada di dalam ruangan tapi
belum terdeteksi sehingga lampu tidak juga menyala atau kipas tidak juga menyala
PIR untuk aplikasi lighting control dan temperature control tidak memerlukan power
supply karena sensor ini langsung di koneksi langsung ke installasi listrik dengan
sumber tegangan 220VAC.
2.3 Fotodioda
Photodioda adalah dioda sambungan p-n yang secara khusus dirancang untuk
mendeteksi cahaya yang biasnya terdapat pada lapisan instrinsik adntara lapisan n dan
p. Piranti yang memiliki lapisan intrinsik tersebut disebut p-i-n atau PIN photodioda.
Energi cahanya lewat melewati lensa yang mengekspos sambungan.
Photodioda dirancang beroperasi pada mode bias-balik. Arus bocor bias balik
mengingkat dengan peningkatan level cahaya. Harga arus umumnya adalah dalam
rentang mikroampere. Photodioda mempunyai respon waktu yang cepat terhadap
berbagai cahaya.
Photodioda merupakan komponen yang dapat mengubah energi cahaya
Inframerah menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik yang kualitasnya cukup baik. Semakin
besar intensitas cahaya inframerah yang diterima maka sinyal pulsa listrik yang
dihasilkan akan cukup baik. Pada prakteknya sinyal inframerah yang dierima
intensitasnya sangat kecil sehingga diperlukan sebuah penguat. Ketika photodioda
mendapat cahaya inframerah maka terdapat arus bocor yang relative kecil. Besar
kecilnya arus bocor
ini bergantung kepada intensitas cahaya inframerah yang
mengenai fotodioda tersebut. Arus bocor yang dihasilkan fotodioda besarnya linier
terhadap intensitas cahaya inframerah yang dimaksukkan dalam daerah penerimaan.
Oleh sebab itu arus diubah menjadi tengangan agar didapatkan sinyalnya kembali.
Untuk teknik pengubahan arus menjadi tegangan dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Universitas Sumatera Utara
vcc
22O KΩ
1O KΩ
- Vout
68O KΩ
Intensitas Cahaya
Gambar 2.5 Rangakaian Photodioda dan Grafik Lineraritasnya
Untuk mengubah arus menjadi tegangan digunakan sebuah resistor R1 dengan
niali yang cukup besar. Besarnya nilai R harus disesuaikan agar tidak menyebabkan
diode inframerah jenuh karena jika diode infra merah jenuh maka tidak ada sinyal
carier yang diteruskan sehingga data yang ditransmisikan tidak dapat diterima lagi.
Untuk mencegah agar tidak jenuh maka tegangan bias tidak boleh terlalu tinggi dan
nilai R tidak boleh terlalu besar. Pada suatu kondisi tertentu jika cahaya selain cahaya
inframerah
terlalu terang arus bocor dapat mencapai beberapa milliamper dan
resistansinya turun menjadi 10k sehingga untuk mencegah saturasi maka nilai R harus
kurang daru 10. Dengan nilai R 10k ini dapat merubah tiap 10µA menjadi 10mV.
Kondisi Ideal yang jauh berbeda dengan keaadan sebenarnya dimana sinyal yang
diterima sangat lemah sehingga menghasilkan arus bocor yang sangat kecil sehingga
R yang digunakan juga harus diganti dengan niali yang lebih besar untuk dapat
mengkonversi arus menjadi tegangan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Mikrokontroller AT89S52
Mikrokontroller AT89S52 adalah salah satu anggota dari keluarga MCS-51/52 yang
dilengkapi dengan internal 8 Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable
Read Only Memory), yang memungkinkan memori program untuk dapat diprogram
kembali. AT89S52 dirancang oleh Atmel sesuai dengan instruksi standar dan susunan
pin 80C5. Mikrokontroller berteknologi memori non-volatile berkerapatan tinggi dari
atmel ini mempunyai jumlah pin sebanyak 40 pin.
2.4.1 Sistem Minimum Mikrokontroller AT89S52
Mikrokontroller AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 buah kapasitor, 1 resistor ,1
kristal dan catudaya 5 V. Kapasitor 10 µF dan resistor 8k2Ω dibentuk rangkaian reset.
Dengan adanya rangkaian reset ini mmikrokontroller At89S52 ini otomatis direset
setelah menerima catudaya. Kristal dengan Frekuensi maksimum 11,0592 MHz dan
kapasitor 30 pF dipakai untuk melengkapi rangkaian oscillator pembentuk clock yang
menentukan kecepatan kerja mikrokontroller mAt89S52.
Mikrokontroller AT89S52 memerlukan daya yang rendah dengan penampilan
yang baik dengan menggunakan pengisi sistem yang dapat diprogram dengan mudah
melalui ISP Memory Flash. Komputer dengan mikrokontroller dapat berhubungan
secara langsung hanya dengan menggunakan kabel antar muka (konektor paralel).
