analisis pengaruh asimetri informasi, leverage

advertisement
ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE,
KOMPENSASI BONUS DAN BIAYA POLITIK TERHADAP
MANAJEMEN LABA DENGAN OPERATING CASH FLOW SEBAGAI
VARIABEL KONTROL PENELITIAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUB SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yoggi Rizal
NIM: 1110082000116
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE,
KOMPENSASI BONUS DAN BIAYA POLITIK TERHADAP
MANAJEMEN LABA DENGAN OPERATING CASH FLOW SEBAGAI
VARIABEL KONTROL PENELITIAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUB SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yoggi Rizal
NIM: 1110082000116
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Yoggi Rizal
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Januari 1992
3. Alamat
: Reni Jaya Blok AA 5 No 14 Rt 006/020 Pamulang
Barat, Pamulang, Kota Tangerang Selatan
II.
III.
4. Telepon
: 082111137365
5. Email
: [email protected]
PENDIDIKAN
1. SD N Pondok Petir 1 Sawangan
Tahun 1998-2004
2. SMP N 2 Ciputat
Tahun 2004-2007
3. SMA N 1 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010-2014
PENGALAMAN BERORGANISASI
1. Anggota OSIS SMP Negeri 2 Ciputat
Tahun 2004-2007
2. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Tahun 2012
Divisi Seni dan Olah Raga
IV.
SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Sebagai peserta dalam “Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi
Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi” 3 Oktober 2012, Teater Lt.2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
2. Sebagai Peserta dalam “Seminar Auditing Days” 6-7 November 2012 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Sebagai Peserta dalam “ Seminar Stadium General Major Study Economic
Development-Faculty of Economic and Business” 28 Maret 2012, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Sebagai Peserta dalam “Seminar Anti-Corruption Training Road to
Campus”, 21 Oktober 2010
V.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Masrizal
2. Ibu
: Zerita Tanjung
3. Anak ke
: 2 dari 3 bersaudara
vii
ANALYSIS THE EFFECT OF INFORMATION ASYMMETRY,
LEVERAGE, BONUS COMPENSATION , AND POLITICAL COST ON
EARNINGS MANAGEMENT WITH OPERATING CASH FLOW AS
VARIABLE CONTROL IN THE MANUFACTUR COMPANIES SUBSECTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY WHICH LISTED ON
INDONESIAN STOCK EXCHANGE IN 2010-2014.
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the effects of information
asymmetry, leverage, bonus compensation, and political cost on earnings
management.
The samples of this research are manufactur companies sub sector
consumer goods industry which listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2010
to 2014. The number of companies in this research are 21 companies with 5 years
observation. Based on purposive sampling method, final samples total are 105
companies. The data analysis method uses multiple regressions.
Based on adjusted R square, the independent variables effect to
earnings management, it can be explained 44.6 %. The results of these research
indicate that leverage and political cost effect on earnings management. On the
other hand, information asymmetry and compensation bonus don’t effect on
earnings management.
Keywords: asymmetry information, leverage, compensation bonus, political cost,
earning management
viii
ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE,
KOMPENSASI BONUS DAN BIAYA POLITIK TERHADAP
MANAJEMEN LABA DENGAN OPERATING CASH FLOW SEBAGAI
VARIABEL KONTROL PENELITIAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUB SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh asimetri informasi,
leverage, kompensasi bonus dan biaya politik.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur sub sektor
consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010 sampai 2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah
21 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive
sampling, total sampel yang diperoleh adalah 105 perusahaan. Metode analisis
data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh
variabel independen terhadap manajemen laba dapat dijelaskan sebesar 44.6 %.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa leverage dan biaya politik berpengaruh
terhadap manajemen laba. Sedangkan variabel asimetri informasi dan kompensasi
bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata kunci: asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik,
manajemen laba
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, Sang
teladan yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1.
Kedua orang tua tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa, kasih
sayangnya serta bantuan moril maupun materil yang telah diberikan selama
ini.
2.
Saudara laki-laki Rezza Rizal dan Farriz Rizal atas segala dukungan dan
doanya.
3.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntasi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak., CA selaku Sekertaris Jurusan
Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat dan
bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
7.
Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II dan dosen pembimbing
akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi,
x
memberi nasihat, memberikan semangat dan bimbingan dalam proses
penulisan skripsi ini.
8.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
9.
Sesti Mayasari, terima kasih atas segala doa dan dukungan yang telah
diberikan.
10.
Sahabat-sahabatku yang sudah seperti saudara sendiri di “Trouble Maker”
dan “Cikeas” Bijay, Ujang, Nanda, Sigit, Derian, Bonggo, Bisma, Erwin,
Dipo, Eddi, Rosdian, Anka, Nasrul dan Indra. Terima kasih atas segala
bantuan, support keceriaan dan semangat yang selalu kalian berikan.
11.
Teman seperjuangan semasa skripsi Rezza Fahlevi, Ahmad Makien, Adi
zamzam, Achmad Bashirudin dan Khairul Umam. Terima kasih atas
dukungan dan sarannya.
12.
Keluarga Besar Akun D “Daeng Tata”, terima kasih atas dukungan, doa,
kehangatan dan keceriaan kelas yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wasalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta, November 2015
Yoggi Rizal
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13
A. Landasan Teoritis .......................................................................... 13
1. Agency Theory ......................................................................... 13
2. Manajemen Laba ..................................................................... 15
a. Pengertian Manajemen Laba ............................................. 15
b. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba ..................... 18
c. Pola Manajemen Laba ....................................................... 21
d. Teknik Manajemen Laba ................................................... 22
e. Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba .......................... 25
3. Asimetri Informasi .................................................................. 26
xii
4. Leverage .................................................................................. 30
5. Kompensasi Bonus .................................................................. 32
6. Biaya Politik ............................................................................ 34
B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 36
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 44
1. Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba........................ 44
2. Leverage terhadap Manajemen Laba ...................................... 45
3. Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba ...................... 46
4. Biaya Politik terhadap Manajemen Laba ................................ 48
5. Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba ................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 51
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 51
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 52
D. Metode Analisis Data .................................................................... 52
1. Statistik Deskriptif .................................................................. 52
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 53
a. Uji Normalitas ................................................................... 53
b. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 54
c. Uji Multikolinearitas ......................................................... 55
d. Uji Autokorelasi ................................................................ 55
3. Koefisien Determinasi .............................................................. 57
4. Uji Hipotesis ........................................................................... 57
a. Uji Statistik t ..................................................................... 58
b. Uji Statistik F .................................................................... 59
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 59
1. Variabel Dependen .................................................................. 60
2. Variabel Independen ............................................................... 62
a. Asimetri Informasi ............................................................ 62
b. Leverage ............................................................................ 63
xiii
c. Kompensasi Bonus ............................................................ 64
d. Biaya Politik ...................................................................... 65
3. Variabel Kontrol....................................................................... 66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 68
A. Sekilas Gambaran Umum Obejek Penelitian ................................. 68
B. Statistik Deskriptif ........................................................................ 70
C. Analisis dan Pembahasan ............................................................... 71
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 71
a. Uji Normalitas .................................................................... 72
b. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 75
c. Uji Multikolinearitas .......................................................... 76
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 77
2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data ....................... 79
3. Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi Data ....................... 81
a. Uji Normalitas ................................................................... 81
b. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 83
c. Uji Multikolinieritas .......................................................... 84
d. Uji Autokorelasi ................................................................ 85
4. Koefisien Determinasi (R2 ) .................................................... 86
5. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 87
a. Uji Statistik F ..................................................................... 87
b. Uji Statistik t ...................................................................... 88
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 99
A. Kesimpulan .................................................................................... 99
B. Saran ............................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101
Lampiran-lampiran ........................................................................................... 105
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu ................................................... 36
3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 66
4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ............................................. 67
4.2
Daftar Nama Perusahaan ............................................................. 69
4.3
Statistik Deskriptif ...................................................................... 70
4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov .............................................. 74
4.5
Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 77
4.6
Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ....................................... 78
4.7
Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data .......................... 80
4.8
One-Sample K-S Test Setelah Transformasi Data ....................... 83
4.9
Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi Data................ 85
4.10
Hasil Uji Autokorelasi D-W Setelah Transformasi Data ............ 85
4.11
Koefisien Determinasi ................................................................. 87
4.12
Uji Statistik F .............................................................................. 88
4.13
Uji Statistik t ............................................................................... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .................................................................... 43
4.1
Grafik Histogram ........................................................................ 73
4.2
Grafik Normal Probility Plots ..................................................... 73
4.3
Grafik Scatterplot ........................................................................ 76
4.4
Grafik Histogram Setelah Transformasi Data ............................. 81
4.5
Grafik Normal Probility Plots Setelah Transformasi Data ......... 82
4.6
Grafik Scatterplot Setelah Transformasi Data ............................ 84
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Sampel ............................................................................ 105
2
Data Sampel .............................................................................. 109
3
Hasil Uji SPSS .......................................................................... 114
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak di luar perusahaan. Menurut PSAK No.1 paragraf ke 7
(revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari suatu laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Penyusunan laporan keuangan dilakukan oleh manajemen perusahaan
(agent) yang lebih mengetahui kondisi keuangan di dalam perusahaan.
Manajemen perusahaan ini lebih mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa depan daripada pemilik perusahaan (principal). Oleh
karena itu manajemen wajib memberikan sinyal kepada principal mengenai
kondisi keuangan perusahaan saat ini dan bagaimana prospek perusahaan di
masa depan (Wiryadi dan Sebrina, 2013). Muliati (2011) menyatakan bahwa
laporan keuangan disusun sebagai sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak di luar perusahaan, dimana laporan keuangan
diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI,
2009 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari
1
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya laporan arus kas atau laporan
arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut,
misalnya informasi keungan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan perubahan harga (paragraph 7). Laporan keuangan dapat
dikatakan sebagai suatu ringkasan transaksi keuangan selama satu tahun
buku perusahaan bersangkutan dimana digunakan manajemen untuk
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.
Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena
lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan secara rill.
Akuntansi berbasis akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba
perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual
secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi
perusahaan. Dalam Kerangaka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, IAI (2009) menyatakan bahwa, untuk mencapai tujuannya
laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan.
2
Salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan
adalah laba, laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan kunci
kesuksesan perusahaan. Oleh karena itu manajer memiliki tugas untuk
menghasilkan laba
yang terbaik
bagi
perusahaan. Namun
dalam
kenyataannya, manajer tidak selalu bisa memberikan hasil laba yang terbaik
perusahaan, di sinilah manajer bisa memanfaatkan fleksibilitas yang
diperbolehkan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk
memodifikasi laba yang dilaporkan. Pengelolaan laba yang secara sengaja
dipilih oleh manajemen dengan tujuan tertentu dikenal dengan sebutan
manajemen laba atau earning management (Guna dan Herawaty, 2010).
Wiryadi dan Sebrina (2013) menyatakan manajemen laba adalah
campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal,
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, pihak yang tidak
setuju, mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
operasi yang tidak memihak dari sebuah proses. Dwiyanti dan Sukartha
(2013) menyatakan bahwa manajemen laba adalah fenomena pelaporan
keuangan dimana manajer melakukan sesuatu untuk mempengaruhi jumlah
pendapatan yang dilaporkan. Dwiyanti dan Sukartha (2013) juga
menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer memilih
kebijakan akuntasi tertentu yang bertujuan untuk mengatur jumlah laba yang
dilaporkan kepada stakeholder sehingga dapat mempengaruhi perjanjian
yang didasarkan pada angka akuntansi yang dilaporkan.
3
Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dan pemilik
(principal)
memungkinkan
manajemen
untuk
melakukan
praktik
manajemen laba, ini dikarenakan manajemen lebih banyak mengetahui dan
memiliki informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan dibandingkan
dengan pemilik perusahaan. Manajemen selaku
pihak yang diberi
wewenang dan kepercayaan penuh oleh principal untuk mengelola bisnis
perusahaan sering kali merasa terbeban berat dalam menghadapi tekanantekanan untuk memenuhi target kinerja jangka pendek. Manajemen dituntut
untuk mampu menghasilkan laba yang sesuai target yang ditetapkan
perusahaan. Ketika manajer tidak mampu mencapai target laba yang
ditetapkan, di awaktu inilah manajer akan melakukan praktik manajemen
laba agar kinerjanya tetap terlihat baik di mata principal, ditambah lagi
misalnya akan ada kompensasi bonus yang diberikan perusahaan ketika
manajer mampu mencapai target laba yang ditetapkan. Keadaan seperti
inilah yang membuat beberapa peneliti sebelumnya seperti Mulianti (2011)
dan Wiryadi dan Sebrina (2013) melihat bahwa adanya asimetri informasi
yang terjadi di perusahaan di tambah lagi dengan adanya kompensasi bonus
yang ingin dicapai oleh manajer perusahaan mendorong manajer untuk
melakukan praktik manajemen laba agar kinerjanya tetap terlihat baik di
mata principal.
Sejalan dengan Mulianti (2011) dan Wiryadi dan Sebrina (2013),
Wardani dan Masodah (2011) menyatakan bahwa hubungan antara
pemegang saham (principal) dan manajer (agent) dapat mengarah pada
4
kondisi asimetri informasi karena manajer berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan
pemegang saham. Wardani dan Masodah (2013) menyimpulkan adanya
asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dan manajer ini
membuat manajer memilki kesempatan untuk mempengaruhi angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.
Di samping asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham
dan manajemen perusahaan, Pujianti dan Arfan (2013) juga melihat bahwa
kompensasi bonus bisa mendorong manajemen untuk melakukan praktik
manajemen laba. Pujianti dan Arfan (2013) melihat bahwa pemberian bonus
seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun
yang bersangkutan. Manajer akan berusaha mengatur laba bersih sedemikian
rupa sehingga dapat memaksimalkan bonusnya. Manajer yang memiiki
informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak
oportunis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba
saat ini ataupun menyimpannya untuk tahun-tahun yang akan datang.
Selain faktor asimetri informasi dan kompensasi bonus, biaya politik
juga mengindikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi manajer
melakukan praktik manajemen laba. Perusahaan dengan biaya politik yang
tinggi cenderung akan melakukan praktik manajemen laba dengan
menurunkan labanya guna untuk menurukan biaya politiknya. Perusahaan
berkeinginan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada
5
pemerintah karena perusahaan menganggap pajak adalah sebuah beban yang
harus diminimalkan dan perusahaan merasa tidak memperoleh manfaat
setelah pembayaran pajak tersebut (Suratno, 2008 dalam Dwiyanti dan
Sukartha, 2013).
