BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

advertisement
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Manajemen Pemasaran
a. Definisi Pemasaran
Menurut Kotler (2005) Pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial
yang di dalam nya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti
berikut : Kebutuhan (needs), Keinginan (wants), dan permintaan
(demands) ; produk (barang, jasa, dan gagasan) ; nilai, biaya, dan
kepuasaan ; pertukaran; dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar;
serta pemasar dan prospek.
Menurut Kotler & Amstrong (2008) Pemasaran adalah Proses di
mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan nya.
Menurut American Marketinng Association yang dikutip oleh
Kotler dan Keller (2009) Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan
12
13
serangkaian proses untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara
yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan nya.
Dengan demikian bahwa ruang lingkup pemasaran merupakan
proses perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke
konsumen, tidak lah sederhana nama nya. Jangkauan pemasaran sangat
lah luas. Berbagai tahap kegiatan harus di lalui oleh barang – barang
dan jasa sebelum sampai ke tangan konsumen.
b. Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler & Keller (2007) Manajemen Pemasaran adalah
seni dan ilmu dalam memilih pasar sasaran dan mendapatkan,
menjaga,
dan
menumbhkan
pelanggan
dengan
menciptakan,
menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Menurut Kotler & Amstrong (2008) Manajemen Pemasaran
adalah seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan
yang menguntungkan dengan target pasar itu.
Menurut Kotler (2005) Manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan, dan pelaksaaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan
distribusi , gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran
yang memuaskan individu dan memenuhi tujuan organisasi.
14
Tujuan Manajemen Pemasaran adalah untuk mempengaruhi
tingkat, jangkauan waktu, komposisi permintaan, sehingga membantu
organisasi mencapai sasaran nya.
2. Perilaku Konsumen
Menurut American Marketing Associations dalam Kotler dan
Amstrong (2008)
Perilaku Konsumen adalah interaksi dinamis antara
pengaruh, dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita dimana
manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Menurut Kotler & Amstrong (2008) Perilaku konsumen adalah
perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga
yang membeli produk untuk konsumsi personal..
Menurut Schiffman dan Kanuk (2009) Perilaku konsumen adalah
perilaku yang di perlihatkan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang
mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Jadi dapat di katakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi
tentang bagaimana pembuat keputusan (decision unit), baik individu,
kelompok ataupun organisasi, membuat keputusan – keputusan beli atau
melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsi nya.
15
Ada beberapa hal penting yang dapat di gunakan dari definisi di
atas :
Perilaku Konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu :
1. Tahap Perolehan (Acquisition) : Mencari (Searching) dan membeli
(purchasing).
2. Tahap
Konsumsi
(Consumption):
Menggunakan
(using)
dan
mengevaluasi (evaluating).
3. Tahap Tindakan pasca beli (disposition) : Apa yang dilakukan oleh
konsumen setelah produk itu di gunakan atau di konsumsi.
3. Citra Merek
Dalam bidang penjualan suatu produk, tidak hanya produk yang menjadi
sebuah penilaian bagi pelanggan namun citra merek dari suatu perusahaan
menjadi faktor yang di nilai oleh pelanggan. Faktor produk dan citra merek
menjadi faktor yang mempunyai nilai yang sama sama penting. Konsumen
yang ingin membeli suatu produk tidak hanya mengharapkan sebuah produk
yang bagus, melainkan juga citra merek perusahan itu sendiri.
Citra Merek yang bagus dari suatu perusahaan akan memberikan efek
kepada pelanggan. Apabila citra merek perusahaan buruk maka akan berakibat
konsumen enggan untuk membeli produk dari perusahaan, namun apabila citra
16
merek perusahaan bagus maka konsumen akan membeli dan memakai produk
dari perusahaan.
a. Pengertian Citra Merek
Menurut Tjiptono (2005:49) Citra merek adalah deskripsi tentang
asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Sejumlah teknik
kuantitatif dan kualitatif telah dikembangkan untuk membantu menangkap
persepsi dan asosiasi konsumen terhadap sebuah merek tertentu, di antara
nya multi dimensional scalling, projections techniques, dan sebagai nya.
Menurut Kotler (2005) Citra Merek adalah seperangkat keyakinan, ide,
dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu
sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat di tentukan oleh
merek tersebut.
Menurut Kotler, Amstrong (2008) Citra Merek adalah keyakinan
tentang merek tertentu. Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang
bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak.
