11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Harga Saham
Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas
yang telah listed di bursa efek, dimana saham tersebut telah beredar
(outstanding securities). Menurut Sunariyah (2006), harga saham adalah harga
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga saham
dapat dipengaruhi oleh situasi pasar antara lain harga saham dipasar perdana
ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten),
berdasarkan analisis fundamental perusahaan. Peranan penjamin emisi pada
pasar perdana selain menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan
saham kepada masyarakat sebagai calon pemodal.
Harga saham dapat juga didefenisikan sebagai harga yang dibentuk dari
interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh
harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Harga saham penutupan
(closing price) yaitu harga yang diminta oleh penjual atau harga perdagangan
terakhir untuk suatu periode (Aditya Ardia, 2014). Selembar saham
mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1) Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga
11
nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2) Harga Perdana
Harga ini merupakan harga saat saham itu dicatat di bursa efek. Harga
saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga
saham itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga
perdana.
3) Harga Pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa.
Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi harga, ini
disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena transaksi di pasar sekunder,
kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.
Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah
harga pasar
Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh
perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya (Abdul
Halim, 2005:31).
12
Menurut Sartono (2010:83), faktor-faktor penentu harga saham dapat
ditentukan secara fundamental dan teknikal, analisis fundamental merupakan
analisis yang berbeda dari analisis teknikal, karena analisis teknikal
menggunakan data tren kecendrungan harga saham masa lalu untuk
memprediksi harga saham di masa datang.
Menurut Susilo (2009) menyebutkan bahwa sesungguhnya faktor-faktor
yang memengaruhi harga saham terdiri dari berbagai faktor fundamental yang
sangat luas dan kompleks. Berfokus pada faktor tersebut, faktor fundamental
yang bersifat internal memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan
seperti current ratio, debt to equity ratio, return on investment serta firm size
dan faktor fundamental yang bersifat eksternal meliputi kondisi perekonomian
secara umum.
Samsul (2006:335) memaparkan bahwa terdapat banyak faktor yang
memengaruhi harga saham atau return saham, baik yang bersifat makro
maupun mikro ekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi maupun non
ekonomi dimana faktor makro ekonomi terinci dalam beberapa variabel
ekonomi, seperti inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, tingkat pertumbuhan
ekonomi, harga bahan bakar minyak dipasar internasional, dan indeks harga
saham regional. Faktor makro non ekonomi mencakup peristiwa politik
domestik, peristiwa sosial, peristiwa hukum dan peristiwa politik internasional.
Sementara itu, faktor mikro ekonomi terinci dalam beberapa variabel, misalnya
laba per saham, dividen per saham, nilai buku per saham, debt to equity ratio,
dan rasio keuangan lainnya.
13
Menurut Abdullah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
diantaranya pembagian dividen dan perkembangan perusahaan penerbitnya.
Menurut Harjito (2009:85), naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan, yaitu
sebagai berikut:
(1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja atau
kondisi suatu perusahaan. Kinerja atau kondisi suatu perusahaan dilihat
dari data-data laporan keuangan selama perusahaan melakukan kegiatan
operasi perusahaan. Laporan keuangan perusahaan akan menjadi tolak
ukur investor untuk mengetahui seberapa besar risiko yang akan
ditanggungnya dan keuntungan yang didapat. Sifat laporan keuangan dapat
mengetahui perusahaan itu sedang dalam kinerja yang baik atau buruk.
Oleh karena itu, dengan semakin besarnya kinerja dalam suatu perusahaan
maka berpengaruh terhadap kenaikan harga saham dan sebaliknya.
(2) Faktor eksternal
Faktor ekstenal adalah faktor yang tidak berkaitan langsung dengan
kondisi perusahaan dan faktor - faktor dari luar perusahaan, yaitu sebagai
berikut:
14
a) Tingkat suku bunga
Faktor suku bunga sangat penting, karena rata - rata semua orang
selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar termasuk investor
saham. Perubahan suku bunga yang terjadi maka tingkat pengembalian
hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Suku
bunga ini adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI)
selaku bank sentral dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Langkah Bank Indonesia untuk menaikkan dan menurunkan
suku bunga SBI merupakan bagian dari kebijakan moneter untuk
mengawasi perekonomian nasional, dengan menaikkan suku bunga
SBI tersebut, maka akan menyebabkan suku bunga di pasar uang akan
naik dan investor cenderung akan memindahkan dananya ke pasar
modal atau sebaliknya. Prilaku investor tersebut menyebabkan harga
suatu saham dapat naik atau turun yang pada akhirnya akan
menyebabkan harga saham secara keseluruhan terpengaruh.