Watt and Zimmerman (1986) dalam Anggana dan Prastiwi (2013)
menyatakan bahwa dalam Positive Accounting Theory terdapat tiga faktor
pendorong yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, salah satunya
adalah Political Cost Hypothesis. Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa
semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil
tindakan, misalnya mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pendapatan
perusahaan dan lain-lain. Aryani (2011) juga menyatakan hal yang sama,
yaitu menurutnya perusahaan yang lebih besar akan melakukan lebih banyak
kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun dengan maksud
mengurangi efek politis. Perusahaan yang besar cenderung menggunakan
prosedur akuntansi menurunkan laba untuk tujuan mengurangi pembebanan
pajak yang tinggi.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, leverage
juga menjadi faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Leverage
merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban
dengan modal sendiri yang dimiliki. Perusahaan dengan leverage yang
tinggi yaitu perusahaan yang proporsi utangnya lebih tinggi dibandingkan
6
modal yang dimiliki, diduga akan melakukan manajemen laba karena
perusahan yang terancam tidak dapat memenuhi pembayaran utang pada
waktunya akan meningkatkan laba yang dilaporkan.
Rahmawati dan Wijayanti (2010), menyatakan bahwa perusahaan
khususnya manajer yang mempunyai leverage yang tinggi berusaha untuk
mementingkan kepentingannya sendiri dan menghindari resiko dengan
berusaha semaksimal mungkin untuk menaati perjanjian utang agar tidak
terjadi pinalti atau pelanggaran perjanjian utang. Penalti atau pelanggaran
perjanjian utang merupakan berita buruk bagi manajer. Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan akan mendapatkan penilaian kinerja yang buruk
dari kreditor dan berkurangnya kepercayaan pasar sehingga berimplikasi
pada jatuhnya harga saham perusahaan. Rahmawati dan Wijayanti (2010)
menyimpulkan bahwa semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran
perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih mungkin manajer
perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang
dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini.
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar
modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh
bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT
Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi
dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut
7
mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir
31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari
penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT Kimia Farma Tbk. Kesalahan
penyajian tersebut dilakukan oleh Direksi periode 1998-Juni 2002 dengan
cara:
1. Membuat 2 (dua) daftar harga persediaan (master prices) yang berbeda
masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari
2002, dimana keduannya merupakan master prices yang telah diotorisasi
oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT KAEF. Master
prices per 3 Februari 2002 merupakan master prices yang telah disesuaikan
nilainya (penggelembungan) dan dijadikan dasar sebagai penentuan nilai
persediaan pada unit distribusi PT KAEF per 31 Desember 2001.
2. Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit Pedagang Besar
Farmasi dan unit Bahan Baku. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada
unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan.
Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk.
(Badan Pengawas Pasar Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang
dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian
nilai
persediaan
barang
dalam
proses
pada
tahun
buku
2001
sebesar Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated)
persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu
8
rendah (understated) sebesar Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu
tinggi overstated dengan nilai yang sama.
Penelitian-penelitian terkait praktik manajemen laba telah banyak
dilakukan sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu. Peneliti melihat ada
beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi praktik manajemen laba
yang dilakukan oleh manajemen di suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah asimetri informasi, leverage, biaya politik yang
(diproksikan dengan ukuran perusahaan) dan kompensasi bonus.
Putra et all (2014), hasil penelitiannya menyatakan bahwa asimetri
informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Putra et all
(2014), mengartikan bahwa semakin meningkat asimetri yang terjadi maka
semakin tinggi peluang manajemen melakukan manajemen laba, sebaliknya
semakin menurun asimetri informasi yang terjadi makan semakin turun juga
peluang manajemen melakukan praktik manajeme laba. Hasil penelitian
Putra et all (2014) ini sejalan dengan hasil penelitian Muliati (2011) yang
juga menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif dengan
praktik manajemen laba. Muliati (2011) juga menyatakan bahwa semakin
tinggi asimetri yang terjadi maka semakin tinggi juga peluang praktik
manajemen laba yang dilakukan manajemen, sebaliknya semakin kecil
asimetri informasi yang terjadi maka semakin kecil pula peluang manajemen
melakukan praktik manajemen laba.
Hasil penelitian Jao dan Pagulung (2011) menyatakan hasil bahwa
leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen
9
laba.Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Guna dan
Herawaty (2010) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap
praktik manajemen laba. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini
membuat peneliti tertarik untuk menguji kembali variabel leverage ini,
untuk memastikan bagaimana pengaruh leverage ini terhadap praktik
manajemen laba.
Hasil penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa
faktor ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada praktik manajemen laba.
Jao dan Pagulung (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukan bahwa
semakin besar perusahaan yang diukur dengan total aktiva maka tindakan
manajemen laba berkurang karena perusahaan yang besar akan lebih
berhati-hati
dalam
melakukan
pelaporan
keuangan
dan
cendrung
melaporkan kondisi keuangan dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh
masyarakat. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai kecendrungan untuk
melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar
sehingga dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih bagus.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan dengan
adanya ketidakkonsistenan hasil pada beberapa variabel penelitian, peneliti
berusaha untuk meneliti kembali variabel-variabel yang telah dijabarkan
sebelumnya dengan menambahkan variabel CFO sebagai variabel kontrol
penelitian, dengan judul penelitian “Pengaruh Asimetri Informasi,
Leverage, Kompensasi Bonus dan Biaya Politik terhadap Manajamen
10
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods
Industry yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah asimetri informasi mempunyai pengaruh pada manajemen laba?
2. Apakah leverage mempunyai pengaruh pada manajemen laba?
3. Apakah kompensasi bonus mempunyai pengaruh pada manajemen laba?
4. Apakah biaya politik mempunyai pengaruh pada manajemen laba?
5. Apakah operating cash flow mempunyai pengaruh pada manajemen
laba?
6. Apakah asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik
dan operating cash flow secara bersama-sama mempunyai pengaruh
pada manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah asimetri informasi berpengaruh pada
manajemen laba.
2. Untuk mengetahui apakah kompensasi bonus berpengaruh pada
manajemen laba.
3. Untuk mengetahui apakah biaya politik berpengaruh pada manajemen
laba.
11
4. Untuk mengetahui apakah leverage berpengaruh pada manajemen laba.
5. Untuk mengetahui apakah operating cash flow mempunyai pengaruh
pada manajemen laba.
6. Untuk mengetahui apakah asimetri informasi, leverage, kompensasi
bonus, biaya politik dan operating cash flow secara bersama-sama
mempunyai pengaruh pada manajemen laba.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dan yang ingin diberikan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi profesi akuntan publik,
hasil penelitian ini diharapakan bisa
menjadi bahan informasi tentang manajemen laba dan faktor-faktor yang
berpengaruh pada manajemn laba.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait dengan manajemen laba, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan atau masukkan dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Bagi akademis, penelitian ini bisa memberikan informasi dan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa melengkapi
penelitian terdahulu dan dapat digunakan sebagai sarana belajar guna
menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas sehubungan
dengan manajemen laba, serta dapat digunakan sebagai bahan refrensi
bagi penelitian selajutnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual
antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent
dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan
pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat
dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk
melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah
disepakati (Muliati, 2011). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun
principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Setiawan (2009) melihat teori keagenan sebagai teori tentang
kepemilikan dan pendelegasian pengelolaan (kontrak), yang memandang
keberadaan suatu perusahaan sebagi hasil dari quasi perjanjian antar
berbagai pihak, antara lain manajemen, pemegang saham, kreditur,
pemerintah serta masyarakat. Teori ini menjelaskan mengenai hubungan
keagenan yang didefinisikan sebagai hubungan yang timbul karena adanya
kontrak
yang
ditetapkan
antara
dua
pihak,
yaitu
pihak
yang
mendelegasikan pekerjaan disebut sebagai principal dan pihak yang
menerima pendelegasian pekerjaan disebut agent, dimana principal
menggunakan agent untuk melakukan jasa yang menjadi kepentingan
principal.
13
Scott (2000) dalam Muliati (2011) menyatakan bahwa perusahaan
mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan
dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan
krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimalkan
utilitas masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi
agent memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan principal
sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Informasi yang lebih
banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu manajer untuk melakukan
tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk
memaksimalkan utilitasnya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini
investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang
dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang
ada. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau
investor.
Anggana dan Prastiwi (2013) menjelaskan bahwa konflik
kepentingan mungkin terjadi antara agent dan principal yang nantinya
akan menimbulkan masalah keagenan, dimana manajemen tidak selalu
bertindak untuk kepentingan stakeholder, tetapi terkadang untuk
kepentingan manajemen itu sendiri tanpa memikirkan dampak yang
diakibatkan kepada stakeholder. Adanya asumsi bahwa individu-individu
bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent
memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
14
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
Asimetri dan konflik kepentingan yang terjadi antara agent dan principal
mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya
kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent. Hal ini mengacu agent untuk memikirkan
bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk
memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent
tersebut adalah manajemen laba ( Widyaningdyah, 2001 dalam Antonia,
2008).
Jansen and Meckling (1976) dalam Antonia (2008) menyatakan
bahwa dalam suatu kontrak keagenan akan timbul cost-cost yang harus
dikeluarkan, dimana cost-cost ini tidak hanya ditanggung oleh principal
tetapi juga oleh agent. Jansen dan Meckling (1976) dalam Antonia (2008)
menyatakan cost-cost tersebut yaitu: 1) Biaya monitoring, yaitu biaya yang
ditanggung oleh principal untuk membatasi agent dari aktivitas yang
menyimpang dari yang diinginkan; 2) Biaya Bonding, yaitu biaya untuk
mengikat agent yang dapat berupa uang; 3) Residual loss yaitu
pengorbanan berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat
dari perbedaan antara keputusan agent dan keputusan principal.
2. Manajemen Laba
a. Pengertian Manajemen Laba
Menurut Scoot (1997) dalam Antonia (2008), manajemen laba
adalah tindakan manajer untuk melaporkan laba yang dapat
15
memaksimalkan
kepentingan
pribadi
atau
perusahaan
dengan
menggunakan kebijakan metode akuntansi. Scoot (1997) dalam
Antonia (2008) juga mendefinisikan manajemen laba sebagai
intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan
eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi
sesuai dengan kepentinganya.
Sedangkan Sugiri (1998) dalam Purnomo dan Pratiwi (2009)
membagi definisi manajemen laba menjadi dua , yaitu:
1) Definisi Sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini
didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan
komponen discretionary accruals dalam menentukkan besarnya
earnings.
2) Definisi Luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana
manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan
(penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Muliati (2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai
intervensi manajemen terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan
yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan
akuntansi, yang diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan
16
eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu, sehingga dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Gumanti (2000) dalam
Riyanto dan Bachruddin (2005) melihat manajemen laba sebagai suatu
fenomena dalam dunia keuangan dan akuntansi, yang muncul sebagai
suatu konsekuensi pihak-pihak manajemen dalam pembuatan laporan
keuangan demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Gumanti (2000)
dalam Riyanto dan Bachruddin (2005) juga melihat manajemen laba
tidak selalu bisa diartikan sebagai upaya negatif yang merugikan,
karena tidak selamanya manajemen laba memanipulasi tingkat
keuntungan
Kusumawati et all (2013) melihat manajemen laba merupakan
fenomena yang sukar untuk dihindari karena fenomena ini merupakan
dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Manajer dapat memilih kebijakan akuntansi sesuai standar
akuntansi keuangan dalam praktiknya. Oleh sebab itu, sangatlah wajar
apabila para manajer memilih kebijakan-kebijakan tersebut untuk
memaksimalkan utilitinya dan nilai pasar perusahaan. Ifonie (2012)
melihat manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan
pertimbangan atau judgment-nya dalam pelaporan keuangan dan di
dalam perancangan transaksi yang terstruktur untuk mengubah laporan
keuangan yang menyesatkan stakeholder tentang dasar kinerja
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil sesuai kontrak
yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
17
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
manajemen laba adalah intervensi yang dilakukan manajer dalam
proses penyusunan pelaporan keuangan dengan memilih suatu metode
akuntasi yang diperbolehkan untuk memodifikasi nilai laba demi
kepentingan-kepentingan yang diinginkan manajer atau perusahaan.
b. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba
Waat
dan
Zimmerman
(1986)
dalam
Muliati
(2011),
menyatakan bahwa ada tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya
manajemen laba, yaitu:
1) Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntasi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang
memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan. Dengan demikian kinerja akan terlihat baik, sehingga
manajer dapat menerima bonus yang dijanjikan perusahaan.
2) Debt Covenant Hypothesis
Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah melalui pinjaman
atau kontrak hutang, dimana dalam kontrak tersebut terdapat
beberapa persyaratan atau batasan yang harus dipenuhi perusahaan.
Oleh karea itu, perusahaan cenderung melakukan income
increasing untuk menjaga agar tidak melanggar persyaratan yang
telah ditentukan tersebut. Hipotesi ini menyatakan bahwa semakin
18
dekat perusahaan pada pelanggaran terhadap persyaratan kredit,
maka semakin besar kecenderungan manajer untuk melakukan
praktik manajemen laba (Setiawan, 2009).
3) Political Cost Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan cenderung akan
menurunkan nilai labanya untuk mengurangi biaya politik mereka.
Karena
perusahaan
memunculkan
biaya
dengan
politik
nilai
yang
laba
yang
tinggi
tinggi
pula,
akan
misalnya
peninggkatan pajak yang dilakukan pemerintah bagi perusahaan.
Selain itu, Scott (2000) dalam Rahmawati et all (2006)
mengemukakan adanya beberapa motivasi yang menyebabkan
terjadinya manajemen laba, yaitu:
1) Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara opportunistik untuk melakukan manajemen laba
dengan memaksimalkan laba saat ini.
2) Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba
yang
dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung
mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik
yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan-peraturan
yang lebih ketat.
19
3) Taxation Motivations
Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah
mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi
laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat mengurangi beban
pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Motivasi
penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
4) Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar
tidak diberhentikan.
5) Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go publik belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go publik melakukan
manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat
menaikkan harga saham perusahaan.
6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap
menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
20
c. Pola Manajemen Laba
Scott (2000) dalam Rahmawati et all (2006) menyatakan pola
manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
1) Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO
baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan
ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Menurut
Healy (1985), para manajer yang laba bersihnya di bawah rencana
bonus akan memilih pola ini dengan alasan bahwa dikemudian
harapan akan mendapat bonus lebih tinggi.
2) Income Minimization
Pola ini dipakai untuk membuat laba yang dilaporkan menjadi
rendah, terutama dalam periode dimana perusahaan mengalami
tingkat profitabilitas yang tinggi, sehingga jika laba pada periode
mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan
mengambil laba periode sebelumnya.
3) Income Maximization
Pola ini dipakai untuk membuat laba yang dilaporkan menjadi
besar dan umumnya dilakukan saat laba perusahaan menurun.
Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan
net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola
ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian hutang.
21
4) Income Smoothing
Pola ini dipakai untuk membuat laba dilaporkan dalam keadaan
tidak bergejolak (smooth). Manajer menggunakan laba yang
smooth untuk mengantisipasi kerugian. Sedangkan perusahaan
menggunakan laba yang smooth untuk tujuan pelaporan eksternal.
Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu
besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang
relatif stabil.
d. Teknik Manajemen Laba
Dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan,
terdapat beberapa teknik yang mungkin dilakukan. Menurut Ayres
(1994) dalam Purnomo dan Pratiwi (2009), teknik-teknik tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Manajemen Akrual
Manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang
dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara
pribadi merupakan wewenang dari para manajer (manager
direction). Contohnya
adalah, mempercepat atau menunda
pengakuan pendapatan (revenue), menganggap sebagai suatu beban
biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu
biaya. Sunarto (2009) menjelaskan empat item akrual yang menjadi
potensi manajemen laba, yaitu:
22
a) Biaya Amortisasi
Biaya amortisasi tahunan dihitung berdasarkan kebijakan
amortisasi perusahaan dan estimasi umur kegunaan aset.
Manajemen perusahaan dapat memilih beberapa alternatif
pilihan metode amortisasi.
b) Meningkatkan Piutang Dagang Bersih
Manajemen mempunyai fleksibilitas untuk mengendalikan
jumlah piutang dagang dengan mengatur jumlah piutang
dagang bersih yang dapat ditagih.
c) Meningkatkan Persediaan
Perusahaan memerlukan persediaan selama periode kapasitas
produksi yang besar. Manajemen perusahaan dapat mengatur
jumlah persediaan dengan pilihan metode harga pokok
persediaan.
d) Menurunkan Utang Dagang dan Utang Akrual
Manajemen perusahaan dapat mengatur jumlah utang dagang
dan utang akrual untuk meningkatkan atau menurunkan laba
yang dilaporkan.
2) Penerapan Kebijakan Akuntansi Wajib (Adoption of Mandatory
Accounting Changes)
Terkait dengan penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib
dilakukan oleh perusahaan, manajemen perusahaan memiliki dua
pilihan yaitu apakah menerapkan lebih awal dari waktu yang
23
ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan
tersebut.
3) Perubahan Akuntansi Secara Sukarela (Voluntary Accounting
Changes)
Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan
dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu
metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang
sesuai dengan General Accepted Accounting Principles (GAAP),
misalnya merubah metode penilaian persediaan dari average ke
FIFO atau sebaliknya.
Selain itu, teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati
dan Naim (2000) dalam Rahmawati et all (2006) dapat dilakukan
dengan tiga teknik yaitu:
1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan)
terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau
amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lainlain.
2) Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, contoh adalah merubah metode depresiasi aktiva tetap,
24
dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis
lurus.
3) Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat / menunda pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan sampai
pada periode akuntansi
berikutnya,
mempercepat / menunda pengeluaran promosi sampai periode
berikutnya, mempercepat / menunda pengiriman produk ke
pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak
dipakai.
e. Kondisi untuk Praktik Manajemen Laba
Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa laba telah dijadikan
sebagai suatu target dalam proses penilaian prestasi suatu usaha
departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi)
secara umum (Gumanti, 2000 dalam Muliati, 2011). Laba dan tingkat
keuntungan juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan,
dari sisi teori keagenan. Misalnya, pada saat keuntungan dijadikan
sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini akan menciptakan
dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar
dapat menerima bonus seperti yang diinginkan.
Richardson (1998) dalam Muliati (2011) menunjukkan bukti
hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen
laba. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan
25
informasi akan mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan
oleh manajer perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya
hubungan yang positif antara tingkat ketidakseimbangan informasi dan
manajemen laba.
3. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki akses informasi tentang keadaan perusahaan dan prospek
perusahaan daripada pihak di luar manajemen perusahaan misalnya
principal dan investor. Kusumawati et all (2012) menyatakan bahwa
asimetri informasi bisa menimbulkan konflik kepentingan antar principal
dan agent yang mungkin terjadi karena agent tidak selalu berbuat sesuai
dengan kepentingan principal.
Jansen dan Meckling (1976) dalam Antonia (2008) menambahkan
bahwa jika kedua kelompok dalam hal ini agent dan principal adalah
orang-orang yang ingin memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan
yang kuat untuk meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang
terbaik untuk kepentingan principal. Principal dapat membatasinya
dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agent dan melakukan monitor
yang didesain untuk membatasi aktivitas agent yang menyimpang.
Setyaningrum dan Sari (2011) menyatakan bahwa asimetri
informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemegang saham
dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan
26
pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga
saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan
investor yang kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan
mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham.
Sedangkan menurut Ifonie (2012), asimetri informasi merupakan
ketimpangan informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham
atau stakeholder lainnya, dimana manajer lebih mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang
saham tersebut. Ifonie (2012) juga menyatakan bahwa semakin kecil
asimetri informasi yang terjadi di antara manajer dan pemegang saham
atau stakeholder lainnya, maka semakin kecil biaya modal sendiri yang
ditanggung oleh perusahaan.
Riyanto dan Bachruddin (2005) menyatakan bahwa pihak principal
tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai tentang kinerja agent.
Agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah yang
menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan
principal. Ketidakseimbangan informasi inilah yang dikenal dengan
asimetri
informasi.
Asumsi
bahwa
individu
bertindak
untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, berakibat pada usaha agent untuk
memanfaatkan adanya asimetri informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran
kinerja agent.
27
Scoot (2000) dalam Lisa (2012) membagi asimetri informasi
menjadi dua tipe, yaitu:
a. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak
atau lebih yang melangsungkan / akan melangsungkan suatu transaksi
usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas
pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang
seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan
daripada investor luar perusahaan.
b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau
lebih yang melangsungkan / akan melangsungkan suatu transaksi usaha
atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan
mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan
pihak-pihak lain tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya
pemisahan
pemilikan
dengan
pengendalian
yang
merupakan
karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
Riyanto dan Bachruddin (2005) menyatakan bahwa informasi yang
asimetri menyebabkan kesulitan dalam penetapan harga jual di pasar
perdana. Hal ini terjadi disebabkan oleh kenyataan bahwa sebelum
pelaksanaan
penawaran
perdana,
saham
perusahaan
belum
diperdagangkan. Calon investor menghadapi kesulitan untuk menilai dan
28
menentukan harga wajar pada saat penawaran perdana. Keterbatasan
informasi tentang apa dan siapa perusahaan yang akan melaksanakan
penawaran perdana tersebut, membuat calon investor harus menganalisis
secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan untuk membeli saham
pada saat penawaran perdana.
Adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal
memicu timbulnya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh agent,
karena agent lebih mengetahui mengenai kondisi perusahaan saat ini dan
prospeknya di masa mendatang dibanding dengan principal. Upaya untuk
merekayasa informasi melalui praktik manjemen laba telah menjadi faktor
utama yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai
fundamental suatu perusahaan. Oleh karena itu, perekayasaan laporan
keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan
informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri
informasi yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan
informasi antara pihak manajemen dengan pemegang saham (Hairu, 2009
dalam Astanti, 2012). Ini memberikan suatu gambaran bahwa tingkat
asimetri informasi bisa mempengaruhi manajer untuk melakukan praktik
manajemen laba.
29
4. Leverage
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total
aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang
dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai
leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan
para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar (Guna dan
Herawaty, 2010).
Sejalan dengan Guna dan Herawaty (2010), Sartono (2001) dalam
Budiasih (2009) menyatakan bahwa leverage menunjukkan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang
perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi investor
sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.
Antonia (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rasio
leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan
aktiva yang dimliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena
perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya. Oleh karena itu, manajer akan
melakukan manajemen laba secara agresif untuk mencegah pelanggaran
terhadap kontrak hutang tersebut (Watts and Zimmerman, 1986 dalam
Aryani, 2011)
Leverage adalah bagian sumber pendanaan untuk operasional
maupun investasi yang berasal dari luar perusahaan. Leverage diprediksi
memiliki hubungan positif dengan risiko, karena semakin besar leverage
30
semakin besar kewajiban membayar dalam jangka panjang (Purwanti,
2010). Watts and Zimmerman (1990) menyatakan bahwa dalam debt
covenant hypothesis, semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran
persyaratan hutang yang didasarkan atas angka akuntansi maka manajer
lebih cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan.
Leverage menunjukkan tentang perbandingan besarnya utang
perusahaan dengan aktiva perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage
yang dimiliki perusahaan maka akan semakin tinggi pula permintaan
keuntungan yang diminta oleh investor karena investor merasa
mendapatkan resiko yang tinggi pula dari perjanjian utang yang dilakukan.
Purwanti (2010) menyatakan bahwa leverage akan menjadi besar apabila
lebih bayak utang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Pada saat
tingkat leverage besar, maka laba yang dihasilkan akan dapat menutup
pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Oleh karena itu, Purwanti (2010)
berpendapat bahwa ketika kita berbicara tentang leverage kita juga
berbicara tentang keharusan membayar bunga dan pokok pinjaman yang
akan jatuh tempo dan pada akhirnya akan menimbulkan resiko kegagalan.
Ketika perusahaan semakin dekat ke arah pelanggaran perjanjian
utang karena tidak dapat memenuhi kewajiban utang pada waktunya,
manajer cenderung akan melakukan praktik manajemen laba. Dimana
manajer cenderung akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang
31
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan (Watt and
Zimmerman,1990).
5. Kompensasi Bonus
a. Bonus Plan Hypothesis
Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan
suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive accounting theory.
Watts dan Zimmerman (1998) dalam Priatinah (2009) menyatakan
bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai
metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Hal ini
dikarenakan manajer lebih menyukai pemeberian bonus yang lebih
tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu
bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap
(tingkat laba tertinggi). Jika laba berada dibawah bogey, tidak ada
bonus yang diterima manajer sedangkan jika laba berada di atas cap,
manajer tidak akan mendapatkan bonus tambahan. Manajer hanya akan
berusaha meningkatkan laba perusahaan jika tingkat laba perusahaan
berada di antara bogey dan cap.
b. Tujuan Kompensasi
Dalam Elfira (2014), tujuan kompensasi dilihat dari tiga
pendekatan, yaitu:
1) Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal
antara pemilik perusahaan dan karyawan. Karyawan harus
32
mengerjakan tugasnya dengan baik, sedangkan pemilik perusahaan
wajib membayar kompensasi sesuai dengan yang disepakati.
2) Kepuasan Kerja
Dengan kompensasi karyawan akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan
fisik,
status
sosial,
dan
egolistiknya
sehingga
memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3) Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kompensasi
1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak dari pada lowongan
pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil, begitupun
sebaliknya.
2) Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar
semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar.
3) Serikat Buruh / Organisasi Karyawan
Apabila serikat buruh kuat dan berpengaruh maka tingkat
kompensasi akan semakin besar.
4) Produkivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka
kompensasi akan semakin besar.
33
5) Pemerintah Dengan Undang-Undang
Pemerintah dengan undang-undang menetapkan besarnya batas
upah / balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat
penting supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan
besarnya kompensasi atau balas jasa yang diberikan kepada
karyawan.
d. Perencanaan Bonus
Ada 3 aspek penting dalam pengelompokkan program
pemberian bonus, yaitu:
1) Dasar Kompensasi, yaitu bagaimana pemberian bonus ditentukkan.
Dasar yang paling umum adalah:
a) Harga saham.
b) Kinerja berbasis biaya, pendapatan laba atau investasi.
c) Balance Scorecard.
2) Sumber kompensasi, yaitu dari mana pendanaan bonus itu berasal.
Sumber kompensasi yang paling umum adalah laba dan sumber
perusahaan keseluruhan berdasarkan total laba perusahaan.
3) Cara pembayaran, yaitu bagaimana bonus akan diberikan. Cara
umum adalah tunai dan saham.
6. Biaya Politik
Biaya politik timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan
dengan pemerintah sebagai kepanjangan tangan masyarakat yang
mempunyai wewenang untuk melakukan pengalihan kekayaan dari
34
perusahaan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku,
yaitu peraturan perpajakan maupun peraturan lainnya. Proses pengalihan
kekayaan biasanya didasarkan pada informasi akuntansi, seperti laba
perusahaan. Biaya politik mencangkup semua biaya yang harus
ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan politis, seperti
regulasi, pajak, subsidi pemerintah dan tuntutan buruh (Watt and
Zimmerman, 1990). Biaya politik yang dihadapi perusahaan di Indonesia
adalah ketentuan pajak dan masalah perburuhan terkait dengan kenaikan
upah buruh.
Suhendah dan Imelda (2012) menyatakan bahwa dalam political
cost hypothesis apabila perusahaan menghadapi biaya politik yang tinggi
maka manajer cenderung memilih mengambil kebijakan akuntansi yang
memindahkan pendapatan sekarang menjadi pendapatan mendatang.
Tindakan tersebut dilakukan manajer karena tingkat laba yang tinggi pada
masa sekarang akan mendapatkan perhatian luas dari kalangan publik
maupun pihak regulator dan mengakibatkan terjadinya biaya politik yang
semakin besar seperti munculnya intervensi pemerintah, pengenaan pajak
yang lebih tinggi, dan tuntutan-tuntutan lainnya yang meningkatkan biaya
politik.
Zimmerman (1983) dalam Handayani dan Rachadi (2009)
menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi untuk
biaya politik (political cost). Ukuran perusahaan sendiri dapat dilihat dari
total aset atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran
35
perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam
pengambilan keputusan semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan
lebih berhati-hati dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu
No
1
2
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
Swastika Corporate
1. Variabel ukuran 1. Variabel
Dwi Lusi Governance, Firm
perusahaan dan
corporat
(2013)
Size, and Earning
manajemen laba.
e
Management:
2. Regresi linear
governan
Evidence
in
berganda
ce, biaya
Indonesia Stock 3. Sampel
politik,
Exchange.
penelitian
leverage,
diambil dari
dan
Bursa Efek
kompens
Indonesia
asi bonus.
2. Sampel
penelitia
n yang
diambil
adalah
perusaha
an
makanan
dan
minuman
tahun
2005.
Putra et Pengaruh
1. Variabel asimetri 1. Variabel
all (2014) Asimteri
informasi,
leverage,
Informasi
dan
ukuran
kompens
Ukuran
perusahaan dan
asi bonus
Perusahaan
manajemen laba.
dan biaya
Terhadap Praktik 2. Regresi
linear
politik.
The
result
showed
that
twoof
the
corporate
governance
variables,
namely board of
director
and
audit quality, as
well as firm size
are statistically
significant
in
explaining
earning
management
measured
by
discretionary
accruals.
Asimetri
informasi dan
Ukuran
Perusahaan
mempunyai
peng-aruh yang
36
No
3
4
Peneliti
(Tahun)
Dwiyanti
dan
Sukartha
(2013)
Wiryadi
dan
Sebrina
(2013)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
Manajemen Laba
ber-ganda.
2. Sampel
pada Perusahaan 3. Sampel diambil
peneltian
Manufaktur yang
dari Bursa Efek
yang
Terdaftar Di BEI.