Citra yang
terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli
bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen.
Citra merek meliputi pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek
(aspek kognitif), konsekuensi dari penggunaan merek tersebut, dan situasi
penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan emosi
yang diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek afektif).
17
Citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen dan preferensi
terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam
asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Meskipun asosiasi merek
dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk tapi dapat dibedakan menjadi
asosiasi performansi dan asosiasi imajeri yang berhubungan dengan atribut
dan kelebihan merek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa brand image
merupakan serangkaian kepercayaan konsumen tentang merek tertentu
sehingga asosiasi merek tersebut melekat di benak konsumen.
b. Cara Mengukur Citra Merek
Komponen Citra Merek menurut Biels (1992) dalam Xian (2011)
menunjukan dimensi citra merek memiliki tiga yaitu :
A) Citra Korporat
Citra yang terdapat dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan
sebagai organisasi berusaha membangun image nya dengan tujuan
tak lain agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan
mempengaruhi segala hal mengenai apa yang di lakukan oleh
perusahaan tersebut.
B) Citra Produk / Konsumen
Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak
positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan,
keinginan, dan harapan konsumen. Image dari produk dapat
18
mendukung tercipta nya sebuah brand image atau citra dari merek
tersebut.
C) Citra Pemakai
Dapat di bentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan
pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen
yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa
yang konsumen piker akan mereka dapatkan dari produk atau
layanan tersebut
4. Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk menjadi sebuah kewajiban yang di miliki konsumen
dalam membeli suatu produk. Karena konsumen ingin membeli suatu
produk yang bagus dan berkualitas dari segi fisik, maupun harga.
Informasi yang di dapatkan oleh konsumen mengenai produk bisa melalui
media cetak, elektronik, teman, maupun keluarga.
a. Pengertian Pengetahuan Produk
Menurut Sumarwan (2002) Pengetahuan produk adalah kumpulan
berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi
kategori produk, merek, terminology produk, atribut atau fitur produk,
harga produk, dan kepercayaan mengenai produk.
Menurut Brucks yang di kutip dari Lin dan lin (2006) ada 3 cara
untuk mengukur pengetahuan produk, yaitu :
19
1. Pengetahuan Subyektif (Subjective Knowledge) :
Tingkat
pemahaman konsumen terhadap produk yang di sebut self
assessed knowledge.
2. Tujuan pengetahuan (Objective knowledge) : Tingkat dan jenis
pengetahuan produk sebenarnya di simpan dalam memori
konsumen.
3. Pengalaman berbasis pengetahuan (Experience based knowledge):
Pengalaman dari pembelian sebelum nya atau menggunakan
produk tersebut.
Konsumen yang baik biasa nya memliki pengetahuan mengenai
produk yang akan di beli nya. Menurut Peter dan Olson (1999), dalam
Sumarwan (2002) pengetahuam itu terbagi 3 jenis :
1. Pengetahuan mengenai atribut atau karakteristik produk. Sesuai
dengan batas yang di tetapkan berdasarkan kemampuan produksi
dan sumber keuangan, manajer pemasaran dapat menambah
atribut baru terhadap suatu produk dan menghapus atribut lama,
atau memodifikasi atribut yang sudah ada. Pemasar dapat
merubah atribut – atribut dengan tujuan untuk membuat produk
mereka lebih menarik konsumen.
2. Pengetahuan mengenai konsekuensi positif atau keuntungan –
keuntungan yang akan di peroleh dari penggunaan produk.
Pemasar juga mengetahui bahwa konsumen lebih sering berfikir
tentang konsekuensi dari produk dan merek yang mereka gunakan
20
di bandingkan atribut nya. Konsekuensi adalah hasil yang terjadi
setelah produk di beli dan di konsumsi. Konsumen dapat memiliki
pengetahuan tentang dua jenis konsekuensi produk, yaitu
fungsional dan psikososial. Konsekusensi fungsional adalah hasil
yang dapat di lihat (berwujud) dari penggunaan suatu produk yang
konsumen rasakan secara langsung. Konsekuensi psiko - sosial
lebih menunjuk kepada hasil psikologis dan sosial dari
penggunaan suatu produk.
