BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Pemasaran Komunikasi merupakan hal yang mendasar dan penting dalam hubungan apapun. Membangun dan mengelola hubungan dengan konsumen dan pelanggan memiliki pengaruh langsung pada komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran (marketing communication) membantu mendefinisikan hubungan produsen dengan konsumen tidak hanya pesan yang dipertukarkan tetapi juga pilihan media dan kesempatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan mereka. Alma1 dalam bukunya menulis perguruan tinggi swasta yang ingin sukses untuk masa depan, dalam menghadapi bagaimana mencari jumlah mahasiswa yang dikehendaki harus mempraktekkan komunikasi pemasaran secara terintegrasi. Alma2 juga mengutip Chapman: “As a solution to this enrollment problem, many universities have begun to turn to marketing approaches and technigues to help strengthen and more fully understand the demand side of the enrollment picture.” 2.1.1. Pengertian Marketing Communication Di dalam bukunya Kotler3 mengatakan: “Marketing communication are the means by which firms attempt to inform, persuade, and remind consumers directly or inderectly about the products and brands they sell. In a sense, marketing communications represent the voice of the company and its brands; they a means by which the firm can establish a dialogue and build relationship with consumers.” 1 Prof. Dr. H.Buchari Alma, dan Dr. Ratih Hurriyati, M.Si. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. 2008 hal. 43 2 Ibid. 3 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Marketing Management, 14th edition. 2011 hal. 476 11 12 Komunikasi pemasaran merupakan sarana perusahaan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Dengan kata lain, komunikasi pemasaran mewakili perusahaan dan brand itu sendiri; dimana komunikasi pemasaran menjadi sarana perusahaan untuk membangun dialog dan hubungan dengan para konsumen. Marketing communication juga dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen dengan menggunakan berbagai media.4 Chris5 menulis dalam perencanaan marketing communication mengandung tiga unsur: tools (alat), media dan messages (pesan). Lihat gambar 2.1. Tools utama marketing communication: iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), public relations, penjualan langsung (direct marketing), penjualan personal (personal selling)6. Selain itu ada media atau sarana dimana pesan iklan dan komunikasi pemasaran disampaikan. Alat dan media memiliki karakteristik dan pencapian gol yang berbeda. Perguruan tinggi harus tahu bagaimana menggunakan iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan langsung dan penjualan personal untuk mengkomunikasikan suatu produk jasa pendidikannya beserta nilainya kepada calon mahasiswa sesuai dengan target yang ingin di tuju. Bentuk komunikasi yang disusun harus inovatif dan estetis sehingga lebih mudah diingat dan memiliki pembeda dengan bentuk promosi lainnya. Setelah itu pelanggan harus merasa feel good sehingga dapat menimbulkan pikiran dan opini yang positif. 4 John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal. 5 Chris Fill. Marketing Communicatioan Interactivity, Communitive, and Content, 5th edition. 2009 hal. 19 ‐ 23 6 Ibid. 483‐655 5 13 Tools Media The Marketing Communication Mix Messages Sumber: Chris Fill (2010, 19) Gambar 2.1 A traditional model of the marketing communication mix. Soemanagara7 dalam bukunya mengatakan Marketing Communicatioan bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen. 1. Tahap perubahan pengetahuan, dimana konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk atau jasa, untuk apa produk atau jasa diciptakan, dan ditujukan kepada siapa. Pada tahap ini pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada pembombastisan informasi tentang perguruan tinggi. 2. Tahap perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur, disebut tricomponent attitude changes oleh Schiffman dan Kanuk yang menunjukkan bahwa tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu: cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya 7 John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal 59‐60 14 kecenderungan perubahan (cognition, affection, dan conation) maka mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap. 3. Tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk atau jasa lain dan terbiasa menggunakannya. Di tahap ini pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan mengapa perguruan tinggi ini adalah terbaik jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya dan menimbulkan emosi terhadap brand. Agar tujuan dari komunikasi pemasaran yang dilakukan tercapai, universitas selaku penyedia jasa pendidikan harus dapat melihat perilaku dari konsumen yang menjadi target sehingga dapat mengetahui apa yang sesungguhnya sedang dibutuhkan ataupun untuk menentukan strategi pemasaran yang sesuai dengan permintaan pasar sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat di tangkap oleh para calon mahasiswa dan terjadi perubahan perilaku yang pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh universitas. 