Indonesia.
diambil
adalah
perusaha
an
manufakt
ur tahun
20102012.
Pengaruh
1. Variabel
1. Variabel
Perubahan Tarif
Manajemen laba.
tarif
Pajak Penghasilan 2. Regresi
linear
pajak
Badan
Tahun
ber-ganda.
penghasil
2010
pada 3. Sampel diambil
an badan
Manajemen Laba.
dari Bursa Efek
tahun
Indonesia
2010,
leverage,
kompens
asi bonus
dan biaya
politik.
2. Sampel
penelitia
n yang
diambil
adalah
perusaha
an
manufakt
ur tahun
2009.
Pengaruh
1. Variabel asimetri 1. Variebel
Asimetri
informasi
dan
leverage,
Informasi,
manajemen laba.
kompens
Kualitas
Audit 2. Regresi
linear
asi bonus
dan
Struktur
berganda.
dan biaya
Kepemilikan
3. Sampel diambil
politik.
Terhadap
dari Bursa Efek 2. Sampel
Manajemen Laba.
Indonesia.
penelitia
n yang
positif
dan
signifikan
terhadap praktik
manajemen
laba.
Perusahaan
besar
tidak
terbukti
lebih
agresif
dari
perusahaan
kecil
dalam
melakukan
manajemen laba
dengan
menurunkan
jumlah
laba
yang dilaporkan
sebelum
perubahan tarif
pajak
penghasilan
badan
tahun
2010.
Asimetri
Informasi,
Kualitas Audit
dan
Struktur
Kepemilikkan
tidak
berpengaruh
pada Manajemen
Laba.
37
No
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
5
Muliati
(2011)
Pengaruh
1. Variabel asimetri 1.
Asimetri
informasi,
Informasi
dan
ukuran
Ukuran
perusahaan dan
Perusahaan Pada
manajemen
2.
Praktik
Laba.
Manajemen Laba 2. Analisis regresi
di
Berganda
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI
6
Antonia
SE
(2008)
Analisis Pengaruh 1. Variabel
1.
Re-putasi Auditor,
leverage
dan
Proporsi Dewan
manajemen laba.
Komisaris Inde- 2. Regresi
linear
penden, Leverage,
ber-ganda.
Ke-pemilikan
3. Sampel
Manajerial
dan
penelitian
Proporsi Komite
diambil
dari
Audit Independen
Bursa
efek
ter-hadap
Indonesia.
Manajemen Laba.
2.
diambil
adalah
perusaha
an
manufakt
ur tahun
20072010.
Variabel
leverage
dan biaya
politik.
Sampel
penelitia
n yang
diambil
ya-itu 7
perusaha
an sektor
keuangan
tahun
20012008
Variabel
reputasi
auditor,
proporsi
de-wan
komisari
s
independen
, kepemilikan
manajeri
al, dan
proporsi
komite
au-dit
independ
en.
Sampel
penelitia
Asimetri
Informasi dan
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
pada
Manajemen
Laba.
Reputasi
auditor,
Kepemilika
Manajerial, dan
Proporsi Komite
Audit
Independen
Berpengaruh
Signifikan
terhadap
Manajemen
Laba.
Sedangkan
Proporsi Dewan
Komisaris
Independen dan
Leverage tidak
signifikan
mempengaruhi
38
No
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
7
Budiasih
(2009)
Faktor-Faktor
1.
yang
Mempengaruhi
Praktik Perataan 2.
Laba.
3.
8
Jao dan Corporate
Pagulung governance,
(2011)
Ukuran
Perusahaan
Leverage
1.
dan
2.
Hasil Penelitian
Perbedaan
n yang
diambil
adalah
perusaha
an manufaktur
tahun
20042006.
Variabel ukuran 1. Varibel
perusahaan dan
kompenleverage.
sasi
Regresi
linear
bonus,
berganda.
biaya
Sampel
politik,
penelitian
profitabidiambil
dari
litas,
Bursa
Efek
dividend
Indonesia.
pay out
ratio,
perataan
laba dan
manajemen
laba.
2. Sampel
penelitia
n yang
diambil
perusahaan
manufaktur dan
keuangan
tahun
20022006.
Variabel ukuran 1. Variabel
perusahaan,lever
corporat
age, dan manae
jemen laba.
governan
Regresi
linear
ce,
Manajemen
Laba.
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
dan Dividen Pay
Out
Ratio
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen
laba. Sedangkan
Financial Ratio
tidak
berpengaruh
terhadap
Manajemen
Laba.
Pelaksanaan
Corporate
Governance
melalui
kepemilikan
39
No
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Persamaan
Terhadap
rusahaan
Manufaktur
Indonesia.
9
Metode Penelitian
Pe-
Perbedaan
berganda.
3. Sampel
di
penelitian
diambil
dari
Bursa
Efek
Indonesia.
2.
Guna dan Pengaruh
1. Variabel
Herawaty Mekanisme Good
leverage
Hasil Penelitian
kompens
asi
bonus,
dan biaya
politik.
Sampel
penelitia
n yang
diambil
adalah
perusaha
an
manufakt
ur tahun
20062009.
1. Variabel
dan
mekanis
manajerial,
komposisi
dewan
komisaris
independen, dan
jumlah
pertemuan
komite
audit
mempunyai
pengaruh
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba. Di sisi
lain,
kepemilikan
institusional dan
ukuran dewan
komisaris
mempunyai
pengaruh positif
signifikan
terhadap
manajemen
laba.
Ukuran
perusahaan
mempunyai
hubungan
negatif
signifikan
terhadap
manajemen
laba. Leverage
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
manajemen
laba.
Kepemilikan
Institusional,
40
No
Peneliti
(Tahun)
(2010)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Persamaan
Corporate
manajemen laba.
Governance,
2. Regresi
linear
Independensi
berganda.
Auditor, Kualitas 3. Sampel
Audit dan Faktor
penelitian
lainnya terhadap
diambil
dari
Manajemen laba.
Bursa
Efek
Indonesia.
Hasil Penelitian
Perbedaan
me gcg,
independ
ensi
auditor,
kualitas
audit,
profitabil
itas,
kompens
asi bonus
dan biaya
politik.
2. Sampel
penelitia
n yang
diambil
adalah
perusaha
an
manufakt
ur tahun
20062008.
Komite Audit,
Komisaris
Independen dan
Independensi
Auditor
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba. Sedangkan
Leverage
dan
Kualitas Audit
berepngaruh
terhadap
Manajemen
Laba.
Sumber: diolah dari berbagai refrensi
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menguji pengaruh asimetri informasi, leverage,
kompensasi bonus, biaya politik dan operating cash flow terhadap manajemen
laba. Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan
sebagai berikut :
41
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen laba
Kasus Manajemen Laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma dan PT. Indofarma
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry yang
Terdaftar Di BEI Periode 2010-2014
Asimetri Informasi (X1)
(Putra et all, 2014)
Leverage (X2)
(Guna dan Herawaty, 2010)
Manajemen Laba
(Y)
Kompensasi Bonus (X3)
(Pujianti dan Arfan, 2013)
Biaya Politik (X4)
(Jao dan Pagulung, 2011)
Variabel Kontrol:
Operating Cash Flow
(Pradhana dan Rudhiawarni, 2013)
Metode Analisis:
Analisis Regresi Berganda
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
43
D. Hipotesis Penelitian
1. Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh
pihak luar perusahaan. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai
penyebab manajemen laba. Dalam situasi dimana pemegang saham
memiliki informasi yang lebih sedikit dari pada manajer, manajer dapat
memanfaatkan fleksibelitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen
laba (Wiryadi dan Sebrina, 2013).
Beberapa peneliti seperti Santoso (2013), Putra et all (2014) dan
Muliati (2011) menemukan bahwa asimetri informasi mempengaruhi
praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Muliati
(2011) menyatakan bahwa teori keagenan mengimplikasikan adanya
asimetri informasi antara manajer sebagai agent dengan pemilik
perusahaan sebagai principal. Firdaus (2013) menyatakan bahwa asimetri
informsi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal
perusahaan dan prospeknya di masa mendatang dibanding dengan pemilik
perusahaan. Dalam kondisi tersebut maka manajer perusahaan dapat
menggunakan informasi yang diketahuinya dalam memanipulasi pelaporan
keuangan guna memaksimalkan kemakmuran (Santoso, 2013).
Hasil penelitian Muliati (2011) menemukan bahwa asimetri
informasi memang berpengaruh pada manajemen laba. Sejalan dengan
Muliati (2011), Putra et all (2014) dalam penelitiannya juga menyatakan
44
bahwa asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba. Santoso
(2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa asimetri informasi
mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba. Santoso (2013)
juga menyatakan bahwa semakin tinggi kesenjangan informasi antara
manajer dan pemilik akan berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba.
Hal ini dikarenakan manajer mempunyai informasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemilik, sehingga manajer lebih leluasa untuk
mempengaruhi laporan keuangan khusunya laba yang digunakan untuk
memaksimalkan kepentingan atau nilai pasar perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1 : Asimetri informasi berpengaruh pada manajemen laba.
2. Leverage terhadap Manajemen Laba
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total
aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang
dimiliki perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin tinggi nilai
leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan
para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Pambudi dan
Sumantri (2014) berpendapat bahwa leverage dapat menjadi tolak ukur
mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Pambudi dan
Sumantri (2014) juga menyatakan bahwa perusahan dengan leverage
berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset
yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada
45
perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat leverage, maka
kemungkinan manajer melakukan manajemen laba akan semakin besar
pula (Ma’ruf, 2006 dalam Guna dan Herawaty, 2010).
Watts and Zimmerman (1986) dalam Agustia (2013) menyatakan
bahwa dalam debt covenant hypothesis, semakin dekat perusahaan ke arah
pelanggaran persyaratan utang yang didasarkan atas angka akuntansi maka
manajer cenderung akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan. Hasil
penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sejalan dengan Guna dan
Herawaty (2010), penelitian Agustia (2013) juga memberikan hasil bahwa
leverage berpengaruh pada manajemen laba. Hasil penelitian Agustia
(2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang
tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk
manajemen laba.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H2 : Leverage berpengaruh pada manajemen laba.
3. Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba
Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan
suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive accounting theory.
Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana
46
bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode
berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat menigkatkan nilai sekarang
bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan
Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts and
Zimmerman,1990).
Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus maka manajer
cenderung akan melakukan praktik manajemen laba untuk memaksimalkan
bonus yang akan diterima. Pujianti dan Arfan (2013) menyatakan bahwa
pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang
dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer yang memiliki
informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak
oportunis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba
saat ini ataupun menyimpannya untuk tahun-tahun yang akan datang.
Hasil penelitian Pujianti dan Arfan (2013) menyatakan bahwa
kompensasi bonus berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Pengaruh negatif ini bermakna bahwa semakin besar kompensasi bonus
yang diterima manajemen maka semakin rendah tingkat manajemen laba
yang dilakukan oleh manajer perusahan. Sedangkan hasil penelitian Aryani
(2011) menunjukkan bahwa kompensasi bonus memberikan pengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat bonus yang diberikan pemilik perusahaan
kepada manajer tidak dapat memberikan kontribusi bagi manajer dalam
melakukan manajemen laba. Berbeda dengan hasil penelitian Aryani
47
(2011), hasil penelitian Elfira (2014) memberikan hasil bahwa kompensasi
bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti
jika
kompensasi
bonus
mengalami
peningkatan,
maka
tindakan
manajemen laba juga akan meningkat, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H3 : Kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Biaya Politik terhadap Manajemen Laba
Biaya politik timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan
dengan pemerintah sebagai kepanjangan tangan masyarakat yang
mempunyai wewenang untuk melakukan pengalihan kekayaan dari
perusahaan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku,
yaitu peraturan perpajakan maupun peraturan lainnya. Proses pengalihan
kekayaan biasanya didasarkan pada informasi akuntansi, seperti laba
perusahaan. Biaya politik mencangkup semua biaya yang harus
ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan politis, seperti
regulasi, pajak, subsidi pemerintah dan tuntutan buruh (Watt and
Zimmerman, 1990).
Aryani (2011) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajer
dalam melakukan manajemen laba adalah biaya politik. Dimana dalam
motivasi biaya politik, perusahaan yang lebih besar akan melakukan lebih
banyak kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun dengan maksud
mengurangi efek politis. Perusahan besar cenderung menggunakan
48
prosedur akuntansi yang menurunkana laba untuk tujuan mengurangi
pembebanan pajak yang tinggi.
Zimmerman (1983) dalam Handayani dan Rachadi (2009)
menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi untuk
biaya politik (political cost). Ukuran perusahaan sendiri dapat dilihat dari
total asset atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran
perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam
pengambilan keputusan semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan
lebih berhati-hati dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil.
Hasil penelitian Tanomi (2012) dan Acmad et all (2007) samasama memberikan hasil bahwa biaya politik berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian Aryani
(2011) juga menyatakan hasil yang sama, yaitu biaya politik (ukuran
perusahaan) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Hal ini mengindikasikan bahwa biaya politik (ukuran perusahaan) dapat
memberikan kontribusi bagi manajer dalam melakukan manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H4 : Biaya politik berpengaruh terhadap manajemen laba.
5. Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba
Dalam penelitian ini menggunakan variabel arus kas dari aktivitas
operasi sebagai variabel kontrol karena mengikuti penelitian sebelumnya
49
yang dilakukan oleh Pradhana dan Rudiawarni (2013) menggunakan
variabel kontrol Operating Cash Flow. Dalam penelitian tersebut terdapat
bukti hubungan negatif antara arus kas operasi dengan manajemen laba
akrual perusahaan.
H5 : Operating Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen laba.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel
independen yaitu asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus dan
biaya politik terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Populasi
pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sub sektor
consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yaitu penentuan sampling berdasarkan kriteria atau
pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangannya sebagai berikut :
1. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur sub sektor consumer
goods industry, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dalam kurun waktu 2010-2014.
2. Perusahaan sampel memiliki dan mengeluarkan secara berturut-turut
laporan keuangan yang telah diaudit selama periode tahun 2010-2014.
3. Perusahaan sampel menampilkan informasi mengenai total aktiva,
jumlah kewajiban dan ekuitas, serta informasi terkait bonus bagi
karyawan dalam laporan tahunan secara berturut-turut selama periode
tahun 2010-2014.
