BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
3.1 Kajian Teori
Ekonomi makro berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat
mempengaruhi tingkat konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan
pembayaran suatu negara. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ekonomi makro
sangat memperhatikan interaksi antara tenaga kerja, perputaran barang, dan asetaset ekonomi yang mengakibatkan terjadinya kegiatan perdagangan tiap individu
atau negara. Kondisi ekonomi makro suatu negara merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di negara
tersebut.
Makro ekonomi membahas isu-isu penting yang selalu dihadapi sesuatu
perekonomian (Sukirno, 2011:7). Ketika kondisi ekonomi makro di suatu negara
mengalami perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan
mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan,
kemudian mengambil keputusan membeli atau menjual saham perusahaan yang
bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan
harga saham dan pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks pasar modal di
negara tersebut. Indikator ekonomi makro Indonesia antara lain terdiri dari PDB
per kapita (dolar AS), cadangan devisa bruto (USD billion), nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (rata-rata), suku bunga Bank Indonesia (%),
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
indeks harga konsumen (rata-rata), dan harga minyak mentah Indonesia (US$ per
barel) (The World Bank, 2016). Adapun indikator makro ekonomi Indonesia yang
digunakan penelitian ini dengan memperhatikan data yang dinamis antara lain
nilai tukar, suku bunga, cadangan devisa dan harga minyak mentah Indonesia.
3.1.1 Nilai Tukar
Nilai Tukar adalah harga dalam negeri dari uang luar negeri. Suatu
kenaikan kurs tukar disebut depresiasi atau pengurangan nilai mata uang dalam
negeri dalam hubungannya dengan mata uang asing, sedangkan penurunan kurs
tukar disebut apresiasi atau kenaikan nilai mata uang dalam negeri dalam
hubungannya dengan mata uang asing. Harga tersebut menggambarkan berapa
banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata
uang lain. Istilah lain dari rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar atau disebut
juga kurs valuta asing. (Murni, 2016:265). Kebijakan nilai tukar mata uang besar
pengaruhnya terhadap kegiatan transaksi perusahaan terutama perusahaan yang
tergantung pada impor dan yang berorientasi pada pasar luar negeri.
Mekanisme penetapan nilai tukar (exchange rate) dapat dikategorikan
menjadi beberapa kelompok antara lain:
1) Free Float (Mengambang Bebas)
Nilai tukar uang mengambang bebas tergantung kekuatan pasar.
Beberapa factor yang mempengaruhi nilai tukar antara lain inflasi dan
pertumbuhan ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
mengevaluasi nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan. Jika inflasi
berubah, maka nilai tukar mata uang akan berubah.
2) Managed Float (Mengambang Terkedali)
Sistem
mengambang
bebas
mempunyai
kerugian
karena
ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang dikelola yang sering
disebut juga dirty float atau mengambang terkendali dilakukan melalui
campur tangan bank sentral yang cukup aktif. Beberapa bentuk intervensi
adalah menstabilkan kurs harian, menunda kurs, dan kurs tetap secara
tidak resmi (Ambarini, 2015:215).
Anjloknya harga komoditas akan berdampak buruk terhadap kinerja
ekspor dan menurunkan pasokan mata uang asing yang bersumber dari devisa
hasil ekspor. Peningkatan impor akibat kuatnya permintaan domestik juga
membutuhkan mata uang asing yang besar. Tekanan permintaan mata uang asing
semakin bertambah jika ada aliran dana portofolio saham asing yang keluar.
Turunnya pasokan mata uang asing yang disertai tingginya permintaan mata uang
asing menyebabkan tingginya tekanan depresiasi nilai tukar.
3.1.2 Suku Bunga
Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam
bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima
tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga adalah harga dari
pinjaman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Adapun suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini BI Rate adalah
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur
bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang
untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Adapun fungsi suku
bunga antara lain:
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu
sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri
tersebut akan meminjam dana, maka pemerintah memberi tingkat bunga
yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam
suatu perekonomian.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Bank Indonesia
dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, pada
umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan.
3.1.3 Cadangan devisa
Cadangan devisa merupakan sebuah indikator penting yang menunjukkan
kekuatan perekonomian suatu negara, yaitu sejauh mana negara tersebut mampu
membiayai kebutuhan dalam negerinya. Selain itu, cadangan devisa dalam jumlah
yang cukup merupakan salah satu jaminan bagi tercapainya stabilitas moneter dan
ekonomi makro suatu negara (Ellen, 2016). Cadangan devisa akan berkaitan erat
dengan neraca pembayaran suatu negara.
