BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Rantai suplai susu Alam yang melibatkan banyak pihak membawa permasalahan sendiri. Hal ini dikarenakan pihak-pihak tersebut tidak mempunyai sistem rantai suplai yang terintegrasi ( Integrated Supply Chain System). Selain itu juga perkiraan (forecast) yang berbeda-beda antara PT. ABC dan PT. XYZ untuk proses produksi yang dilakukan oleh PT. STU menambah inefisiensi dan inefektifitas, yang kerugiannya pada akhirnya akan ditanggung oleh pihak-pihak tersebut . 5.2. Saran Oleh karena itulah perlu dipertimbangkan oleh ketiga pihak tersebut di atas untuk membuat suatu sistem rantai suplai yang terintegrasi ( Integrated Supply Chain System. Dan sistem yang relatif lebih murah dan telah banyak dipakai oleh perusahaan yang menerapkan pengelolaan rantai suplai (Supply chain Management) adalah XML/EDI (Extensible Markup Language/Electronic Data Interchange) yang pada pengembangan selanjutnya penerapannya bisa dipadukan dengan Vendor Managed Inventory (VMI), Continuous Replenishment Program (CRP) ataupun Computer Assisted Ordering (CAO). Diharapkan dengan memakai sistem ini masing- masing pihak dapat saling berkoordinasi untuk meminimalisir terjadinya inventori sehingga cash flow dapat lebih lancar dan mereka dapat lebih fokus untuk menerapkan strategi pemasaran yang baik untuk berkompetisi di pasar. Mengenai biaya yang relatif cukup mahal yang kemungkinan timbul karena pengimplementasian sistem ini dapat ditutupi dengan penghematan-penghematan yang timbul karena pemakaian sistem tersebut, seperti aliran uang lebih lancar, serta penekanan biaya inventori dan biaya transportasi. Setelah biaya pengimplementasian itu mencapai break even point maka, tiap-tiap pihak dapat menyimpan penghematan biaya yang timbul untuk keperluan lain. Keuntungan yang lainnya adalah terciptanya kemungkinan timbulnya model bisnis baru atau kegunaannya bagi rantai suplai produk yang lain (sebagai keterangan tambahan, selain susu Alam, PT. XYZ juga sebagai prinsipal beberapa produk farmasi). Akan tetapi sebelum pengimplementasian sistem ini, masing-masing pihak perlu bertemu untuk menentukan sistem yang cocok bagi mereka baik dari sisi teknis maupun non teknis. Selain itu perlu juga diperhitungkan tentang business disruption – yaitu terganggunya proses bisnis sehari-hari karena personil masing-masing pihak harus membagi waktu kerja mereka untuk menangani proyek pengimplementasian sistem ini. Selain hal tersebut di atas harus juga diperhatikan beberapa Open Issues yang mungkin terjadi dalam pengimplementasian Model Arus Informasi Ini, antara lain: 1. Kesiapan dan kesediaan dari masing-masing personil komponen rantai suplai susu Alam dalam menerima Model Arus Informasi yang baru ini. Karena bila mereka kesulitan dan menolaknya maka biaya pengimplementasian akan menjadi sia-sia. 2. Pembagian biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak. Bila hal ini tidak didiskusikan maka akan menyebabkan timbulnya masalah yang pada akhirnya akan merusak kerjasama yang telah ada. 3. Bentuk pengimplementasiannya. Apakah bersifat menyeluruh dengan merombak total sistem yang telah ada atau memakai metode Pilot Project dahulu. Hal ini diperlukan untuk meminimalkan dampak kerugian yang mungkin terjadi. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa proyek pengembangan sistem rantai suplai yang terintegrasi ( Integrated Supply Chain System) dengan memakai XML/EDI (Extensible Markup Language/Electronic Data Interchange) yang pada proses pengembangan, penerapannya bisa dipadukan dengan Vendor Managed Inventory (VMI), Continuous Replenishment Program (CRP) ataupun Computer Assisted Ordering (CAO), layak dilaksanakan oleh PT. XYZ, PT. STU dan PT. ABC demi terciptanya rantai suplai susu Alam yang lebih baik dan menguntungkan pihakpihak yang terkait di dalamnya pada masa yang akan datang.