Pelaporan Organisasi Nirlaba 14042015

advertisement
AKUNTANSI & PELAPORAN
ORGANISASI NIRLABA & SEKTOR PUBLIK
1
Agenda
1.
Karakteristik Entitas Nirlaba
2.
Perkembangan Standar & IPSAS
3.
PSAK 45
4.
Pelaporan Organisasi Nirlaba
5.
Diskusi dan Permasalahan
2
Akuntabilitas dan Transparansi - Public Sector
• Stakeholder dan masyarakat memerlukan informasi mengenai suatu
entitas / organisasi publik untuk mengetahui bagaimana pengelola
melaksanakan tugasnya menuju tujuan organisasi dan bagaimana
sumber daya dikelola.
• Organisasi sektor publik memiliki tujuan berbeda dibandingkan
dengan organsisasi privat sehingga diperlukan informasi yang
berbeda.
• Untuk menyusun informasi apa yang disampaikan perlu adanya
standar sehingga terjadi kontrak kesepakatan antara penyusun,
pemakai, pemeriksa dalam menyusun dan memahami informasi
tersebut.
• Tujuan dari organisasi sektor publik, besarnya akuntabilitas, ukuran,
sumber daya yang dikelola akan banyak mempengaruhi informasi
apa yang disajikan dan standar apa yang akan digunakan untuk
menyusun informasi tersebut.
ENTITAS SEKTOR PUBLIK
• Entitas sektor publik dapat dikategorikan menjadi dua:
– Pemerintahan
– Non pemerintahan – organisasi nirlaba
• Organisasi nirlaba berupa organisasi kemasyarakatan, yayasan atau
organisasi non pemerintah lainnya termasuk organisasi
internasional.
• Keunikan dari entitas sektor publik terletak pada tujuan dan
kepemilikan.
• Untuk aktivitas organisasinya, mungkin ada beberapa yang sama
antara organisasi publik dan privat misalnya sekolah, rumah sakit.
• IPSAS = International Publik Sector Accounting Standard merupakan
standar internasional yang mengatur standar akuntansi untuk
sektor publik termasuk pemerintahan.
Karakteristik Nirlaba
Tujuan entitas
nirlaba – bukan
laba pencapaian
program
Prioritas tujuan
pelaporan
keuangan
(akuntabilitas vs.
decision usefulness)
Karakteristik unik
• pengguna LK
entitas
• tidak ada
kepemilikan,
kontribusi
Kebutuhan accounting
framework and practice
yang berbeda
5
Entitas Nirlaba
Entitas nirlaba merupakan entitas yang tidak berorientasi pada
laba
namun
tetap
memiliki
kewajiban
untuk
mempertanggungjawabkan pemanfaatan sumber daya yang
dikelolanya kepada penyandang dana dan society. Salah satu
media pertanggunggjawabannya adalah Laporan Keuangan
Standar
Acuan
Entitas
Nirlaba
PSAK 45
Pelaporan
Keuangan
Entitas
Nirlaba
+
SAK UMUM
atau
+
SAK ETAP
Standar
untuk entitas
komersial
6
Standar Akuntansi Nirlaba
Organisasi
Nirlaba
IPSAS
Sering diidentikkan dengan organisasi
pemerintah atau organisasi sektor publik.
Contoh: Rumah Sakit & Universitas
Di Indonesia, standar akuntansinya
mengacu pada PSAK 45 + SAK ETAP atau
PSAK 45 + PSAK
Relatif sedikit
diterapkan untuk
organisasi nirlaba
Banyak diadopsi
dalam PSAP
Praktik Akuntabilitas Organisasi Nirlaba di Indonesia
Ormas yang
menerima dana
hibah wajib
menyusun laporan
keuangan sesuai
SAK
Tidak ada
keharusan
menyusun LK,
kecuali menerima
hibah 500jt dan
tot aset bukan
hibah 20milyar
Entitas
Nirlaba
Swasta
Tidak membayar
pajak atas surplus
yang diperoleh
untuk yayasan
pendidikan;
pendapatan bukan
obyek pajak
Menyajikan
laporan keuangan
dengan dorongan
stakeholder
kepentingan
donatur
Entitas
Nirlaba
Pemerintah
 BLU – PP menyatakan SAK yang
berlaku umum dalam praktik
(PMK) menggunakan SAK dan
SAP
pertanggung-jawaban
anggaran
 OJK – khusus  BPJS – SAK Umum khusus
 LPS – khusus
 BPIH & Parpol – tidak
menyebutkan standar mana
yang digunakan namun harus
menyusun laporan keuangan
8
Standar Akuntansi Nirlaba – Beberapa Negara
No
Negara
Afrika Selatan
1
Standar
IFRS atau IFRS for SME
Penjelasan / Referensi
Menggunakan IFRS dan IFRS for SME secara penuh, tanpa penjelasan
2
Amerika Serikat
Standar lokal (bagian dari US GAAP)
3
Australia
Standar lokal – AAS (IFRS-Based)
Reporting dan Kontribusi diatur khusus, namun masih menjadi bagian
US GAAP
AAS - mengacu pada IFRS reduced form – public
4
Belanda
5
Brasil
Mengacu ke standar lokal + Guideline for
Annual Reporting 640 : NPO
Resolução CFC N.º 1.409/12
Mengacu pada local standar dilengkapi dengan pedoman laporan
tahunan
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
6
Cina
Standar stand alone
7
Filipina
8
9
Hong Kong
India
Private Non-Profit Organization Accounting
System
Standar lokal – PFRS (IFRS-Based atau IFRS
for SME-Based)
Standar lokal / HFRS (IFRS-Based)
Technical Guide on Accounting of NPO
10
Inggris
Standard of Recommended Practice (SORP) Pedoman akuntansi untuk masing-masing jenis entitas
11
Jerman
Standar lokal
Tidak ada penjelasan standar khusus
12
Kanada
Accounting Standard for NPO atau IFRS
13
14
Malaysia
Pakistan
Standar local
Guideline for Accounting NGOs/NPOs
Standar khusus hanya menjelaskan hal khusus, hal umum mengacu
standar umum
Standar lokal
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
15
Rusia
Regulation on Accounting (PBU 1/2008)
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
16
Selandia Baru
PBE Standard (IPSAS-Based)
Standar khusus berbasis IPSAS berlaku mulai 2015
17
Singapura
Standar lokal atau standar khusus charity
18
Thailand
Standar lokal (IFRS-Based) atau Charities
Accounting Standar
TNPAE
Standar lokal
Standar lokal
Pedoman khusus mengacu pada standar lokal
Standar lokal untuk entitas non publik
9
Penerapan Standar Akuntansi Nirlaba
 Standar nirlaba memiliki pelaporan yang berbeda
Pendekatan yang berbeda untuk standar akuntansi nirlaba
Standar khusus
(untuk transaksi
tertentu)
Pedoman
akuntansi
Standar khusus/ Pedoman Akuntansi:
• Penyajian laporan keuangan
• Kontribusi
standar standalone untuk
organisasi tertentu
Tidak memerlukan
standar khusus
untuk pelaporan
yang berbeda
• Pelaporan dimodifikasi tidak
sama persis
• Tidak seragam antara satu
entitas dengan entitas lain
10
Dana atau Aset Bersih Entitas Nirlaba
• Tidak terikat
Dana dapat digunakan untuk keperluan entitas nirlaba tanpa
dibatasi oleh peraturan yang mengikat. Entitas lebih leluasa untuk
melakukan pengeluaran bagi jenis kontribusi ini.
• Terikat sementara
Kontribusi yang masuk dalam terikat sementara disebabkan oleh
tujuan yang terbatas untuk periode tertentu. Beberapa lembaga
menggunakan batasan waktu hingga 5 tahun sebelum ditarik atau
dialihkan ke jenis tidak terikat (Ruppel, 2007).
• Terikat permanen
Karakteristik jenis ini mengharuskan entitas nirlaba untuk
mengalokasikan ke jenis aset tertentu, menjaga secara permanen
dan membolehkan mengambil manfaat darinya, contohnya adalah
wakaf. Hasil dari investasinya dapat diklasifikasikan sebagai tidak
terikat atau terikat sementara.
11
INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR
ACCOUNTING STANDARD
12
IPSASB
• Tujuan
– Meningkatkan manajemen keuangan
– Meningkatkan akuntabilitas dan transparannsi
• Melalui
– Pelaporan keuangan dan non keuangan untuk pemerintah
dan organisasi yang terkait dengan pemerintah
• Mendukung:
– Kegiatan benchmarking pelaporan keuangan
– Penelitian dan pendidikan
– Kegiatan sharing knowledge antara auditor, stakeholder
13
Produk IPSASB
• International Public Sector Accounting Standards
(IPSASs)
• International Public Sector Guidelines
• International Public Sector Studies
• Occasional Papers
14
Accrual based IPSASB
• IPSAS didasarkan pada IFRS disesuaikan dengan sektor
publik
• Diusahakan untuk mempertahankan keaslian IFRS
• Ditambahkan beberapa standar baru yang relevan untuk
sektor publik
– Revenue from exchange transaction
– Revenue from non exchange transaction
• Implementasi IPSAS bersifat sukarela (voluntary)
• Menggunakan IPSAS Cash didorong untuk mengungkapkan
informasi akrual.
• IPSAS menyarankan untuk menggunakan akrual IPSAS.
15
IPSAS
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Introduction to the International Public Sector Accounting Standards
IPSAS 1 — Presentation of Financial Statements
IPSAS 2 — Cash Flow Statements
IPSAS 3 — Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
IPSAS 4 — The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
IPSAS 5 — Borrowing Costs
IPSAS 6 — Consolidated and Separate Financial Statements
IPSAS 7 — Investments in Associates
IPSAS 8 — Interests in Joint Ventures
IPSAS 9 — Revenue from Exchange Transactions
IPSAS 10— Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IPSAS 11— Construction Contracts
IPSAS 12— Inventories
IPSAS 13— Leases
IPSAS 14— Events After the Reporting Date
IPSAS 15— Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16
IPSAS
•
•
•
•
•
•
•
IPSAS 16— Investment Property
IPSAS 17—Property, Plant, and Equipment
IPSAS 18— Segment Reporting
IPSAS 19— Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
IPSAS 20— Related Party Disclosures
IPSAS 21— Impairment of Non-Cash-Generating Assets
IPSAS 22— Disclosure of Information about the General Government
Sector
• IPSAS 23— Revenue from Non-Exchange Transactions
(Taxes and Transfers)
• IPSAS 24—Presentation of Budget Information in Financial Statements
• IPSAS 25—Employee Benefits
17
IPSAS
•
•
•
•
•
•
•
IPSAS 26—Impairment of Cash-Generating Assets
IPSAS 27—Agriculture
IPSAS 28—Financial Instruments: Presentation
IPSAS 29—Financial Instruments: Recognition and Measurement
IPSAS 30—Financial Instruments: Disclosures
IPSAS 31—Intangible Assets
Introduction to the International Public Sector Accounting Standard under
the Cash Basis of Accounting Cash Basis IPSAS—Financial Reporting Under
the Cash Basis of Accounting
• Glossary of Defined Terms in IPSAS 1 to IPSAS 31
• Guideline 2—Applicability of International Standards on Auditing to Audits
of Financial Statements of Government Business Enterprises
18
ORGANISASI NIRLABA
PSAK 45
19
Standar Akuntansi Nirlaba PSAK 45
Hanya mengatur
jenis-jenis laporan
keuangan dan
ilustrasi masingmasing laporan
Dikembangkan
dengan
mengadoposi pada
SFAS 117
PSAK
45
Contoh penerapannya
adalah pada akuntansi
Rumah Sakit & Universitas
yang berbentuk BLU
•
•
PSAK 45 dan PSAK untuk
Organisasi nirlaba dengan
akuntabilitas publik signifikan
PSAK 45 dan SAK ETAP untuk
Organisasi Nirlaba dengan
akuntabilitas publiknya tidak
signifikan
Harus diterapkan
bersamaan dengan
PSAK atau SAK ETAP
Dapat diterapkan pada
unit organisasi
pemerintah jika regulasi
membolehkan.
PSAK 45 Organisasi Nir Laba
• Mengatur pelaporan organisasi nir laba
• Pengaturan untuk pengakuan, penyajian dan pengungkapan
mengikuti standar yang lain.
• Internasional  IPSAS / International Public Sector
Accounting Standards.
• Tujuan:
– untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba.
– Laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
21
Nir Laba – PSAK 45
• Perbedaan  cara organisasi memperoleh sumber daya
• Organisasi nirlaba  memperoleh sumber daya dari sumbangan
anggota dan penyumbang yang tidak mengharapkan imbalan
• Ada organisasi yang mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa.
• Laporan keuangan memberikan gambara mengenai kinerja
keuangan  menyajikan terpisah aktiva terikat dan tidak terikat.
• Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya
mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para
penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus
kas.
Lingkup PSAK 45
• Laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba yang memenuhi
karakteristik :
– Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang
sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
– Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
jika entitas nirlaba menghasilkan laba tidak dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas nirlaba.
– Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis, kepemilikan
dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual atau mencerminkan proporsi
pembagian sumber daya saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.
 Dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis
lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Lingkup PSAK 45
– Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis,
dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak
dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.
 Dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unitunit sejenis lainnya sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerapan PSAK 45
• Pernyataan ini menetapkan informasi dasar
tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan
entitas nirlaba.
• Pengaturan yang tidak diatur dalam Pernyataan ini
mengacu pada SAK, atau SAK ETAP untuk entitas
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan.
Definisi
• Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya
yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut
dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk
menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
• Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh
penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan
sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya
keadaan tertentu.
• Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat
bersifat permanen atau temporer.
• Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
Tujuan Laporan keuangan
• Tujuan utama  menyediakan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota entitas
nirlaba, kreditor, dan pihak lain yang menyediakan sumber
daya bagi entitas nirlaba.
• Untuk menyajikan informasi mengenai:
– Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi.
– Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai
dan sifat aktiva bersih.
– Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya.
– Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas,
memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang
berpengaruh pada likuiditasnya.
– Usaha jasa suatu organisasi.
Laporan Keuangan Entitas Nirlaba
• Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir
periuode laporan
• Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
• Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
• Catatan atas laporan keuangan.
Laporan Posisi Keuangan
• Tujuan  untuk menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, serta
aset neto dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur
tersebut pada waktu tertentu.
• Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama
pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat
membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihakpihak lain untuk menilai:
– kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan
dan
– likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
• Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan
menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto.
Informasi Likuiditas
• menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas, dan liabilitas
berdasarkan tanggal jatuh tempo;
• mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan
liabilitas ke dalam jangka pendek dan jangka panjang;
• mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat
jatuh temponya liabilitas, termasuk pembatasan penggunaan
aset, pada catatan atas laporan keuangan.
30
Klasifikasi Aset Neto
• Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing
kelompok aset neto berdasarkan ada atau tidaknya
pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara
permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
• Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan
permanen atau temporer diungkapkan dengan cara
menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau
dalam catatan atas laporan keuangan.
31
Tujuan Laporan Aktivitas
• Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai :
– pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva
bersih,
– hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain,
– bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa,
• Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat
membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak
lainnya untuk:
– mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
– menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan
jasa,
– menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Laporan Aktivitas
• Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan
dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu
periode.
• Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin
pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi
keuangan.
• Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih
terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam
suatu periode.
• Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban
secara bruto, kecuali diatur berbeda oleh SAK lain atau SAK
ETAP.
Klasifikasi
• Laporan aktivitas menyajikan:
– pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat
– beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat.
• Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak
terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, bergantung
pada ada tidaknya pembatasan. Sumbangan terikat yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama,
dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat  disajikan
secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
• Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang
diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai
penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.
Informasi Pemberian Jasa
• Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus
menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi
fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan
aktivitas pendukung.
• Dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai beban
menurut sifatnya.
• Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan
barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau
anggota dalam rangka mencapai tujuan atau misi entitas nirlaba.
• Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang
dilaksanakan melalui berbagai program utama.
35
Laporan Arus Kas
• Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
• Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan
tambahan berikut ini:
– Aktivitas pendanaan:
• penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang.
• penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi
(endowment).
• bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka
panjang.
– Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan
nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.
Laporan Posisi
Keuangan
Laporan
Aktivitas
Bentuk A
Laporan
Aktivitas
Bentuk A
Laporan Aktivitas Bentuk B
Laporan Aktivitas Bentuk B
Laporan
Pendapatan
dan Beban dan
Perubahan
Aset Neto
Tidak Terikat
Bentuk C
Laporan
Pendapatan
dan Beban dan
Perubahan
Aset Neto
Tidak Terikat
Bentuk C
Laporan Perubahan Aset Neto
Bentuk C alternatif
Laporan Arus
Kas
Metode
Langsung
Laporan Arus
Kas
Metode
Langsung
Laporan Arus
Kas
Metode
Tidak
Langsung
Laporan Arus
Kas
Metode
Tidak
Langsung
ILUSTRASI
PELAPORAN ORGANISASI NIRLABA
49
Bentuk-Bentuk Organisasi Nirlaba
• Organisasi nirlaba
– Yayasan
– Lembaga Swadaya Masyarakat
– Organisasi masa dan politik
• Instansi Pemerintah atau bagian dari instansi pemerintah.
• Lembaga independen non pemerintah: Otoritas Jasa
Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, Badan Penyelenggara Ibadah
Haji
• Badan Layanan Umum dan BLU Daerah  rumah sakit,
universitas
50
Organisasi Nirlaba
• Organisasi nirlaba menggunakan PSAK atau SAK ETAP dengan
pelaporan menggunakan PSAK 45.
• Organisasi nirlaba dengan akuntabilitas publik signifikan
menggunakan PSAK, jika akuntabilitas publik tidak signifikan
menggunakan SAK ETAP.
• Walaupun menggunakan PSAK karena kompleksitas transaksi dan
akunnya relatif sederhana  tidak ada masalah
• Karakteristik bentuk organisasi ini karena tidak ada kekayaan yang
dimiliki organisasi sehingga ekuitasnya berupa aset bersih.
• Untuk pemisahan dana terikat dan tidak terikat bukan keharusan
tergantung dari karakteristik organisasinya.
• Beberapa organisasi tertentu memiliki pengaturan baku dari
regulator misalnya: organisasi partai politik  memiliki ketentuan
untuk pelaporan dana kampanye.
51
Pelaporan Yayasan
• Menurut Undang-Undang (UU) No 16 tahun 2001 tentang Yayasan,
yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
• Walaupun memiliki pembina, pengurus, dan pengawas, namun ketiganya
tidak bertindak sebagai pemilik sehingga tidak boleh ada pembagian hasil
usaha kegiatan kepada ketiga pihak tersebut.
• Pengurus yayasan memiliki kewajiban untuk menyusun laporan secara
tertulis yang memuat sekurang-kurangnya laporan keadaan dan kegiatan
yayasan dan laporan keuangan.
• Laporan keuangan terdiri atas Laporan Posisi Keuangan pada akhir
periode, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Laporan
Keuangan.
52
Pelaporan Yayasan
•
•
•
•
•
•
Yayasan yang wajib diaudit menurut UU No. 28 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No. 16 tahun 2001 adalah yayasan yang menerima bantuan negara,
luar negeri, atau pihak lain sebesar lebih dari 500 juta atau memiliki aset di
luar harta wakaf lebih dari 20 milyar.
Yayasan tersebut harus menyusun laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku dan ikhtisar laporan tersebut harus diumumkan dalam
surat kabar.
Hasil audit disampaikan kepada pembina yayasan dan ditembuskan kepada
menteri dan instansi terkait.
Undang-Undang Pajak Penghasilan menempatkan yayasan sebagai salah satu
bentuk badan yang merupakan subjek pajak.
Atas surplus yayasan dikenakan pajak penghasilan.
Namun, khusus untuk yayasan pendidikan, jika hasil usaha digunakan untuk
melakukan investasi, maka surplus tersebut tidak dikenakan pajak. Untuk
tujuan ini yayasan wajib menyampaikan surat pemberitahuan pajak, walaupun
dalam satu tahun pajak mungkin tidak ada pajak yang dibayarkan.
53
Akuntansi Yayasan
• Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 dalam pelaporan dan SAK ETAP atau
PSAK tergantung akuntabilitasnya.
• Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas yayasan sehinggaa ekuitas
yayasan disebut aset bersih.
• Aset bersih dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat temporer dan
tidak terikat.
• Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi keuangan (neraca),
laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
• Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto karena semua
tidak terikat maka dapat disajikan hanya aset neto.
• Pencatatan mengikuti jenis usaha yayasan.
54
Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS)
•
•
•
•
•
•
•
•
Organisasi kemasyarakatan (Ormas) merupakan entitas nirlaba.
Menurut UU 17 tahun 2013, Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Ormas dapat berbentuk badan hukum atau berbasis keanggotaan.
Jika berbadan hukum dapat berbentuk yayasan dan perkumpulan.
Ormas dalam Anggaran Dasar (AD) dan/atau Anggaran Rumah Tangga (ART) wajib
mengatur pengelolaan keuangan organisasi. Keuangan ormas dapat bersumber dari
iuran anggota, sumbangan masyarakat, hasil usaha ormas, bantuan atau sumbangan
asing, kegiatan lain yang sah menurut hukum dan APBN/APBD.
Keuangan Ormas harus dikelola secara transparan dan akuntabel. Untuk pelaksanaan
keuangan, ormas menggunakan rekening pada bank nasional.
Ormas wajib membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan standar
akuntansi secara umum dan sesuai dengan AD dan/atau ART.
Dalam hal ormas menghimpun dan mengelola bantuan atau sumbangan masyarakat
wajib mengumumkan laporan keuangan kepada publik secara berkala.
55
Akuntansi Ormas
• Mengikuti ketentuan dalam PSAK 45 dalam pelaporan dan SAK ETAP atau
PSAK tergantung akuntabilitasnya.
• Pengurus dan anggota tidak berhak atas ekuitas ORMAS sehinggaa ekuitas
ORMAS disebut aset bersih.
• Aset neto dikategorikan aset neto tidak terikat, terikat temporer dan tidak
terikat.
• Laporan keuangan: laporan aktivitas, laporan posisi keuangan (neraca),
laporan perubahan aset neto, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.
• Jika dalam yayasan tersebut tidak ada pemisahan aset neto karena semua
tidak terikat maka dapat disajikan hanya aset neto.
• Pencatatan mengikuti jenis usaha ORMAS.
• Terdapat penggunaan hasil usaha yang dimiliki
56
AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM
57
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68-69:




BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak
dipisahkan.
Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri
Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri teknis yang
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.
Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan pembinaan teknis
dilakukan oleh satuan perangkat pemerintah daerah yang
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68-69:
• Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja BLU disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan
kinerja kementerian negara/Lembaga/pemerintah daerah.
• Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam RKA
kementerian negara /lembaga/pemerintah daerah.
• Pendapatan yang diperoleh BLU merupakan pendapatan negara/daerah.
• Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU yang
bersangkutan.
Pengertian
• Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,
yang pengelolaan keuangannya diselenggarakan sesuai dengan
peraturan pemerintah terkait.
(Sesuai dengan PP No. 23 tahun 2005)
Kaidah Manajemen Keuangan Negara
• ORIENTASI PADA HASIL
(Performance Based)
• PROFESIONALITAS
(Let the Managers Manage)
• AKUNTABILITAS & TRANSPARANSI
(Accountability & Transparency)
Jenis BLU
• BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi
rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran,
dan lain-lain;
• BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan
meliputi otorita pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi
terpadu (Kapet); dan
• BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi
pengelola dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan
tabungan pegawai.
Mengapa BLU
• Peningkatan Pelayanan Publik dengan
mewiraswastakan Pemerintah UU 17/2003
• Unit pemerintah yang tugas pokok memberikan
pelayanan dapat menerapkan pola pengelolaan
keuangan yang fleksible UU 1/2004
• Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dengan
penerapan praktek bisnis yang sehat
• Pengamanan Aset Negara yang dikelola.
Tujuan BLU
 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas
 Penerapan praktek bisnis yang sehat.
Psl 2 PP 23/2005
Karakteristik BLU
1.
Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan
negara yang dipisahkan)
2.
Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/ sebagian dijual
kepada publik
3.
Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba)
4.
Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas a la korporasi
5.
Rencana kerja/anggaran dan pertanggung jawaban
dikonsolidasikan pada instansi induk
6.
Pendapatan & sumbangan dpt digunakan langsung
7.
Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS
8.
Bukan sebagai subyek pajak
Persyaratan BLU
• Menyelenggarakan tugas pokok
dan fungsi utama yang
berhubungan dengan:
• menyediakan barang dan/atau
jasa untuk layanan umum;
• Mengelola wilayah/kawasan
tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian
masyarakat atau untuk layanan
umum; dan/atau
• Mengelola dana khusus dalam
rangka meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan kepada
masyarakat
• Bidang layanan umum yang
diselenggarakan bersifat
operasional yang menghasilkan
semi barang/jasa publik (quasi
public goods);
• Dalam melakukan kegiatannya
tidak mengutamakan pencarian
keuntungan.
Persyaratan substantif BLU,
fungsi dasar pelayanan publik
• kinerja pelayanan
layak dikelola dan
ditingkatkan
pencapaiannya
melalui BLU
sebagaimana
direkomendasikan
menteri/pimpinan
lembaga;
• kinerja keuangan
satker yang
bersangkutan sehat
sebagaimana
ditunjukkan dalam
dokumen usulan
penetapan BLU.
Persyaratan teknis
BLU diatur oleh
Kementerian/Lemb
aga teknis
• Persyaratan administratif
digunakan oleh Kementerian
Keuangan untuk menentukan
suatu unit pemerintah dapat
diberikan status Kandidat BLU
atau BLU  Penuh atau
Bertahap.
• pernyataan kesanggupan
untuk meningkatkan kinerja
pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat;
• pola tata kelola;
• rencana strategis bisnis ;
• laporan keuangan pokok;
• standar pelayanan minimum;
dan
• laporan audit terakhir (bila
telah diaudit) atau membuat
pernyataan bersedia diaudit
secara independen.
Persyaratan
keuangan/administratif diatur
oleh Menteri Keuangan
Penetapan BLU
Instansi/
calon BLU
Menteri Teknis/
Pimpinan Lembaga
Persyaratan
substantif
tidak
Tidak diusulkan
usulan
usulan
ya
memenuhi
Menteri Keuangan
Usulkan
BLU
Teliti
Persyaratan
teknis
ya
Usulkan
diteruskan
penuh
Teliti
Persyaratan
administrasi
tidak
Tdk
diusulkan
Penetapan
BLU Penuh
ya
sebagian
tidak
Penetapan
BLU bertahap
Tdk
disetujui
Pencabutan BLU
Perbandingan BLU & Satker lain
Perbandingan BLU & BUMN
URAIAN
BLU
(PP 23 th 2005)
Satker Biasa
BUMN
(UU 19/2003)
Anggaran


Bagian dari RKA K/L
RKA


Bagian dari RKA K/L
RBA
Bukan merupakan RKA K/L
Rencana Kerja Perusahaan
Pelaksanaan
Anggaran








DiPA
Penarikan dana dengan SPM
Pendapatan disetor ke Kas Negara
Tidak boleh mengelola kas
Pengadaan brg/jasa keppres 80
Tidak boleh mengelola utang
Penyerahan jasa/barang dengan kas
Tidak boleh melakukan investasi
jangka pendek dan jangka panjang





DiPA
Penarikan dana dengan SPM
Pendapatan digunakan lgs
Boleh mengelola kas
Pengadaan brg/jasa dari
pendapatan boleh tidak
mengikuti Keppres 80
Boleh mengelola utang
Penyerahan jasa/barang
dengan kredit (piutang)
Boleh melakukan investasi
jangka pendek dan jangka
panjang
Pelaksanaan Anggaran sesuai
dengan aturan perusahaan yang
berpedoman pada praktek bisnis
yang sehat



•
Kinerja pelayanan kepada masyarakat

Kontribusi kepada
Pemerintah
Remunerasi
•
Sesuai dengan sistem penggajian PNS

Kinerja pelayanan kepada
masyarakat
Mengurangi tekanan APBN
• Berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan
profesionalisme
Bagian laba BUMN/dividen yang
disetor ke pemerintah
Berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan
profesionalisme
Perbandingan BLU & BUMN
URAIAN
Akuntansi dan
Pertanggungjawaban
BLU
(PP 23 th 2005)
Satker Biasa
 Akuntansi sesuai dengan
 Akuntansi sesuai dengan
SAP
 LK merupakan bagian LK
kementerian/lembaga
SAK
 LK merupakan bagian LK
kementerian/lembaga
BUMN
(UU 19/2003)
 Akuntansi sesuai dengan SAK
 LK merupakan bukan bagian
LK kementerian/lembaga
•
•
Pembinaan
Pengawasan/
Pemeriksaan
Menteri/Pimpinan
Lembaga ybs
 Pembina Teknis adalah
Menteri/ Pimpinan
Lembaga ybs
 Pembina Keuangan
adalah Menteri Keuangan
 Pengawas internal (APIP)
 Pengawas eksternal (BPK)