Dengan ISP Memory Flash mengijinkan program yang telah dibuat dapat diganti
dengan program yang baru dengan cara menghapus data yang ada pada
mikrokontroller lalu mengisi dengan program baru.
Mikrokontroller AT89S52 memiliki :
1. Sebuah CPU ( Central Processing Unit ) 8 Bit.
2. 256 byte RAM ( Random Acces Memory ) internal.
3. Empat buah port I/O, yang masing masing terdiri dari 8 bit
4. Osilator internal dan rangkaian pewaktu.
5. Dua buah timer/counter 16 bit
6. Lima buah jalur interupsi ( 2 buah interupsi eksternal dan 3 interupsi internal).
Universitas Sumatera Utara
7. Sebuah port serial dengan full duplex UART (Universal Asynchronous
Receiver Transmitter).
8. Mampu melaksanakan proses perkalian, pembagian, dan Boolean.
9. EPROM yang besarnya 8 KByte untuk memori program.
10. Kecepatan maksimum pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 μs pada
frekuensi
11. clock 24 MHz. Apabila frekuensi clock mikrokontroller yang digunakan adalah
12 MHz, maka kecepatan pelaksanaan instruksi adalah 1 μs
2.4.2 Arsitektur Mikrokontroller AT89S52
Di dalam mikrokontroller AT89S52, sudah terdiri dari:
1. Kompatibel dengan produk MCS-51
2. 8 Kbite In-System Reprogammable Flash Memory
3. Daya tahan 1000 kali baca/tulis
4. Fully Static Operation : 0 Hz dan 24 MHz
5. 128 x 8 bit RAM
6. 32 jalur I/O
7. Tiga level kunci program
8. Enam sumber interupt
9. Jalur serial dengan UART
2.4.3 Konfigurasi Pin Mikrokontroller AT89S52
Berikut adalah gambar deskripsi dari pin-pin mikrokontroller AT89S52
Universitas Sumatera Utara
(T2) P1.0
(T2 EX) P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5
P1.6
P1.7
RST
(RXD) P3.0
(TXD) P3.1
(INT0) P3.2
(INT1) P3.3
(T0) P3.4
(T1) P3.5
(WR) P3.6
(RD) P3.7
XTAL2
XTAL1
GRD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
40
VCC
39
38
P0.0 (AD0)
P0.1 (AD1)
P0.2 (AD2)
37
36
35
P0.3 (AD3)
P0.4 (AD4)
34
33
32
P0.5 (AD5)
P0.6 (AD6)
P0.7 (AD7)
31
EA/VPP
ALE/PROG
PSEN
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
P2.7 (A15)
P2.6 (A14)
P2.5
P2.4
P2.3
P2.2
(A13)
(A12)
(A11)
(A10)
P2.1 (A9)
P2.0 (A8)
Gambar 2.6 Deskripsi Pin AT89S52
Berikut ini adalah susunan pin/kaki dari Mikrokontroller AT89S52 yaitu:
1. VCC (Pin 40) merupakan Suplay tegangan 5 Volt
2. GND (Pin 20)adalah Ground
3. Port 0 (Pin 39 – Pin 32) dimana Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open
colector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data
selama adanya akses ke memori program eksternal.
4. Port 1 (Pin 1 – Pin 8) dimana Port 1 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah
yang di dalamnya terdapat Mosi, Miso dan Sck sebagai masukan dari ISP Programer
yang terhubung ke komputer.
5. Port 2 (Pin 21 – Pin 28), Port 2 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan
internal pull-ups dan berfungsi memberikan logika 1.
6. Port 3 (Pin 10 – Pin 17), Port 3 merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan
internal pull-ups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai,
maka ini dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna
Tabel 2.2 Konfigurasi Port 3 mikrokontroller AT89S52
Nama Pin
Fungsi
P3.0 (Pin 10)
RXD alamat B0H; Untuk menerima data port serial
P3.1(Pin 11)
TXD alamat B1H; Untuk mengirim data port serial
P3.2(Pin 12)
INT0 alamat B2H; Interupsi eksternal 0
P3.3(Pin 13)
P3.3 sebagai INT1 alamat B3H; Interupsi eksternal 1
Universitas Sumatera Utara
P3. 4(Pin 14)
T0 alamat B4H; Input Eksternal waktu/pencacah 0
P3.5(Pin 15)
T1 alamat B5H; Input Eksternal waktu/pencacah 1
P3.6(Pin 16)
WR alamat B6H; Jalur menulis memori data eksternal
P3.7(Pin 17)
RD alamat B7H; Jalur membaca memori data eksternal
7. RST (Pin 9), Reset akan aktif dengan memberikan high selama 2 cylce.
8. ALE/PROG (Pin 30), Address Latch Enable (ALE)/PROG merupakan penahan alamat
memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori eksternal. Pin ini juga
sebagai pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses pemograman
9. PSEN (PIN 29), Program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk
mengakses program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses
pemberian/pengambilan instruksi (fetching).