51
4. Perusahaan
menggunakan
mata
uang
rupiah
dalam
laporan
adalah
dengan
keuangannya.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan
data
penelitian
ini
menggunakan metode dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan cara
menyalin dan mengarsip data-data dari sumber-sumber yang ada. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang
diperoleh dari sumber-sumber yang tersedia seperti Bursa Efek Indonesia
dalam situs resminya yaitu idx.co.id, pusat refrensi pasar modal dan lainlain. Data tersebut berupa data laporan keuangan perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur. Selain itu data sekunder juga peneliti
dapatkan dari berbagai buku refrensi, jurnal, artikel dan literatur-literatur
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
yang signifikan antara asimetri informasi, leverage, biaya politik dan
kompensasi bonus terhadap manajemen laba.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono,2009:147). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
52
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum-minimum, sum, range dan skewness sehingga
secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dari data sekunder dalam penelitian ini
menggunakan
uji
normalitas,
uji
heteroskedastisitas,
uji
multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil
(Ghozali,2011:160). Model yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilihat dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik dan
juga dengan menggunakan uji non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
Hipotesis Nol (Ho)
: data terdistribusi secara normal
Hipotesis Alternatif (HA) : data tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah
dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika
angka probabilitas kurang dari 0.05 maka variabel ini tidak
53
berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di
atas 0.05 maka HA ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara
normal (Ghozali, 2011: 164).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterosketastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka
disebut
homokedastisitas
heterokedastisitas.
Model
dan
regresi
jika
berbeda
yang
baik
disebut
adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2011:139).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan melihat grafik scatterplots antar nilai prediksi
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Sumbu Y menjadi sumbu yang telah diprediksi dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di
stardardized. Ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan
sebagai berikut (Ghozali,2011:139):
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu
yang teratur, mengidentifikasikan adanya
heterokedastisitas.
54
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
(Ghozali, 2011:105). Model regresi yang baik adalah model yang
antar variabel independennya tidak terjadi korelasi satu sama lain
atau tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat atau
dideteksi dengan tolerance value dan variance inflation factor
(VIF). Nilai cut-off yang umum adalah :
1) Jika nilai Tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi.
2) Jika nilai Tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka
dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
55
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu karena
gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode
berikutnya (Ghozali, 2011:110).
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi
relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda
berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan dengan
uji Durbin Watson, dimana pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi yaitu sebagai berikut :
Hipotesis nol
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada autokorelasi
positif
Tidak ada korelasi
negatif
Tidak ada korelasi
negatif
Tidak ada autokorelasi
positif atau negatif
Keputusan
Tolak
Jika
0 < d < dl
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tolak
4-dl < d < 4
No decision
4 - du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ditolak
du < d < 4 –du
56
3.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan (1).
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjalaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
metode linear berganda. Model regresi berganda umumnya digunakan
untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam
suatu persamaan linear (Ghazali, 2009: 96). Variabel independen yang
akan diteliti pada penelitian ini adalah asimetri informasi, leverage,
biaya politik dan kompensasi bonus. Sedangkan variabel dependen
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah manajemen laba.
Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
sebagai berikut :
Manajemen Laba = α + β1 AST + β2 Lev + β3 KB + β4 BP + ε
57
Dimana :
Manajemen Laba
: Tingkat Praktik Manajemen Laba yang
dilakukan Manajemen
α
: Konstanta
β1 AST
: Asimetri Informasi
β2 Lev
: Leverage
β3 KB
: Kompensasi Bonus
β4 BP
: Biaya Politik
ε
: Standar error
Pengujian model ini dilakukan menggunakan :
a. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan sebarapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali,
2011:99). Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat
signifikansi (a) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan
atau
penolakan
hipotesis
akan
didasarkan
pada
nilai
probabilitas signifikansi . Jika nilai probabilitas signifikansi <
a, maka hipotesis diterima. Jika nilai probabilitas signifikansi >
a, maka hipotesis ditolak.
58
b. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui seluruh
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji
pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2011:98). Kriteria
penolakan atau penerimaan hipotesis akan didasarkan pada nilai
probabilitas signifikansi. Jika nilai probablitas signifikansi <
0.05, maka hipotesis diterima. Hal ini berarti model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen. Jika
nilai probabilitas signifikansi > 0.05, maka hipotesis ditolak.
Hal ini berarti model regresi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada sub bab ini akan diuraikan definisi dari masing-masing
variabel, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel
kontrol yang digunakan dalam penelitian ini dan juga akan disebutkan
elemen pengukuran dari masing-masing variabel tersebut yang biasanya
disebut sebagai indikator atau instrument penelitian.
59
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja
dilakukan oleh manajer dimaksudkan untuk menormalkan laba dalam
rangka mencapai kecendrungan atau tingkat yang diinginkan manajer.
Pambudi
dan
Sumantri
(2014)
menyatakan
bahwa
adanya
kecendrungan lebih memperhatikan laba ini sangat disadari oleh
manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan
informasi
tersebut,
sehingga
mendorong
timbulnya
perilaku
menyimpang (dysfunctional behavior) yang salah satu bentuknya
adalah manajemen laba.
Manajemen
laba
dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan discretionary accrual. Discretionary accruals dihitung
dengan
cara
menyelisihkan
total
accruals
(TACC)
dan
nondiscretionary accruals (NDACC). Dalam menghitung DACC,
digunakan model Modified Jones. Model Modified Jones yang
merupakan perkembangan dari model Jones dapat mendeteksi
manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya
sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. (1995) dalam Purwanti
(2011). Model perhitungan sebagai berikut :
TAC = Nit – CFOit
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan
regresi OLS sebagai berikut:
60
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non
discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1(1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1 – ΔRect/Ait-1) + β3
(PPEt/Ait-1)
Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai
berikut:
DAit = TAit/Ait-1 – NDAit
Keterangan :
DAit
= Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit
= Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode
ke t
TAit
= Total Accrual perusahaan i pada periode ke t
Nit
= Laba Bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit
=
Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode
Ke t
Ait-1
= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt
= perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt
= aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect
= perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e
= error
61
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah asimetri
informasi, leverage, biaya politik dan kompensasi bonus.
a. Asimetri Informasi
Asimetri informasi adalah keadaan dimana manajer lebih
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang dibanding pemegang saham dan stakeholder
lainnya. Muliati (2011) menyatakan bahwa asimetri informasi
merupakan suatu keadaan dimana manajer perusahaan memiliki
akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh
pihak luar perusahaan. Ifonie (2012) melihat asimetri informasi
sebagai ketimpangan informasi yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham atau stakeholder lainnya, dimana manjer lebih
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
depan dibandingkan pemegang saham tersebut. Rahmawati et all
(2006) dan Putra et all (2014) mengukur asimetri informasi dengan
menggunakan bid-ask spread, yang dapat dinyatakan sebagai
berikut:
SPREAD = {(ASK it – BID it) / (ASK it + BID it) / 2 } x
100
Keterangan:
ASK it = harga ask tertinggi saham perusahan i pada tahun t
BID it = harga bid terendah saham perusahaan i pada tahun t
62
b. Leverage
Leverage adalah rasio antara jumlah total hutang dengan
total modal sendiri. Jao dan Pagulung (2011) menyatakan bahwa
leverage menunjukkan perbandingan dana yang dipinjam dari
kreditur dibanding dengan dana yang disediakan oleh pemiliknya.
Pambudi
dan
perbandingan
Sumatri
antara
(2014)
total
melihat
kewajiban
leverage
dengan
total
sebagai
aktiva
perusahaan, dimana rasio ini menunjukan besarnya besar aktiva
perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Jao dan Pagulung (2011)
mengukur leverage dengan mengunakan rasio total hutang
terhadap total ekuitas. Sejalan dengan Jao dan Pagulung (2011),
Agustia (2013) mengukur leverage menggunakan rasio Debt to
Asset, yaitu perbandingan total kewajiban (hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang) dengan total aset yang dimiliki
perusahaan pada akhir tahun. Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, maka variabel leverage dalam penelitian ini diukur atau
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐿𝐸𝑉 =
Total Hutang
Total Aset
Keterangan :
LEV
: Leverage
Total Hutang : Total hutang pada akhir tahun t
Total Aset
: Total aset pada akhir tahun t
63
c. Kompensasi Bonus
Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif
pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive
accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer
perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode
akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan
tersebut diharapkan dapat menigkatkan nilai sekarang bonus yang
akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur
tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts and
Zimmerman,1990). Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus
maka manajer cenderung akan melakukan praktik manajemen laba
untuk memaksimalkan bonus yang akan diterima.
Pujianti dan Arfan (2013) dan Elfira (2014) mengukur
variabel kompensasi bonus dengan menggunakan variabel dummy,
yaitu menggunakan skala 1 apabila ada pemberian kompensasi
bonus kepada manajemen dan skala 0 apabila tidak terdapat
pemberian kompensasi bonus kepada manajemen. Berdasarkan
penelitian-penelitian terdahulu, kompensasi bonus pada penelitian
ini diukur dengan variabel dummy, dimana perusahaan yang
memberikan bonus diberi nilai 1 sedangkan perusahaan yang tidak
memberikan bonus diberi nilai 0.
64
d. Biaya Politik
Watts dan Zimmerman (1986) dalam Muliati (2011),
menyatakan bahwa, political cost hypothesis menyatakan bahwa
perusahaan cenderung akan menurunkan nilai labanya untuk
mengurangi biaya politik mereka. Karena perusahaan dengan nilai
laba yang tinggi akan memunculkan biaya politik yang tinggi pula,
misalnya peninggkatan pajak yang dilakukan pemerintah bagi
perusahaan.
Zimmerman (1983) dalam Handayani dan Rachadi (2009)
menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai
proksi untuk biaya politik (political cost). Ukuran perusahaan
sendiri dapat dilihat dari total aset atau aktiva yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi
yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan
semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan lebih berhati-hati
dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih
diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil.
Ukuran
perusahaan
dapat
dilihat
dari
total
aktiva
perusahaan dan dapat juga dilihat dari total penjualan perusahaan.
Nuryaman (2008) dalam Muliati (2011) mengukur ukuran
perusahaan dengan menggunakan hasil logaritma total penjualan.
Guna dan Herawaty (2010) mengukur ukuran perusahaan dengan
menggunakan hasil logaritma dari total aset perusahaan. Sejalan
65
dengan Guna dan Herawaty (2010), Muliati (2011) juga
menggunakan hasil logaritma total aset perusahaan untuk
mengukur ukuran perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, variabel biaya politik dalam penelitian ini diproksikan
dengan ukuran perusahan, dimana ukuran perusahaan ini diukur
dengan menggunakan hasil logaritma dari total aset perusahaan.
3. Variabel Kontrol
Dalam penelitian ini menggunakan variabel arus kas dari
aktivitas operasi karena sesuai dengan penelitian Pradhana dan
Rudiawarni (2013) terdapat hubungan negatif antara arus kas operasi
dengan akrual diskresioner perusahaan. Sehingga variabel OCF dalam
penelitian ini diperkirakan memiliki tanda negatif pada hasil regresi.
Variabel ini diukur berdasarkan nilai operating cah flow laporan arus
kas akhir tahun berjalan di bagi dengan total aset akhir tahun berjalan
(Pradhana dan Rudiawarni, 2013).
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No
1
Variabel
Indikator
Pengukuran
Variabel Dependen (Y): Variabel
manajemen
Rasio
Manajemen Laba
laba diukur mengunakan
(Dechow et all, 1995 Discretionary Accrual
dalam Purwanti, 2011)
66
2
Variabel
Independen
(X1):
Asimetri Informasi
(Putra et all, 2014)
Variabel
Asimetri
Informasi
diukur
menggunakan Bid-Ask
Spread
Rasio
3
Variabel
Independen Variabel
Leverage
(X2):
diukur
menggunkan
Leverage
Debt to Asset yaitu :
(Agustia, 2013)
Total Hutang
Total Aset
Rasio
4
Variabel
Independen
(X3):
Kompensasi Bonus
(Pujianti dan Arfan,
2013)
5
Variabel
Independen
(X4):
Biaya Politik
(Zimmerman,
1983
dalam Handayani dan
Rachadi,
2009
dan
Muliati, 2011)
6
Variabel Kontrol (X5):
Operating Cash Flow
(Pradhana
dan
Rudiawarni, 2013)
Variabel
kompensasi
bonus
diukur
menggunakan dummy,
dimana jika perusahaan
memberikan
bonus
diberi nilai 1, sedangkan
perusahaan yang tidak
memberikan
bonus
diberi nilai 0
Diproksikan
dengan
ukuran
perusahan,
dengan
pandangan
perusahan dengan total
asset
yang
besar
memiliki biaya politik
yang tinggi. Diukur
dengan
Logaritma
Natural (Ln) total aset
Variabel
Operating
Cash
Flow
dalam
penelitian ini diukur
dengan arus kas operasi /
total aset
Nominal
Rasio
Rasio
Sumber: Data sekunder diolah
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur sub sektor
Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2010 sampai 2014. Perusahaan Consumer Goods Industry tersebut
tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia (delisting). Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka didapatkan sampel
sebanyak 21 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014 dengan data observasi sebanyak 105 perusahaan.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan
Jumlah
Jumlah perusahaan yang listing di Manufaktur sub
sektor Consumer Goods Industry 2010-2014
36
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
 Perusahaan yang tidak listing secara terus
menerus dari tahun 2010-2014 :
Delisting 2010: 6
Delisting 2014: 6
 Tidak ada informasi terkait harga saham dan atau
perbandingan harga saham tertinggi atau
terendah bernilai 0: 3
Jumlah sampel penelitian terpilih
(15)
Tahun pengamatan
21
5
Jumlah sampel total selama periode penelitian
Sumber: Data sekunder diolah
68
105
Setelah melakukan tahapan seleksi sampel terdapat 21
perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berikut ini
nama perusahaan Consumer Goods Industry yang menjadi sampel tersebut:
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No
Kode
Nama Emiten
1
ADES
Akasha Wira Internasional Tbk.
2
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
3
DLTA
Delta Djakarta Tbk.
4
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
6
MYOR
7
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
8
STTP
Siantar Top Tbk.
9
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk.
10
GGRM
Gudang Garam Tbk.
11
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
12
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk.
13
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
14
KAEF
Kimia Farma Tbk.
15
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
16
MERK
Merck Tbk.
17
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
18
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
19
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
Mayora Indah Tbk.
69
20
KICI
Kedaung Indah Can Tbk.
21
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
Sumber: Data sekunder diolah
B. Statistik Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi
berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen seperti asimetri informasi,
leverage, kompensasi bonus dan biaya politik terhadap variabel dependen
yaitu manajemen laba. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel
kontrol yaitu operating cash flow perusahaan.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimumminimum, sum, range dan skewness sehingga secara kontekstual dapat
lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum),
rata-rata (mean) dan standar deviasi. Berikut hasil statistik deskriptif dari
variabel-variabel dalam penelitian ini:
Y
X1 (Ast. informasi)
X2 (Leverage)
X4 (By. Politik)
X5 (CFO)
Valid N (listwise)
N
105
105
105
105
105
105
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Minimum Maximum
-.13200
.40200
16.23500 163.63600
.09400
1.13600
25.17700
32.08500
-.24300
.57200
Mean
Std. Deviation
.0343714
.09293590
61.9434476
30.94477939
.3725048
.17830371
28.5256476
1.67929025
.1074762
.12174462
Sumber: Data sekunder diolah
70
Berdasarkan
hasil
statistik
deskriptif
di
atas,
variabel
manajemen laba (Y) menunjukan nilai terendah (minimum) -0.132, nilai
tertinggi (maximum) 0.402, nilai rata-rata (mean) 0.034 dan standar deviasi
sebesar 0.093 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
Consumer Goods Industry melakukan manajemen laba akrual, baik
dengan teknik income minimization maupun dengan income maximization.