2.2. Jasa 2.2.1. Pengertian Jasa Menurut Kotler dan Keller pengertian jasa adalah sebuah aktivitas yang diasosiasikan dengan elemen intangibility (tidak berwujud), dimana didalamnya terjadi interaksi antara pelanggan dengan penyedia jasa tetapi tidak berakibat terhadap suatu kepemilikan.8 Di dalam buku lain Kotler dan Armstrong 8 Philip Kotler Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 14. 2011 hal.356 15 “service is an activity, benefit, or satisfaction offered for sale that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything”.9 Yang berarti jasa adalah semua kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang dapat ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Berdasarkan pada dua definisi diatas dapat dikatakan bahwa jasa merupakan aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau kontruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah bagi konsumen. Karakteristik jasa berbeda dengan produk barang (fisik). Kotler dan Armstrong10 membagi Empat karakteristik jasa berdasarkan gambar 2.2 : Intangibility Inseparability Service cannot be seen, tasted, felt, heard, or smelled before purchase Services cannot be separated from their providers. SERVICE Variability Perishability Quality of services depends on who provides them and when, where, and how Services cannot be stored for later sale or use Sumber: Kotler & Armstrong (2012,237) Gambar 2.2 Four Service Characteristic 9 Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing. 2012 hal. 224. Ibid. Hal 236‐237 10 16 1. Jasa tak berwujud (service intangibility) berarti bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. 2. Jasa tak terpisahkan (service inseparability) berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, tanpa mempedulikan apakah penyedia jasa itu orang atau mesin. 3. Variabilitas jasa (service variability) berarti bahwa kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa itu dan kapan, dimana, dan bagaimana jasa itu disediakan. 4. Jasa dapat musnah (service perishability) berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa saat kemudian. Menurut Alma11 pada dasarnya jasa pendidikan adalah sesuatu yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang sifatnya tidak berwujud dan tidak memiliki dampak perpindahan hak milik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik jasa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang program pemasarannya. Jasa Pendidikan secara umum memiliki karakteristik utama sebagai breikut12: a. Tidak berwujud (Intangibility), jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan pengguna jasa pendidikan tidak dapat melihat, mencium, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). Untuk menekan ketidakpastian, pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda 11 Prof. dr. H.Buchari Alma, dan Dr. Ratih Hurriyati, M.Si. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. 2008 hal. 173‐174 12 Ibid. 17 atau informasi tentang kualitas jasa tersebut. Tanda maupun informasi dapat diperoleh atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan penyelenggara, peralatan dan alat komunikasi yang digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan. Beberapa hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon pengguna jasa pendidikan adalah: a. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud. b. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga pendidikan). c. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan (education brand name). d. Memakai nama seseorang yang sudah dikenal untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. b. Tidak terpisah (Inseparability), jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan yang menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa maka akan berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan demikian, jasa lebih diutamakan penjualannya secara langsung dengan skala operasi yang terbatas. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi bekerja dalam kelompok yang lebih besar, 18 bekerja lebih cepat, atau melatih para penyaji jasa agar mereka mampu membina kepercayaan pelanggannya (peserta didik). c. Bervariasi (Variability), jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized out-put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada 3 faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa: 1. Partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa 2. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan 3. Beban kerja perusahaan. d. Perishability jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Apabila diperhatikan batasan dan karakteristik yang diutarakan diatas, ternyata dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut. Dengan demikian lembaga pendidikan merupakan termasuk dalam katagori sebagai lembaga pemberi jasa para konsumen, dalam hal ini siswa dan orang tua siswa. Mereka inilah yang berhak memberikan penilaian bermutu tidaknya keluaran (output) suatu lembaga pendidikan. 2.2.2. Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan Pemasaran jasa memerlukan lebih dari sekedar pemasaran eksternal tradisional yang menggunakan 4P tapi juga membutuhkan pemasaran internal dan pemasaran interaktif. Pemasaran Internal (internal marketing) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh universitas untuk melatih dan memotivasi para dosen dan 19 karyawannya agar melayani mahasiswa dengan baik. Pemasaran eksternal (external marketing), adalah pekerjaan yang dilakukan Universitas untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa kepada mahasiswa. Pemasaran interaktif (interactive marketing) adalah keahlian dalam melayani konsumen. Kotler & Armstrong13 menyatakan bahwa “internal marketing means that the sevice firm must orient and motivate its customer-contact employees and supporting sevice people to work as team to provide customer satisfaction.” Tujuan yang hendak dicapai dari pemasaran internal ini adalah memberikan kepuasan dan motivasi kepada para dosen dan karyawan universitas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi mahasiswa. Intercative marketing means that service quality depend heavily on the quality of the buyer-seller interaction during the service encounter. Dalam hal ini dosen maupun para karyawan sebagai bagian dari proses penyajian jasa berkewajiban untuk memenuhi janji yang telah ditetapkan oleh universitas kepada mahasiswa. Oleh karena itu, sikap, kemampuan, dan integritas dosen dan karyawan akan mempengaruhi keberhasilan menjalin relasi antara universitas, dosen, karyawan dan mahasiswa. Kesadaran pentingnya pemasaran interaktif ini dilandasi bahwa dalam jasa, peranan manusia (dosen, karyawan dan mahasiswa) sangat dominan dalam menentukan kualitas jasa. Bauran pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Bauran pemasaran jasa merupakan 13 Philip Kotler dan Gery Armstrong. Principles of Marketing. 2012 hal 241 20 unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran yang efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bauran pemasaran jasa menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler14 dibagi menjadi 2: a. Traditional Marketing Mix terdiri atas 4Ps yaitu: Product, Place, Promotion, and Price. Elemen-elemen ini muncul sebagai variabel keputusan inti dalam konsep pemasaran dan marketing mix. Area kunci keputusan strategi untuk 4P dapat kita lihat melalui tabel 2.1. Pengelolaan yang cermat dari produk, tempat, promosi, dan harga penting dalam menentukan keberhasilan pemasaran jasa. b. Expanded Mix for Services terdiri dari 3P merupakan tambahan seperti yang dapat dilihat pada table 2.1. 1) Orang atau partisipan (People) adalah semua prilaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli termasuk yang dalam elemen ini adalah personal perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. 2) Sarana fisik (Physical Evidence) merupakan suatu hal yang secara nyata turut memepengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain, lingkungan fisik yang 14 Valerie A Zaithaml, Mary Jo Bitner dan Dwayne D Gremler. Services Marketing, 6th editon. 2013 hal. 25‐26. 21 meliputi bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan pelayanan. 3) Proses (Process) adalah semua prosedur actual, mekanisme, dan aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Tabel 2.1 Expended Marketing Mix for Services Product Place Promotion Price Physical good features Quality level Accessories Packaging Warranties Product lines branding Channel type Exposure Intermediaries Outlet lovations Transportation Storage Managing channelss Promotion blend Salespeople Selection Training Incentives Advertising Media types Types of ads Sales promotion Publicity Internet/Web strategy Flexibility Price level Terms Differentiation Discounts Allowances People Employees Recruiting Training Motivativation Rewards Teamwork Customers Education Training Physical Evidence Facility design Equipment Signage Employee dress Web pages Other tangibles Reports Business cards Statements Guarantees Process Flow of activities Standardized Customizes Number of steps Simple Complex Customer involvement Sumber: Zeithaml, Bitner & Gremler (2013,25) Jasa biasanya diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan maka pelanggan tentu hadir saat proses jasa tersebut dilakukan, interaksi secara langsung dengan petugas jasanya dan secara nyata menjadi bagian dari proses produksi jasa tersebut. Karena jasa tidak terlihat (intangible), konsumen akan mencari hal-hal nyata 22 (tangible) yang dapat membantu mereka semakin mengerti akan konsep jasa yang ditawarkan. 