3. Pengetahuan mengenai nilai – nilai produk yang
dapat
memuaskan keinginan konsumen. Konsumen juga memiliki
pengetahuan tentang pribadi dan nilai simbolis bahwa produk dan
merek membantu mereka puas. Nilai adalah tujuan dari kehidupan
manusia. Nilai sering melibatkan pengaruh emosional serta di
gabungkan dengan suatu tujuan dan kebutuhan (perasaan yang
kuat dan emosi yang mengiringi kesuksesan). Ada banyak cara
untuk mengklasifikasikan nilai. Satu skema mengidentifikasikan
dua jenis atau tingkat nilai instrumental dan terminal. Nilai
instrumental lebih cenderung ke model / jenis tindakan, yaitu cara
bertingkah laku
(misalnya:
yang memiliki nilai positif bagi seseorang
bersenang-senang,
bertindak
independen,
menunjukkan kemampuan untuk dipercaya). Nilai terminal,
dengan kata lain, lebih cenderung ke pernyataan psikologis yang
lebih luas (misalnya : senang, damai, sukses). Kedua nilai
21
instrumental dan terminal (tujuan dan kebutuhan) menghadirkan
konsekuensi paling pribadi seseorang yang ingin mereka capai
dalam kehidupan.
b. Indikator Pengetahuan Produk
Menurut Nitisusastro (2012:159) indikator yang terkait dengan
pengetahuan tentang produk yaitu pengetahuan tentang karakteristik,
pengetahuan tentang manfaat, pengetahuan tentang resiko, dan tentang
kepuasaan yang di rasakan oleh konsumen.
1) Pengetahuan tentang Karakteristik
Sebuah produk tidak jauh berbeda dengan manusia yang
mempunyai sifat – sifat tertentu yang biasa di sebut dengan
karakter. Karakter meliputi ukuran, model, warna dan bau atau
aroma.
a. Ukuran (Dimensi)
Komputer ketika pertama kali di perkenalkan memiliki ukuran
yang sangat besar, bayangkan ukuran nya kira – kira sebesar
ruangan 4 x 4 meter persegi. Tidak pernah di bayangkan bahwa
dewasa ini
sebuah komputer jenis laptop dapat di bawa kemana – kemana.
b. Model
Model suatu produk lazimnya di buat sesuai dengan perkembangan
zaman dan selera konsumen. Maka model suatu produk tahun demi
22
tahun mengalami suatu perubahan. Bersamaan dengan berubah nya
model biasa nya untuk menarik konsumen, produsen selalu saja
menambahkan fitur – fitur tambahan sesuai dengan kebutuhan,
keinginan, dan selera konsumen.
c. Warna
Tidak berbeda dengan model, ternyata warna juga mengikuti
perkembangan zaman dan selera konsumen.
2) Pengetahuan tentang Manfaat
Setiap Konsumen perlu mengetahui dan memahami tentang manfaat
yang melekat pada setiap produk yang di beli. Dengan mengetahui
dan memahami akan manfaat yang melekat pada produk, konsumen
akan membuat pertimbangan yang matang sebelum mengambil
keputusan untuk membeli atau tidak membeli.
Suatu produk memiliki dua jenis manfaat, yakni manfaat fungsional
dan manfaat psikologis.
a. Manfaat fungsional (Functional consequences)
Manfaat fungsional terkait dengan manfaat inti dan manfaat
dasar. Konsumen yang senang belajar dan membaca, nampak
lebih cerdas, terampil, dan percaya diri dalam memilih dan
membeli produk kebutuhan nya.
b. Manfaat Psikologis (Psychological consequences)
Manfaat Psikologis tekait dengan meningkatkan rasa “percaya
diri seseorang” yang membeli dan menggunakan produk
23
tertentu. Seseorang yang mengendarai motor, nampak lebih
percaya diri di banding seseorang berjalan kaki.
5. Keterlibatan Produk
Salah satu yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
membuat strategi pemasaran berdasarkan keterlibatan produk terhadap
nilai lebih yang dirasakan oleh pelanggan, sehingga menarik minat beli
seseorang.
a. Pengertian Keterlibatan Produk
Menurut Higie dan Feick dalam Keng (2012) Keterlibatan
merupakan refleksi dari motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi
pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa dalam konteks
tertentu. Semuanya bergantung pada hubungan yang dirasakan antara
pengaruh yang memotivasi individu dengan manfaat yang ditawarkan oleh
objek. Karakteristik pribadi (kebutuhan, nilai, konsep diri) dihadapkan
dengan stimulus pemasaran yang sesuai dalam situasi yang diberikan pada
saat itu.