Hasil analisis statistik deskriptif variabel asimetri informasi (X1)
menghasilkan nilai terendah (minimum) 16.235, nilai tertinggi (maximum)
163.636, nilai rata-rata (mean) 61.943 dan standar deviasi sebesar 30.945.
Hasil analisis statistik deskriptif variabel leverage (X2)
menghasilkan nilai terendah (minimum) 0.094, nilai tertinggi (maximum)
1.136, nilai rata-rata (mean) 0.373 dan standar deviasi sebesar 0.178. Hasil
analisis statistik deskriptif variabel biaya politik (X) menunjukan nilai
terendah (minimum) 25.177, nilai tertinggi (maximum) 32.085, nilai ratarata (mean) 28.526 dan standar deviasi sebesar 1.679. Hasil analisis
statistik deskriptif variabel kontrol operating cash flow (OCF) menunjukan
nilai terendah (minimum) -0.243, nilai tertinggi (maximum) 0.572, nilai
rata-rata (mean) 0.107 dan standar deviasi sebesar 0.122.
C. Analisis dan Pembahasan
1.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk
menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data
71
dapat diterapkan regresi. Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi
normal. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil
(Ghozali,2011:160). Model yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilihat dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik.
Dalam penelitian ini pengujian uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan metode analisis grafik yaitu dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar
pengambilan keputusannya: jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis
diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, makan
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (ghozali, 2011:
163). Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat dari gambar berikut:
72
Gambar 4.1
Gambar 4.2
73
Dari grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi
secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau
ke kiri. Pada grafik normal probability plots titik-titik menyebar
berhimpit di sekitar garis diagonal dimana hal ini menunjukkan
bahwa residual terdistribusi secara normal.
Selain itu berdasarkan hasil pengujian uji normalitas
menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS) diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
105
.0000000
.07674793
.131
.131
-.087
1.343
.054
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini
dapat terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.054 lebih besar dari
0.05. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan pada grafik
histogram, normal probability plots dan hasil uji Kolmogorov-
74
Smirnov (K-S) dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini
memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterosketastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011:139).
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplots
antar nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan
telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar
4.3 di bawah ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas yang
dilihat dari grafik scatterplot.
75
Gambar 4.3
Dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model
regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam
penelitian ini dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Regresi yang terbebas dari problem
multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai Tolerance > 0.10,
maka data tersebut tidak ada multikolonieritas. Berikut ini
disajikan hasil uji multikolonieritas dengan menggunakan nilai
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:
76
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
X1 (Ast.Informasi)
.909
X2 (Leverage)
.728
X3 (Komp.Bonus)
.830
X4 (By.Politik)
.717
X5 (CFO)
.838
Sumber: Data sekunder diolah
1.101
1.374
1.205
1.394
1.194
Kesimpulan
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Dalam tabel 4.4 menunjukan hasil uji multikolonieritas
dengan nilai VIF berkisar antara 1.101 sampai 1.394. Sedangkan
nilai tolerance berkisar antara 0.717 sampai 0.909. Maka dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi
multikolonieritas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Dari hasil pengujian autokorelasi
menggunakan
Durbin Watson statistik, maka didapatkan hasil seperti yang tertera
dalam tabel 4.5 berikut:
77
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model
R
R
Adjusted R Std. Error of the
Square
Square
Estimate
a
1
.564
.318
.284
.07866214
a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X2, X4
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data sekunder diolah
DurbinWatson
1.475
Setelah dilakukan analisis data, diperoleh nilai Durbin
Watson sebesar 1.475. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai uji
Durbin Watson pada penelitian ini berada di antara
0 dan dl
(1.571) atau dapat dikatakan 0 < d < dl. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat autokorelasi positif.
Dikarenakan terjadi masalah autokorelasi positif maka
autokorelasi tersebut harus diobati. Autokorelasi dapat diobati
dengan menggunakan first difference (Ghazali,2011: 122). Untuk
mengobati autokorelasi kita membutuhkan nilai rho (ρ), dan dalam
kasus nilai
(ρ) tidak diketahui maka dapat diestimasi dengan
berbagai cara. Pada kasus autokorelasi di penelitian ini nilai ρ
diestimasi berdasarkan nilai Durbin-Watson d statistik dimana nilai
ρ dihitung menggunakan rumus Theil-Nagar sebagai berikut:
𝛒=
𝒅
𝒏𝟐 (𝟏 − 𝟐) + 𝒌𝟐
𝒏𝟐 − 𝒌𝟐
78
Dimana :
n = jumlah sampel atau observasi
d = nilai statistik Durbin-Watson
k = jumlah variabel bebas
𝛒=
𝟏. 𝟒𝟕𝟓
𝟐
𝟐 ) + 𝟓 = 𝟎. 𝟐𝟔𝟓
𝟏𝟎𝟓𝟐 − 𝟓𝟐
𝟏𝟎𝟓𝟐 (𝟏 −
Dengan menggunakan rumus Theil-Nagar di atas didapat
nilai ρ sebesar 0.265. Setelah nilai ρ didapat, langkah selanjutnya
adalah mentransformasi persamaan regresi menjadi seperti di
bawah ini:
Y@
= Y- ρ ( Yt-1)
X1@ = X1- ρ ( X1t-1)
Lakukan seterusnya sampai mendapatkan variabel baru
X5@. Setelah mendapatkan variabel baru, kemudian lakukan
regresi dengan persamaan sebagai berikut:
Y@= β1 + X1@ + X2@ + X3@ + X4@ + X5@ + εt
2.
Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data
Setelah melakukan regresi meggunakan data baru hasil
transformasi data maka didapatkan hasil statistik deskriptif sebagai
berikut:
79
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum
Mean
Y@
X1@ (Ast.Informasi)
X2@ (Leverage)
X4@ (By.Politik)
X5@ (CFO)
Valid N (listwise)
104
104
104
104
104
104
-.17
-7.35
-.05
17.69
-.30
.44
144.05
.90
23.61
.48
.0220
44.6191
.2711
20.9830
.0807
Std.
Deviation
.09381
30.55604
.14550
1.31035
.11077
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, variabel
manajemen laba (Y@) menunjukan nilai terendah (minimum) -0.17,
nilai tertinggi (maximum) 0.44, nilai rata-rata (mean) 0.0220 dan
standar deviasi sebesar 0.09381 dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa perusahaan Consumer Goods Industry melakukan manajemen
laba akrual, baik dengan teknik income minimization maupun dengan
income maximization. Hasil analisis statistik deskriptif variabel
asimetri informasi (X1@) menghasilkan nilai terendah (minimum) 7.35, nilai tertinggi (maximum) 144.05, nilai rata-rata (mean) 44.6191
dan standar deviasi sebesar 30.55604.
Hasil analisis statistik deskriptif variabel leverage (X2@)
menghasilkan nilai terendah (minimum) -0.05, nilai tertinggi
(maximum) 0.90, nilai rata-rata (mean) 0.2711 dan standar deviasi
sebesar 0.14550. Hasil analisis statistik deskriptif variabel biaya
politik (X4@) menunjukan nilai terendah (minimum) 17.69, nilai
80
tertinggi (maximum) 23.61, nilai rata-rata (mean) 20.9830 dan standar
deviasi sebesar 1.31035. Hasil analisis statistik deskriptif variabel
kontrol operating cash flow (X5@) menunjukan nilai terendah
(minimum) -0.30, nilai tertinggi (maximum) 0.48, nilai rata-rata
(mean) 0.0807 dan standar deviasi sebesar 0.11077.
3.
Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi Data
a. Uji Normalitas
Setelah melakukan regresi meggunakan data baru hasil
transformasi data maka didapatkan hasil uji normalitas sebagi
berikut:
Gambar 4.4
81
Gambar 4.5
Dari grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi
secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau
ke kiri. Pada grafik normal probability plots titik-titik menyebar
berhimpit di sekitar garis diagonal dimana hal ini menunjukkan
bahwa residual terdistribusi secara normal.
Selain itu berdasarkan hasil pengujian uji normalitas
menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS) diperoleh hasil sebagai berikut :
82
Tabel 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
104
Mean
.0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
.06814503
Absolute
.127
Most Extreme Differences
Positive
.127
Negative
-.099
Kolmogorov-Smirnov Z
1.292
Asymp. Sig. (2-tailed)
.071
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini
dapat terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.071 lebih besar dari
0.05. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan pada grafik
histogram, normal probability plots dan hasil uji KolmogorovSmirnov (K-S) dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini
memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Setelah melakukan regresi meggunakan data baru hasil
transformasi data maka didapatkan hasil uji heteroskedastisitas
sebagai berikut:
83
Gambar 4.6
Dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model
regresi. Setelah melakukan regresi menggunakan data baru hasil
transformasi data didapatkan hasil uji multikolinieritas sebagai
berikut:
84
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi Data
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
AST.INFOR
.969
LEVERAGE
.741
KOM.BONUS
.859
BY.POLITIK
.740
OCF
.872
Sumber: Data sekunder diolah
1.031
1.349
1.164
1.351
1.146
Kesimpulan
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Dalam tabel 4.9 menunjukan hasil uji multikolonieritas
dengan nilai VIF berkisar antara 1.031 sampai 1.351. Sedangkan
nilai tolerance berkisar antara 0.740 sampai 0.969. Maka dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi
multikolonieritas.
d. Uji Autokorelasi
Setelah melakukan regresi menggunakan data baru hasil
transformasi data maka didapatkan hasil uji autokorelasi sebagai
berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi D-W Setelah Transformasi Data
Model Summaryb
Model
R
R
Adjusted R Std. Error of the
Square
Square
Estimate
a
1
.687
.473
.446
.06986
a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
b. Dependent Variable: Y@
DurbinWatson
1.691
85
Setelah dilakukan analisis data, diperoleh nilai Durbin
Watson sebesar 1.691. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai uji
Durbin Watson pada penelitian ini berada di antara dl (1.571) dan
du (1.780) atau dapat dikatakan dl < d < du. Maka dapat
disimpulkan bahwa no decision yang menyatakan bahwa tidak ada
autokorelasi positif.
4.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan (1).
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Uji
koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
model dalam menerangkan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen yang uji
adalah asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus dan biaya
politik. Sedangkan variabel dependennya adalah manjemen laba.
Dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu variabel
operating cash flow. Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square
disajikan dalam tabel 4.11 di bawah ini:
86
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi
Model
R
R
Adjusted R Std. Error of the
Square
Square
Estimate
a
1
.687
.473
.446
.06986
a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
b. Dependent Variable: Y@
Pada tabel 4.11, memperlihatkan Adjusted R Square adalah
sebesar 0.446, hal ini berarti 44,6% variabel manajemen laba dapat
dijelaskan oleh variabel asimetri informasi, leverage, kompensasi
bonus, biaya politik, dan operating cash flow perusahaan. Sedangkan
sisanya yaitu sebesar (100%-44,6% = 55,4 %) dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian
ini seperti kualitas audit (Wiryadi dan Sebrina, 2013), kepemilikan
manajerial (Antonia, 2008), corporate governance (Jao dan Pagulung,
2011) serta faktor-faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini.
5.
Hasil Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji
Statistik F digunakan untuk mengetahui
seluruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
87
sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0.05 (Ghozali, 2011:98). Adapun hasil uji statistik F
disajikan dalam tabel 4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12
Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
df
Mean
F
Squares
Square
Regression
.428
5
.086 17.556
1 Residual
.478
98
.005
Total
.907 103
a. Dependent Variable: Y@
b. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
Sumber: Data sekunder diolah
Sig.
.000b
Pada tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi 0.000, dimana
nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan layak untuk menguji data atau dapat
dikatakan bahwa asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus,
biaya politik dan operating cash flow perusahaan secara bersamasama berpengaruh terhadap manajemen laba.
b. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masingmasing variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Kriteria penerimaan atau penolakan
hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi . Jika
88
nilai probabilitas signifikansi < a, maka hipotesis diterima. Jika
nilai probabilitas signifikansi > a, maka hipotesis ditolak. Tabel
4.13 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam penelitian ini:
Tabel 4.13
Uji Statistik t
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
Beta
Error
-.174
.123
(Constant)
X1@ (Ast.Informasi)
X2@ (Leverage)
1
X3@ (Komp.Bonus)
X4@ (By.Politik)
X5@ (CFO)
-8.711E-005
-.176
-.004
.014
-.621
.000
.055
.019
.006
.067
t
Sig.
-1.421
.159
-.028 -.381
-.273 -3.206
-.018 -.233
.199 2.337
-.733 -9.331
.704
.002
.816
.021
.000
a. Dependent Variable: Y@
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa terdapat 2
variabel independen yaitu leverage dan biaya politik berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen manajemen laba. Sedangkan
dua variabel independen yaitu asimetri informasi dan kompensasi
bonus tidak berpengaruh terhadap variabel dependen manajemen
laba. Hasil pengujian statistik t tersebut juga membuktikan bahwa
variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu operating cash flow
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Adapun penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut:
1) Pengaruh Asimetri Informasi tehadap Manajemen Laba
89
Hasil pengujian variabel asimetri informasi mempunyai
signifikansi 0.704 lebih besar dari α =0.05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan 0.000. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1
ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa asimetri informasi
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hasil
penelitian ini
mendukung penelitian
yang
dilakukan oleh Wiryadi dan Sebrina (2013) dimana hasil dari
penelitiannya menemukan bahwa asimetri informasi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian
ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muliati
(2011) dan Putra et all (2014) dimana dalam penelitian yang
mereka lakukan ditemukan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara asimetri informasi dengan manajemen laba.
Menurut Sulistyanto (2008) dalam Wiryadi dan Sebrina
(2013), hal yang menyebabkan asimetri informasi tidak
berpengaruh signifikan adalah kemungkinan terjadi kesalahan
pada pelaporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan
kaidah kualitatif. Kaidah itu adalah pertama, laporan keuangan
harus menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan
pemakainya atau dengan kata lain, laporan keuangan yang
relevan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi
kebutuhan informasi semua pihak yang membutuhkan. Kedua,
laporan keuangan harus netral dari keinginan pihak-pihak
90
tertentu yang ingin mengambil keuntungan pribadi dari
informasi yang disajikan dalam laporan itu. Ketiga, laporan
keuangan harus menyajikan informasi yang lengkap dan
komprehensif, oleh sebab itu laporan keuangan harus
mengungkapkan semua informasi mengenai kinerja dan kondisi
perusahaan. Keempat, laporan keuangan harus mempunyai daya
banding dan uji. Laporan keuangan dikatakan mempunyai daya
banding apabila informasi yang disajikan dapat dibandingkan
dengan informasi pada periode terdahulu atau perusahaan yang
berbeda. Sedangkan daya uji adalah kemampuan laporan
keuangan untuk tetap menghasilkan informasi yang sama
apabila diuji kembali dengan menggunakan metode yang sama.