2.3. Perilaku Konsumen Tujuan dari komunikasi pemasaran adalah perubahan perilaku konsumen dimana konsumen melakukan perubahan perilaku (behavior) yang diakibatkan oleh pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).15 Melakukan pembelian atau tidak membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Model perilaku konsumen ditandai adanya interaksi pemasar dengan konsumen. Komponen pusat yaitu pembuatan konsumen yang terdiri dari proses merasakan dan mengevaluasi informasi produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada akhirnya memutuskan produk apa yang akan dibeli. Dalam buku Mowen dan Minor16 mengutip pernyataan Theodore Levit, konsep pemasaran (marketing concept) mewujudkan: “pandangan bahwa industry merupakan sebuah proses yang memuaskan konsumen, bukan proses memproduksi barang. Sebuah industri dimulai dari konsumen dan kebutuhannya, bukan dari hak paten, bahan baku, atau menjual keterampilan.” Setelah kita memehami bahwa sebuah organisasi hanya dapat muncul selama organisasi itu memenuhi pertukaran kebutuhan dan keinginan rekanan (seperti, konsumen), studi perilaku konsumen akan menjadi bagian yang penting dalam melakukan bisnis. 15 16 John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal. 5 John C.Mowen dan M. Minor. Perilaku Konsumen Jilid 1, edisi kelima (terjemahan). 2002 hal. 6 23 Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.17 Menurut Kotler dan Keller dialih bahasakan Benyamin Molan memberikan pengertian mengenai perilaku konsumen sebagai berikut: “Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan mendisposisikan barang atau jasa, gagasan atau pengalaman yang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.”18 Pengertian perilaku konsumen (consumer behavior) adalah studi dari individu, kelompok, atau organisasi dan proses yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, menempatkan produk, pelayanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kemauan dan dampak dari proses ini kepada konsumen dan masyarakat.19 Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan dikembangkan. Berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi keputusan dalam tahap pembelian. Kegiatan pemasaran perusahaan dapat berhasil bila perusahaan mengetahui dan memahami factor-faktor yang dapat memepengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Menurut Schiffman dan kanuk,20 factor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2: 17 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 23 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 12. 2007 hal. 213 19 Hawkins, dkk. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy, 10th Edition. 2007 hal. 6 20 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483‐484 18 24 Tabel. 2.2 A Model of Consumer Decision Making External Influences Marketing efforts • Products Input • Promotions • price • Distributio nchannels Socio-cultural Environment • Family • informal sources • Other non-commercial sources • social class • Culture and sub-cultures Consumer Decision Making • Need Recognition Process • Prepurchase Search • Evaluation of Psychology • Motivation • Perception • Learning • Personality • Attitudes Alternatives Experience Postdecision Behavior Output Purchase • Trial • Repeat Purchase Postpurchase Evaluation Sumber: Schiffman & kanuk (2010, 483) 25 Penjelasan Tabel 2.2: a. Faktor eksternal (External Influences), tahap ini mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk yang terdiri dari dua sumber informasi utama: a. Upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (Firm’s Marketing effort) yang mengambil strategi marketing mix21 diantaranya: 1. The Product (Produk), yaitu, fitur, desain, merek, dan kemasan sebuah barang atau jasa yang ditawarkan, bersama dengan imbalan pasca pembelian seperti kebijakan jaminan dan pengembalian. 2. The Price (Harga), (daftar harga, termasuk diskon, tunjangan, dan metode pembayaran). 3. The Place (Tempat), (distribusi produk atau jasa melalui toko dan nonstore outlets). 4. Promotion (Promosi), (iklan, promosi penjualan, public relation, dan personal selling untuk membangun kesadaran dan permintaan barang atau jasa). b. Pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (Sociocultural Environment) diantaranya: 21 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 28. 