2 tinjauan pustaka

advertisement
2
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Perikanan Tangkap
Perikanan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai
dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (UU nomor 45 tahun 2009 jo
UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan). Hal ini sejalan dengan pemikiran
Kesteven (1973) dalam Monintja dan Yusfiandayani (2001) yang menyatakan
bahwa perikanan tangkap merupakan suatu sistem, yang terdiri beberapa elemen
atau sub sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Elemen-elemen atau sub sistem tersebut antara lain : sarana produksi, usaha
penangkapan, prasarana (pelabuhan), unit pengolahan, unit pemasaran dan
masyarakat pembina/penyedia layanan pendukung.
2.2
Dinamika Perikanan Tangkap
Charles (2001) menyatakan bahwa kedinamikaan perikanan tangkap
dipengaruhi oleh adanya perubahan pada 3 (tiga) sistem yaitu sistem alam, sistem
manusia dan sistem manajemen. Sistem alam sendiri terdiri dari ikan/biota yang
menjadi target tangkapan, ekosistem dan lingkungan biophisik. Sistem manusia
terdiri dari nelayan termasuk alat tangkap, kegiatan pasca panen dan konsumen,
rumah tangga perikanan dan komunitas serta kondisi sosial ekonomi dan budaya
sekitarnya. Pada sistem manajemen perikanan, yang termasuk didalamnya adalah
kebijakan perencanaan perikanan, manajemen perikanan, pengembangan dan
penelitian perikanan.
Berdasar pada ketiga sub sistem tersebut, apabila ada salah satu elemen
yang berubah, maka nelayan sebagai aktor utama dalam kegiatan penangkapan
akan langsung beradaptasi guna menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Dengan
demikian, effort atau upaya dalam melakukan penangkapan juga akan mengalami
perubahan yang pada akhirnya merubah pola penangkapan.
8
Hal yang senada juga diungkapkan Hilborn dan Waters (1992) yang
menyatakan bahwa dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan faktor
eksternal, nelayan akan menerapkan strategi penangkapan ikan tertentu dengan
mengalokasikan alat tangkapnya. Kedinamikaan upaya penangkapan tersebut
antara lain dipengaruhi oleh tingkat keuntungan dan teknologi yang diterapkan.
Selain itu, Charles (2001) menyatakan bahwa perubahan ini dipengaruhi oleh
faktor kelimpahan dan distribusi ikan, harga ikan dan pengelolaan sumberdaya
yang diterapkan.
2.3
Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan dapat diartikan sebagai tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan (Permen KP Nomor : PER. 16/MEN/2006).
Pelabuhan perikanan merupakan interface (pertemuan) antara daratan dan
lautan. Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menunjang berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan pra produksi hingga pasca produksi. Oleh karena itu,
keberadaan pelabuhan perikanan memliki peranan yang sangat penting dalam
kerangka pemanfaatan sumber daya perikanan (Solihin, 2008). Hal ini diperkuat
oleh UU No.45 tahun 2009 jo UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, yang
menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan memiliki fungsi pemerintahan dan
pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari prapoduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran.
Keberadaan pelabuhan perikanan dapat digolongkan menjadi 4 (empat)
tipe (Permen KP Nomor : PER. 16/MEN/2006), yaitu : Pelabuhan Perikanan
Samudra / PPS (Tipe A), Pelabuhan Perikanan Nusantara / PPN (Tipe B),
Pelabuhan Perikanan Pantai / PPP (Tipe C) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Pengolonggan pelabuhan perikanan tersebut didasarkan pada antara lain : daerah
9
penangkapan, fasilitas tambat labuh, panjang dermaga, luasan kolam pelabuhan,
daearah tujuan pemasaran dan ketersediaan lahan / fasilitas lainnya.
2.4
Pemasaran
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), pemasaran adalah kegiatan yang
bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa.
Tujuan dari kegiatan pemasaran adalah menempatkan barang-barang ke tangan
konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya berbagai
kegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses
pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses
penyebaran (dispersi).
Menurut Kotler (2000), pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas
untuk menyiptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada
konsumen.
Asosiasi pemasaran Amerika diacu dalam Kotler (2000) juga
mendefinisikan
bahwa
pemasaran
merupakan
proses
perencanaan
dan
pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran
individu dan organisasi.