Kemudian Siregar (2006) dalam Wiryadi dan Sebrina
(2013) yang menemukan hasil penelitian bahwa asimetri
informasi
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba
mengemukakan alasan bahwa kemungkinan jumlah sampel
yang relatif tidak banyak sehingga estimasi parameter kurang
tepat membuat asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Faktor keadaan perusahaan yang sudah baik
kemajuan dan keseimbangannya membuat manajemen tidak
perlu
lagi
melakukan
praktik
manajemen
laba
untuk
memperlihatkan keadaan baik perusahaan tersebut kepada para
pemegang saham atau stakeholder lainnya. Hasil penelitian
91
Suhendah dan Imelda (2012) juga menyatakan bahwa asimetri
informasi
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba. Menurut mereka hal ini terjadi karena pihak
manajer maupun stakeholders dapat mengakses informasi
dengan kekuatan yang sama besar sehingga pihak stakeholders
dapat mengawasi segala aktivitas yang dilakukan manajer
dalam mengelola perusahaan sehingga tidak ada kesempatan
bagi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba.
2) Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Hasil
pengujian
variabel
leverage
mempunyai
signifikansi 0.002, lebih kecil dari dari α =0.05. Nilai koefisien
beta yang dihasilkan -0.176. Hasil ini menunjukkan bahwa
hipotesis H2 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba.
Hasil
penelitian ini
mendukung penelitian
yang
dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) dan Kosasih dan
Widyawati (2013) yang juga memberikan hasil leverage
berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Antonia (2008) dan Budiasih (2009), dimana penelitian yang
mereka lakukan memberikan hasil leverage tidak berpengaruh
92
terhadap manajemen laba. Implikasi manajerial yang paling
mungkin menjelaskan hubungan tidak signifikan ini adalah
dengan tingginya hutang akan meningkatkan risiko default bagi
perusahaan, tetapi manajemen laba tidak dapat dijadikan
sebagai mekanisme untuk menghindarkan default tersebut,
karena pemenuhan kewajiban hutang tidak dapat dihindarkan
dengan manajemen laba (Antonia,2008).
Leverage menjadi faktor yang mempengaruhi tindakan
manajemen dalam melakukan manajemen laba. Leverage
menjadi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba karena
semakin tinggi rasio hutang yang dimilik perusahaan dan
semakin dekat perusahan pada arah pelanggaran perjanjian
utang akan semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh
kreditor, sehingga fleksibilitas manajemen untuk malakukan
praktik manajemen laba semakin berkurang (Kosasih dan Catur,
2013).
3) Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian variabel kompensasi bonus mempunyai
signifikansi 0.816 lebih besar dari α = 0.05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan -0.004. Hasil ini menunjukan bahwa hipotesis
H3 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa kompensasi bonus
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
93
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Elfira (2014) dimana memberikan hasil
kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba.
Bonus merupakan penghargaan yang diberikan karyawan atas
kinerja baiknya bagi perusahaan. Dalam bonus plan hypothesis,
di dalam kontrak bonus terdapat dua istilah yaitu bogey (
tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap
(tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, maka
manajemen tidak akan mendapatkan bonus. Jika laba diatas
cap, tidak ada bonus tambahan yang diterima oleh manajemen.
Berdasarkan bonus plan hypothesis ini dan kontrak bonus yang
ada, manajemen akan berusaha untuk membuat laba berada di
antara bogey dan cap. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian
ini dimana adanya pengaruh positif antara kompensasi bonus
dengan manajemen laba maka kesimpulan yang dihasilkan
adalah semakin tinggi bonus yang dijanjikan perusahaan,
semakin tinggi juga praktik manajeman laba yang dilakukan
manajemen agar dapat memperoleh bonus yang dijanjikan
perusahaan tersebut.
Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Achmad et all (2007) yang juga memberikan
hasil kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Menurut Achmad et all (2007) argumen kegagalan
94
hipotesis kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen
laba karena (1) manajer menentukan target kisaran bonus;
manajer menurunkan laba ketika informasi laba tidak mencapai
target bonus minimal atau melewati target bonus maksimal
(Healy 1985), (2) perusahaan publik di Indonesia masih
terpengaruh krisis ekonomi sehingga manajer tidak berani
meningkatkan bonusnya, dan (3) manajer mempertimbangkan
bonus saat peningkatan laba namun mengabaikan bonus saat
penurunan laba.
4) Pengaruh Biaya Politik terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian variabel biaya politik mempunyai
signifikansi 0.021 lebih kecil dari α = 0.05. Koefisien beta yang
dihasilkan 0.014. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H4
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya politik
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan
Rachadi (2009) dimana menurut hasil penelitiannya baik
perusahaan besar maupun perusahaan sedang tidak terbukti
lebih agresif dalam melakukan manajemen laba melalui
mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari
earnings losses maupun earning decreases. Handayani dan
Rachadi (2009) juga menyatakan bahwa, seperti halnya Size
Hypothesis, semakin besar perusahaan akan cenderung untuk
95
menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar
secara
politis
lebih
mendapat
perhatian
dari
institusi
pemerintahan dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh budiasih (2009) dimana juga memberikan
pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Namun
hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Muliati
(2011) dan Jao dan Pagulung (2011) dimana memberikan hasil
pengaruh negatif signifikan. Muliati (2011) dan Jao dan
Pagulung (2011) berpendapat bahwa perusahaan besar kurang
memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dan
cenderung lebih berhati-hati dalam melaporkan laporan
keuangan dan cenderung melaporkan kondisi keuangan dengan
akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat. Sedangkan
perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan
manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar
sehingga dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih
bagus.
Ukuran perusahaan tidak saja hanya bisa berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba tetapi ukuran
perusahaan juga bisa berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba jika alasan dilakukannya manajemen laba
karena adanya biaya politik yang ditanggung oleh perusahaan.
96
Dalam penelitian ini variabel biaya politik diproksikan dengan
ukuran perusahaan karena dalam teori akuntansi positif
perusahaan besar tentunya memiliki biaya politik yang besar
pula. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah disajikan, faktor
biaya politik
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Semakin besar perusahaan, semakin besar
pula biaya politiknya, yang selanjutnya membuat manajemen
melakukan praktik manajemen laba untuk menurunkan labanya
guna menurunkan biaya politiknya.
5) Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian variabel kontrol operating cash flow
(OCF) mempunyai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05.
Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0.621. Berdasarkan hal
tersebut menemukan bukti bahwa operating cash flow
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Konsisten dengan hasil penelitian Nastiti dan Gumanti (2011)
dan Pradhana dan Rudiawarni (2013).
Menurut Nastiti dan Gumanti (2011) arus kas dari
aktivitas operasi mencerminkan kemampuan riil perusahaan
dalam menghasilkan dana (arus dana) untuk digunakan dalam
membiayai
kegiatan
operasinya,
melunasi
kewajiban,
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan dari sumber
pendanaan lain. Maka jika arus kas dari aktivitas operasi
97
perusahaan
tinggi
mengindikasikan
perusahaan
tersebut
kinerjanya baik sehingga motivasi untuk melakukan kegiatan
manajemen laba akrual akan menurun. Sebaliknya, pada saat
arus kas dari aktivitas operasi rendah, maka manajemen akan
termotivasi
melakukan
manajemen
laba
akrual
untuk
memperbaiki kinerjanya agar terlihat baik.
Setelah melakukan uji t seperti yang tertera dalam tabel 4.9,
maka persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu:
Y = -0.174 + 0.000X1 - 1.176X2 - 0.004X3 + 0.014X4 -0.621X5
Pada persamaan regresi di atas maka dapat diartikan bahwa
nilai
konstanta
sebesar
-0.174,
menunjukan
jika
variabel
independen tidak ada maka akan terjadi peningkatan manajemen
laba sebesar -0.174. Koefisien regresi untuk variabel leverage
sebesar -1.176 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1
satuan tingkat leverage, maka dapat menurunkan variabel
manajemen laba sebesar 1.176. Koefisien regresi untuk variabel
biaya politik sebesar 0.014 menunjukkan bahwa setiap adanya
perubahan 1 satuan tingkat biaya politik, maka variabel manajemen
laba
akan bertambah sebesar 0.014. Koefisien regresi untuk
operating cash flow sebesar -0.621 menunjukkan bahwa setiap
adanya perubahan 1 satuan tingkat operating cash flow, maka dapat
menurunkan
variabel
manajemen
laba
sebesar
0.621.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiryadi
dan Sebrina (2013).
2. Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty
(2010) dan Kosasih dan Widyawati (2013).
3. Kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Achmad
et all (2007).
4. Biaya politik yang diproksikan dengan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Muliati (2011) dan Jao dan Pagulung
(2011).
5. Operating Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti
dan Gumanti (2011) dan Pradhana dan Rudiawarni (2013).
6. Asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan
opeating cash flow secara bersama-sama berpengaruh terhadap
manajemen laba.
99
B. Saran
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas dengan adanya beberapa masukan
diantaranya:
1. Diharapkan penelitian berikutnya memperpanjang waktu pengamatan
dan meneliti semua perusahaan baik dari sub sektor manufaktur
maupun di luar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan proksi lain untuk
mengukur variabel-variabel seperti kompensasi bonus, biaya politik
dan asimetri informasi.
3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan pengukuran lain
seperti model Kothari, model Kaznik dan model Francis untuk
mengukur manajemen laba.
4. Untuk
peneliti
menambahkan
selanjutnya
diharapkan
variabel-variabel
lain
menggunakan
yang
atau
mengindikasikan
berpengaruh terhadap manajemen laba.
100
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Komarudin et all, “Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba
Pada Perusahaan Publik Di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi
X, Makassar, Juli 2007.
Agustia Dian, “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol 15 No 1, ISSN: 1411-0288, Mei 2013.
Anggana Dea dan Prastiwi Andri, “Analisis Pengaruh Corporate Governance
terhadap Paraktik Manajemen Laba”, Diponegoro Journal Of Accounting
Vol 2 No 3, ISSN: 2337-3806, 2013.
Antonia Edgina, “Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial, dan Proporsi
Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba“, Tesis Universitas
Diponegoro, 2008.
Aryani Dwi, “Manajemen Laba Pada Perusahan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol 1 No 2, Mei
2011.
Budiasih Igan, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba ”,
Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 4 No 1, 2009.
Dwiyanti Kadek dan Sukartha Made, “Pengaruh Perubahan Tarif Pajak
Penghasilan Badan Tahun 2010 Pada Manajemen Laba”, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol 5 No 1, ISSN: 2302-8556, 2013.
Elfira Anisa, “Pengaruh Kompensasi Bonus dan Leverage terhadap Manajemen
Laba”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 2 No 2, 2014.
Firdaus Ilham, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio
terhadap Manajamen Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 2 No 1,
2013.
Ghozali Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Guna Welfin dan Herawaty Arleen, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya
terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 11 No 1,
April 2010.
101
Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah, Jakarta, 2012.
Handayani dan Rachadi Agustono, “Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 11 No 1, April 2009.
Ifonie Regina, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Manajemen Laba terhadap Cost
Of Equity Capital Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1 No 1, Januari
2012.
Ikatan Akuntansi Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat,
Jakarta, 2009.
Jao Robert dan Pagulung Gagaring, “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan
dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur
Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol 8 No 1, November 2011.
Kosasih Natalia dan Widayati Catur, “Pengaruh Independensi Komite Audit,
Efektivitas Komite Audit, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba
Pada Perusahaan di Sektor Industri Manufkatur yang Terdaftar di BEI
Periode 2009-2011”, Jurnal Akuntansi/Volume XVII No 1, Januari 2013.
Kusumawati Eny, et. all, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Mekanisme
Corporate Governance terhadap Praktik Earning Management”,
Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall, Surakarta, 23
Maret 2013.
Lisa Oyong, “Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam
Hubungan Keagenan”, Jurnal Wiga Vol 2 No 1, ISSN: 2088-0944, Maret
2012
Muliati Ni Ketut, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada
Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”, Tesis Universitas Udayana, 2011.
Nastiti Ari sita dan Tatang Ari Gumanti, “ Kualitas Audit dan Manajemen Laba
Pada Initial Public Offerings Di Indonesia”, Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Press Release Badan Pengawas Pasar Modal 27 Desember 2002, artikel diakses
tanggal
4
Februari
2015
dari:
www.bapepam.go.id/old/old/news/NOP2004/indo_farma.pdf.
Press Release Badan Pengawas Pasar Modal 8 November 2004, artikel diakses
tanggal
4
Februari
2015
dari:
www.bapepam.go.id/old/old/news/NOP2004/indo_farma.pdf.
102
Priantinah Denies, “Manajemen Laba Ditinjau Dari Sudut Pandang Oportunistik
dan Efisien Dalam Positive Accounting Theory”, Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia Vol 7 No 1, 2009.
Pujiati Evi dan Arfan Muhammad, “Struktur Kepemilikan dan Kompensasi Bonus
Serta Pengaruhnya terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010”,
Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol 6 No 2, Juli 2013.
Purnomo Budi dan Pratiwi Puji, “Pengaruh Earning Power terhadap Praktik
Manajemen Laba”, Jurnal Media Ekonomi Vol 14 No 1, April 2009.
Purwanti Titik, “Analisis Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Besaran Akrual,
Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba”, Tesis
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Putra Putu Adi et all, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan
terhadap Praktik Manajamen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, e-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Vol 2 No 1, 2014.
Rahmawati dan Wijayanti Handayani, “Pengaruh Kenaikan Leverage terhadap
Manajemen Laba dengan Free Cash Flow dan Pertumbuhan sebagai
Variabel Pemoderasi ”, Riset Manajemen dan Akuntansi Vol 1 No 1, Mei
2010.
Rahmawati, et. all, “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen
Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi 6, Padang, 2006.
Santoso Youngkie, “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen
Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Berkala Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi Vol 1 No 3, Mei 2012.
Setiawan Teguh, ”Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace
terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007”, Jurnal Akuntansi
Kontemporer Vol 1 No 2, Juli 2009.
Setyaningrum Rani dan Sari Aprilla, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Food and
Beverages yang Go Publik di BEI”, The Indonesian Accounting Review
Vol 1 No 2, Juli 2011.
Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, CV.Alfabeta, Bandung, 2009.
103
Suhendah dan Imelda, “Pengaruh Asimetri Informasi, Kinerja Masa Kini dan
Kinerja Masa Depan terhadap Earning Management Pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Publik dari Tahun 2006-2008”, Jurnal Akuntansi Vol
16 No 2, ISSN: 1410-3591, Mei 2012.
Sunarto, “Teori Keagenan dan Manajemen Laba”, Kajian Akuntansi Vol 1 No 1,
ISSN: 1979-4886, 2009.
