BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia masih terus dihadapkan pada krisis multidimensional, yaitu suatu keadaan di mana bangsa dan negara dilanda oleh beraneka ragam pertentangan besar maupun kecil baik dibidang politik, ekonomi, sosial, dan juga kebobrokan moral. Dari hasil berbagai kajian disiplin dan pendekatan, terdapat sebuah kesamaan pandangan bahwa krisis itu berpangkal dari krisis akhlak atau perilaku. Krisis ini secara langsung atau tidak, berhubungan dengan pendidikan.1 Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan sangatlah penting bagi setiap seseorang. Karena melalui pendidikan, seseorang akan mendapatkan informasi dan pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, semakin banyak pula informasi dan pengetahuan yang akan didapatkan. Menurut Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Nasional Indonesia, pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.2 1 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Ke-1, h. 9 2 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2012), h. 5 1 2 Pendidikan agama merupakan aspek yang paling penting bagi kehidupan manusia sendiri, karena agama merupakan suatu kebutuhan yang dapat mengatur, mengendalikan sikap, pandangan hidup, dan cara menghadapi berbagai problema kehidupan pribadi maupun orang lain secara lebih baik. oleh karena itu perlu adanya bimbingan, didikan serta pengarahan yang positif terutama penanaman agama kepada siswa secara terus-menerus dan berkesinambungan untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh, kemudian menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.3 Adapun tujuan dari pendidikan agama Islam, menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, ialah sebagai berikut: Menurut Prof. Dr. M. Athiyah al-Abrasyi, tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan moral yang tinggi. Beliau juga mengatakan bahwa mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari pendidikan. Tetapi bukan berarti tidak mementingkan pendidikan ilmu pengetahuan ataupun yang lainnya. Beliau mengatakan, bahwa memperhatikan pendidikan akhlak harus sama ketika memperhatikan pendidikan yang lainnya. Sedangkan menurut Drs. Abd. Rahman Sholeh, tujuan pendidikan Agama Islam ialah memberikan bantuan kepada manusia yang belum dewasa, 3 Muhaimin, Paradigma Islam (Bandung: Rosda Karya, 2004), h. 20 3 supaya cakap menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhai Allah SWT. sehingga terjalinlah kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri.4 Maka jelaslah, bahwa di samping untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, tujuan dari pendidikan agama Islam juga untuk membentuk akhlak/perilaku yang mulia berdasarkan ajaran agama Islam. Aqidah Akhlaq merupakan salah satu bahan kajian dari pendidikan agama Islam. Pendidikan Akidah Akhlaq di Madrasah memiliki karakteristik sebagai berikut: Akidah menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan / keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Dan akhlak menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela (madzmumah) dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak alkarimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh siswa dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka 4 112 Abu ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka cipta, 1991), Cet. Ke-1, h. 4 mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.5 Adapun tujuan dari mata pelajaran Akidah Akhlak itu sendiri, ialah sebagai berikut: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman siswa tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.6 Dengan demikian, diharapkan agar siswa tidak hanya pandai mengantongi ilmu pengetahuan agama saja, akan tetapi mereka mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal bersikap atau berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam tersebut. Perilaku merupakan tolak ukur kualitas diri seseorang. Jika ia berperilaku baik, maka ia disebut orang yang baik. Dan sebaliknya, jika ia berperilaku buruk, maka ia disebut orang yang tidak baik. Perilaku yang baik 5 Kementrian Agama Republik Indonesia, Aqidah Akhlak: Untuk Guru Madrasah Tsanawiyah Kelas IX (Jakarta: Kementrian Agama, 2014), Cet. Ke-1. 6 Ibid. 5 merupakan tanda kesempurnaan iman dalam agama Islam. 