b) Hukum permintaan dan penawaran
Pergerakan harga saham sangat berpengaruh apabila permintaan
terhadap saham meningkat dan penawaran yang terbatas akan
menyebabkan suatu harga saham menjadi naik atau sebaliknya.
c) News dan rumors
Berita dan informasi yang beredar di masyarakat yang menyangkut
berbagai masalah ekonomi, sosial, politik, dan keamanan suatu negara
sehingga menyebabkan investor kemungkinan melakukan tindakan
15
menjual atau membeli saham yang akan berdampak pada harga saham
secara keseluruhan.
d) Indeks harga saham
Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang waktu
tentunya menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara
dalam keadaan baik, sebaliknya, jika turun berarti iklim investasi
sedang buruk. Kondisi demikian akan memengaruhi naik atau turunnya
harga saham di pasar bursa.
e) Valuta asing
Kenaikan suku bunga dalam valuta asing, mata uang khususnya dollar
AS akan berpengaruh, hal ini mengakibatkan banyak investor
cenderung menjual saham yang dimilikinya dan investor beralih
memilih investasi ke valuta asing (valas). Tindakan yang dilakukan
oleh para investor ini akan mengakibatkan implikasi yang negatif
terhadap harga saham di pasar.
Faktor - faktor yang memengaruhi harga saham dalam penelitian ini hanya
difokuskan pada faktor internal perusahaan. Faktor internal merupakan
fundamental perusahaan yang menganalisis kinerja serta kondisi keuangan dan
ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham tersebut dan menjadi
pertimbangan utama dalam menanamkan investasi saham.
16
2.1.2 Economic Value Added (EVA)
EVA adalah pendekatan dalam menilai kinerja operasional perusahaan
secara adil, dimana kepentingan dan harapan pemilik modal (kreditur dan
pemegang saham) diukur secara tertimbang dari struktur modal. EVA
mengukur nilai tambah perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi
setelah pajak dengan biaya modal akibat investasi (Widyashanti, 2011).
Menurut Brigham dan Houston (2006), EVA adalah estimasi laba ekonomi
yang sebenarnya dari bisnis setelah biaya seluruh modal dikurangkan.
Sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan biaya modal ekuitas.
Pemodal mengorbankan peluang investasi dananya di tempat lain ketika
memberikan modal kepada perusahaan. Return dari tempat lain atas investasi
dengan tingkat risiko yang sama mencerminkan biaya modal.
EVA merupakan net operating profit after tax yang dikurangi dengan hasil
kalidari weighted average cost capital dengan invested capital atau dengan
kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang
menerangkan biaya modal terhadap laba operasi (Ardia, 2014). Jadi EVA
ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih operasional setelah pajak dan
tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil
penciptaan value dalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan
sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses penciptaan value tersebut.
EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika
manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan
17
bahwa mereka beroprasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimumkan
nilai perusahaan.
1) Manfaat EVA
Menurut Shidiq (2012) EVA sangat bermanfaat bagi penilaian kinerja
perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value
creation).
Penilaian
kinerja
dengan
menggunakan
pendekatan
EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang
saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti
halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat maksimum.
EVA dapat digunakan untuk mengindentifikasi kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan
atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif
menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan dengan
demikian sebaiknya diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek
akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat
risiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu
membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal
yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut.
18
2) Keunggulan dan Kelemahan EVA
EVA memiliki keunggulan antara lain (Utama, 1997):
a) EVA
memfokuskan
penilaiannya
pada
nilai
tambah
dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
b) EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding
seperti standar industri atau perusahaan lain sebagaimana konsep penilaian
dengan menggunakan analisa rasio. Dalam prakteknya data pembanding ini,
sering kali tidak tersedia.