Menurut Traylor dalam Lin (2006) Keterlibatan produk adalah
pemahaman konsumen atas pengakuan produk tertentu. Semakin tinggi
tingkat pertimbangan konsumen tersebut di sebut keterlibatan tinggi dan
tingkat yang lebih rendah di sebut keterlibatan rendah.
24
Menurut Zaickowsky dalam Lin (2006) mengatakan Keterlibatan
Produk adalah relevansi pribadi yang dirasakan dari produk. Berdasarkan
kebutuhan, nilai – nilai atau kepentingan. Konsumen sangat terlibat dalam
pencarian informasi lebih lanjut tentang kelas produk.
b. Tingkat Keterlibatan Produk
Tingkatan keterlibatan produk yang dialami konsumen selama proses
pengambilan keputusan ditentukan oleh jenis pengetahuan arti akhir yang
diaktifkan pada suatu situasi. Tingkat keterlibatan relefansi pribadi
konsumen tergantung pada dua aspek rantai akhir yang diaktifkan yaitu
penting nya atau relevansi pribadi dari akhir bagi konsumen, kekuatan
hubungan antara tingkatan pengetahuan produk dan tingkatan pengetahuan
pribadi.
Menurut Traylor (1981) dalam lin (2006)
mengatakan tingkat
keterlibatan yang tinggi yaitu konsumen yang percaya bahwa suatu ciri
produk secara kuat dihubungkan dengan tujuan atau nilai akhir yang
penting. Sedangkan tingkat keterlibatan yang rendah yaitu konsumen yang
percaya bahwa cirri produk dihubungkan secara lemah terhadap nilai –
nilai yang penting akan mengalami keterlibatan produk pada tingkat yang
lebih rendah.
c. Cara Mengukur Keterlibatan Produk
Menurut Innocent (2005) ada 2 indikator sebagai alat ukur untuk
keterlibatan :
1) Perluasan merek
25
Perluasan
merek
ialah
strategi
membangun
bisnis
untuk
memanfaatkan pengakuan nama merek dan citra untuk memasuki kategori
produk baru pertimbangkan untuk di beli selain merek produk yang sering
di beli nya. Perluasan merek untuk membuat konsumen merasa akrab, dan
mereka mengetahui tentang merek mapan dan juga untuk mengantisipasi
konsumen untuk berhubungan akrab dan pengetahuan produk tentang
produk baru. di tempat lain sampai mendapatkan nya.
2) Nama Merek
Nama merek adalah aspek penting dari keterlibatan produk. Nama
merek menyangkut nilai suatu merek bagi pemasar dan bagi konsumen.
Dari sudut pandang pemasar, nama merek menyiratkan keuntungan, arus
kas dan pangsa pasar yang lebih besar. Dari sudut pandang konsumen,
ekuitas merek melibatkan suatu sikap merek postif yang kuat di dasarkan
pada kepercayaan dan arti baik yang dapat di akses dari dalam ingatan.
Ketiga faktor ini menciptakan hubungan konsumen merek yang
menyenangkan dan kuat atas asset yang sangat penting bagi sebuah
perusahaan dan dasar bagi ekuitas merek.
6. Minat Beli Kembali
Minat beli kembali adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan
merespon positif terhadap produk baru yang di keluarkan oleh perusahaan
dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali
produk perusahaan tersebut. Dan kepuasaan pelanggan juga akan
26
mempengaruhi intensi perilaku untuk beli kembali dari jasa atau produk
yang sama.
a. Pengertian Minat Beli Kembali
Menurut Ali dan Chaipoopirutana (2014) mengatakan minat beli
kembali mengacu pada kemungkinan menggunakan penyedia layanan lagi
di masa mendatang.
Menurut Jakson dalam Ali dan chaipoopirutana (2014) minat beli
kembali sebagai niat pelaku konsumen yang mengukur kecenderungan
untuk melanjutkan, peningkatan atau mengurangi jumlah layanan dari
pemasok saat ini. Langkah-langkah minat beli kembali biasanya diperoleh
dari survey pelanggan saan menilai kecenderungan mereka untuk membeli
merek yang sama, produk yang sama/jasa dari perusahaan yang sama.