26 1. Keluarga Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang saling berpengaruh. Menurut Schiffman dan Kanuk22 keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan dengan ikatan darah, perkawinan atau ikatan adopsi dan tinggal bersama. Ada tiga tipe keluarga diantaranya, nunclear family terdiri dari suami, istri dan anak satu atau lebih; extended family terdiri nunclear family ditambah dengan kakek dan nenek yang tinggal dalam satu rumah; single parent family keluarga yang telah berpisah dengan pasangannya didalam rumah terdiri dari satu orang tua setidaknya dengan satu anak. 2. Kelompok acuan Kelompok acuan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan atau rujukan bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau khusus, atau pedoman khusu bagi perilaku.23 Belch dan Belch,24 merumuskan bahwa “reference group is a group whose presumed perspectives or values are being used by an individual as the basis for his or her judgments, opinions, and actions.” Kelompok acuan adalah kelompok yang memberikan pendapat 22 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 318‐320. L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 7th edition. 2008 hal. 292. 24 George E. Belch & Michael A. Belch. Advertising and Promotion: An Integrated. Marketing Communication Perspective, 7th edition. 2007 hal. 128. 23 27 dan penilaian yang menajadi saran bagi individu dalam mengambil keputusan, opini, dan tindakan. 3. Sumber informasi nonkomersial Sumber informasi nonkomersial adalah informasi tentang suatu produk yang tidak ditujukan untuk secara langsung dapat mempengaruhi konsumen tentang suatu produk. 4. Kelas sosial Kelas sosial adalah pembagian anggota masyarakat ke dalam hirarki kelas status yang berbeda, sehingga anggota dari setiap kelas memiliki status yang relatif sama dan anggota dari kelas yang lain memiliki status yang lebih tinggi atau lebih rendah.25 5. Kebudayaan dan sub-budaya. Kebudayaan sebagai keseluruhan dari apa yang diyakini, nilainilai dan adat istiadat yang berfungsi mengarahkan perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu.26 Sub-budaya merupakan kelompok budaya yang sudah ada sebagai segmen masyarakat yang teridentifikasi lebih besar, lebih kompleks. b. Faktor Internal atau psikologi konsumen adalah factor yang berasal dari dalam diri individu yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap proses pengambilan keputusan individu. Pengaruh yang dimaksud adalah berkaitan dengan penilaian individu terhadap 25 26 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 338 Ibid. Hal. 366 28 alternative-alternatif yang tersedia yang mengarahkan seseorang untuk mengambil keputusan pembelian suatu barang. Faktor psikologis tersebut terdiri dari: 1. Motivation (Motivasi) Motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang membuat mereka untuk bertindak.27 2. Perception (Persepsi) Persepsi merupakan proses dimana seorang individu menyeleksi, mengatur, dan manafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Dapat dijelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia yang terdapat disekeliling kita.”28 3. Learning (Pembelajaran) Pembelajaran sebagai proses dimana individu menyangkut pembelian (purchase), memperoleh pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) yang kemudian akan terlihat pada perilakunya pada masa yang akan datang.29 4. Personality (Kepribadian) Kepribadian dapat didefinisikan sebagai karakteristik psikologis batin dimana menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang merespon lingkungannya.30 Dalam hal ini gaya hidup termasuk 27 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 106 Ibid. Hal. 175 29 Ibid. Hal. 210 30 Ibid. Hal. 136 28 29 didalamnya, pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. 31 5. Attitude (Sikap) Sikap adalah predisposisi yang dipelajari untuk memiliki secara konsisten cara menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap objek tertentu.32 2.3.1 Motivasi Motivasi menurut Schiffman dan Kanuk33 merupakan kekuatan pendorong yang dihasilkan oleh keadaan tegang, yang ada sebagai akibat dari kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tidak sadar berusaha untuk mengurangi ketegangannya dengan cara memenuhi kebutuhan mereka yang belum terpenuhi. Tujuan specifik yang ingin dicapai konsumen dan program tindakan yang mereka ambil untuk mencapai tujuan ini dipilih berdasarkan karakteristik kepribadian, persepsi, pembelajaran dan pengalaman sebelumnya dan sikap mereka. Gambar 2.3 memperlihatkan model proses motivasi. 