Kotler (2000) juga memberikan pengertian bahwa konsep pemasaran tidak
sama dengan konsep penjualan. Konsep pemasaran mempunyai gagasan untuk
memuaskan pelanggan, sedangkan konsep penjualan hanya berfokus pada
kebutuhan penjual. Konsep pemasaran dimulai dengan proses pengidentifikasian
pasar yang baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua
aktifitas yang akan mempengaruhi pelanggan, dan menghasilkan laba dengan
memuaskan pelanggan. Hal ini sangat berbeda dengan konsep penjualan yang
berfokus pada produk-produk yang ada dan menuntut penjualan dan promosi
dengan cara keras untuk menghasilkan penjualan yang dapat menghasilkan laba.
Oleh karena itu dalam kegiatan pemasaran diperlukan strategi-strategi dan
langkah-langkah yang diambil oleh pemasar agar produknya dapat bersaing di
pasaran.
10
2.5
Sistem Distribusi Perikanan
Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran suatu barang dari
produsen ke konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Hanafiah dan Saefuddin
(1986), juga memberikan pengertian bahwa distribusi merupakan proses
pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah
yang membutuhkan.
Dengan demikian, adanya distribusi barang dapat
menciptakan nilai kegunaan tempat. Apabila distribusi ini dilakukan tepat waktu,
maka fungsi distribusi ini juga akan menciptakan kegunaan waktu.
Rahardi (2005), menyebutkan ada tiga komponen pendukung yang
memegang peranan penting dalam sistem distribusi perikanan yaitu : konsumen,
produsen dan pedagang atau perantara. Lebih lanjut Rahardi mengemukakan yang
dimaksud konsumen adalah pembeli akhir dari suatu produk perikanan dan
produsen adalah orang yang menanamkan modal baik langsung maupun tidak
langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan besaran yang didapat.
Sedangkan pedagang atau perantara adalah orang / lembaga yang berperan
sebagai penyalur produk dari produsen ke tangan konsumen.
Secara umum pola sistem distribusi pemasaran produk perikanan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu perikanan untuk kebutuhan industri (bahan baku)
dan perikanan untuk kebutuhan konsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan industri,
pola pemasaran produk perikanan golongan bahan mentah adalah sebagai berikut
(Gambar 3) :
11
Produsen
(Nelayan dan Pembudidaya ikan)
Pedagang Pengumpul lokal
Gradding dan
Standarisasi
Perusahaan (pengolah)
Gradding dan
Standarisasi
Pasar
domestik
Pedagang Pengumpul besar
Pasar
eksport
Gambar 3 Pola distribusi produk perikanan golongan bahan mentah.
Sedangkan pola pemasaran produk perikanan golongan barang konsumsi biasanya
dipasarkan dalam kondisi segar atau bahkan masih hidup. Secara umum pola
distribusinya adalah sebagai berikut (Gambar 4):
Produsen
(Nelayan dan Pembudidaya ikan)
Pedagang Pengumpul lokal
Pedagang Pengumpul besar
Pasar Lokal (dalam kabupaten)
Pasar Regional (dalam propinsi)
Pasar Nasional (luar propinsi)
Konsumen
Gradding dan
Standarisasi
Pasar Eksport
Cold Storage
(Pengepakan)
Eksport
Gambar 4 Pola distribusi produk perikanan golongan barang konsumsi.
12
2.6
Harga
Harga suatu barang adalah nilai tukar yang dinyatakan dalam suatu jumlah
mata uang (Hanafiah, 1986). Secara ilmu ekonomi (Hirshleifer, 1985), jika faktor
lain dianggap sama / stabil maka harga suatu komoditas memiliki hubungan yang
negatif dengan jumlah / kuantitas yang akan diminta dan akan memiliki hubungan
positif dengan jumlah yang ditawarkan. Dengan kata lain, semakin tinggi harga
suatu barang maka jumlah permintaan akan semakin turun demikian sebaliknya
jika harga suatu komoditas turun maka permintaan akan naik. Namun, hal yang
berbeda pada jumlah penawaran. Jumlah barang yang ditawarkan akan naik jika
harga barang tersebut mengalami kenaikan dan jika jika harga turun maka
penawaranpun akan turun (Gambar 5).