Menurut Mirza (1997) dalam Mulia, (2002) meskipun EVA memiliki
beberapa keunggulan, namun teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan EVA antara lain:
a) Sulit menentukan biaya modal secara objektif. Hal ini disebabkan dana
untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya
modal yang berbeda-beda dan bahkan biaya modal mungkin merupakan
biaya peluang.
b) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang
lebih dominan.
c) Konsep ini sangat tergantung pada trasparasi internal dalam perhitungan
EVA secara tepat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang
trasparan dalam mengemukakan kondisi internalnya.
19
d) EVA jarang dipakai dalam praktik
e) EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis.
Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu alat
untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan
nilai. Perusahaan-perusahaan tersebut percaya bahwa penggunaan EVA akan
membuat kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik
modal (Arwiyati, 2012). EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh
suatu perusahaan kerena berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional,
EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi yang dilakukan. Dengan
diperhitungkannya biaya modal, EVA mengindikasikan seberapa jauh
perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal. Namun demikian,
dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan masalah, terutama kerena
diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal. Untuk itu dalam menerapkan
EVA, kita harus selalu memonitor dan mengevaluasi atas kewajaran tingkat
biaya modal.
3) Tolok ukur EVA
Menurut Stern Steward and Co dalam Novita (2003) Penilaian EVA dapat
dinyatakan sebagai berikut:
a) Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah
terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b) Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
20
c) Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi
proses nilai tambah.
2.1.3 Market Value Added (MVA)
MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukkan
seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama
perusahaan berdiri atau secara jelas MVA merupakan selisih antara nilai pasar
ekuitas (market value of equity) dan nilai buku ekuitas (book value of equity)
(Sukardi, 2009).
Menurut Brigham dan Houston (2010:111), MVA adalah perbedaan antara
nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan
dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan
jumlah saham yang beredar .
Sedangkan menurut Manurung (2007:133), MVA adalah perbedaan antara
nilai pasar dari perusahaan (hutang dan ekuitas) dengan total modal yang
diinvestasikan ke dalam perusahaan. Nilai pasar dari perusahaan merupakan
nilai perusahaan (enterprise value) dari perusahaan yang bersangkutan.
Dimana nilai ini merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang diklaim oleh
pihak lain terhadap perusahaan pada suatu waktu tertentu. Total modal yang
diinvestasikan kedalam perusahaan adalah seluruh investasi yang dilakukan
semua pihak kepada perusahaan pada suatu waktu tertentu.
21
Menurut Steward pada Rosy (2010) MVA suatu pengukur kinerja yang
tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan
bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan
(pemegang saham) akan bertambah bila MVA bertambah. Peningkatan MVA
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran
internal kinerja operasional tahunan. Dengan demikian, EVA mempunyai
hubungan yang kuat dengan MVA. Oleh karena itu, jika nilai MVA tinggi
menunjukkan perusahaan telah menciptkan kekayaan yang substansial bagi
pemegang saham. MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan
manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar
modal yakni kekayaan telah dimusnahkan (Young dan O’Byrne, 2001: 27).
1) Manfaat Market Value Added (MVA)
Manfaat Market Value Added (MVA) menurut Dimas Ragil (2007: 30)
dapat diaplikasikan pada perusahaan, antara lain :
a) Sebagai alat mengukur nilai tambah dari perusahaan guna meningkatkan
kesejahteraan bagi pemegang saham.
b) Dengan MVA investor dapat melakukan tindakan antisipasi sebelum
mengambil keputusan investasi.
c) MVA dapat dijadikan sebagai alat pengukur atau penilaian peningkatan
kekayaan para pemegang saham perusahaan.
22
2) Keunggulan dan Kelemahan Market Value Added (MVA)
Kelebihan MVA menurut Zaky dan Ary (2002: 139), MVA merupakan
ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis
trend sehingga bagi pihak menajemen dan penyedia dana akan lebih mudah
dalam menilai kinerja perusahaan.
Sedangkan kelemahan MVA menurut Zaky dan Ary (2002: 139), MVA
hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.
Menurut Turangan pada Siti Paus (2007: 25) terdapat beberapa kekurangan
MVA, yaitu :
a) MVA mengabaikan kesempatan biaya opportunitas dari modal yang
diinvestasikan pada perusahaan.
b) MVA adalah sebuah indikator “sekali bidik” yang mengukur perbedaan
nilai pasar dan modal yang diinvestasikan pada tanggal tertentu.