Memahami tentang indikator makro ini, juga membantu kita untuk
mengetahui gambaran besar siklus perekonomian saat ini yang pada akhirnya juga
akan berdampak pada pengambilan kebijakan investasi. Cadangan Devisa Resmi
Indonesia (Indonesian Official Reserve Assets) merupakan aset eksternal untuk
membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, tidak mencakup penyertaan
Bank Indonesia pada lembaga keuangan internasional, tagihan kepada bukan
penduduk dalam non convertible currencies, ataupun tagihan dalam valuta asing
kepada penduduk. Posisi cadangan devisa biasanya dikatakan aman bila
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
mencukupi impor selama 3 bulan. Jika cadangan devisa tidak mencukupi impor
selama waktu minimal tersebut, maka kondisi dianggap rawan. Selain kesulitan
mengimpor barang-barang yang dibutuhkan dari luar negeri, posisi cadangan
devisa yang rawan juga menurunkan kredibilitas mata uang negara tersebut.
Posisi cadangan devisa per akhir Juni 2016 tersebut cukup untuk
membiayai 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3
bulan impor (Segara, 2016). Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut
mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan
pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
3.1.4 Harga Minyak
Harga minyak mentah internasional yang digunakan di Indonesia dikenal
dengan nama ICP (Indonesian Crude-Oil Price) yang merupakan basis harga
minyak mentah yang digunakan dalam perhitungan dan penyusunan APBN. ICP
digunakan sebagai asumsi harga minyak dalam APBN untuk menentukan besaran
penerimaan migas, subsidi energi, dan dana bagi hasil minyak (Handoko,
2014:53). Penetapan besarnya harga minyak merupakan hal yang sangat penting
mengingat berapa besar harga minyak berpengaruh terhadap pembagian produksi
(lifting) antara kontraktor dan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah mengambil
peran dalam penetapan metode perhitungan harga minyak mentah Indonesia
(ICP). Penentuan harga minyak di pasar internasional sebagaimana kita ketahui
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
merupakan masalah yang kompleks. ICP ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi
setiap semester sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya.
ICP sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar minyak internasional. Harga
harga minyak dunia juga mencapai titik terendah pada bulan Januari 2016, namun
peningkatan harga minyak mentah akan menurunkan rasio perdagangan bersih
Indonesia karena Indonesia adalah importir minyak bersih (walau kenaikan harga
minyak memang membawa peningkatan penerimaan negara) (The World Bank,
2016). Kondisi pasar minyak internasional yang mempengaruhi ICP yaitu:
1) Faktor fundamental yaitu faktor yang dipengaruhi mekanisme penawaran
(produksi, stok, kondisi kilang, fasilitas pipa dan kebijakan produksi) dan
permintaan (tingkat pertumbuhan ekonomi, kebutuhan, musim, dan
ketersediaan teknologi sumber tenaga alternatif);
2) Faktor non fundamental yaitu faktor lain di luar mekanisme penawaran
dan permintaan, seperti: kekhawatiran pasar akibat gangguan politik,
keamanan, dan aksi spekulasi di pasar minyak.
3.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh ekonomi makro terhadap harga saham
maupun IHSG telah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan
antara lain yang terdapat dalam tabel 3.1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Tabel 3.1
Penelitian Terdahulu Internasional
NO
1
2
3
NAMA
Rizwan Ismail, Asghar Pervaz,
Ayaz Ahmed, dan Raeesiqbal
(2016)
Ahmed Imran Hunjra dan
Muhammad Irfan Chani dan
Muhammad Shahzad Ijaz dan
Muhammad
Farooq
dan
Kamran Khan (2014)
Muazu Ibrahim dan Alhassan
Musah (2014)
4
Pooja Singh (2014)
5
Mirza Vejzagic dan Hashem
Zarafat (2013)
6
Nopphon Tangjitprom (2011)
7
Prince Famous Izedonmi dan
Ibrahim Bello Abdullah (2011)
Tajana Barbić, Iva ČondićJurkić (2011)
8
9
10
Tarika Singh, Seema Mehta
dan M. S. Varsha (2011)
Yu Hsing (2011)
11
Christopher Gan, Minsoo Lee,
Hua Hwa Au Yong, Jun Zhang
(2006)
12
L.M.C.S. Menike (2006)
13
Abeyratna
Gunasekarage,
Anirut
Pisedtasalasai
dan
David M Power (2004)
Ramin Cooper Maysami, Lee
Chuin Howe dan Mohamad
Atkin Hamzah (2004)
14
15
Mansor H. Ibrahim dan Wan
Sulaiman Wan Yusoff (2001)
HASIL
Nilai tukar, suku bunga berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap return saham KSE 100
Tingkat suku bunga, nilai tukar negatif signifikan
terhadap harga saham KSE 100 dalam jangka panjang.
