1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Moraceae, sering disebut keluarga murbei atau keluarga ara, adalah keluarga tanaman berbunga yang terdiri dari sekitar 40 genera dan lebih dari 1000 spesies. Sebagian besar tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, sedikit di daerah beriklim sedang (Judd et al., 2008). Genus terpenting dalam family Moraceae adalah Ficus, Artocarpus, Morus, dan Cudrania. Genus Artocarpus terdiri dari hampir 60 spesies yang terdapat di Asia dari Timur sampai Selatan (Heyne, 1987). Tanaman yang termasuk genus Artocarpus mempunyai banyak kegunaan yaitu sebagai tanaman yang dapat memproduksi buah-buahan cukup besar yang dapat dimakan seperti: Artocarpus heterophyllus (nangka), Artocarpus altilis atau communis (sukun) dan Artocarpus champeden (cempedak) dan juga kayunya merupakan kayu yang baik, (Verheij dan Coronel, 1992). Selain itu bagian tanaman genus Artocarpus, baik yang di atas tanah maupun dibawah tanah telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, antara lain untuk pengobatan hati sirosis, hipertensi, diabetes, peradangan, demam malaria, dan penyakit lainnya (Wang et al., 2006). Spesies-spesies pada genus Artocarpus banyak mengandung senyawa terpenoid, steroid, dan fenolik termasuk flavonoids, stilbenoids, arilbenzofuran, jacalin, dan senyawa addisi Diels-Alder. Senyawa kimia kelompok terpenoid yang terdapat dalam spesies tumbuhan genus Atocarpus antara lain, lupeol, lupeol asetat, α-amirin, β-amirin yang diperoleh dari tumbuhan A.communis (Venkataraman, 1972). Kelompok steroid adalah βsitosterol yang diperoleh dari A. chaplasha dan A. communis (Mahato, et al.,1971; Shieh et al.,1992). Senyawa lupeol asetat dan β-sitosterol diperoleh juga dari Artocarpus nitidus (Rosnani, 2003). Golongan flavonoid yang diperoleh pada genus 2 Artocarpus umumnya mempunyai ciri-ciri spesifik, yaitu adanya gugus prenil pada atom C-3. Betasitosterol yang termasuk ke dalam kelompok metabolit sekunder steroid telah digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya sebagai suplemen diet, obat benign prostatic hyperplasia (BPH), anti cancer, anti penuaan dini, dan juga dapat digunakan sebagai anti kolesterol, karena kemiripannya dengan kolesterol, maka βsitosterol ini dapat menghalangi kolesterol masuk ke dalam usus oleh sifat kompetitifnya. Suatu studi yang dilakukan secara invitro, bahwa β-sitosterol dapat mengaktivasi siklus sphingomyelin dan menginduksi apoptosis di LNCaP sel kanker prostat manusia, (Berges, et al., 1995). Salah satu spesies dalam genus Artocarpus adalah Artocarpus camansi (A. camansi), tumbuhan ini sangat mirip dengan tumbuhan Artocarpus altilis, atau syn: Artocarpus comunis, sehingga A. camansi sering dirujuk dengan nama A. altilis, A. communis, maupun A. incisa, namun rujukan ini tidak benar, karena A. camansi merupakan spesies yang berbeda (Ragone, 2006). Artocarpus camansi dikenal dengan nama breadnut (Inggris), castana (Spanish), kamansi, kolo, pakau, ugod (Philipina), kelur, kulor, kulur, kuror (Malaya, Jawa), dan lain-lain. Di Indonesia tumbuhan A. camansi sering dirujuk sebagai kulu, atau kluih, tumbuhan ini terdistribusi pada daerah tropis termasuk pulau-pulau Pasifik. Perbedaan yang nyata antara tumbuhan A. camansi dan tumbuhan A. Altilis terdapat pada beberapa bagian, seperti pada buah, buah A.camansi mempunyai duriduri halus, dan mempunyai biji, sedangkan buah sukun (A. communis) tidak mempunyai biji dan tidak mempunyai duri halus yang nyata pada buahnya (Ragone, 2006), namun penelitian terhadap A. camansi sangat kurang, sedangkan penelitian terhadap A. communis relatif sudah sempurna, baik kandungan kimianya, maupun