 SAP
 SAK konversi SAP untuk
SPI
APIP
Pengawas eksternal
Dewas
Konsolidasi
Standar Akuntansi
Pembina adalah Menteri
Negara BUMN
 SPI
 Pengawas eksternal
 Dewan Komisaris
•
SAK
Perencanaan dan Anggaran
BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu ke Renstra
KL/ RPJMD
BLU menyusun RBA tiap tahun berbasis kinerja, perhitungan
akuntansi biaya
RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
pendapatan disertai dengan standar pelayanan minimum dan
biaya dari output yang dihasilkan.
RBA BLU merupakan bagian dari RKA KL/RKA SKPD
Dokumen Pelaksanaan dan Anggaran
RBA yang disetujui
sebagai dasar untuk
membuat dokumen
pelaksanaan anggaran.
Dokumen pelaksanaan
anggaran disahkan oleh
Menteri
Keuangan/pejabat
pengelolaan keuangan
daerah
Dokumen pelaksanaan
anggaran merupakan
lampiran dari perjanjian
kerja antara pimpinan
BLU dengan
kementerian/kepala
daerah
Dokumen pelaksanaan
anggaran menjadi dasar
penarikan dana dari
APBN/APBD
Sumber Pendapatan
Penarikan dana dgn SPM
Alokasi APBN
Imbalan Jasa BLU
PNBP
K/L
Hasil Kerjasama
Dgn Pihak Lain
Hibah Terikat
Dapat dikelola
langsung sesuai RAB
Sesuai persyaratan
pemberi hibah
Belanja
Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan ambang batas
yang ditetapkan dalam RBA
Jika melampaui ambang batas hrs mendapat persetujuan
Menkeu/kepala daerah
Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan ke
Menkeu/kepala daerah
Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa di
kementerian/lembaga/pemerintah daerah
Pengesahan SPM dan SP2D
PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BELANJA BLU YANG SUMBER
DANANYA BERASAL DARI PENDAPATAN BLU
DISAHKAN PALING SEDIKITNYA SETIAP TRIWULAN UNTUK
SELURUH PENDAPATAN DAN BELANJANYA KEPADA KPPN
SIFAT SPM PENGESAHAN BLU TIDAK NIHIL
MENGGUNAKAN MATA ANGGARAN YANG SESUAI DENGAN
PERDIRJEN PERBENDAHARAAN NO.67/PB/2007
SELISIH ANTARA PENDAPATAN BLU DENGAN BELANJANYA
DIAKUI SEBAGAI KAS DIBLU (DANA LANCAR BLU)
Pengelolaan Kas Investasi
Pengelolaan
kas
berdasarkan
praktek
bisinis yang
sehat
Penarikan
dana
APBN
dengan
SPM
Rekening
bank BLU
dibuka di
bank
umum
oleh
pimpinan
BLU
BLU dapat
melakukan
investasi
jangka pendek
dalam rangka
cash
management.
BLU tidak
dapat
melakukan
investasi
jangka
panjang
kecuali atas
ijin Menkeu/
kepala
daerah.
Keuntungan
dari
investasi
pendapatan
BLU.
Pengeloaan Piutang dan Utang
• BLU dapat memberikan piutang terkait dengan
kegiatannya.
• Piutang dikelola sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat
• Piutang dapat dihapus secara berjenjang sesuai
dengan kewenangan.
• Kewenangan penghapusan piutang diatur oleh
Menkeu/kepala daerah
PIUTANG
• BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan
kegiatan operasionalnya/perikatan peminjaman
dengan pihak lain
• Utang dikelola sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat
• Utang jangka pendek untuk belanja operasional
• Utang jangka panjang untuk belanja modal
• Perikatan peminjaman sesuai dengan jenjang
kewenangan yang diatur oleh Menkeu/kepala
daerah
• Pembayaran utang merupakan tanggungjawab
BLU
UTANG
Pengelolaan Barang
Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan ekonomis sesuai dengan
praktek bisnis yang sehatdapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari
ketentuan yang berlaku bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi
Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang berdasarkan nilai yang
diatur oleh Menkeu/kepala daerah.
Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU dan dilaporkan
secara berkala kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah.
BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset tetap kecuali ijin pejabat
yang berwenang.
Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara berjenjang berdasarkan
nilai dan jenis barang yang sesuai dengan peraturan perundangan.
Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD
Tanah dan bangunan disertifikat atas nama Pemerintah RI
Pengelolaan Aset BLU
Tanah Dan Bangunan Disertifikasi Atas Nama
Pemerintah RI/Pemerintah Daerah
Aset BlU Dicatat Dan Dilaporkan Sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan
Blu Sepanjang Belum Memiliki Sistem
Pencatatan Aset Dapat Menggunakan
Simakbmn dengan Melakukan Penyusutan
Nilai Aset Tetap Dalam Konsolidasi Neraca K/L
Dibukukan Sebesar Nilai Yang Telah Dilakukan
Penyusutan Dan Amortisasi
Pengelolaan Aset BLU
Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Barang Milik Negara Wajib
Menyajikan Laporan Pertanggungjawaban Berupa Laporan Barang Pengguna
Semester/Tahunan
BMN Yang Dikelola Oleh BLU Merupakan Bagian Dari BMN Kementerian
Negara/Lembaga Yang Akan Dikonsolidasikan Menjadi BMN Kementerian
Negara/Lembaga
Satuan Kerja BLU Dapat Menggunakan SABMN Dalam Menyusun Laporan
Pertanggungjawaban BMN Satker BLU
Barang Inventaris BLU Dapat Dialihkan Dan/Atau Dihapuskan Kepada Pihak Lain
Dengan Cara Dijual, Dipertukarkan, Dihibahkan Berdasarkan Pertimbangan
Ekonomis Dan Dilaporkan Secara Berkala Kepada K/L
BLU Tidak Dapat Mengalihkan/Menghapuskan Aset Tetap Kecuali Atas
Persetujuan Pejabat Yang Berwenang
Penerimaan Hasil Penjualan Barang Inventaris/Aset Tetap Merupakan Pendapatan
BLU
Surplus dan Defisit
• Surplus anggaran dapat digunakan untuk TA berikutnya.
• Surplus dapat disetor sebagian/seluruhnya ke Kas
Negara atas perintah Menkeu/kepala daerah dengan
mempertimbangkan likuiditas BLU
• Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya
dalam TA berikutnya kepada Menkeu melalui
menteri/pimpinan lembaga
82
Standar Akuntansi
PMK76/PMK.05/2013
(1) BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai
dengan jenis industrinya.
(2) DALAM HAL TIDAK TERDAPAT STANDAR AKUNTANSI
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) , BLU DAPAT
MENGEMBANGKAN STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI YANG
SPESIFIK DENGAN MENGACU PADA PEDOMAN AKUNTANSI
BLU SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
(3) Standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan menteri/pimpinan lembaga setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan
PSAP dan PSAK
PSAP
PSAK
Pernyataan Standar yang digunakan mengatur
tatacara Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU
dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga
Pernyataan Standar yang digunakan untuk menyusun
Laporan Keuangan BLU (PSAK 45) yang selanjutnya
disesuaikan dengan bidang Industri
PSAP (PP 71/2010 lampiran 1) dan PSAK
URAIAN
SAP
SAK
PERLAKUAN DALAM LK K/L
PENDAPATAN LO
Basis Akrual
Basis Akrual
Disajikan dalam LO
Beban
Basis Akrual
Basis Akrual
Disajikan dalam LO
PENDAPATAN LRA
Basis Kas
Basis Akrual
Disajikan dalam LRA
Belanja
Basis Kas
Basis Akrual
Disajikan dalam LRA
PENYUSUTAN DAN
AMORTISASI
Diakui
Diakui dan
diterapkan
Masuk dalam Neraca K/L mulai
2014
ASET
Akrual
Akrual
Dibukukan dalam LK K/L
sebelum disusutkan (harga
perolehan)
LAPORAN
LRA
NERACA
LO
Prbhn. Ekuitas
CaLK
Perubahan SAL
LO
NERACA
LAK
CaLK
Konversi kecuali Neraca, dan
LAK tidak dikonsolidasikan
dalam LK K/L
Posisi LK BLU dalam LKPP
Transaksi
Keuangan
Konsolidasian
Pertanggungjawaban
Standar
Akuntansi
SAP
Standar
Akuntansi
LRA
Neraca
CaLK
LO
Neraca
LAK
CaLK
SAK
LK – K/L
PP No.23
Konsolidasi
Lampiran
UU No. 1/2004
PP No.8
Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK
Neraca;
Laporan Arus Kas;
Catatan Atas Laporan Keuanga;
dan disertai
Laporan Kinerja
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Realisasi
Anggaran/Laporan Operasional;
Rekonsiliasi
BLU melakukan rekonsiliasi atas
pendapatan dan belanja dengan kppn tiap
triwulan
Penyampaian Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan disampaikan secara berjenjang kepada
menteri/pimpinan lembaga kepada menteri keuangan c.q Direktur Jenderal
Perbendaharaan setiap triwulan, semester, dan tahun
2. Laporan triwulan terdiri dari LRA/LO, LAK, CALK dan laporan kinerja
3. Laporan semesteran, tahunan LRA/LO, LAK, neraca, CALK dan laporan
kinerja
4. Penyampaian laporan keuangan :
•
Triwulanan paling lambat tgl 15 setelah triwulan berakhir
•
Semesteran palin lambat tgl 10 setelah semester berakhir
•
Tahuan paling lambat tgl 20 setelah tahun berakhir
•
Apabila tgl tersebut hari libur paling lambat disampaikan hari kerja
berikutnya
Akuntansi dan Pelaporan BLU - 1
Laporan Keuangan unit BLU dikonsolidasikan dan
menjadi lampiran LK BLU
Laporan Keuangan tersebut disampaikan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah paling
lambat 1 bulan setelah periode pelaporan berakhir
LK BLU dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan K/L
dan dilakukan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan
LK dan Lapoaran Kinerja BLU merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam LK dan Kinerja K/L.
Akuntansi dan Pelaporan BLU - 2
BLU menyelenggaran akuntansi sesuai dengan SAK yang
diterbitkan asosiasi profesi akuntansi Indonesia.
Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan
Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK
disertai laporan kinerja.
Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah secara berkala
LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/
lembaga/pemerintah daerah.
LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh auditor eksternal.
Akuntansi dan Pelaporan BLU
LAP. KEU
BLU
Lampiran/
Dikonsolidasikan
LAP. KEU
K/L
Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan menjadi lampiran
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
(PASAL 2 PERDIRJEN 67/PB/2007)
BLU selaku pengelola kekayaan negara yang tidak dipisahkan adalah entitas akuntansi dan wajib
menyusun laporan keuangan yang disusun berdasarkan Stándar Akuntansi Pemerintahan.
(PASAL 3 PERDIRJEN 67/PB/2007)
Laporan Keuangan BLU – Konsolidasi KL
• Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Laporan Keuangan kementerian
negara/lembaga
• Dalam rangka konsolidasi LK BLU dengan LK kementerian
lembaga BLU menyampaikan laporan sesuai SAP setiap
Semester dan tahunan
• Laporan tersebut adalah LRA, Neraca, Calk dilampiri LK sesuai
SAK/standar akuntansi industri spesifik
• Tata cara konsolodasi sesuai pedirjen Perbendaharaan
Konversi
Neraca
Kas,Piutang,Persediaan,
AT, Investasi, Utang
Depresiasi, Bad Debt, Tax
Aktiva Bersih
Akrual
Kas (Operasional)
SPM
Pengesahan
COA – PMK 91
Neraca
Kas,Piutang,Persediaan,
AT, Investasi, Utang
Depresiasi, Bad Debt, Tax
Aktiva Bersih
Memo
Penyesuaian
KPPN
COA - BLU
Pendapatan - Belanja
Penyampaian
Kas
(Operasional )
KONVERSI
Standar Akuntansi Keuangan
Akrual
Standar Akuntansi Pemerintah
Pendapatan - Belanja
Sistem Akuntansi BLU
Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan laporan
Keuangan Berdasarkan SAK
Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan Laporan
keuangan untuk tujuan Konsolidasi
Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan ADK yang
dapat digunakan untuk proses penggabungan di Eselon I
maupun untuk Rekonsiliasi dengan KPPN
Sistem Akuntansi yang digunakan diserahkan
sepenuhnya kepada BLU
Sistem Akuntansi BLU
Sistem Akuntansi Keuangan, yang menghasilkan Laporan
Keuangan Pokok untuk keperluan akuntabilitas,
manajemen, dan transparansi;
Sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan
Laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset
tetap
Sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya
satuan (unit cost) per unit layana, pertanggungjawaban
kinerja ataupun informasi lain yantu kepentingan
manajerial
Sistem Akuntansi BLU
Sistem Akuntansi BLU
Estimasi
Pendapatan
APBN
MP
PAGU
Belanja
DIPA-APBN
KL (PA)
LRA
SPM
BLU/KPA
Aplikasi
DIPA-PEND
OPR
NERACA
SPM/SP2D
PENGESAHAN
SPM/SP2D
Rekening Oprasional BLU
SPM Pengesahan
Pengel
Pot
Belanja
Penerimaan
KPPN
Mapping
SAP
LRA PA
LRA
BELANJA
LAK
LRA
NERACA
Pelaporan BLU
Dit. APK
LK
Ringkasan,Face
UAPA
Ringkasan,Face
LK
Keterangan
SAK
SAP
Ringkasan
UAPPA-E1
LK
KPPN
Ringkasan,Face
LK
LK
BLU
LK
Dit. PPKBLU
Standar Akuntansi BLU
• BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh
asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya.
• Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat
mengembangkan standar akuntansi industri yang spesifik dengan
mengacu pada pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini.
• Standar akuntansi industri spesifik ditetapkan menteri/pimpinan
lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.
•
Sistem Akuntansi BLU
•
•
•
Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.
Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari tanggal 1
Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Sistem Akuntansi BLU terdiri dari:



•
•
•
•
sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok untuk keperluan
akuntabilitas, manajemen, dan transparansi;
sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan manajemen
aset tetap; dan
sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit cost) per unit layanan,
pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial.
BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang berguna untuk
kepentingan
BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dan ditetapkan oleh
menteri/pimpinan lembaga.
Sistem Akuntansi Keuangan BLU
Dirancang untuk menyajikan : informasi posisi keuangan blu,
informasi kemampuan blu untuk memperoleh sumberdaya
ekonomi dan beban dlm satu periode, informasi sumber dan
penggunaan dana, informasi pelaksaan anggaran, informasi
ketaatan peraturan per uu
Lap keu BLU menghasilkan Laporan Keuangan sesuai
dengan SAK
Karakteristik : basis akrual, pembukuan berpasangan,
berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai
praktek bisnis yang sehat
Untuk integrasi dengan Lap Keu K/L BLU mengembangkan sub
sistem akuntansi sesuai SAP
Sistem Akuntansi Aset BLU
Sistem Akuntansi Aset Tetap minimal mampu
menghasilkan : informasi jenis,kuantitas, nilai
mutasi, kondisi aset tetap milik blu dan bukan
milik blu yang ada di dalam penguasaan BLU
BLU dapat menggunakan sistem akuntasi BMN
yang ditetapkan Kemenkeu
Sistem Akuntansi BLU
•
Sistem akuntansi keuangan BLU paling sedikit menyajikan:
–
–
–
–
–
•
•
Sistem akuntansi keuangan BLU menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan
SAK/standar akuntansi industri spesifik BLU.
Sistem akuntansi keuangan BLU memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:
–
–
–
•
•
•
informasi posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu;
informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban yang terjadi selama
suatu periode;
informasi sumber dan penggunaan dana selama suatu periode;
informasi pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu; dan
informasi ketaatan pada peraturan perundang-undangan
basis akuntansi pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual;
sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan; dan
sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai praktek
bisnis yang sehat.
Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan
kementerian negara/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan
yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai SAP.
Sistem Akuntansi Biaya BLU
Sistem akuntansi biaya BLU paling sedikit
mampu menghasilkan:
• informasi tentang harga pokok produksi;
• informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit
layanan; dan
• informasi tentang analisis varian (perbedaan antara
biaya standar dan biaya sesungguhnya).
Sistem akuntansi biaya menghasilkan
informasi yang berguna dalam:
• perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional
BLU;
• pengambilan keputusan oleh Pimpinan BLU; dan
• perhitungan tarif layanan BLU.
Sistem Akuntansi Biaya BLU
Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan
dan kegiatan pelayanannya, BLU menyusun dan menyajikan:
• Laporan Keuangan; dan
• Laporan Kinerja.
Laporan Keuangan paling sedikit terdiri dari:
•
•
•
•
Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;
Neraca;
Laporan Arus Kas; dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Reviu dan Audit Audit
Laporan Keuangan BLU sebelum disampaikan kepada entitas
pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern.
Dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu
dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian
negara/lembaga.
Reviu dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan
anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan BLU.
Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
PEDOMAN UMUM
AKUNTANSI & PELAPORAN
KEUANGAN BLU (PMK 76/PMK.06/2008))
PEDOMAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN
BAB II AKUNTANSI BLU
BAB III LAPORAN KEUANGAN
BAB IV AKUNTANSI PENDAPATAN
BAB V AKUNTANSI BIAYA
BAB VI AKUNTANSI ASET
BAB VII AKUNTANSI KEWAJIBAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Berdasarkan PP No. perlu menetapkan suatu pedoman akuntansi BLU sebagai
pedoman pengembangan standar akuntansi di bidang industri spesifik dan/atau
pedoman pengembangan sistem akuntansi Badan Layanan Umum (BLU).
Tujuan Pedoman Akuntansi BLU bertujuan untuk:
• Acuan dalam pengembangan standar akuntansi BLU dalam hal belum terdapat
standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia yang dapat diterapkan oleh BLU.
• Acuan dalam pengembangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan BLU
sesuai dengan jenis industrinya.
Ruang Lingkup
• Pedoman ini menjelaskan gambaran umum, jenis dan ilustrasi format laporan
keuangan, akuntansi pendapatan, akuntansi biaya, akuntansi aset, akuntansi
kewajiban, dan akuntansi ekuitas.
Sistem Akuntansi BLU
Sistem Akuntansi BLU
• Sistem akuntansi Keuangan.
• Sistem Akuntansi Aset Tetap
• Sistem Akuntansi Biaya
Komponen Sistem Akuntansi Keuangan BLU
•
•
•
•
Kebijakan Akuntansi
Sub sistem Akuntansi
Prosedur Akuntansi
Bagan Akun Standar.
Laporan Keuangan
Tujuan Laporan Keuangan BLU
• menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, operasional
keuangan, arus kas BLU yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi.
Tanggung Jawab Laporan Keuangan
• Pimpinan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan BLU yang disertai dengan surat pernyataan tanggung
jawab yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran telah
dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai,
akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan
tanggung jawab pimpinan BLU.
Laporan Keuangan
Komponen Laporan Keuangan
•
•
•
•
Laporan Realisasi Anggaran / Laporan Operasional
Neraca
Laporan Arus Kas
Catata atas Laporan Keuangan
Penyajian Laporan Keuangan
• Nama BLU, Cakupan laporan
• Tanggal, mata uang pelaporan rupiah, satuan mata uang
Konsolidasi LK BLU ke dalam LK Kementerian / Lembaga
• Laporan menggunakan SAP
• Mapping klasifikasi
Ilustrasi dan Format Laporan Keuangan
Laporan Aktivitas
Laporan Aktivitas
Laporan Aktivitas
Catatan atas Laporan Keuangan
Pendahuluan
a. Sejarah pembentukan BLU;
b. Dasar hukum pembentukan BLU;
c. Alamat kantor pusat BLU, unit vertikal BLU, dan unit usaha BLU;
d. Keterangan mengenai hakikat operasi dan kegiatan utama BLU;
e. Nama pejabat pengelola dan dewan pengawas BLU;
f. Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah
karyawan selama periode yang bersangkutan.
Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasardasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik
yang dipilih oleh BLU dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Biaya
• Biaya Pelayanan: biaya pegawai; biaya bahan; biaya jasa layanan;
biaya pemeliharaan; biaya daya dan jasa; dan lain-lain.
• Biaya Umum dan Administrasi : biaya pegawai; biaya administrasi
perkantoran; biaya pemeliharaan; biaya langganan daya dan jasa;
biaya promosi; lain-lain.
• Biaya Lainnya : biaya bunga; biaya administrasi bank; dan lain-lain.
Ekuitas Ekuitas BLU diklasifikasikan menjadi:
• Ekuitas Tidak Terikat, yang terdiri atas: ekuitas awal; surplus &
defisit tahun lalu; surplus & defisit tahun berjalan; ekuitas donasi;
• Ekuitas Terikat Temporer; dan
• Ekuitas Terikat Permanen.
Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan
a. Pendahuluan;
b. Kebijakan akuntansi;
c. Penjelasan atas pos-pos Laporan Realisasi Anggaran/laporan
operasional;
d. Penjelasan atas pos-pos neraca;
e. Penjelasan atas pos-pos laporan arus kas;
f. Kewajiban kontinjensi;
g. Informasi tambahan dan pengungkapan lainnya.
Pendapatan
• Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan;
• Hibah terikat dan tidak terikat;
• Pendapatan Usaha Lainnya, meliputi hasil kerja sama dengan pihak
lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain;
• Pendapatan dari APBN, meliputi Pendapatan APBN Operasional
dan APBN Investasi.
• Aset lancar, mencakup: kas dan setara kas; investasi jangka pendek;
• piutang usaha; persediaan; • uang muka; dan biaya dibayar di
muka.
• Investasi Jangka Panjang
• Aset tetap, mencakup: tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan
mesin; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; konstruksi
dalam pengerjaan.
• Aset lainnya mencakup: aset kerja sama operasi; aset sewa guna
usaha; aset tak berwujud; dan aset lain-lain.
• Kewajiban jangka pendek: utang usaha, utang pajak, biaya dibayar
dimuka, pendapatan diterima dimuka, bagian lanjar utang jangka
panjang, utang jangka panjang lainnya.
• Kewajiban jangka panjang
• Komponen-komponen pelaporan arus kas
• Kewajiban Kontijensi
• Informasi Tambahan
Akuntansi Pendapatan
Pengertian
• arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama
satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih.
Klasifikasi
•
•
•
•
•
•
Pendatan usaha dari jasa layanan
Hibah
Pendapatan APBN
Pendapatan usaha lainnya
Keuntungan penjaulan aset non lancar
Pendapatan dari kejadian luar biasa
Pengakuan
• Pada saat diterima atau hak menagih timbul
Pengukuran
• Usaha  nilai wajar; APBN  pengeluaran bruto, hibah  nilai wajar / kas
• Azas bruto
Pengungkapan
• Disajikan terpisah untuk setiap jenis pendapatan
• Rincian jenis pendapatan
Akuntansi Biaya
Pengertian
• penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas bersih..
Klasifikasi
•
•
•
•
•
Biaya layanan
Biaya umum dan adminisrasi
Biaya lainnya
Rugi penjaulan aset non lancar
Biaya dari kejadian luar biasa
Pengakuan
• pada saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi masa depan
Pengukuran
• Jumlah kas yang dibayarkan; biaya berjalan yang dibayar di masa depan,
• alokasi sistematis, jumlah kerugian terjadi
Pengungkapan
• Disajikan terpisah untuk setiap jenis biaya
• Rincian jenis biaya pada catatan atas laporan keuangan
Akuntansi Aset
Pengertian
• sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh BLU sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa
depan diharapkan dapat diperoleh serta dapat diukur dalam satuan uang, dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Jenis
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kas dan setara kas
Investasi jangka pendek
Piutang usaha
Piutang lain-lain
Persediaan
Uang Muka
Biaya dibayar Dimuka
Investasi jangka panjang
Aset tetap
Aset lainnya
Akuntansi Kewajiban
Pengertian
• utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi BLU.
• Penyelesaian kewajiban: pembayaran, penyerahan aset, pemberian jasa dan
penggantian kewajiban dengan kewajiban lain
Kewajiban Jangka Pendek
• kewajiban yang diharapkan akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal neraca
• Utang usaha
• Utang pajak
• Biaya yang masih harus dibayar
• Pendapatan diterima dimuka
• Bagian lancar utang jangka panjang
• Utang jangka pendek lainnya
Kewajiban Jangka Panjang
• kewajiban yang diharapkan akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam
waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca
Akuntansi Ekuitas
Pengertian
• hak residual BLU atas aset setelah dikurangi seluruh kewajiban yang dimiliki.
Ekuitas BLU terdiri atas ekuitas tidak terikat, ekuitas terikat temporer, dan ekuitas
terikat permanen.
Ekuitas
• Ekuitas tidak terikat  ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu.
• Ekuitas terikat temporer  ekuitas berupa sumber daya ekonomi yang
penggunaannya dan/atau waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau
jangka waktu tertentu oleh pemerintah atau donatur. Pembatasan tersebut dapat
berupa pembatasan waktu dan/atau pembatasan penggunaan ekuitas tersebut
oleh BLU
• Ekuitas terikat permanen  ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya
dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu oleh pemerintah/donatur.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
123
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2012
PEMERINTAH DAERAH
Sumber: IHPS BPK, Untuk tahun 2013, berdasarka datan Rakerna Akuntanasi 2014, WTP 65,WDP 19 dan 3 TMP
Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:
“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance dalam pengelolaan
keuangan pemerintah”.
Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004)
Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
Permasalahan yang Mempengaruhi Opini
OPINI
LKP 2013
DASAR HUKUM
Psl 1
UU17/2003
Psl 36 ayat
(1) UU
17/2003
Psl 70 ayat
(2) UU 1/2004
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
PENYUSUNAN SAP AKRUAL
• SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan
dalam PP 24/2005 dengan mengacu pada
International Public Sector Accounting Standards
(IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan
serta kondisi Indonesia.
Pertimbangan:
SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis
”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu
pada praktik akuntansi berbasis akrual,
Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP
24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana
transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan
pada
saat
terjadinya,
tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau
dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh
(earned) dan beban (belanja) diakui pada saat
kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi
128
TUJUAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan
Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik
Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik
Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset
PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I
BASIS AKRUAL
PP 71
2010
Menjadi
PP71/2010
LAMPIRAN II
BASIS CTA
PP24/2005
• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I
• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual  Lampiran
II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
130
PUSAP
(PASAL 6)
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan
Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan
mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan.
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PENERAPAN BASIS AKRUAL
(PASAL 7)
Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan
secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis
Akrual
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri
PERUBAHAN PSAP
(PASAL 5)
Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan
tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan
Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP sesuai
dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL
(LAMPIRAN I)
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL
(LAMPIRAN II)
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
LAPORAN OPERASIONAL
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
KONSEPSI ANGGARAN
DAN AKUNTANSI
ANGGARAN
BASIS KAS
LRA
SILPA/SIKPA
Laporan
Perubahan SAL
AKUNTANSI
BASIS
AKRUAL
LO
Surplus/
Defisit-LO
Laporan
Perubahan
Ekuitas
Ekuitas
Neraca
136
KOMPONEN LK – PP 71/2010
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL)
3.
4.
5.
6.
7.
Neraca
Laporan Arus Kas
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan atas Laporan Keuangan
LAPORAN PERUBAHAN SAL
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen laporan
keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos-pos berikut :
Saldo Anggaran Lebih awal,
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
Saldo Anggaran Lebih Akhir.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
NO
URAIAN
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
20X1
20X0
XXX
XXX
(XXX)
(XXX)
XXX
XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
XXX
XXX
5
XXX
XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
XXX
XXX
7 Lain-lain
XXX
XXX
8
XXX
XXX