Minat beli kembali merupakan suatu komitmen konsumen yang
terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian suatu produk atau
jasa.Komitmen ini timbul karena kesan positif konsumen terhadap suatu
merek, dan konsumen merasa puas terhadap pembelian tersebut (Hicks et
al, 2005).
Menurut Heller et al (2003) dalam Butarbutar dan Millanyani
(2014) minat beli kembali adalah tentang pembelian kembali dengan
layanan
yang
ditunjuk
dari
perusahaan
yang
sama,
dengan
mempertimbangkan keadaan menyukai produk pada saat ini, bahwa minat
beli kembali terjadi ketika konsumen membuat pembelian kedua atau
27
bahkan lebih dari itu, alasan minat beli kembali tersebu terutama didorong
oleh pengalaman konsumen dari produk atau jasa.
Minat beli kembali adalah terjadi ketika pelanggan yang merasa
puas akan layanan yang diberikan pada perusahaan dan
akan timbul
komitmen karena kesan positif terhadap suatu merek, maka akan timbul
minat beli konsumen pada pembelian kedua atau bahkan lebih.
b. Cara Mengukur Minat Beli Kembali
Menurut penelitian P.K Hellier, G.M Geursen, R.A Carr & J.A
Rickard (2003) menyatakan bahwa untuk mengukur variabel nilai
pembelian ulang di gunakan indikator-indikator yaitu sebagai berikut :
a. Niat membeli dengan jumlah yang sama, yaitu keinginan
untuk menggunakan layanan dan jumlah yang sama seperti
ketika pertama kali menggunakan.
b. Niat membeli dengan menambah jumlah, yaitu keinginan
untuk menambah kuantitas atau jumlah pemakaian pada
pembelian selanjutnya.
c. Niat pembeli dengan penambahan frekuensi/intensitas,
yaitu keinginan untuk menambah intensitas/frekuensi
pembelian.
28
B. Penelitian Terdahulu
TABEL 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
NO
Judul Penelitian
1
The
Peneliti
Relationship Ya – Hui - Wang
Hasil Penelitian
Citra Merek signifikan
Brand Image and Cing – Fen Tsai
terhadap Minat Beli.
Purchase Intention :
Kualitas yang di
Evidence
rasakan signifikan
Award
From
terhadap purchase
Winning
Mutual Funds
intention. Nilai yang di
rasakan signifikan
terhadap purchase
intention.
2
The
Effect
of Omer Tolak
Behcet Yalin
Electronic word of
Muhammet Ali
mouth,
Brand Hankan Chengiz
Mehmet Fathir
Image and Purchase
Citra Merek
berpengaruh terhadap
purchase intentions.
Intention
3
The Role of Brand
Image, Product
Involvement, and
Knowledge in
explaining
consumer purchase
behaviour of
counterfeits.
Xuamei Bian
Citra Merek
Luiz Moutinho
berengaruh positif
terhadap Minat Beli.
Pengetahuan Produk
tidak berpengaruh
terhadap Minat Beli.
Keterlibatan Produk
tidak berpengaruh
terhadap Minat Beli.
29
4
Effects Of Ict’s
Innovative
Application Brand
Image And
Customer’s
Purchase Intention.
Hsiaoping Yeh
Aplikasi inovatif
berpengaruh positif
terhadap minat beli
konsumen. Citra Merek
berpengaruh positif
terhadap minat beli
konsumen.
5
The Effect Of Word
Pengetahuan produk
Of
berpengaruh signifikan
knowledge,
Mouth, Yi – Chin – Lee
and Wei – Li – Wu
promotions
terhadap purchase
on Yang – Chu – intentions. Promosi
purchase intentions Lin
berpengaruh signifikan
of
terhadap purchase
medical
cosmetics.
intentions.
C. Pengaruh antar Variabel
1
Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli
Menurut Evelyn ehrlich dalam buku Arif Rahman (2010:178)
brand image mempengaruhi laba karena brand product dapat di jual
dengan harga lebih tinggi daripada produk generic atau setara dengan
produk sejenis.
Brand image memberikan cara singkat untuk memberitahu pemilih
produk anda tentang apa yang dapat mereka harapkan dari suatu
perusahaan. Brand image memiliki karakteristik dan tingkat kualitas
tertentu dianggap melekat pada brand tertentu. Menurut Xuamei Bian
(2009) terdapat pengaruh positif citra merek terhadap minat beli.
30
Karena citra merek yang semakin tinggi mengakibatkan minat
pembelian yang tinggi pula.
