BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan dan hasil data di lapangan yang dilakukan oleh Penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat kesadaran pelaku usaha spa bayi yang berada di wilayah Indonesia untuk mendaftarkan Mereknya masih rendah sekali. Hal ini dapat dilihat dari responden dalam penelitian ini 55% atau 6 dari jumlah 11 pelaku usaha spa bayi yang ada di Indonesia belum mendaftarkan usaha spa bayinya tersebut di Dirjen HKI, 27% atau 3 dari 11 pelaku usaha spa bayi sedang dalam proses pendaftaran di Dirjen HKI dan hanya 18% atau hanya 2 dari 11 pelaku usaha spa bayi yang telah terdaftar dan telah mendapatkan sertifikat merek. sedangkan 6 (enam) pelaku usaha spa bayi belum melakukan pendaftaran mereknya dikarenakan masih kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendaftaran merek di Dirjen HKI, para pengusaha spa bayi tidak memahami bahwa Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena publik sering mengkaitkan suatu imej, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek tertentu. Disamping itu para pengusaha spa bayi tidak tahu bahwa sebuah merek suatu perusahaan seringkali lebih bernilai 95 dibandingkan dengan asset riil perusahaan tersebut. Telah diketahui bahwa merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. Beberapa pengusaha spa bayi yang peka terhadap nilai suatu merek, akan sepenuhnya menyadari bahwa merek menjadi identitas diri dari usahanya dan menjadi addedvalue dalam menjual jasa pelayanan didalamnya. Merek bukan hanya sekedar nama, istilah, tanda, ataupun simbol saja, tetapi bisa lebih dari itu, merek merupakan sebuah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan gambaran, semangat dan pelayanan pada konsumen yang datang. 2. Potensi Permasalahan hukum yang akan timbul bagi pelaku usaha spa bayi yang belum mau atau sadar untuk mendaftarkan usahanya sebagaimana diketahui bahwa hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar. Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan pemerintah kepada pemilik merek, untuk menggunakan merek tersebut atau menggunakannya kepada orang lain (pasal 3). Berbeda dengan hak cipta, mereka harus didaftarkan terlebih dahulu di dalam Daftar Umum Merek (pasal 3 UU no. 15 tahun 2001). Karena merupakan hak khusus, maka pihak lain tidak dapat menggunakan merek terdaftar tanpa ijin pemiliknya. Orang yang berminat menggunakan merek orang lain harus terlebih dahulu 96 mengadakan perjanjian lisensi dan mendaftarkannya ke Kantor Dirjen HKI. Apabila tanpa melakukan perjanjian lisensi, tetapi langsung membuat merek yang sama pada pokoknya atau pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang lain dan digunakan pada barang atau jasa yang sama tanpa pendaftaran merek, hal ini merupakan pelanggaran Hak. Sangat jelas sekali potensi permasalahan yang akan timbul bagi pelaku usaha yang belum mendaftrakan merek usahanya akan tidak mendapatkan perlindungan hukum dan bisa saja kompetitor dari usaha tersebut meniru bentuk logo maupun nama brand usaha spa bayi tersebut. Pada prinsipnya merek tidak terdaftar tidak akan mendapatkan perlindungan hukum menurut Undang-undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek. Penggunaan merek orang lain tanpa hak dapat termasuk perbuatan melawan hukum 1365 KUHPerdata dan dapat juga termasuk perbuatan pidana. Jika pelanggaran hak itu semata-mata terhadap hak yang telah dicantumkan oleh UUM 2001, maka gugatannya dapat dikatagorikan sebagai peristiwa perbuatan melawan hukum (onrechtsmatige daad), (vide pasal 1365 KUHPerdata), tetapi jika pelanggaran itu menyangkut perjanjian lisensi, dimana para pihak dalam perjanjian itu tidak memenuhi isi perjanjian itu baik seluruhannya atau sebagin, maka gugatannya dapat dikatagorikan sebagai gugatan dalam peristiwa wanprestasi (vide pasal 1234 KUHPerdata) 97 3. Cara mengtasi permasalahan yang dihadapi pelaku spa bayi agar mendapatkan perlindungan atas merek usahanya yaitu dengan segera melakukan pendaftaran merek di Dirjen HKI, dimana proses pendaftarannya dapat dilakukan sendiri ataupun memberikan kuasa kepada konsultan HKI terdaftar yang ada di wilayah Indonesia. Pendaftaran merek dalam hal ini adalah memberikan status bahwa pendaftar dianggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang membuktikan sebaliknya. Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa hak merek diperoleh melaui prosedur pendaftaran dan ha katas merek tercipta karena pendaftaran dan bukan karena pemakaian. Merek terdaftran mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan berlaku sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan. Atas permohonan pemilik merek, jangka waktu perlindungan merek terdaftar dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu yang sama. Perlindungan hukum merek yang diberikan baik kepada merek asing ataupun lokal, terkenal ataupun tidak terkenal hanya diberikan kepada merek yang terdaftar. Untuk itu setiap pemilik merek pelaku usaha spa bayi diharapkan segera mendaftarkan mereknya ke Dirjen HKI agar memperoleh perlindungan hukum terhadap mereknya. Perlindungan hukum berdasarkan sisten first to file principle yaitu diberikan kepada pemegang hak merek terdaftar yang “beritikad baik” bersifat preventif maupun represif. Perlindungan hukum preventif 98 dilakukan melalui pendaftaran merek, dan perlindungan hukum represif diberikan jika terjadi pelanggaran merek melalui gugatan perdata maupun tuntutan pidana dengan mengurangi kemungkinan penyelesaian alternatif diluar pengadilan. B. Saran Berdasarkan dari beberapa kesimpulan tersebut dan sehubungan dengan Merek Jasa sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan perusahaan, dalam hal ini khususnya untuk membangun brand image dalam persaingan bisnis dan perdagangan sektor riil, maka penulis ingin memberikan beberapa saran penting, antara lain. 1. Perlu adanya sosialisasi tentang Merek terhadap para pelaku usaha spa bayi yang berada diwilayah Indonesia, karena penting sekali melakukan pendaftaran sebuah merek, dimana merek merupakan identitas dari perusahaan yang dimilikinya dan dengan melakukan pendaftaran merek tersebut di Dirjen HKI, sehingga akan mendapatkan perlindungan hukum dan merek nya terhindar dari orang-orang yang berusaha untuk meniru atau menjiplak brand dari pelaku usaha spa bayi tersebut. 2. Perlu adanya edukasi bagi pelaku usaha spa bayi bagaimana proses pendaftaran merek di Direktort Jenderal Hak kekayaan intelektual baik berupa workshop ataupun seminar, karena pelaku usaha spa bayi di suatu 99 kota bisa sampai 10 pelaku usaha spa bayi, dengan berbagai macan label mereknya, tetapi lebih banyak ditemukan nama mereknya tersebut miripmirip dan hampir sama persamaan bunyinya, hal ini dikarenakan ketidak tahuan dari pelaku usaha spa bayi tersebut. 3. Perlunya dihimbau bagi Notaris, agar memberikan penjelasan kepada pelaku usaha spa bayi yang datang kepada para notaris untuk keperluan pembuatan akte badan hukum atas usahanya tersebut agar mengatakan jenis penelusuran nama untuk keperluan didalam akte notaris dan penelusuran (searching) dalam merek adalah berbeda kepentingan dan fungsinya. Hal ini dikarenakan sering sekali jawaban dari para pengusaha spa bayi tersebut mengatakan sudah dilakukan searching oleh notaris dan nama brand tersebut belum ada yang memakai. Paadahal seperti diketahui proses searching yang dilakukan oleh notaris hanya untuk keperluan untuk pembuatan akte pendirian badan hukum saja, bukan untuk proses pendaftaran merek. 100