31 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 167 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 246 33 Ibid. Hal. 106‐107 32 30 Personality Percetion Learning Attitudes Unfulfilled Needs, Wants, and Desiers Tension Drive Behavior Goals or Need Fulfillment Tension Reduction Sumber: Schiffman & Kanuk (2010,107) Gambar 2.3 Model of the Motivation Process Berdasarkan model proses motivasi diketahui bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan, keinginan dan hasrat yang belum terpenuhi kemudian untuk mengurangi rasa ketegangannya itu mucul suatu dorongan dalam diri individu baik secara sadar maupun tidak sadar untuk bertindak guna memunuhi kebutuhan atau mencapai tujuannya didasari personality, persepsi, pembelajaran dan sikap dari masing-masing individu dengan demikian terjadi pengurangan keteganan. Maka dapat disimpulkan bahwa proses motivasi yang muncul dari dalam diri individu itu dipengaruhi oleh kebutuhannya yang belum terpenuhi dan hal tersebut memicu para individu untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. David McClelland34 dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan 34 S.P. Robbins. Psikologi organisasi, edisi 8. Jakarta: Prenhallindo. 2001 hal. 173 31 situasi serta peluang yang tersedia. McClelland menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”: 1. Motivasi untuk berprestasi (n-Ach) Dorongan untuk menjadi yang terbaik, untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan untuk berjuang demi kesuksesan. 2. Motivasi untuk berkuasa (n-Pow) Motivasi untuk membuat orang-orang lain berprilaku dengan cara-cara yang kita kehendaki, tidak ada atau sedikit kemungkinan mereka dapat berperilaku lain. 3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-Affil) Keinginan untuk memiliki hubungan-hubungan persahabatan atau hubungan-hubungan antar manusia secara dekat. Beberapa orang selalu memiliki dorongan kuat untuk berhasil, terus berjuang untuk keberhasilan pribadinya daripada mengharapkan penghargaan untuk keberhasilannya itu. Mereka mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu secara lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Dorongan ini disebut kebutuhan akan prestasi. Individu dengan motivasi pencapaian tinggi lebih menyukai situasi-situasi yang memiliki tanggung jawab pribadi, umpan balik dan resiko tingkat menengah. Mereka menghindari apa yang mereka anggap sebagai tugas yang sangat mudah atau sangat sulit. Mereka lebih menyukai tugas-tugas dengan tingkat kesulitan menengah. 32 Motivasi akan kekuasaan adalah keinginan untuk memiliki dampak, pengaruh dan kontrol terhadap orang-orang lain. Orang-orang dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi selalu menikmati tugas-tugas untuk mempengaruhi orang-orang lain, lebih menyukai ditempatkan dalam situasi kompetitif, berorientasi status dan cenderung lebih memperlihatkan prestige dan pengaruh terhadap orang-orang lain daripada hasil kerja yang efektif. kebutuhan akan kelompok pertemanan merupakan keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Orang-orang dengan kebutuhan akan pertemanan yang tinggi selalu berjuang untuk persahabatan, lebih menyukai situasi-situasi yang kooperatif daripada yang kompetitif serta keinginan untuk memiliki hubunganhubungan yang penuh, saling pengertian dan saling menguntungkan. Menurut Mowen dan Minor35 terdapat lima dimensi penggerak motivasi, dimensi tersebut adalah: 1. Rangsangan, baik dari dalam maupun luar konsumen untuk mengubah suasana dan selanjutnya karena terjadinya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan actual maka akan menimbulkan kebutuhan. 2. Pengenalan kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan ekspresif yaitu keinginan untuk memenuhi persyaratan sosial dan estetika dalam rangka pemeliharaan konsep diri seseorang dan kebutuhan utilitarian yaitu keinginan untuk emneyelesaikan masalah yang mendasar. 35 John C.Mowen dan M. Minor. Perilaku Konsumen Jilid 1, edisi kelima (terjemahan). 2002 hal. 206‐207 33 3. Dorongan, yaitu factor yang membentuk keadaan afektif (emosi dan psikologis lainnya) yang mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang. 4. Perilaku berdasarkan tujuan, merupakan tindakan seseorang yang dilakukan untuk meringankan keadaan atau kebutuhan (proses kesadaran konsumen). 5. Insentif konsumen misalnya produk, jasa, informasi, dan bahkan orang lain yang diperkirakan konsumen akan memuaskan kebutuhan. 2.3.2. Gaya Hidup Tidak hanya motivasi tapi pengaruh internal atau psikologi lain yang turut mempengaruhi keputusan pembelian yang menarik penulis adalah gaya hidup. Gaya hidup menurut Kotler36 adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions).”37 Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri 36 37 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 167 Assael, H. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action, 2nd edition. Hal. 252 34 sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Mowen dan Minor,38 gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Jushermi39 menulis dalam jurnalnya faktorfaktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Psikografik (Psychographic) menurut Kotler adalah ilmu tentang pengukuran dan pengelompokkan gaya hidup konsumen.40 Sedangkan psikografik menurut Sumarwan adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar.41 Psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologis konsumen (psyco). Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinions), yaitu pengukuran kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat 38 Mowen, John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Hal 282 Jushermi. 2013. Analiss Segmentasi Gaya Hidup pada Mahasiswa Jurusan Manajemen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Riau, jurnal ekonomi vol. 21. hal. 4 40 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 225‐226 41 Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Hal 58 39 35 konsumen.42 Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya, seperti yang dinyatakan oleh Kotler bahwa psikografik senantiasa menjadi metodologi yang valid dan bernilai bagi banyak pemasar.43 Solomon dalam Sumarwan44 menjelaskan studi psikografik dalam beberapa bentuk seperti diuraikan berikut: 1. Profil gaya hidup (a lifestyle profile), yang menganalisis beberapa karakteristik yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai suatu produk atau jasa. 2. Profil produk spesifik (a product-specific profile) mengidentifikasi kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut berdasarkan dimensi produk yang relevan. 3. Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang menjelaskan, menganalisis kaitan beberapa variabel dengan kepribadian ciri, misalnya kepribadian ciri yang mana yang sangat terkait dengan konsumen yang sangat memperhatikan masalah lingkungan. 4. Segmentasi gaya hidup (a general lifestyle segmentation), membuat pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya. 5. Segmentasi produk spesifik, adalah studi yang mengelompokkan konsumen berdasarkan kesamaan produk atau jasa yang dikonsumsinya. 42 Listyorini, Sari. 2012. Analisis Faktor‐Faktor Gaya Hidup dan Pengaruhnya Terhadap Pembelian Rumah Sehat Sederhana, Jurnal Administrasi Bisnis Vol. I Nomor 1. 43 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 226 44 Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta. Hal 59 36 Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok gaya hidup konsumen. Sebuah gaya hidup biasanya juga mencerminkan sikap individu, nilai-nilai atau pandangan dunia. Oleh karena itu, gaya hidup adalah sarana untuk menempa suatu kesadaran diri untuk menciptakan budaya dan simbol-simbol yang beresonansi dengan identitas pribadi. Dimana pada akhirnya konsumen akan melakukan suatu keputusan pembelian sesuai dengan apa yang telah menempanya dan mempengaruhinya. 2.4 Keputusan Pembelian Pengambilan keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti45. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta subjek harus membuat prediksi dan memilih salah satu diantara dua pilihan. Menurut Setiadi46 pengambilan keputusan juga dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah salah satu pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. 45 46 Suharnan. Psikologi kognitif. 2005 hal. 23 N.J. Setiadi. Perilaku Konsumen. 2008 hal. 415 37 Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk47 menyatakan bahwa keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memlih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternarif perilaku yang sesuai dari dua alternarif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan. Adapun tahap-tahap pengambilan keputusan konsumen menurut Schiffman dan kanuk48 yang dapat dilihat dalam Model Keputusan Konsumen yaitu” a. Pencarian kebutuhan (need recognition) terjadi ketika seseorang berhadapan dengan masalah. Contoh Lydia seorang lulusan SMU melamar disebuah perusahaan asing yang memberikan peluang bagi orang-orang untuk berkarir di tempat mereka. Setelah selesai melalui beberapa test psikotes dan lulus giliran menuju tahap terakhir yaitu interview dengan keputusan akhirnya perusahaan tidak dapat menerima dia saat ini dan menganjurkannya untuk mengambil kuliah sebagai sebuah pertimbangan dan syarat dari posisi yang dilamarnya. Hal ini membuat Lidya berpikir ternyata 47 LG Schiffman dan Lesley I Kanuk . Consumer Behavior Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 478 48 LG Schiffman dan Lesley I Kanuk . Consumer Behavior Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483‐488 