potensinya sebagai obat (aktivitas biologi). Menurut Ragone (2006), A.camansi berbeda dengan A. communis, namun penelitian yang dilakukan terhadap ke-dua tumbuhan ini sering tidak membedakan 3 ke-duanya. Syah (2005), menyatakan bahwa peneliti yang melakukan penelitian terhadap tumbuhan A. camansi dan A. communis tidak merincikan apakah tumbuhan yang diteliti adalah A.camansi atau A.communis, dengan demikian untuk membedakan secara fitokimia tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hasil penelitian terhadap kandungan senyawa kimia dari daun A.altilis (A.communis) diperoleh 5 senyawa dihidrocalkon (Wang et al., 2007), demikian juga oleh Fang et al., (2008), memperoleh senyawa turunan calkon yaitu 5’-geranyl2’,4’4-trihydroxychalcone, dan 3,4,2’,4’-tetrahydoxy-3’-geranildihydrochalcone. Hasil penelitian terhadap daun Artocarpus insicus (dinyatakan juga sebagai A. altilis), menghasilkan senyawa calkon tergranilasi (Shimizu et al., 2000), sedangkan dari buah dan akarnya diperoleh β-sitosterol (Jones, et al.,2011). Artocarpus altilis (A. communis) secara tradisional daunnya sering digunakan sebagai obat untuk orang yang berpenyakit diabetes, yaitu dengan cara merebus daun tumbuhan tersebut, secara ilmiah tumbuhan ini telah digunakan antara lain sebagai: antiplatelet, inhibit leukemia cells, antijamur, antioksidan, antidiabetes, dan lain-lain, (Weng et al., 2006; Jagtab dan Bapat, 2010). Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang menjadi permasalahan kesehatan dunia karena tingginya morbiditas maupun mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit tersebut. Data World Health Organization (WHO) Tahun 2008 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 180 juta orang dengan diabetes di seluruh dunia dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada Tahun 2030. Negara Indonesia menurut data WHO Tahun 2000 berada di urutan ke empat terbanyak kasus diabetes setelah India, Cina, dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 persen dari total penduduk. Kecenderungan ini diduga terjadi karena berbagai faktor seperti gaya hidup masyarakat yang cenderung kurang gerak, asupan kalori yang tidak seimbang, demografi, dan sebagainya (http://www.who.int/, 2009). Berdasarkan hal di atas sangat strategis dilakukan penelitian isolasi dan penentuan struktur senyawa dari daun tumbuhan A. camansi: sukun berbiji, dan pengujian aktivitas antidiabetesnya terhadap mencit jantan Swiss Webster. 4 Diharapkan akan diperoleh senyawa-senyawa yang unik seperti pada kerabatnya sukun (A.communis), dan juga mempunyai potensi obat yang bersifat antidiabetes. Manfaat penelitian ini adalah diperoleh informasi mengenai senyawa kimia yang ada di dalam daun tumbuhan A. camansi yang dapat digunakan oleh ilmuwan untuk kepentingan ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti bidang bahan alam. Selain itu bermanfaat pula bagi industri untuk mengembangkan produk baru untuk kepentingan umat dalam hal untuk penyembuhan penyakit diabetes. Selain hal di atas, manfaat penelitian ini akan merupakan alat dalam menentukan perbedaan ataupun persamaan antara A. communis dan A. camansi berdasarkan senyawa kimia yang akan diperoleh, yang selama ini sering disebutkan sebagai nama sinonim. Senyawa kimia yang diperoleh dapat pula digunakan sebagai bahan untuk mempelajari reaksi-reaksi di dalam kimia organik, seperti reaksi penataan ulang, reaksi siklisasi, dan juga sebagai bahan prototipe atau model molekul untuk dilakukannya sintesis bahan tersebut, jika mempunyai aktivitas pengobatan yang baik. Selain itu manfaat penelitian ini adalah sebagai bagian yang sangat penting dari keanekaragaman