2
Pengaruh pengetahuan produk terhadap Minat Beli
Pengetahuan seseorang terkait dengan pengalaman nya. Orang bisa
tahu karena mengalami nya. Atau bisa juga di balik, karena seseorang
mengalami suatu peristiwa, maka dia menjadi tahu peristiwa tadi.
Menurut Pawit M. Yusup (2012:6) Pengetahuan adalah kebiasaan,
keahlian atau kepakaran, keteranpilan, pemahaman atau pengertian
yang di peroleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar,
atau bahkan keahlian yang di peroleh melalui usaha dan bakat tertentu
seseorang. Menurut Xuamei Bian (2009:13) terdapat pengaruh positif
pengetahuan produk yang di miliki konsumen terhadap minat beli.
Karena konsumen yang berminat membeli suatu produk harus
mengetahui segala aspek tentang suatu produk.
3
Pengaruh Keterlibatan Produk terhadap Minat Beli
Setiap manusia akan melakukan pengambilan keputusan, seseorang
terlebih dahulu mempertimbangkannya, memutuskan baik / buruknya,
kurang / lebihnya atau untung / ruginya. Dalam kasus itu, seseorang
melakukan proses keterlibatan antara sesuatu yang dipikirkan dengan
diri sendiri. Menurut Peter dan Olson Keterlibatan merupakan status
motivasi yang menggerakan serta mengarahkan perilaku konsumen
pada saat membuat keputusan. Menurut xuamei bian (2009:13)
terdapat pengaruh negatif keterlibatan produk terhadap citra merek
31
yang di rasakan oleh konsumen. Sehingga menyebabkan hasil yang
tidak signifikan antara keterlibatan produk terhadap minat beli
pelanggan.
4
Pengaruh Citra Merek, Pengetahuan Produk, Keterlibatan
Produk terhadap Minat Beli
Citra Merek memberikan cara singkat untuk memberitahu pemilih
produk anda tentang apa yang dapat mereka harapkan dari suatu
perusahaan. Brand image memiliki karakteristik dan tingkat kualitas
tertentu dianggap melekat pada brand tertentu. Menurut Xuamei Bian
(2009) terdapat pengaruh positif citra merek terhadap minat beli.
Karena citra merek yang semakin tinggi mengakibatkan minat
pembelian yang tinggi pula.
Pengetahuan seseorang terkait dengan pengalaman nya. Orang bisa
tahu karena mengalami nya. Atau bisa juga di balik, karena seseorang
mengalami suatu peristiwa, maka dia menjadi tahu peristiwa tadi.
Menurut
Xuamei
Bian
(2009:13)
terdapat
pengaruh
positif
pengetahuan produk yang di miliki konsumen terhadap minat beli.
Karena konsumen yang berminat membeli suatu produk harus
mengetahui segala aspek tentang suatu produk.
Setiap manusia akan melakukan pengambilan keputusan, seseorang
terlebih dahulu mempertimbangkannya, memutuskan baik / buruknya,
kurang / lebihnya atau untung / ruginya. Dalam kasus itu, seseorang
melakukan proses keterlibatan antara sesuatu yang dipikirkan dengan
32
diri sendiri. Jadi setiap konsumen memiliki karakteristik untuk
melakukan minat beli baik itu citra merek dari suatu produk,
pengetahuan konsumen akan produk, dan keterlibatan produk.
D. Rerangka Pemikiran
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode
analisis kausal. Analisis kausal adalah penelitian ini untuk mengetahui
tentang pengaruh satu atau variabel bebas (Variabel Independen )
terhadap variabel terikat (Variabel Dependent). Tujuan penelitian
kausal adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh Citra Merek,
Pengetahuan Produk, Keterlibatan produk terhadap minat beli kembali.
Citra merek
H1
Pengetahuan Produk
H2
Keterlibatan Produk
H3
H4
Minat Beli
Kembali
33
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku,
fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi. Hipotesis merupakan
pernyataan penelitian tentang pengaruh variabel – variabel dalam
penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli.
Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh Pengetahuan Produk terhadap Minat
Beli Kembali.
Hipotesis 3 : Terdapat pengaruh Keterlibatan Produk terhadap Minat
Beli Kembali.
Hipotesis 4: Terdapat Pengaruh Citra Merek, Pengetahuan Produk,
Keterlibatan Produk terhadap Minat Beli Kembali.
Download