Harga (P)
Penawaran (S)
P1
P0
P2
Permintaan (D)
Jumlah (Q)
Q1
Q0
Q2
Gambar 5 Konsep keseimbangan permintaan dan penawaran (Hirshleifer, 1985) .
13
Pendekatan umum yang sering digunakan dalam penetapan harga adalah
(Kotler, 1997):
a. Berdasarkan biaya
Metode ini dilakukan dengan cara menambah angka standar pada
biaya produk. Beberapa alasan dalam menggunakan metode ini yaitu,
pertama karena pedagang lebih memastikan soal biaya daripada jumlah
permintaan.
Kedua,
jika
semua
perusahaan
dalam
industri
menggunakan metode ini, harga cenderung seragam dan persaingan
harga dapat diminimalkan. Ketiga, banyak orang merasa bahwa
penetapan harga dengan menambahkan angka pada biaya lebih wajar
bagi pembeli dan penjual.
b. Berdasarkan analisis titik impas dan laba sasaran
Metode ini merupakan cara penetapan harga yang sebanding
dengan biaya membuat dan memasarkan produk atau penetapan harga
untuk memperoleh laba sasaran yang diinginkan. Metode ini lebih
sering digunakan oleh penggelola sarana umum yang tidak boleh
melakukan pengembalian yang wajar atas investasi mereka.
c. Berdasarkan nilai
Penetapan harga berdasarkan nilai berarti bahwa pemasar tidak
dapat merancang produk, program pemasaran dan harga. Harga
dibentuk / dipertimbangkan tidak hanya berdasar pada biaya penjualan
melainkan secara bersama dengan persepsi pembeli mengenai nilai.
d. Berdasarkan persaingan
Pendekatan ini terdiri dari dua jenis yaitu, penetapan harga
menurut keadaan dan penawaran tertutup. Pertama, penetapan harga
menurut keadaan didasarkan atas harga dari pesaing dan kurang
memperhatikan biaya serta permintaannya sendiri. Pada kasus ini,
pemasar dapat memberikan harga lebih rendah, sama atau lebih tinggi
dari pesaingnya. Kedua, penawaran tertutup lebih berdasar pada
14
pendapat mereka mengenai bagaimana pesaing menetapkan harga
dibandingkan pada biaya atau permintaannya sendiri. Metode ini lebih
sering digunakan pada cara memenangkan nilai kontrak dengan
memberikan harga lebih rendah dibanding pesaingnya.
2.7
Penelitian Terdahulu
Alfranca, Oca dan Reig (2004) melakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk memperkirakan dinamika yang terjadi pada kegiatan perikanan
akibat adanya gejolak harga di pusat pasar ikan Kota Barcelona Spanyol.
Pendekatan autoregresi vektor digunakan untuk menjelaskan dinamika yang
terjadi. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa setiap perubahan peraturan
umum atau hal-hal yang mempengaruhi proses produksi akan selalu direspon oleh
pelaku kegiatan dibidang perikanan. Biasanya, perubahan yang terjadi adalah
mengarah pada keseimbangan baru dalam jangka waktu tertentu tergantung pada
pola dan kecepatan penyesuaian, sifat dan derajat ketidakseimbangan dalam
sebuah sistem perikanan.
Vasisht dan Singh (2004), melakukan suatu kajian untuk mengamati
stuktur pasar yang ada, harga pasar dan dampaknya terhadap hasil tangkapan ikan
laut di pantai Orissa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyaknya
pedagang perantara yang terlibat dalam rantai pemasaran akan menurunkan nilai
fisherman net share. Selain itu, hasil penelitian juga menyebutkan secara
signifikan bahwa setiap kenaikan harga ikan ditingkat grosir sebesar 1 % akan
meningkatkan jumlah ikan yang didaratkan sebesar 2,01% (dalam jangka pendek)
1,42% (dalam jangka panjang).
Suherman dan Adhyaksa pada tahun 2009 telah melakukan sebuah
penelitian di PPN Brondong yang bertujuan untuk menganalisis dampak sosial
ekonomi pembangunan dan pengembangan PPN Brondong. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan adanya dampak positif dari adanya pembangunan dan
pengembangan PPN Brondong. Hal tersebut dilihat dari adanya kesempatan
lapangan kerja baru dan berkembangnya usaha dibidang perikanan dan kelautan di
sekitar PPN Brondong.
Download