10. EA (Pin 31), External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk
pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroller akan
melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal sedangkan apabila
diset tinggi (H) maka mikrokontroller akan melaksanakan instruksi dari memori
program internal ketika isi program
11. XTAL1 (Pin 19), Input untuk Clock Internal
12. XTAL2 (Pin 18), Output dari Isolator
Universitas Sumatera Utara
2.4.4
Struktur Memori
Struktur memori pada Mikrokontroller AT89S52 dapat dilihat pada gambar 2.7 di
bawah ini:
Gambar 2.7 Struktur Memori Mikrokontroller AT89S52
Memori dari AT89S52 terbagi menjadi :
a. RAM Internal, terdapat memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk
menyimpan variable atau data yang bersifat sementara.
b. Register bank, mikrokontroller AT89S52 mempunyai delapan buah register yang
terdiri dari R0 hingga R7. Kedelapan register ini selalu terletak pada alamat 00h
hingga 07h setiap kali sistem reset.
c. Bit addressable RAM, atau sering juga disebut Scratch Pad Area adalah ruang data
memory yang bebas digynakan user sebagai tempat penyimpanan variable atau
sebagai alamat inisialisasi Stack Pointer. Berbeda dengan General Purpose RAM,
bagian ini tidak hanya dapat diakses per byte namun juga secara per bit.
Universitas Sumatera Utara
d. General Purpose RAM digunakan untuk keperluan umum dimulai dari alamat 30h
hingga 7Fh dan dapat diakses dengan pengalamatan langsung maupun tidak langsung.
Pengalamatan langsung dilakukan ketika salah satu operand bilangan yang
menunjukan lokasi yang diamati. Sedangkan pengalamatan secara tak langsung pada
lokasi dari RAM internal ini adalah akses data dari memori ketiga alamat memori
tersebut tersimpan dalam suatu register R0 atau R1.
e. Register Fungsi Khusus, mikrokontroller AT89S52 mempunyai 21 Special Function
Register yang terletak pada antara alamat 80h hingga FFh. Beberapa dari registerregister ini mampu dialamati dengan pengalamatan bit sehingga dapat dioperasikan
seperti yang ada pada RAM yang lokasinya dapat dialamati dengan pengalamatan bit.
Adapun yang menjadi register khusus yaitu :
1. Accumulator, merupakan register ini terletak pada alamat E0hm, register ini
digunanakan untuk operasi aritmatik,operasi logika dan untuk proses pengambilan dan
pengiriman data ke memori eksternal
2. Port, AT89S52 mempunyai empat buah port yaitu port 0, port 1, port 2, port 3 yang
terletak pada alamat 80h, 90h, A0h, dan B0h. namun jika digunakan eksternal memori
ataupun fungsi-fungsi special, seperti eksternal interup, serial ataupun eksternal timer,
port 0, port 2, dan port 3 tidak dapat digunakan sebagai port dengan fungsi umum.
Untuk itu disediakan port 1yang dikhususkan untuk port dengan fungsi umum.
3. Program Status Word atau PSW, terletak pada alamat D0h yang terdiri atas beberapa
bit, seperti pada gambar 2.8
PSW 7
PSW 6
CY
PSW 5 PSW 4
AC
F0
PSW 3
RS1
PSW 2 PSW 1
RS0
0V
PSW0
-
P
Gambar 2.8 Alokasi bit PSW
2.4.5 Organisasi Memori
Semua serpih tunggal dalam keluarga MCS-51 memiliki pembagian ruang alamat
memperbolehkan memori data untuk diakses oleh alamat 8 bit. Sekalipun demikian,
alamat data memori 16 bit dapat dihasilkan melalui register DPTR (Data Point
Register).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Arsitektur memori mikrokontroller AT89S52
a. Memori Program
Pada EPROM 8 Kbyte, jika EA (External Access) bernilai tinggi, maka program akan
menempati alamat 0000 H sampai 0FFF H secara internal.
b. Memori Data
Memori data internal dipetakan seperti pada gambar di bawah ini ruang memorinya
menjadi tiga blok yaitu bagian 128 bawah, 128 atas, dan ruang SFR (Special Function
Register)
Gambar 2.10 Pengalamatan Pada mikrokonroller AT89S52
Bagian RAM 128 byte bawah dipetakan menjadi 32 byte bawah
dikelompokkan menjadi 4 bank dan 8 register (R0 sampai R7). Pada bagian 16 byte
berikutnya, di atas bank-bank register, membentuk suatu blok ruang memori yang bisa
teralamati per bit (bit addressable). Alamat alamat bit ini adalah 00 H hingga 7F H.