38 untuk dapat diterima diperusahaan dengan posisi yang di inginkan membutuhkan sebuah peningkatan kualitas diri yaitu melalui akademik ke tingkat perguruan tinggi. b. Pencarian sebelum membeli (purchase search) Pencarian pra pembelian dimulai ketika konsumen merasakan kebutuhan yang mungkin dipenuhi oleh pembelian dan konsumsi produk. Ingatan pengalaman masa lalu (diambil dari penyimpanan memori jangka panjang) mungkin memberikan konsumen informasi yang cukup untuk membuat pilihan. c. Evaluasi alternatif (evaluation of alternatives) Proses pengambilan keputusan berhubungan dengan Experience, dan bidang psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan tingkah laku). Ketika mengevaluasi alternatif potensial, konsumen cenderung menggunakan dua jenis informasi: pertama, “daftar” merek dari yang mereka renacanakan sebagai pilihan mereka dan kedua kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi setiap merek. Membuat pilihan dari semua sampel brand merupakan karakter manusia dalam membantu menyederhanakan proses pengambilan keputusan. d. Keputusan pembelian terkait erat dengan dua aktivitas keputusan: pertama perilaku pembelian, dimana konsumen membuat tiga jenis pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian berulang, dan pembelian komitmen jangka panjang. Kedua evaluasi pasca 39 pembelian sebagai konsumen menggunakan produk, terutama selama pembelian percobaan mereka memperjelas apa yang menjadi harapan mereka. Ada tiga kemungkinan dari evaluasi tersebut: 1. Sebenarnya kecocokan harapan, mengarah pada perasaan netral; 2. Melebihi harapan, menyebabkan apa yang disebut sebagai harapan diskonfirmasi positif; 3. Dibawah harapan atau ekspektasi, menyebabkan harapan diskonfirmasi negative dan ketidakpuasan. Apa yang digambarkan oleh Schiffman & Kanuk mengenai keputusan pembelian tidak jauh berbeda dengan tahapan-tahapan pengambilan keputusan Kotler & keller seperti pada gambar 2.4 berikut ini. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Membeli Perilaku sesudah membeli Sumber: Kotler & Keller, 2011 Gambar 2.4 Tahap-tahap Keputusan Pembelian Kotler dan Keller49 menjelaskan dalam melaksanakan suatu proses pengambilan keputusan pembelian, biasanya konsumen akan melalui beberapa tahap yaitu: tahap pengenalan, kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam Ginting dan Sianturi50 pada jurnal yang berjudul pengambilan keputusan pembelian ditinjau dari gaya hidup value minded meliputi 5 tahapan, yaitu: 49 50 Philip Kotler Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 14. 2011 hal. 166 Jaya E.D.Ginting dan B.O. Sianturi Pengambilan keputusan membeli ditinjau dari gaya hidup value‐minded. Jurnal Psikologia Vol. 1.Medan. 2005 40 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebgai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dnegan keadaan sebenarnya yang akan membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. 2. Pencarian Informasi Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Informasi tersebut dapat berupa: 3. Sumber pribadi seperti opini dan Sikap dari teman, kenalan dan keluarga, Sumber bebas seperti kelompok Konsumen dan badan pemerintah Sumber pemasaran seperti karyawan Penjualan dan iklan Sumber pengalaman langsung seperti mencoba langsung jasa Evaluasi Alternatif Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan. 41 4. Pembelian Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih. 5. Konsumsi Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian. Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan jasa. 2.5 Hipotesis Penelitian ini menyelidiki keputusan menjadi mahasiswa yang merupakan variabel dependen. Adapun variabel independennya adalah pengaruh motivasi dan gaya hidup. Berdasarkan uraian teori motivasi, dan gaya hidup dengan keputusan pembelian, maka dapat disusun hipotesa penelitian sebagai berikut: Hipotesa Utama untuk menjawab tujuan penelitian, sebagai berikut: H1 : Ada pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Ho : Tidak ada pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Untuk menjawab Hipotesa utama tersebut maka dibagi kembali menjadi beberapa variabel, sbb: a. Ha : Ada pengaruh antara motivasi terhadap keputusan menjadi mahasiswa . 42 Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap keputusan menjadi mahasiswa. b. Ha : Ada pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Ho : Tidak ada pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. c. Ha : Ada pengaruh antara motivasi terhadap gaya hidup. Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap gaya hidup. Gambar 2.5 Pengaruh Motivasi dan Gaya Hidup terhadap Keputusan Manjadi Mahasiswa MOTIVASI KEPUTUSAN MENJADI MAHASISWA GAYA HIDUP Sumber: Pengolahan data primer, 2015