Tingkat suku bunga, nilai tukar tidak signifikan
terhadap harga saham KSE 100 dalam jangka pendek.
Nilai tukar dan suku bunga secara signifikan
mempengaruhi kinerja saham dalam jangka pendek.
Nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga
saham dalam jangka panjang.
Nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap
BSE Sensex dan S&P CNX Nifty
Suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh negatif
signifikan terhadap FTSE Bursa Malaysia Hijrah
Shariah Index
Tingkat suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh
negatif signifikan terhadap return saham
Nilai tukar tidak memiliki pengaruh yang signifikan di
pasar bursa Nigeria
Nilai tukar mempengaruhi indeks saham di Republik
Ceko, sementara suku bunga pasar uang mempengaruhi
indeks saham Slovenia; pasar saham indeks
mempengaruhi suku bunga pasar uang di Hungaria dan
Republik Ceko dan pasokan uang di Polandia.
Nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap return
saham
Pasar saham Bulgaria secara negatif dipengaruhi oleh
tingkat bunga riil, dan nilai tukar BGN/USD.
Suku bunga long term berpengaruh signifikan negatif
sedangkan nilai tukar, harga minyak dan bunga short
term berpengaruh signifikan positif terhadap return
saham NZSE40
Nilai tukar berpengaruh negatif signifikan dan suku
bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap harga
saham di Bursa Efek Colombo (CSE)
Suku bunga berpengaruh secara negatif signifikan, nilai
tukar, tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
Dalam SES All-S Equities Finance Index, secara
signifikan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar, dan
kedua suku bunga jangka pendek dan panjang. Dalam
SES All-S Equities Property Index, nilai tukar, dan
suku bunga panjang dan jangka pendek berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Kuala
Lumpur Composite Index.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
NO
16
17
18
Tabel 3.2
Penelitian Terdahulu Nasional
NAMA
HASIL
Ria
Wijayaningsih,
Sri
Mangesti
Rahayu,
dan
Muhammad Saifi (2016)
Yunita
Putri
Siregar,
Rosyetti Sri, dan Endang
Kornita (2014)
Steven Sugiarto Lawrence
(2013)
19
Livia Halim (2013)
20
Divianto (2013)
21
Senen
Machmud
dan
Bambang Agus Wijanarko
(2013)
Suramaya Suci Kewal (2012)
22
23
H. M. Chabachib dan Ardian
Agung Witjakson (2011)
24
Franky
Pranata
Kusuma (2015)
25
Msy. Mikial (2014)
26
Erna Sari, Sri Wahyuningsih
dan Pudji Hadiyati (2014)
27
Heru Prayitno (2012)
28
Suli Darwati dan Nanda Trio
Santoso (2014)
29
Jenny Sihombing dan Hisar
Pangaribuan (2014)
30
Sylvia Handiani (2014)
Putra
BI Rate dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI
Nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif
terhadap IHSG
Harga minyak berpengaruh positif signifikan dan suku
bunga SBI berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Nilai tukar yang secara parsial berpengaruh signifikan
sedangkan BI rate tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap return saham kapitalisasi besar.
Tingkat suku bunga SBI dan nilai tukar berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG
Pengaruh nilai tukar USD/Rupiah dan tingkat suku
bunga SBI adalah negatif signifikan terhadap IHSG
Suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.
Variabel tingkat suku bunga SBI dan kurs tupiah
berpengaruh secara signifikan negatif sedangkan harga
minyak berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG.
Suku bunga berpengaruh positif dan signifikan dan
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap harga saham.
Suku bunga BI dan harga minyak dunia berpengaruh
negatif dan signifikan, sedangkan cadangan devisa
berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG.