Semua byte yang berada di dalam 128 bawah dapat diakses baik secara langsung
maupun tidak langsung. Bagian 128 atas hanya dapat diakses dengan pengalamatan
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung. Bagian 128 atas dari RAM hanya ada di dalam piranti yang memiliki
RAM 256 byte.
2.5 Modul LCD (Liquid Cristal Display)
Modul LCD merupakan modul keluaran yang digunakan sebagai tampilan pada
aplikasi pengontrol suhu. Modul ini menggunakan LCD jenis M1632 yang
mempunyai ukuran 2x16, maksudnya bahwa tampilan LCD mampu menampilkan 16
karakter dalam dua baris tampilan, sehingga tampilan yang dihasilkan sejumlah 32
karakter.
Gambar 2.11 LCD character 2x16
LCD display module M1632 terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan
panel LCD sebagai media penampil informasi dalam bentuk huruf/ angka dua baris,
masing – masing baris bisa menampung 16 huruf/ angka.
2.5.1 Spesifikasi LCD M1632
Beberapa Spesifikasi dari LCD (Liquid Cristal Display) M1632:
1.
Tampilan 16 karakter 2 baris dengan matrik 5 x 7 + kursor.
2.
ROM pembangkit karakter 192 jenis.
3.
RAM pembangkit karakter 8 jenis ( diprogram pemakai ).
4.
RAM data tampilan 80 x 8 bit ( 8 karakter ).
5.
Duty ratio 1/16.
6.
RAM data tampilan dan RAM pembangkit karakter dapat dibaca dari unit
mikroprosesor
Universitas Sumatera Utara
7. Beberapa fungsi perintah antara lain adalah penghapusan tampilan (display clear),
posisi krusor awal (crusor home), tampilan karakter kedip (display character blink ),
pengeseran krusor (crusor shift) dan penggeseran tampilan (display shif ).
8. Rangkaian pembangkit detak.
9. Rangkaian otomatis reset saat daya dinyalakan.
10. Catu daya tunggal +5 volt.
Diagram blok tampilan LCD (Liquid Cristal Display) dapat dilihat pada gambar
2.15 di bawah ini.
Timing Signal 3
DB0 - 7
Serial Data
Controller
RS
R/W
E
Segmen Signal
16
Comon Signal
40
Segmen
Driver
40
LCD (2 x16 )
VDD
VSS
VLC
Gambar 2.12 Diagram Blok LCD
2.5.2 Konfigurasi Pin LCD
Modul ini menggunakan LCD jenis M1632 yang mempunyai ukuran 2 x 16
maksudnya bahwa tampilan LCD mampu menampilkan 16 karakter dalam dua baris
tampilan, sehingga tampilan yang dihasilkan sejumlah 32 karakter. Rangkaian Modul
LCD diperlihatkan pada gambar 2.13 di bawah ini.
LCD 2 x 16
Gambar 2.13 Konfigurasi pin LCD 2 x 16
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 2.13 diatas diperlihatkan rangkaian modul LCD yang akan
dihubungkan dengan mikrokontroler, dimana didalamnya terdapat 16 terminal yang
mempunyai fungsi masing-masing, yaitu :
Tabel 2.3 Pin pada Tampilan LCD
Pin
LCD
Simbol
Level
logika
I/o
Fungsi
1
VSS
-
-
Gnd
2
VCC
0/1
-
Pengatur Kontras
3
VEE
0/1
-
Input perintah (0)Input perintah (1)
4
RS
1
1
Tulis Baca (0/1) LCD
5
R/W
0/1
1
Sinyal Enable
6
E
0/1
I/O
Bus Data Baris 0 (LSB)
7
DB 0
0/1
I/O
Bus Data Baris 1
8
DB 1
0/1
I/O
Bus Data Baris 2
9
DB 2
0/1
I/O
Bus Data Baris 3
10
DB 3
0/1
I/O
Bus Data Baris 4
11
DB 4
0/1
I/O
Bus Data Baris 5
12
DB 5
0/1
I/O
Bus Data Baris 6
13
DB 6
0/1
I/O
Bus Data Baris 7
14
DB 7
0/1
I/O
Bus Data Baris 8
15-16
Back Light
-
I/O
Nyala LED
2.5.3 Stuktur Memori LCD
Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk
menyimpan atau memproses data-data yaitu :
1. DDRAM
(Display Data Random Accsees Memory), merupakan memori tempat
karakter yang akan ditampilkan berada. Contoh karakter “A” atau 41h yang ditulis
pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama kolom pertama dari LCD. Apabila
karakter tersebut ditulis pada alamat 40h, karakter tersebut akan tammpil pada baris
kedua kolom pertama LCD.