hayati dan harus digunakan secara lestari untuk generasi mendatang. Tumbuhan A. camansi belum dimanfaatkan secara maksimal, khususnya yang tumbuh di Aceh. Perlu dilakukan isolasi dan karakterisasi sehingga diketahui produk baru (novel) yang berguna, yang membuka jalan baru bagi terapi baru untuk memerangi penyakit yang ditakuti, seperti diabetes tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian terhadap tumbuhan A. camansi masih sangat kurang dilakukan, baik terhadap kandungan senyawa kimianya maupun terhadap khasiatnya secara tradisional maupun secara ilmiah, sedangkan spesies yang berada dalam satu famili dengan spesies ini yaitu A. altilis atau A. communis, penelitiannya relatif telah banyak dilakukan. 5 Aktivitas biologi tumbuhan A. communis secara tradisional daunnya digunakan untuk orang yang berpenyakit diabetes, yang dapat menurunkan kadar gula darah. Penelitian terhadap kandungan senyawa kimianya pada hampir semua bagian tumbuhan tersebut telah pula dilakukan. Selain itu telah pula dilakukan percobaan bioaktif secara ilmiah terhadap bagian-bagian tertentu tumbuhan tersebut yaitu antara lain sebagai: anti platelet, inhibit leukemia cells, anti jamur, anti oksidan, dan lain-lain (Weng et al., 2006). Salah satu komponen kimia yang dikandung tumbuhan A.communis adalah βsitosterol yang diperoleh dari akar dan buahnya. β-sitosterol termasuk ke dalam kelompok metabolit sekunder steroid dan telah digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya sebagai suplemen diet, obat BPH (benign prostatic hyperplasia (BPH), anti kanker, anti penuaan dini, dan juga dapat digunakan sebagai anti kolesterol. Secara taksonomi ada hubungan keberadaan senyawa kimia dan aktivitas biologi pada tumbuhan yang berkerabat ( dalam satu genus, atau satu family). Berdasarkan hal di atas dilakukan penelitian terhadap daun tumbuhan A.camansi untuk memperoleh informasi mengenai senyawa kimianya, yang penentuan strukturnya menggunakan GC-MS, UV, IR, spektra 1D (1H-NMR, 13 C- NMR, dan DEPT), dan spektra 2D (HMBC, HSQC, COSY). Selain itu dilakukan pula pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak heksana, ekstrak etilasetat, dan ekstrak metanol, serta kristal murni daun A. camansi pada mencit jantan Swiss Webster. Berdasarkan hal di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana cara mengisolasi senyawa steroid yang ada di dalam daun A. camansi 2). Bagaimana cara penentuan struktur senyawa steroid dalam tumbuhan A. camansi. 3). Bagaimana aktivitas antidiabetes dari ekstrak dan senyawa steroid diperoleh. yang 6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai senyawa steroid yang ada pada daun A.camansi, dan mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol daun dan kristal murninya pada mencit jantan Swiss Webster. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang kimia organik, khususnya bidang bahan alam. Senyawa yang diperoleh dari daun tumbuhan A.camansi akan dapat digunakan untuk membandingkannya dengan senyawa kimia yang ada pada daun A. altilis atau A. communis, yang selama ini sering disamakan antara ke-2 spesies ini. Senyawa ini dapat pula digunakan sebagai model molekul untuk dilakukan sintesis, jika senyawa ini bermanfaat sebagai obat. Manfaat lebih jauh bagi pakar kimia organik, senyawa kimia yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan untuk mempelajari reaksi-reaksi di dalam kimia organik, seperti reaksi penataan ulang, siklisasi, dan lain-lain. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi industri untuk pembuatan obat baru khususnya obat antidiabetes yang berguna bagi kemaslahatan umat, jika penelitian ini menunjukkan hasil yang positif.