2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
Berjalan
3
Subtotal (1 - 2)
Subtotal (3 + 4)
Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7)
139
LAPORAN OPERASIONAL
• LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
•
•
•
•
•
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO
KONSEPSI BASIS
• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus
dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi
dan diungkap dalam CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa
antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan
jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan
surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait
dengan operasi pada periode pelaporan.
KONSEPSI BASIS
PP 24/2005 CTA
Opsional (Laporan
Kinerja Keuangan)
PP 71/2010 AKRUAL
Laporan pendapatan
dan beban akrual
COST
Besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah dalam menjalankan pelayanan
KONSEPSI BASIS
LO menyediakan
informasi mengenai
seluruh kegiatan
operasional
keuangan entitas
pelaporan yang
penyajiannya
disandingkan dengan
periode sebelumnya
Performace
Estimation
Equity
Operasi keuangan secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi
Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam
periode mendatang dengan menyajikan laporan
secara komparatif
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan
penurunan ekuitas (bila defisit operasional) 142
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat
digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan
Laporan Operasional
Beban pegawai
Perhitungan Cost
Labor cost
Beban belanja barang
Beban bunga
Beban subsidi
Material cost
Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Beban transfer
Beban lain-lain
Overhead cost
COST untuk
setiap
program/
kegiatan
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah
suatu organisasi telah mencapai benefit
maksimal, dengan mengunakan sumber daya
yang ada.
Evaluasi kinerja
berdasarkan konsep
Value for Money
(ekonomi, efisien &
efektif)
Outcome
(Hasil)
efektivitas
Output
(keluaran)
efisien
Laporan
Operasional
Input
(cost dari
program/
kegiatan)
ekonomi
Laporan Kinerja
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan
kuantitas dan kualitas terukur
Manajemen Kinerja
Manajemen Keuangan
Aset &
Kewajiban
Pendapatan
Beban
Cost
Kinerja
Mengaitkan cost dengan kinerja
LAPORAN
KEUANGAN
EVALUASI KINERJA
LAPORAN
KINERJA
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Hak pemerintah
• Diakui sebagai
penambah ekuitas
• Dalam tahun
anggaran yg
bersangkutan
• Tidak perlu
dibayar kembali
• Sifatnya tidak rutin,
termasuk surplus/defisit
dari penjualan aset non
lancar dan penyelesaian
kewajiban jangka panjang
Pendapatan-LO
(dari kegiatan
operasional)
Kegiatan Non
Operasional
Beban (dari
kegiatan
operasional)
Pos Luar
Biasa
• Penurunan manfaat
ekonomi/potensi jasa
dalam periode
pelaporan
• menurunkan ekuitas
• berupa pengeluaran/
konsumsi
aset atau timbulnya
kewajiban
• Pendapatan/Beban yg
bukan n operasi biasa
• Tidak diharapkan
sering/rutin terjadi
• Di luar kendali/
pengaruh entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap
dalam CalK
146
STRUKTUR DAN ISI
–
Menyajikan berbagai unsur
• pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
• surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,
–
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub
jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara
wajar
IDENTIFIKASI
Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara
jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap
halaman laporan, informasi berikut:
a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi
lainnya;
b) cakupan entitas pelaporan;
c) periode yang dicakup;
d) mata uang pelaporan; dan
e) satuan angka yang digunakan.
INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang
diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan
menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain
yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang
berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
PENDAPATAN LO
• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
AKUNTANSI BEBAN
AKUNTANSI BEBAN
• Beban diakui pada saat:
– timbulnya kewajiban;
– terjadinya konsumsi aset;
– terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
AKUNTANSI BEBAN
• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang
atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas
pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali
beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas
beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan
pembetulan pada akun ekuitas.
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL
• Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih
antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang
antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
KOMPONEN LAPORAN OPERASIONAL
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL
• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan
tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit
sebelum pos luar biasa.
POS LUAR BIASA
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.
TRANSAKSI MATA UANG ASING
•
Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah.
•
Jika tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dijabarkan
dalam mata uang rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada tanggal
transaksi.
•
Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dalam
mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi,
yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing
tersebut.
•
Jika mata uang asing tersebut dibeli dengan menggunakan mata uang
asing\, maka:
a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan
dengan menggunakan kurs transaksi
b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam
rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral tanggal transaksi.
TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA
• Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk
barang/jasa
harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi.
• Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari
pendapatan dan beban.
LAPORAN OPERASIONAL
•
Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan
pelaporan.
•
Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja
•
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
No
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
22
23
24
25
26
28
29
30
31
32
33
URAIAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pendapatan Asli Daerah Lainnya
Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 )
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 )
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24)
Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31)
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32)
20X1
20X0
Kenaikan/
Penurunan
(%)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
158
xxx
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
35 BEBAN
36
Beban Pegawai
37
Beban Persediaan
38
Beban Jasa
39
Beban Pemeliharaan
40
Beban Perjalanan Dinas
41
Beban Bunga
42
Beban Subsidi
43
Beban Hibah
44
Beban Bantuan Sosial
45
Beban Penyusutan
46
Beban Transfer
47
Beban Lain-lain
48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47)
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48)
xxx
xxx
xxx
xxx
SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Nonlancar
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
POS LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Beban Luar Biasa
POS LUAR BIASA ( 62-63)
SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
159
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
•
LPE merupakan komponen laporan keuangan yang
menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
•
•
•
•
•
ekuitas awal,
surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas,
ekuitas akhir.
Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas
dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
NO
URAIAN
20X1
20X0
1
EKUITAS AWAL
XXX
XXX
2
SURPLUS/DEFISIT-LO
XXX
XXX
3
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN
MENDASAR:
4
KOREKSI NILAI PERSEDIAAN
XXX
XXX
5
SELISIH REVALUASI ASET TETAP
XXX
XXX
6
LAIN-LAIN
XXX
XXX
XXX
XXX
7
EKUITAS AKHIR
161
HUBUNGAN ANTAR LAPORAN
 Laporan Finansial:
• LO Laporan Perubahan Ekuitas Neraca
 Laporan Pelaksanaan Anggaran:
• LRA Laporan Perubahan SAL
HUBUNGAN ANTAR LAPORAN
Laporan Operasional
Pendapatan
500
Beban
(200)
Surplus/Defisit Opr
300
Kegiatan non
operasional
60
Surplus/Defisit LO
360
LRA
Pendapatan
Belanja
Surplus/(defisit)
Pembiayaan
SILPA
KETERKAITAN LAPORAN
Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit LO
Ekuitas Akhir
1.000
360
1.360
Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas
2.000
640
1.360
450
(0)
450
1.000
1.450
Laporan Perubahan SAL
SAL Awal
100
Penggunaan SAL
(30)
SILPA
1.450
SAL Akhir
1.520
AKUNTANSI RUMAH SAKIT BLU
164
Akuntansi Rumah Sakit
STANDAR MANA
YANG DIGUNAKAN ??
PSAK
PSAK &
PSAK 45
SAK
ETAP
SAK
ETAP &
PSAK 45
PSAP
 Akuntabilitas publik signifikan atau tidak
 Orientasi bisnis atau layanan umum
165
Pedoman Akuntansi Rumah Sakit
• Menggunakan PSAK atau SAK ETAP sebagai dasar
penyusunan pedoman akuntansi, tidak ada standar khusus
industri.
• Lampiran 03 SE-02/PM/2002 – Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik – Industri Rumah Sakit  berlaku untuk emiten
perusahaan rumah sakit.
– Pendahuluan
– Karakterstik usaha perumahasakitan
– Penyajian dan pengungkapan LK (pedoman umum, komponen
laporan keuangan dan pedoman pengungkapan
– Ilustrasi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Arus kas dan Catatan atas laporan keuangan
 Menggunakan acuan PSAK sebelum 2002
166
Pedoman Akuntansi Rumah Sakit – BLU&D
• Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1981/MENKES/SK/2010 –
Pedoman Akutansi Badan Layanan Umum Rumah Sakit.
• Acuan yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
adalah PSAK dan pelaporan menggunakan PSAK 45.
• Untuk beberapa BLUD tidak menyebutkan secara jelas, namun
ada yang mengarahkan menggunakan ETAP atau SAP, namun
tetap menggunakan PSAK 45 untuk pelaporan.
• Saat ini telah disusun PSAP BLU/D  SAP
 Menggunakan acuan PSAK sebelum 2010
167
Pedoman Umum
• Tujuan laporan keuangan
• Tanggung Jawab atas Laporan
keuangan – manajemen /
pimpinan rumah sakit
• Komponen laporan keuangan
• Bahasa Laporan Keuangan Indonesia
• Mata uang pelaporan – rupiah
• Kebijakan Akuntansi
• Penyajian
•
•
•
•
•
•
Konsistensi penyajian
Materialitas dan Agregasi
Saling hapus
Periode pelaporan
Penyajian secara wajar
Informasi komparatif –
naratif jika relevan
• Laporan Keuangan interim
Bapepam
168
Tujuan Laporan Keuangan
• Laporan Keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna
laporan keuangan) dalam pengambilan
keputusan ekonomi yang rasional
• Laporan Keuangan juga merupakan sarana
pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
Bapepam
169
Laporan Keuangan
• NERACA
ETAP
• LAPORAN LABA RUGI
• LAPORAN PERUBAHAN
EKUITAS
• LAPORAN ARUS KAS
• CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
•
•
•
•
•
ETAP
• NERACA
 BLU
• LAPORAN
AKTIVITAS/OPERASI
• LAPORAN PERUBAHAN
ASET BERSIH
• LAPORAN ARUS KAS
• CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
LAPORAN POSISI KEUANGAN
LAPORAN LABA RUGI & PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
LAPORAN ARUS KAS
PSAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
170
Neraca
• Tujuan utama neraca adalah untuk menyediakan
informasi tentang posisi keuangan meliputi aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
• Informasi dalam neraca digunakan bersama-sama
dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan lainnya sehingga dapat membantu para
pengguna laporan keuangan untuk menilai:
a) Kemampuan rumah sakit dalam memberikan jasa
pelayanan kesehatan secara berkelanjutan;
b) Likuiditas dan solvabilitas; dan
c) Kebutuhan pendanaan eksternal.
Kemenkes
171
Laporan Aktivitas
• Tujuan Utama Laporan Aktivitas menyediakan informasi mengenai:
a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan
sifat ekuitas;
b. Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; dan
c. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai
program atau jasa.
• Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat
membantu para pengguna laporan keuangan untuk:
a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode;
b. Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dalam
memberikan jasa;
c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajemen; dan
d. Menilai rentabilitas.
Kemenkes
172
Laporan Arus Kas
• Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi
mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas
selama periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan. Arus kas dikelompokkan dalam aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan.
• Informasi laporan arus kas digunakan bersama-sama dengan
informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya
sehingga dapat membantu para pengguna untuk menilai:
a.
b.
c.
d.
kemampuan rumah sakit dalam menghasilkan kas dan setara kas;
sumber dana rumah sakit;
penggunaan dana rumah sakit; dan
kemampuan rumah sakit untuk memperoleh sumber dana serta
penggunaannya untuk masa yang akan datang.
Kemenkes
173
Catatan atas Laporan Keuangan
• Tujuan utama Catatan atas Laporan Keuangan adalah
memberikan penjelasan dan analisis atas informasi yang ada
di Neraca, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan informasi
tambahan lainnya sehingga para pengguna mendapatkan
pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan.
• Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan mencakup
antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pendahuluan;
Kebijakan akuntansi;
Penjelasan atas pos-pos neraca;
Penjelasan atas pos-pos laporan aktivitas;
Penjelasan atas pos-pos laporan arus kas;
Kewajiban kontinjensi; dan
Informasi tambahan serta pengungkapan lainnya.
Kemenkes
174
CALK– Kebijakan akuntansi
• Menyatakan standar mana yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan PSAK, SAK ETAP atau PSAP.
• Kebijakan akuntansi untuk masing-masing komponen utama
aset, liabilitas, pendapatan dan beban.
• Kebijakan untuk masing-masing komponen merujuk pada
ketentuan dalam masing-masing item.
• Kebijakan berisikan penjelasan bagaimana pengakuan dan
pengukuran item-item yang ada dalam laporan keuangan.
175
Catatan atas Laporan Keuangan
• Laporan keuangan BLU rumah sakit disertai dengan lampiran:
a. Analisis laporan keuangan yang terdiri dari: Rasio
Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio
Rentabilitas;
b. Laporan aktivitas yang disajikan secara komparatif antara
proyeksi sebagaimana tercantum dalam RBA dengan
realisasi periode berjalan;
c. BLU rumah sakit dapat menyajikan lampiran lain sesuai
kebutuhan.
Kemenkes
176
Keterbatasan Laporan Keuangan
• Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah
lampau;
• Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak
pengguna.
• Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran;
• Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
• Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya
(formalitas); dan
• Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis
dan tingkat kesuksesan antar BLU rumah sakit.
Kemenkes
177
Aset
• Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh BLU rumah sakit sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh BLU rumah sakit.
• Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi
dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun
tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada rumah sakit.
Aset
Aset Lancar
Aset Tetap
Aset Lainnya