Universitas Sumatera Utara
2. CGRAM(Character Generatr Random Accsees Memory), merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai
dengan keinginan. Akan tetapi isi memori akan hilang pada saat Power Supply tidak
aktif sebingga pola karakter hilang.
3. CGROM (Character Generator Data Read Only Memory), merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut sudah ditentukan secara
permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi , pola karakter
tersebutpun tidak akan hilang walaupun power supply tidak aktif.
Beberapa perintah dasar yang harus dipahami adalah instalasi LCD Charakter:
1. Function Set berfungsi untuk mengatur interdace lebar data, jumlah dari baris dan
ukuran font karakter.
RS
R/W
DB7
DB6
DB5
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
0
0
0
0
1
DL
N
F
X
X
Dimana:
X = Don’t care
DL: mengatur lebar data
DL = 1, lebar data interface 8 bit (DB7 s/d DB0)
DL = 0, lebar data interface 4 bit (DB7 s/d DB4)
Ketika menggunakan lebar data 4 bit, data harus dikirim dua kali
N: Pengaktifan baris
N = 0, 1 baris
N=1, 2 baris
F: Penentuan ukuran font karakter
F = 0, 5 x 7
F = 1, 5 x 8
2. Entry Mode berfungsi mengatur increament/decrement dan mode geser
RS
R/W
DB7
DB6
DB5
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
0
0
0
0
0
0
0
1
I/D
S
Dimana:
I/D : Increment/ decrement dari alamat DDRAM dengan 1 ketika kode karakter
dituliskan ke DDRAM.
I/D = 0, decrement
Universitas Sumatera Utara
I/D = 1, increment
S: Geser keseluruhan display ke kanan dan kiri
S = 1, geser ke kiri atau ke kanan bergantung pada I/D
S = 0, display tidak bergeser
3. Display On/Off berfungsi untuk mengatur status display ON atau OFF, cursor
ON/OFF dan fungsi kursor Blink
RS
R/W
DB7
DB6
DB5
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
0
0
0
0
0
0
0
D
C
B
Dimana:
D: mengatur Dislay
D= 1, Display is ON
D= 0, Display OFF
Pada kasus ini data display masih tetap berada di DDRAM dan dapat ditampilkan
kembali secara langsung dengan mengatur D=1
C: Menampilkan Kursor
C = 1, Kursor ditampilkan
C = 0, Kursor yang akan ditampilkan
B : Karakter ditunjukkan dengan kursor yang berkedio
B = 1, kursor blink.
4. Clear Display berfungsi sebagai perinteh untuk menghapus layar
RS
R/W
DB7
DB6
DB5
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5. Geser Kursor dan Display berfumngsi untuk menggeser posisi kursor atau display ke
ke kanan atau ke kiri tanpa menulis atau membaca data display. Fungsi ini digunakan
untuk koreksi atau pencarian display.
RS
R/W
DB7
DB6
DB5
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
0
0
0
0
0
1
S/C
R/L
X
X
R/L
Note
Catatan:
X = Don’t care
S/C
Universitas Sumatera Utara
0
0
Shift Cursor position to the left
0
1
Shift Cursor position to the right
1
0
Shift the entire position to the left
1
1
Shift the entire position to the right
2.6 Relay
Relay
adalah
suatu
komponen
elektronik
yang
berfungsi
sebagai
saklar
elektromagnetik. Prinsip kerja dasar komponen ini adalah penggunaan lilitan kawat
untuk menghasilkan medan elektromagnetik disekitar lilitan tersebut. Atau dengan
kata lain relay hanya dapat berfungsi sebagai saklar on / off yang diatur oleh adanya
gaya magnet dari kumparan yang dialiri arus.
Relay dapat dibedakan atas perbedaan nilai tegangan ambang yang digunakan
untuk mengaktifkannya. Biasanya relay yang ada di pasaran dapat berjenis relay 6 volt
dan 12 volt. Arus yang digunakan pada rangkaian relay adalah arus DC. Konstruksi
dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi lunak.
Apabila lilitan kawat mendapatkan suplay arus listrik maka inti besi lunak akan
kontak dan terjadi medan elektromagnetik disekitar lilitan yang akan menarik kedua
switch penghantar untuk menjadi bersatu atau menjadi terpisah tergantung jenis relay
yang digunakan. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan
relay. Relay akan kembali pada posisi semula bila tidak ada lagi arus yang mengalir
padanya. Posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan dan
pemakaian jenis relay ini tergantung keadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.14 Skema Relay
Apabila arus listrik dimasukkan pada + Vcc maka kumparan pada relay akan
bekerja yaitu terjadinya kemagnetan pada kumparan sehigga akan menarik saklar yang
terbuat dari bahan logam sehingga pada normally open output akan terhubung dengan
pin input, demikian sebaliknya .
Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :
1. Normally Open (NO)
Relay yang berfungsi sebagai saklar yang selalu dalam keadaan terbuka bila tidak
diberikan tegangan dan tertutup apabila mendapat tegangan sesuai dengan tegangan
ambangnya.
2. Normally Close (NC)
Relay yang berfungsi sebagai saklar yang selalu dalam keadaan tertutup bila tidak
diberikan tegangan dan terbuka apabila mendapat tegangan sesuai dengan tegangan
ambangnya, misalnya 6 Volt.
3. Change Over (CO)
Relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup, apabila kumparan 1
dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A dan sebaliknya bila kumparan 2
dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Sensor Suhu IC LM35
Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu
menjadi besaran elekris tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap
kenaikan 1°C tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal
keluaran sensor adalah 1,5V pada suhu 150°C.
Sensor suhu IC LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan
karena selain harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak
membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± ¼ °C pada temperatur
ruangan dan ± ¾ °C pada kisaran -55 °C to +150 °C. LM35 dimaksudkan untuk
beroperasi pada -55 °C hingga +150 °C, sedangkan LM35C pada -40 °C hingga
+110 °C, dan LM35D pada kisran 0-100°C. LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki
dan paket TO-220. Sensor LM35 umumnya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan
1°C (300mV pada 30 °C).
Gambar 2. 15 Bentuk Fisik LM 35
IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar
karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature
ruang. Jangka sensor mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C, IC LM35
penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indicator tampilan
catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga panas
yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.16 Rangkaian pengukur suhu
Sensor suhu IC LM 35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang
tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM35 memilik kelebihan
dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan
pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya
untuk
mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. Sensor suhu IC LM 35 memiliki
impedansi keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam
pengujian membuat proses interface untuk membaca atau mengotrol sirkuit lebuh
mudah. Pin V+ dari Sensor suhu IC LM 35 dihubungkan kecatu daya, pin GND
dihubungkan ke Ground dan pin Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil
pengindera suhu dihubungkan ke vin (+) dan ADC 0840.
2.7.1 Prinsip Kerja Sensor suhu IC LM 35
Sensor suhu IC LM 35 merupakan IC yang digunakan sebagai sensor suhu. IC
tersebut mengubah kondisi suhu lingkungan disekitarnya menjadi sinyal listrik. Sinyal
listrik keluaran Sensor suhu IC LM 35 ini memiliki nilai yang sebanding dengan suhu
lingkungan dalam bentuk derajat celcius (ºC). Kerja dari sensor suhu LM35 ini adalah
perubahan nilai tahanannya akan semakin besar apabila suhu lingkungannya semakin
rendah dan nilai tahanannya akan menjadi kecil apabila suhu lingkungannya semakin
tinggi. Maka adanya perubahan suhu akan menyebabkan nilai tahanan dari LM35 juga
akan berubah. Pada saat LM35 aktif elektron-elektron pada pita valensi akan
melakukan pergerakan dari katoda ke anoda sehingga menimbulkan perbedaan
potensial. Perbedaan potensial inilah yang menjadi tegangan keluaran dari LM35.
Dimana nilai tegangan LM35 akan semakin besar jika nilai suhu besar sebaliknya nilai
Universitas Sumatera Utara
tegangan LM35 akan semakin kecil jika nilai suhu yang dibaca kecil. LM35 memiliki
tingkat kelinieran yang tinggi dimana kenaikan 1ºC akan menghasilkan tegangan
sebesar 10mV atau 10 mVolt/ºC.
2.8 ADC (Analog to Digital Converter)
Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk
mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital. Proses pengubahan ini
dikenal juga dengan nama sistem akusisi data. ADC merupakan piranti masukan,
artinya mikrokontroler mendapatkan data dari ADC. ADC memerlukan sinyal write
dan read. Sinyal write digunakan sebagai perintah bagi ADC untuk memulai konversi.