Cadangan devisa, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
berpengaruh positif signifikan, sedangkan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh negatif
signifikan terhadap IHSG periode tahun 2002 – 2013
Nilai kurs memiliki pengaruh yang signifikan dengan
arah yang berlawanan terhadap variabel IHSG. Harga
crude oil tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap IHSG.
Nilai tukar, suku bunga berpengaruh negatif signifikan
terhadap Composite Index, sedangkan harga minyak
dunia berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
Composite Index.
Cadangan devisa negara mempunyai pengaruh yang
negatif signifikan, sedangkan tingkat suku bunga dan
nilai kurs USD terhadap Rupiah tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR
berpengaruh secara positif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan pada periode 2008-2013.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
3.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa secara bersama-sama BI Rate,
dan Kurs Rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Wijayaningsih, 2016).
Suku bunga BI dan harga minyak dunia berpengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG
(Mikial, 2014). Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
NILAI TUKAR
SUKU BUNGA
CADANGAN DEVISA
IHSG
HARGA MINYAK
MENTAH
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
3.4 Hipotesis
Kurs Rupiah berpengaruh secara signifikan negatif terhadap IHSG
(Chabachib dan Ardian, 2011). Nilai tukar yang secara parsial berpengaruh
signifikan negatif terhadap return saham kapitalisasi besar (Halim, 2013). Nilai
tukar berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG
(Divianto, 2013). Nilai tukar berpengaruh terhadap kegiatan transaksi perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
terutama perusahaan yang tergantung pada impor dan yang berorientasi pada
pasar luar negeri. Hipotesis H1 yang diambil pada penelitian ini, yaitu :
H1 : Diduga nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap return IHSG.
Tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan negatif terhadap
IHSG (Chabachib dan Ardian, 2011). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap variabel IHSG (Divianto, 2013). Suku bunga
berpengaruh negatif signifikan terhadap Composite Index (Darwati dan Nanda,
2014). Suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (Mikial, 2014). BI Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Wijayaningsih, 2016). Penurunan suku
bunga kredit akan menyebabkan biaya modal menjadi kecil sehingga dapat
mempermudah perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dengan biaya yang
murah untuk meningkatkan produktivitasnya. Hipotesis H2 yang diambil pada
penelitian ini, yaitu :
H2 : Diduga suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap return IHSG.
Cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG
(Mikial, 2014). Cadangan devisa berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2002 – 2013 (Sari et al, 2014).
Cadangan devisa akan berkaitan erat dengan neraca pembayaran suatu negara.
Jika cadangan devisa suatu negara tinggi maka neraca pembayaran akan surplus.
Surplus neraca pembayaran inilah yang membuat para investor lebih tertarik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
untuk berinvestasi di Indonesia sehingga meningkatkan perdagangan saham di
pasar modal dalam negeri serta menyebabkan peningkatan pada harga saham.
Hipotesis H3 yang diambil pada penelitian ini, yaitu :
H3 : Diduga cadangan devisa berpengaruh positif signifikan terhadap return
IHSG.
Harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap IHSG (Chabachib dan
Ardian, 2011). Harga minyak berpengaruh signifikan positif terhadap terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2009-2012 (Lawrence, 2013). Harga
Minyak Dunia berpengaruh secara positif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan pada periode 2008-2013 (Handiani, 2014). Peningkatan harga minyak
mentah merupakan keuntungan tersendiri bagi perusahaan sektor pertambangan
karena harga minyak yang melonjak tinggi membuat para investor cenderung
menginvestasikan dananya ke berbagai sektor pertambangan sebagai penopang
peningkatan IHSG. Hipotesis H4 yang diambil pada penelitian ini, yaitu :
H4 : Diduga harga minyak berpengaruh positif signifikan terhadap return IHSG.
Tingkat suku bunga SBI dan harga minyak, kurs rupiah, berpengaruh
secara simultan terhadap IHSG (Chabachib dan Ardian, 2011). Suku bunga SBI,
dan kurs rupiah secara simultan berpengaruh terhadap IHSG di BEI (Kewal,
2012). Secara bersama-sama harga minyak dan suku bunga SBI berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2009-2012
(Lawrence, 2013). BI rate dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
signifikan terhadap return saham kapitalisasi besar (Halim, 2013). Kondisi
ekonomi makro suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut.
Hipotesis H4 yang diambil pada penelitian ini, yaitu :
H5 : Diduga nilai tukar, suku bunga, cadangan devisa dan harga minyak mentah
Indonesia secara bersama-sama berpengaruh terhadap return IHSG.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download