Kas dan setara kas
Investasi jangka pendek
Piutang pelayanan
Piutang lain-lain
Persediaan
Uang Muka
Tanah
Gedung dan Bangunan
Peralatan dan Mesin
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Konstruksi dalam Perngerjaa
Jumlah aset tetap
Akumulasi Penyusunan



Aset kerjasama
operasi
Aset sewa
Aset tak berwujud
Aset lain-lain
178
Aset
• Transaksi terkait kewajiban
–
–
–
–
–
–
Pembelian aset
Penurunan nilai piutang
Pemakaian persediaan
Penurunan nilai persediaan
Depresiasi
Penurunan nilai aset tetap
179
Kewajiban
• Kewajiban adalah utang rumah sakit masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya rumah sakit yang mengandung manfaat ekonomi.
• Kewajiban jangka pendek  diselesaikan kurang dari satu tahun.
• Kewajiban jangka panjang  diselesaikan lebih dari satu tahun.
Aset
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Pendek





•
•

Utang usaha
Utang pajak
Biaya yang masih harus dibayar
Pendapatan diterima dimuka
Bagian lancar utang jangka
panjang
Utang jangka pendek lainnya
Kredit investasi
Pinjaman jangka panjang
dari lembaga keuangan
180
Kewajiban
• Transaksi terkait kewajiban
–
–
–
–
–
–
–
–
Utang usaha – pengadaan persediaan / aset tetap
Penerimaan uang muka pasien / jaminan pemerintah
Penerimaan uang muka untuk sewa dibayar dimuka
Beban yang masih harus dibayar
Utang gaji – pembayaran gaji
Utang pajak – pembayaran gaji
Reklasifikasi kewajiban jangka panjang menjadi jangka pendek
Kewajiban Estimasi
181
Ekuitas
• Ekuitas adalah hak residual atas aset rumah sakit setelah dikurangi semua
kewajiban;
• Ekuitas adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh penyumbang atau hasil operasional rumah sakit.
• Ekuitas sebagai bagian dari pemilik (pemerintah) harus dilaporkan
sedemikian rupa, sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya
secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan standar akuntansi.
Ekuitas
Kewajiban Jangka Pendek