A/D Converter ini dapat dipasang sebagai pengonversi tegangan analog dari suatu
peralatan sensor ke konfigurasi digital yang akan diumpankan ke suatu sistem
minimum. Terdapat 4 macam ADC yang memenuhi standar industri, yaitu integrating,
tracking, flash/parallel dan successive approximation
Jenis 0804 ini merupakan ADC yang sederhana dan mudah digunakan. IC
ADC 0804 ini mempunyai 20 pin dengan konfigurasi seperti gambar berikut :
Gambar 2.17 Konfigurasi Pin IC ADC 0804
Pada ADC 0804 ini, terdapat dua jenis prinsip didalam melakukan konversi, yaitu
free running dan mode control. Pada mode free running, ADC akan mengeluarkan
data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan (continue). Prinsip yang
kedua yaitu mode control, pada mode ini ADC baru akan memulai konversi setelah
diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan dengan memberikan pulsa
Universitas Sumatera Utara
rendah kepada masukan WR sesaat, kemudian membaca keluaran data ADC setelah
keluaran INTR berlogika rendah. Pada penelitian ini, prinsip konversi yang digunakan
adalah mode control.
Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu:
1. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan tagangan
analog input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian pengonversi.
2. Rangkaian Konversi A/D (plus rangkaian kontrolnya).
ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk menangkap
dan
mengkonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses mengkonversi suatu nilai
sangat tergantung dari kemampuan sampling dan konversi dalam domain waktu.
Makin cepat prosesnya, makin berkualitas pula ADC tersebut. Karena inilah maka
karakteristik ADC yang paling penting adalah waktu konversi (conversion time).
Namun demikian, kemampuan riil ADC dalam kontrol loop tertutup dalam sebuah
sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh kemampuan kontroler atau prosesor
dalam mengolah data input-output secara cepat, dan bukan hanya karena kualitas
ADC-nya.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Perangkat Lunak
2.9.1 Bahasa Assembly MCS-51
Bahasa yang digunakan untuk memprogram Mikrokontroller AT89S52 adalah bahasa
assembly untuk MCS-51 yang merupakan salah satu keluaran dari mikrokontroller
yang menggunakan teknologi CMOS. Angka 51 merupakn jumlah instruksi pada
bahasa ini hanya 51 instruksi.
Keluarga MCS-51 mempunyai berbagai macam yang dikelompokkan antara lain:
a. Tegangan Kerja
Tegangan kerja AT89L55 buatan Atmel dapat beroperasi pada tegangan 2,7 V sampai
6 V. Dari seri P89LPC9XX buatan Philips dapat beropepeasri pada tengangan 2,5 V
samapi 3,6 V
b. Memori
Beberapa tipe memori pada MCS-51:
1. One Time Programmable (OTP) / Mask ROM (Read Only Memory)
2. MTP Flash / EEPROM
3. Multiple Time Programmable (MTP) Ultra-Violet Eraseble Programmable ROM
(UVEPROM)
c. Fungsi Khusus
Beberapa fungsi pada MCS-51 antara lain:
1. C8051F20 buatan Cygnal memiliki ADC hingga 12 bit 32 chanel
2. ATmega8535 ADC 10 bit 8 chanel. Fitur ini terdapat pada kit DT51 AVR low cost
3. P8LPC768 buatan Philips memiliki 8 keyboard, power on reset dan breown out detect
d. Timer/Counter
Timer/ counter yang dimiliki MCS-51 dapat mencapai 5 buah seperti P8LPC768
buatan Philips, tipe yang lain memiliki fasilitas Pulse Width Modulation (PWM),
Programmable Counter Array (PCA) dan Wathdog Timer
2.9.2 Instruksi Bahasa Assembly MCS-51
Universitas Sumatera Utara
Assembler adalah sebuah program yang membaca file teks dari instruksi assembly dan
dikonversi menjadi kode mesin. Kompiler adalah program juga melakukan
pengkonversian namun untuk bahasa tingkat tinggi. Assembler lebih sederhana
daripada kompiler. Setiap perintah bahasa assembly secara langsung mewakili satu
instruksi mesin. Perintah bahasa tingkat tinggi lebih komplek dan memerlukan banyak
instruksi mesin. Perbedaan penting lainnya antara assembly dan bahasa tingkat tinggi
adalah, bahwa setiap perbedaan jenis CPU akan memiliki instruksi mesin tersendiri
juga akan memiliki bahasa assembly tersendiri pula. Angka 51 merupakan jumlah
instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Instruksi-instuksi tersebut antara
lain:
1. Instruksi MOV
Perintah ini merupakan perintah dasar untuk mengisikan nilai ke alamat atau register
tertentu.
Contoh:
mov
mov r0,#20 h
cx, 02
; angka 2 disimpan di register cx
; isikan nilai 20 heksadesimal ke register r0, tanda ‘#’
sebelum
bilangan
mmenunjukkan
bahwa
bilangan
tersebut
adalah nilai
[100], bx
; isi data dilokasi memomri 100 disimmpan di
alamat bx
2. Instruksi CALL
Intruksi ini berfungsi memanggil surutin tertentu.
a. Acall melakukan subrutin yang ditunjuk dengan jangkauan 2 Kbyte
b. Lcall melakukan subrutin yang ditunjuk dengan jangkauan 64 Kbyte
contoh:
………………
acall tunda
………………
tunda:
………………
3. Instruksi Ret
Intruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil
setelah intruksi acall dilaksanakan.