7 Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang dari Abu Hurairah ra: ِِ َﺣ َﺴﻨُـ ُﻬ ْﻢ ُﺧﻠُ ًﻘﺎ َ ْ أَ ْﻛ َﻤ ُﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ ْ ﲔ إِْﳝَﺎ ً أ “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya”8 Al-Qur’an juga menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia, yang diandaikan seperti pohon iman yang indah. Hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24: ﺖ َوﻓَـ ْﺮ ُﻋ َﻬﺎ ِﰲ ٌ َِﺻﻠُ َﻬﺎ َ ﺑ ْأ ب ا ﱠُ َﻣﺜَﻼ َﻛﻠِ َﻤﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً َﻛ َﺸ َﺠَﺮٍة ﻃَﻴِّﺒَ ٍﺔ َ ﻒ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ َﻛْﻴ َ ﺿَﺮ اﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎء “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit” (Q.S. Ibrahim: 24)9 Dari ayat tersebut dapat ditarik suatu contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang-ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan.10 7 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 22 Ahmad bin Syuaib abu Abdur Rahman an-Nasai, Sunan Al-baihaqi Al-kubra (Beirut: Darun Nasyar Darul Kutub al-Alamiyyah, 1991), Jld. 1, h. 192 9 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV. Sygma creative media corp., 2012), Cet. Ke-1, h. 252 10 Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2013), Cet. Ke-1, h. 142 8 6 Oleh karena itu, setiap muslim harus memiliki perilaku yang baik agar sempurna keimanannya. Pada usia remaja, anak mengalami kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran pada dirinya, sehingga berdampak pada perilakunya yang tidak stabil. Hal ini nampak pada pada kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan oleh siswa, misalnya mengucapkan kata-kata kotor, berbicara kasar, membolos sekolah, bahkan sampai berkelahi dengan temannya. Agar hal semacam itu tidak terjadi atau terulang lagi, maka harus dibentuk perilaku yang baik pada anak tersebut. Salah satu proses pembentukan perilaku yang baik adalah melalui proses pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non-formal. Dari pendidikan itulah anak akan mendapatkan pengetahuan tentang perilaku yang baik maupun perilaku yang buruk. Sehingga mereka mampu membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk, dan mereka juga mampu menerapakan perilaku yang baik dan menjauhi perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, secara umum menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlaq mempunyai peran yang sangat penting, yakni menciptakan manusia beriman dan bertaqwa yang mempunyai perilaku atau akhlaq yang baik. Namun, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah setiap siswa yang mempunyai hasil belajar yang baik pada mata pelajaran aqidah akhlaq, maka perilakunya sudah pasti baik? Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul 7 “KORELASI ANTARA HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DENGAN PERILAKU SISWA KELAS IX MTS. DARUSSALAM SIDODADI TAMAN SIDOARJO”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlaq siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo? 2. Bagaimana Perilaku siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo? 3. Bagaimana korelasi/hubungan antara hasil belajar materi pelajaran Aqidah Akhlak dengan perilaku siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang hasil belajar materi pelajaran Aqidah Akhlaq siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo 2. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang Perilaku siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo 3. Untuk menguji sejauh mana korelasi/hubungan antara materi pelajaran hasil belajar Aqidah Akhlak dengan perilaku siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo. 8 D. Kegunaan Penelitian 1. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam. 2. Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi peneliti, serta untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) Jurusan Pendidikan Islam Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. b. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi sekolah, khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq. E. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai Aqidah Akhlak dan perilaku di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fatkhur Rohim dengan judul penelitian “Pengaruh Prestasi Belajar Bidang Studi Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Di SMA Ma’arif Jombang Jember Tahun Pelajaran 2008/2009”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa r hitung= 0,149, sedangkan r tabel dengan resioko kesalahan 5 % = 0,195 dan 1%= 0,256. Karena r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ha ditolak dan H0 diterima, yaitu tidak ada pengaruh 9 prestasi belajar bidang studi aqidah akhlak dengan perilaku siswa di SMA Maarif jombang tahun 2008-2009 Dan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ulum Kamaluddin dengan judul penelitian “Hubungan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Dengan Karakter Siswa Di Ma Babussalam Kalibening”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan karakter siswa di MA babussalam kalibening mojoagung jombang. Hal ini berdasarkan uji hipotesis menggunakan rumus product moment yang dikemukakan pearson. Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut dapat diperoleh hasil rxy= 0,62, hasil perhitungan rxy yang diperoleh diinterpretasikan dengan r tabel product moment. Pada r tabel, nilai N= 150 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,159 karena r hitung (0,62) lebih besar dari r tabel berarti hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan karakter sisiwa adalah signifikan. Selanjutnya hasil perhitungan korelasi di atas akan diuji signifikansinya dengan rumus t yang hasilnya, pada t dk= 148 dengan derajat kepercayaan 95% atau resiko kesalahan 5 % daerah penerimaan hipotesis 0 (nol) terletak antara 1,960-1,90. Dengan demikian, nilai t hasil hitung sebesar 9,58 terletak diluar daerah penerimaan hipotesis 0 (nol) artinya (Ha) diterima yakni variabel prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak ada hubungan terhadap karakter siswa, berarti hubungan prestasi belajar aqidah akhlak dengan karakter siswa adalah signifikan. 10 Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Atiko Mufidah, yang meneliti tentang “Pengaruh Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kalanganyar Sedati Sidoarjo”. Penelitian tersebut mengahsilkan kesimpulan dengan hitungan rxy = 0,764 dengan df sebesar 64 diperoleh r tabel 5%= 0,244, 1%= 0,317. Karena r hitung lebih besar dari r tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, yakni ada pengaruh yang sangat kuat antara pendidikan aqidah akhlak terhadap perilaku siswa. Meskipun judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat kesamaan dengan penelitian terdahulu, akan tetapi masih ada perbedaan di dalamnya, yaitu perbedaan obyek penelitian, serta tempat dan waktu yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu. Dengan demikian, keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat, serta terhindar dari adanya interpretasi dan meluasnya masalah, maka peneliti memberi batasan ruang lingkup permasalahan sebagai berikut: 1. Penelitian ini membicarakan tentang hubungan hasil belajar Aqidah Akhlak dengan perilaku siswa di Mts. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo. 2. Karena keterbatasan waktu, maka populasi yang diambil bukan seluruh siswa disekolah tersebut, tetapi hanya siswa kelas IX, dan akan diambil beberapa sampel dari seluruh siswa kelas IX. 11 3. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq, dan difokuskan pada hasil belajar aspek kognitif yang akan diperoleh dari nilai UTS siswa kelas IX pada mata pelajaran tersebut. 4. Kesimpulan hasil penelitian ini hanya berlaku di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo saja. G. Definisi Operasional 1. Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat.11 2. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Atau secara sederhana, hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.12 3. Mata pelajaran aqidah akhlaq adalah salah satu pelajaran tentang keyakinan dan tata cara menanamkan akhlak atau perilaku yang baik dan menghindari akhlak atau perilaku yang buruk, yang harus diajarkan dan dipelajari untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan.13 4. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan/lingkungan.14 11 Meity Taqdir Qadratillah, dkk., Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h. 246 12 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet. Ke-2, Edisi Pertama, h. 5 13 Meity Taqdir Qadratillah, dkk., Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, h. 306 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, Edisi ke-3, h. 859 12 5. MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo adalah Madrasah yang dikelolah Yayasan Pendidikan Darussalam Sidodadi Taman dan dibawah naungan Lembaga Ma’arif, yang berdiri pada Tahun 1992, dan berlokasi di Desa Sidodadi Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo. Yang di gagas dan dipelopori oleh KH. Ahmad Munib, S PdI.15 H. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian yang berjudul “Korelasi Antara Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Dengan Perilaku Siswa Kelas IX Di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo”, menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluanyang memaparkan pokokpokok persoalan yang akan dibahas dalam penelitian, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, , dan sistematika pembahasan. Bab kedua merupakan bab landasan teori yang terdiri dari empat sub pokok bahasan. Pertama, pembahasan tentang tentang hasil belajar. Kedua, tentang mata pelajaran aqidah akhlaq. Ketiga tentang perilaku. Dan yang terakhir tentang korelasi antara hasil belajar aqidah akhlaq dengan perilaku siswa kelas IX di MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo 15 Dokumentasi MTs. Darussalam Sidodadi Taman Sidoarjo 13 Bab ketiga merupakan bab metode penelitian yang berisikan jenis dan rancangan penelitian, variabel, indikator dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab keempat merupakan bab hasil laporan penelitian, yang berisikan tentang deskripsi data, analisis data dan pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi dan saran-saran dari peneliti untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin dapat dilakukan oleh pihak yang terkait.