Swastika Dwi Lusi, “Corporate Governance, Firm Size, and Earning
Management: Evidence in Indonesian Stock Exchange”, IOSR Journal of
Business and Management, e-ISSN Vol 10 No 4, May-June 2013.
Tanomi Rehobot, “Pengaruh Kompensasi Manajemen, Perjanjian Hutang dan
Pajak terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia”, Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 3 No 1, Mei 2012.
Utomo Riyanto Moelyono dan Bachruddin, “Analisis Manajemen Laba Pada
Penawaran Perdana Saham di Bursa Efek Jakarta”, Sinergi Kajian Bisnis
dan Manajemen hal 17-34, ISSN: 1410 – 9018, 2005.
Wardani dan Masodah, “Pengaruh Asimetri Informasi, Struktur Kepemilikan
Manajerial, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba Dalam
Industri Perbankan di Indonesia”, Proceeding PESAT Universitas
Gunadarma Vol 4 No 1, ISSN: 1858-2559, Depok, Oktober 2011.
Watts and Zimmerman, “Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective”,
The Accounting Review Vol 65 No 1 University Of Rochester, January
1990.
Wiryadi Arri dan Sebrina Nurzi, “Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit
dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba”, WRA Vol 1 No 2,
Oktober 2013.
104
Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
No
Kode
Nama Emiten
1
ADES
Akasha Wira Internasional Tbk.
2
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
3
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
4
DLTA
Delta Djakarta Tbk.
5
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
6
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
7
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk.
8
MYOR
Mayora Indah Tbk.
9
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
10
SKLT
Sekar Laut Tbk.
11
STTP
Siantar Top Tbk.
12
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk.
13
GGRM
Gudang Garam Tbk.
14
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
15
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk.
16
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
17
INAF
Indofarma Tbk.
18
KAEF
Kimia Farma Tbk.
19
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
20
MERK
Merck Tbk.
21
PYFA
Pyridam Farma Tbk.
22
SCPI
Schering-Plough Indonesia Tbk.
23
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
105
24
MBTO
Martina Berto Tbk.
25
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
26
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
27
UNVR
Unilever Tbk.
28
KDSI
Kedaung Setia Industrial Tbk.
29
KICI
Kedaung Indah Can Tbk.
30
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
31
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk.
32
DAVO
Davomas Abadi Tbk.
33
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk.
34
SKBM
Sekar Bumi Tbk.
35
SQBB
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
36
WIIM
Wismilak Inti Makmur Tbk
Daftar Perusahaan yang Tereliminasi
No
Kode
Nama Emiten
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
2
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk.
3
SKLT
Sekar Laut Tbk.
4
INAF
Indofarma Tbk.
5
PYFA
Pyridam Farma Tbk.
6
SCPI
Schering-Plough Indonesia Tbk.
7
MBTO
Martina Berto Tbk.
8
UNVR
Unilever Tbk.
9
KDSI
Kedaung Setia Industrial Tbk.
10
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk.
11
DAVO
Davomas Abadi Tbk.
106
12
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk.
13
SKBM
Sekar Bumi Tbk.
14
SQBB
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
15
WIIM
Wismilak Inti Makmur Tbk
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry 20112014
No
Kode
Nama Emiten
1
ADES
Akasha Wira Internasional Tbk.
2
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
3
DLTA
Delta Djakarta Tbk.
4
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
6
MYOR
7
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
8
STTP
Siantar Top Tbk.
9
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk.
10
GGRM
Gudang Garam Tbk.
11
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
12
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk.
13
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
14
KAEF
Kimia Farma Tbk.
15
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
16
MERK
Merck Tbk.
17
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
18
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
Mayora Indah Tbk.
107
19
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
20
KICI
Kedaung Indah Can Tbk.
21
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
108
Lampiran 2
Data Perusahaan Tahun 2010
No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
0.368
151.220
0.692
0
26.506
-0.091
2
CEKA
0.402
54.701
0.637
1
27.469
-0.243
3
DLTA
0.160
63.736
0.163
1
27.287
0.045
4
ICBP
0.015
33.962
0.299
1
30.223
0.168
5
INDF
-0.050
54.945
0.474
1
31.489
0.148
6
MYOR
0.131
117.857
0.536
0
29.112
0.054
7
ROTI
0.005
83.316
0.199
0
27.066
0.200
8
STTP
0.146
47.328
0.311
0
27.199
-0.021
9
ULTJ
-0.056
124.910
0.352
1
28.327
0.132
10
GGRM
0.072
87.081
0.306
1
31.057
0.093
11
HMSP
-0.014
97.640
0.502
1
30.653
0.344
12
RMBA
-0.044
114.110
0.566
1
29.221
0.115
13
DVLA
-0.014
66.667
0.250
0
27.473
0.153
14
KAEF
0.021
89.617
0.328
0
28.136
0.084
15
KLBF
0.034
104.267
0.179
0
29.582
0.178
16
MERK
-0.090
35.714
0.165
0
26.798
0.367
17
TSPC
-0.007
95.720
0.263
1
28.909
0.161
18
MRAT
0.064
66.667
0.126
0
26.680
0.012
19
TCID
0.002
19.355
0.094
0
27.677
0.150
20
KICI
-0.068
133.333
0.256
1
25.177
0.085
21
LMPI
-0.009
83.871
0.340
0
27.135
0.032
109
Data Perusahaan Tahun 2011
No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
-0.073
73.038
0.602
0
26.479
0.181
2
CEKA
-0.008
59.259
0.508
1
27.437
0.153
3
DLTA
-0.014
20.807
0.177
1
27.269
0.255
4
ICBP
0.008
44.898
0.296
1
30.354
0.143
5
INDF
0.027
48.402
0.410
1
31.615
0.093
6
MYOR
0.290
60.674
0.633
0
29.518
-0.092
7
ROTI
-0.010
66.094
0.280
0
27.355
0.194
8
STTP
-0.013
61.818
0.476
0
27.564
0.096
9
ULTJ
-0.078
67.704
0.365
1
28.410
0.148
10
GGRM
0.185
67.198
0.372
1
31.297
-0.002
11
HMSP
-0.123
46.082
0.473
1
30.595
0.572
12
RMBA
0.059
44.311
0.645
1
29.477
0.023
13
DVLA
0.068
35.945
0.216
0
27.557
0.078
14
KAEF
0.074
93.763
0.302
0
28.216
0.045
15
KLBF
0.028
41.296
0.213
0
29.744
0.178
16
MERK
0.182
38.565
0.153
0
27.094
0.267
17
TSPC
0.019
75.711
0.283
1
29.078
0.138
18
MRAT
0.073
52.632
0.152
0
26.769
0.003
19
TCID
0.095
29.268
0.098
0
27.754
0.065
20
KICI
0.027
27.979
0.264
1
25.194
-0.039
21
LMPI
0.044
83.761
0.406
0
27.254
-0.005
110
Data Perusahaan Tahun 2012
No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
0.023
86.525
0.463
0
26.687
0.224
2
CEKA
-0.125
120.611
0.549
1
27.658
0.161
3
DLTA
-0.021
77.333
0.197
1
27.337
0.333
4
ICBP
-0.030
50.094
0.327
1
30.508
0.171
5
INDF
-0.023
33.962
0.425
1
31.715
0.125
6
MYOR
0.015
63.354
0.630
0
29.748
0.100
7
ROTI
0.000
73.892
0.447
0
27.817
0.157
8
STTP
0.099
62.857
0.536
0
27.854
0.020
9
ULTJ
-0.026
38.057
0.307
1
28.515
0.203
10
GGRM
0.023
32.634
0.359
1
31.357
0.095
11
HMSP
0.331
43.408
0.493
1
30.899
0.156
12
RMBA
0.019
56.209
0.723
1
29.568
-0.050
13
DVLA
0.047
45.847
0.217
0
27.551
0.129
14
KAEF
0.005
84.685
0.306
0
28.362
0.111
15
KLBF
0.073
138.148
0.217
0
29.874
0.146
16
MERK
0.035
16.235
0.268
0
27.068
0.155
17
TSPC
0.022
47.303
0.276
1
29.164
0.137
18
MRAT
0.062
44.898
0.153
0
26.845
0.028
19
TCID
-0.057
35.294
0.131
0
27.863
0.199
20
KICI
0.008
78.481
0.299
1
25.277
0.003
21
LMPI
0.053
72.000
0.498
0
27.427
-0.018
111
Data Perusahaan Tahun 2013
No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
0.062
93.255
0.400
0
26.812
0.091
2
CEKA
0.094
57.426
0.506
1
27.698
0.018
3
DLTA
-0.079
41.461
0.220
1
27.488
0.402
4
ICBP
0.038
55.238
0.376
1
30.688
0.094
5
INDF
-0.007
39.700
0.509
1
31.989
0.089
6
MYOR
0.035
64.064
0.594
0
29.904
0.102
7
ROTI
-0.090
163.636
0.568
0
28.231
0.173
8
STTP
0.086
89.753
0.528
0
28.016
0.040
9
ULTJ
0.087
118.043
0.283
1
28.665
0.070
10
GGRM
0.069
57.461
0.421
1
31.558
0.049
11
HMSP
0.021
39.293
0.483
1
30.942
0.394
12
RMBA
0.042
38.462
0.904
1
29.854
-0.121
13
DVLA
0.029
85.226
0.231
0
27.805
0.090
14
KAEF
0.005
93.671
0.343
0
28.536
0.103
15
KLBF
0.133
43.750
0.249
0
30.057
0.082
16
MERK
0.090
47.569
0.265
0
27.270
0.191
17
TSPC
0.064
53.846
0.286
1
29.319
0.083
18
MRAT
-0.019
37.168
0.141
0
26.809
0.019
19
TCID
-0.038
29.787
0.193
0
28.014
0.173
20
KICI
0.038
55.118
0.247
1
25.311
0.025
21
LMPI
0.044
117.703
0.517
0
27.435
-0.035
112
Data Perusahaan Tahun 2014
No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
-0.132
52.247
0.414
0
26.948
0.201
2
CEKA
0.217
84.197
0.581
1
27.881
-0.115
3
DLTA
0.160
20.779
0.229
1
27.623
0.166
4
ICBP
-0.041
31.034
0.396
1
30.846
0.155
5
INDF
-0.035
20.885
0.520
1
32.085
0.108
6
MYOR
0.159
42.541
0.602
0
29.962
-0.084
7
ROTI
-0.053
40.650
0.552
0
28.393
0.170
8
STTP
-0.010
76.423
0.519
0
28.162
0.117
9
ULTJ
0.085
30.485
0.224
1
28.702
0.044
10
GGRM
0.100
47.234
0.429
1
31.695
0.028
11
HMSP
-0.021
20.896
0.524
1
30.977
0.391
12
RMBA
-0.110
25.024
1.136
1
29.958
-0.102
13
DVLA
-0.008
68.293
0.221
0
27.843
0.084
14
KAEF
-0.005
95.495
0.390
0
28.719
0.096
15
KLBF
0.004
37.157
0.210
0
30.151
0.186
16
MERK
-0.085
31.933
0.227
0
27.298
0.325
17
TSPC
0.035
34.295
0.261
1
29.352
0.092
18
MRAT
0.080
37.812
0.230
0
26.935
-0.045
19
TCID
0.076
53.333
0.307
0
28.248
0.067
20
KICI
0.020
22.695
0.187
1
25.295
0.014
21
LMPI
0.008
41.975
0.507
0
27.419
0.010
113
Lampiran 3
Output Hasil Pengujian Data
1. Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi Data
Descriptive Statistics
N
Y
X1
X2
X4
X5
Valid
N
(listwise)
105
105
105
105
105
105
Minimum
Maximum
-.13200
16.23500
.09400
25.17700
-.24300
.40200
163.63600
1.13600
32.08500
.57200
2. Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data
114
Mean
.0343714
61.9434476
.3725048
28.5256476
.1074762
Std. Deviation
.09293590
30.94477939
.17830371
1.67929025
.12174462
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
115
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
105
.0000000
.07674793
.131
.131
-.087
1.343
.054
3. Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi Data
4. Uji Multikolinieritas Sebelum Transformasi Data
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
t
Sig.
Beta
-.137
.149
X1
6.089E-005
.000
X2
-.080
X3
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
-.920
.360
.020
.233
.816
.909
1.101
.051
-.154
-1.584
.116
.728
1.374
-.009
.017
-.047
-.519
.605
.830
1.205
X4
.009
.005
.159
1.624
.108
.717
1.394
X5
-.462
.069
-.605
-6.673
.000
.838
1.194
(Constant)
1
Standardized
Coefficients
a. Dependent Variable: Y
116
5. Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi Data
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.564a
Adjusted R
Square
.318
Std. Error of the
Estimate
.284
.07866214
DurbinWatson
1.475
a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X2, X4
b. Dependent Variable: Y
6. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data
Descriptive Statistics
N
Y@
X1@
X2@
X4@
X5@
Valid N
(listwise)
104
104
104
104
104
104
Minimum
Maximum
-.17
-7.35
-.05
17.69
-.30
.44
144.05
.90
23.61
.48
7. Uji Normalitas Setelah Transformasi Data
117
Mean
.0220
44.6191
.2711
20.9830
.0807
Std. Deviation
.09383
30.55604
.14550
1.31035
.11077
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
118
104
.0000000
.06814503
.127
.127
-.099
1.292
.071
8. Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi Data
9. Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Data
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-.174
.123
X1@
-8.711E-005
.000
X2@
-.176
X3@
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
-1.421
.159
-.028
-.381
.704
.969
1.031
.055
-.273
-3.206
.002
.741
1.349
-.004
.019
-.018
-.233
.816
.859
1.164
X4@
.014
.006
.199
2.337
.021
.740
1.351
X5@
-.621
.067
-.733
-9.331
.000
.872
1.146
(Constant)
1
Standardized
Coefficients
a. Dependent Variable: Y@
10. Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data
119
Model Summaryb
Model
R
R Square
.687a
1
Adjusted R
Square
.473
Std. Error of the
Estimate
.446
DurbinWatson
.06986
1.691
a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
b. Dependent Variable: Y@
11. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
.687a
1
R Square
Adjusted R
Square
.473
Std. Error of the
Estimate
.446
DurbinWatson
.06986
1.691
a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
b. Dependent Variable: Y@
12. Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Regression
Sum of
Squares
df
Mean
Square
.428
5
.086
1 Residual
.478
98
.005
Total
.907
103
F
17.556
a. Dependent Variable: Y@
b. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
120
Sig.
.000b
13. Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-.174
.123
X1@
-8.711E-005
.000
X2@
-.176
X3@
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
-1.421
.159
-.028
-.381
.704
.969
1.031
.055
-.273
-3.206
.002
.741
1.349
-.004
.019
-.018
-.233
.816
.859
1.164
X4@
.014
.006
.199
2.337
.021
.740
1.351
X5@
-.621
.067
-.733
-9.331
.000
.872
1.146
(Constant)
1
Standardized
Coefficients
a. Dependent Variable: Y@
121
Download