Contoh:
acall tunda
……………………
Universitas Sumatera Utara
tunda:
………………
ret
4. Intruksi Cjne (Compare and Jump if Not Equal)
Intruksi ini melakukan perbandingan antara data sumber dengan data tujun, bila data
sama akan dilanjutkan pada instruksi berikutnya, jika tidak akan lompat ke alamat
yang dituju.
Contoh:
Cjne @R1,#00h, beda
5. Intruksi Djnz (Dcrement and Jump if Not Zero)
Intruksi ini melakukan operasi pengurangan pada alamat register yang ditunjuk
dengan nilai 1 dan jump jika hasil pengurangan tidak sama dengan 0
Contoh:
Loop:
Djnz 08h, loop
Ret
6. Instruksi Jb (Jump on Bit set)
Jika data bit sama dengan 1 maka program akan melompat ke sub rutin yang ditunjuk
intrusksi jika data sama dengan 0 program akan melanjutkan program di bawahnya.
Contoh:
Jb p2.2, lompat
Add A, 20h
Lompat: dec A
7. Intruksi Jbc (Jump onbit set then clear bit)
Jika data bit sama dengan 1 maka program akan melompat ke sub rutin yang ditunjuk
intrusksi dan sekaligus mengubah bitnya dengan 0
8. Instruksi Jc (Jump on carry)
Jika data bit pada carry flag sama dengan 1 maka program akan melompat ke sub rutin
yang ditunjuk intrusksi jika data sama dengan 0 program akan melanjutkan program di
bawahnya.
9. Intrusksi Jmp
Intruksi ini melakukan lompatan pada alamat kode yang ditunjuk.
Universitas Sumatera Utara
10. Intruksi Jnb (Jump on bit set)
Jika data bit sama dengan 0 maka program akan melompat ke sub rutin yang ditunjuk
intrusksi jika data sama dengan 1 program akan melanjutkan program di bawahnya.
11. Intruski Jnc (Jump on no carry)
Jika data bit pada carry flag sama dengan 0 maka program akan melompat ke sub rutin
yang ditunjuk intrusksi jika data sama dengan 1 program akan melanjutkan program di
bawahnya
12. Intruksi Jnz (Jump if not zero)
Jika data pada akumulator tidak sama dengan 00h maka program akan melompat ke
sub rutin yang ditunjuk intrusksi jika data sama dengan 00h program akan
melanjutkan program di bawahnya
13. Intruksi Jz (Jump if Zero)
Jika data pada akumulator
sama dengan 00h maka program akan melanjutkan
program selanjutnya tetapi jika data sama dengan 00h program akan melompat ke sub
rutin yang ditunjuk.
14. Instruksi Clr (Clear)
Intruksi ini akan memberikan data 0 pada register yang ditunjuk.
Contoh:
Clear A
; intruksi ini member data 0 pada A
15. Instruksi Cpl (Complement)
Intruksi ini akan melakukan komplemen register yang ditunjuk.
Contoh:
Cpl A.1
;
data pada A.1 dikomplemenkan
16. Intruksi Subb
Intruksi ini melakukan pengurangan data pada antara dua buah alamat register beserta
dengan bit carry flagnya.
17. Intruksi Setb
Intruksi ini melakukan operasi set pada bit pada alamat yang ditunjuk.
18. Instruksi Aritmatika
Instruksi aritmatika meliputi:
a. Penjumlahan (Addition)
Contoh:
Add A, R2
; data pada A dijumlahkan dengan data
Universitas Sumatera Utara
Pada R2 dan hasilnya di simpan di A
b. Pengurangan (Subtraction)
Contoh:
SUB
CX, BX
;hasilnya disimpan di CX
DEC
CX
;hasil CX = CX + 1
c. Pembandingan (CMP / Comparison)
Contoh:
CMP
DL, BL
;bandingkan isi DL dengan BL
d. Perkalian (Multiplication)
Perkalian antara AL (8 bit) atau AX (16 bit) dengan isi reg atau [alamat], hasilnya
disimpan di AX (8 bit) atau DX-AX (16 bit).
contoh:
mul
dl
;isi al (8 bit) dikali dengan dl, hasil di ax
mul
bx
;isi ax (16 bit) dikali dengan bx, hasil di dx-ax
e. Pembagian (Division)
contoh:
div
dl
;isi ax dibagi dl,hasil di al
sisanya di ah.
Universitas Sumatera Utara
Download