Ekuitas Awal
Surplus defisit tahun lalu
Surplus defisit tahun berjalan
Ekuitas Donasi
182
Ekuitas
• Transaksi terkait ekuitas
–
–
–
–
–
Setoran modal
Tambahan modal
Tambahan donasi
Revaluasi aset tetap
Jurnal penutup
183
Pendapatan
• Pendapatan (revenues) adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal
selama suatu periode, yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas.
• Penghasilan (income) adalah
kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk/penambahan
aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal
(penyumbang).
Pendapatan

Pendapatan Usaha dan jasa
layanan








Pendapatan usaha rawat jalan
Pendapatan usaha rawat darurat
Pendapatan usaha rawat inap
Hibah
Pendapatan APBN
Pendapatan usaha lainnya
Keuntungan penjualan aset non
lancar
Pendapatan investasi
184
Pendapatan
• Komponen pendapatan dipengaruhi oleh kegiatan utama usaha rumah
sakit tersebut.
• Ada beberapa rumah sakti memunculkan komponen pendapatan yang
lain seperti:
–
–
–
–
Farmasi
Penunjang medis
Selisih kapitasi – selisih antara iuran yang diterima dengan pelayanan yang diberikan.
Umum
• Standar tidak memberikan acuan dan pedoman jenis pendapatan rumah
sakit.
185
Pendapatan
• Pendapatan usaha dari jasa layanan diakui ketika hasil suatu transaksi
yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
• Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi
berikut ini dipenuhi:
– Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
– Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan;
– Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
– Beban yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal;
• Pengungkapan: Rincian jenis pendapatan pada catatan atas laporan
keuangan
186
Beban
• Beban adalah penurunan manfaat
ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar kas atau
berkurangnya aset atau terjadinya
kewajiban yang mengkibatkan
penurunan ekuitas.
• Beban diakui pada saat timbulnya
beban tersebut sebesar jumlah yang
digunakan untuk pelayanan rumah
sakit, jumlah yang telah dibayar, jumlah
yang harus dibayarkan jumlah yang
diestimasi atau sebesar jumlah yang
dialokasikan.
• Pengungkapan rincian beban dan
tambahan pengungkapan untuk
estimasi
Beban






Beban layanan
Beban umum dan administrasi
Beban lainnya
Rugi penjualan aset non lancar
Kerugian penurunan nilai
Kerugian lainnya
187
Neraca
NERACA RSUD “X”
PER 31 DESEMBER 2011 dan 2012
ASET
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ASET LANCAR
xxx
xxx
xxx
ASET TETAP
xxx
xxx
xxx
TOTAL ASET
XXX
XXX
XXX
KEWAJIBAN
xxx
xxx
xxx
KEWAJIBAN JANGKA PENDEL
xxx
xxx
xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
xxx
xxx
xxx
TOTAL KEWAJIBAN
xxx
xxx
xxx
EKUITAS
xxx
xxx
xxx
TOTAL KEWAJIBAN + EKUITAS
XXX
XXX
XXX
ASET KSO
ASET LAINNYA
%
Akun Neraca
RSUD “X”
AKUN NERACA
ASET
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ASET LANCAR
xxx
xxx
xxx
Kas dan Setara Kas
xxx
xxx
xxx
Investasi jangka pendek
xxx
xxx
xxx
Piutang pelayanan
xxx
xxx
xxx
Piutang lain-lain
xxx
xxx
xxx
Persediaan
xxx
xxx
xxx
Uang Muka
xxx
xxx
xxx
Biaya dibayar di muka
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
JUMLAH ASET LANCAR
%
Akun Neraca
AKUN Neraca RSUD “X”
ASET
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ASET TETAP
xxx
xxx
xxx
Tanah
xxx
xxx
xxx
Gedung dan Bangunan
xxx
xxx
xxx
Peralatan dan Mesin
xxx
xxx
xxx
Jalan, jaringan
xxx
xxx
xxx
Aset tetap lain
xxx
xxx
xxx
Konstruksi dalam pengerjaan
xxx
xxx
xxx
JUMLAH ASET TETAP
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
NILAI BUKU ASET TETAP
xxx
xxx
xxx
Aset KSO
xxx
xxx
xxx
Aset lain-lain
xxx
xxx
xxx
Akumulasi penyusutan
%
Akun Neraca
AKUN Neraca RSUD “X”
KEWAJIBAN
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
Kewajiban Jangka pendek
xxx
xxx
xxx
Hutang Usaha
xxx
xxx
xxx
Hutang Pajak
xxx
xxx
xxx
Biaya yang masih harus dibayar
xxx
xxx
xxx
Pendapatan diterima di muka
xxx
xxx
xxx
Bagian lancar utang jangka panjang xxx
xxx
xxx
Hutang jangka pendek lainnya
xxx
xxx
xxx
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
xxx
xxx
xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
xxx
xxx
xxx
JUMLAH KEWAJIBAN
xxx
xxx
xxx
%
Akun Neraca
Lanjutan AKUN Neraca RSUD “X”
EKUITAS
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
Ekuitas Awal
xxx
xxx
xxx
Surplus /Defisit tahun lalu
xxx
xxx
xxx
Surplus/Defisit tahun berjalan
xxx
xxx
xxx
Ekuitas Donasi
xxx
xxx
xxx
JUMLAH EKUITAS
xxx
xxx
xxx
%
Laporan Operasional
LAPORAN OPERASI RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
PENDAPATAN
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN USAHA JASA LAYANAN
xxx
xxx
xxx
HIBAH/DONASI/SUMBANGAN NON
PEMERINTAH
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN APBN/APBD
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN USAHA LAINNYA
xxx
xxx
xxx
TOTAL PENDAPATAN
XXX
XXX
XXX
BEBAN LAYANAN
xxx
xxx
xxx
BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI
xxx
xxx
xxx
BEBAN LAINNYA
xxx
xxx
xxx
TOTAL BEBAN
XXX
XXX
XXX
SURPLUS/DEFISIT
XXX
XXX
XXX
PENYETORAN/PENARIKAN KAS NEGARA
XXX
XXX
XXX
SURPLUS/DEFISIT TAHUN BERJALAN DILUAR
PENDAPATAN APBN
XXX
XXX
XXX
BEBAN
%
Akun Pendapatan
AKUN OPERASI RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
PENDAPATAN
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN USAHA JASA LAYANAN
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Usaha Rawat Jalan
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Usaha Rawat Inap
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Usaha Rawat Darurat
xxx
xxx
xxx
HIBAH/DONASI/SUMBANGAN NON
PEMERINTAH
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN APBN/APBD
xxx
xxx
xxx
Operasional
xxx
xxx
xxx
Investasi
xxx
xxx
xxx
PENDAPATAN USAHA LAINNYA
xxx
xxx
xxx
TOTAL PENDAPATAN
xxx
xxx
xxx
%
Akun Beban
AKUN OPERASI RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
BEBAN
xxx
xxx
xxx
BEBAN LAYANAN
xxx
xxx
xxx
Beban Pegawai
xxx
xxx
xxx
Beban pemakaian bahan/persediaan
xxx
xxx
xxx
Beban Jasa Layanan
xxx
xxx
xxx
Beban Pemeliharaan
xxx
xxx
xxx
Beban Langganan Daya dan Jasa
xxx
xxx
xxx
Beban subsidi Pasien
xxx
xxx
xxx
Beban penyusutan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
JUMLAH BEBAN LAYANAN
%
Akun Beban
AKUN OPERASI RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
xxx
xxx
xxx
Beban Pegawai
xxx
xxx
xxx
Beban Administrasi Perkantoran
xxx
xxx
xxx
Beban Pemeliharaan
xxx
xxx
xxx
Beban Langganan Daya dan Jasa
xxx
xxx
xxx
Beban Penyusutan
xxx
xxx
xxx
Beban Amortisasi
xxx
xxx
xxx
Beban Promosi
xxx
xxx
xxx
Beban Premi Asuransi
xxx
xxx
xxx
Beban Penyisihan Kerugian Piutang
xxx
xxx
xxx
Beban Umum dan Administrasi lain
xxx
xxx
xxx
XXX
XXX
XXX
BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI
TOTAL BEBAN UMUM & ADMINISTRASI
%
Laporan Arus Kas
LAPORAN ARUS KAS RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
ARUS KAS MASUK
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS KELUAR
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS NETTO DR AKT OPERASI
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
XXX
XXX
XXX
ARUS KAS MASUK
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS KELUAR
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS NETTO DR AKT INVESTASI
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
ARUS KAS MASUK
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS KELUAR
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS NETTO DR AKT PENDANAAN
XXX
XXX
XXX
KENAIKAN NETTO KAS
XXX
XXX
XXX
SALDO KAS AWAL
XXX
XXX
XXX
SALDO KAS AKHIR
XXX
XXX
XXX
%
Aktivitas Operasi
AKUN ARUS KAS RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS MASUK
xxx
xxx
xxx
Penerimaan Usaha dan jasa layanan
xxx
xxx
xxx
Penerimaan Hibah
xxx
xxx
xxx
Penerimaan APBN/APBD
xxx
xxx
xxx
Penerimaan kas lainnya
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS KELUAR
xxx
xxx
xxx
Belanja Pegawai
xxx
xxx
xxx
Belanja barang
xxx
xxx
xxx
Penyetoran ke Kas negara
xxx
xxx
xxx
Belanja lain-lain
xxx
xxx
xxx
%
Aktivitas Investasi
AKUN ARUS KAS RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS MASUK
xxx
xxx
xxx
Hasil Penjualan Aset Tetap
xxx
xxx
xxx
Perolehan Aset Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Perolehan Aset Tetap
xxx
xxx
xxx
Perolehan Aset Tetap lainnya
xxx
xxx
xxx
ARUS KAS KELUAR
%
Aktivitas Pendanaan
AKUN ARUS KAS RSUD “x” TAHUN 2010 DAN 2011
2011
2012
Kenaikan/
penurunan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN xxx
xxx
xxx
ARUS KAS MASUK
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Perolehan Pinjaman
ARUS KAS KELUAR
Pembayanan Pokok Pinjaman
%
TERIMA KASIH
Dwi Martani
081318227080
[email protected] atau [email protected]
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
201
Download