3) Tolak ukur Market Value Added (MVA)
Indikator yang digunakan untuk mengukur MVA menurut Meita Rosy
(2010: 5) dan Siti dkk (2006: 100) dimana:
a) Jika MVA > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai
modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana dimana pihak
manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan
kekayaan para pemegang saham pun menjadi bertambah.
b) Jika MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan
nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana dimana pihak
23
manajemen telah menurunkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para
pemegang saham pun menjadi berkurang
2.1.4 Likuiditas
Aset yang likuid merupakan aset yang paling mudah untuk dikonversikan ke
dalam bentuk kas (Bringham dan Gapenski, 1994:48). Menurut Bringham dan
Houston (2009:95) rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan
hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan
kewajiban lancarnya. Menurut Sartono (2010:114), likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial
yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan seringkali
diukur dengan rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai
operasionalnya dan melunasi kewajiban jangka pendeknya Deitiana (2011).
David (2010:208) mengatakan current ratio memiliki makna mengukur
sejauh mana perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya. Current ratio sering disebut sebagai rasio lancar karena
perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar. Besley dan Bringham
(2004:454) memaparkan bahwa rasio lancar menunjukkan sampai sejauh mana
kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi
kas dalam waktu dekat. Menurut Raharjaputra (2009:199) current ratio dapat
digunakan sebagai alat ukur atas kemampuan perusahaan dalam memenuhi
hutang atau kewajiban jangka pendeknya.
24
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham
EVA merupakan alat ukur kinerja perusahaan yang digunakan untuk menilai
kinerja operasional karena mempertimbangkan required rate of return yang
dituntut oleh investor dan kreditor. Dalam pengukuran EVA, jika EVA lebih
besar dari nol berarti menunjukkan adanya nilai tambah ekonomi terhadap
perusahaan selama operasionalnya dan biasanya akan direspon oleh
meningkatnya harga saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki EVA yang
tinggi akan lebih menarik bagi investor, karena semakin besar EVA semakin
tinggi nilai perusahaan yang berarti juga semakain besar keuntungan yang
dinikmati oleh pemegang saham. Sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran, semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham suatu
perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan harga saham perusahaan
tersebut di pasar modal mengalami kenaikan.
Apabila EVA sama dengan nol, berarti perusahaan berada pada kondisi
impas yang berarti return yang diharapkan sama dengan yang terdahulu selama
operasionalnya, apabila EVA berada di bawah nol mengindikasikan bahwa
perusahaan gagal memenuhi harapan para investornya dan biasanya direspon
dengan menurunnya harga saham (Stiyantoro, 2012). Oleh karena itu EVA
berpengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Natalia Mangatta (2011) menyatakan bahwa EVA
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
25
Adapun penelitian lainnya seperti penelitian yang dilakukan Mardiah,
Sugiarto dan Siagian (2006) menyatakan bahwa EVA memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Simanjuntak (2011) menyatakan bahwa EVA berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Serta penelitian oleh Panggabean (2005) menyatakan
bahwa EVA perusahaan dalam LQ45 mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap harga saham. Berdasarkan kajian-kajian penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa:
H1 : Economy Value Added (EVA) berpengaruh positif signifikan terhadap
harga saham.
2.2.2 Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap harga saham
Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan cara memaksimumkan
nilai perusahaan (Market Value of Firm). Memaksimumkan nilai perusahaan
sama dengan memaksimumkan harga saham. Kemakmuran pemegang saham
dapat dimaksimalkan dengan memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar
ekuitas dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh
para pemegang saham (pemilik perusahaan). Perbedaan tersebut dinamakan
Market Value Added (MVA) (Husnan dan Pudjiastuti, 2004).
EVA yang didiskontokan ke dalam nilai sekarang hasilnya adalah MVA.
MVA adalah ukuran kumulatif perusahaan yang memperlihatkan penilaian
pasar modal pada suatu waktu tertentu dari nilai sekarang EVA di masa
26
mendatang. Perubahan nilai EVA (bertambah atau berkurang) menyebabkan
perubahan yang searah di dalam nilai MVA (Rousana, 1997).
MVA merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan modal sendiri
yang disetor oleh pemegang saham. Nilai pasar saham adalah perkalian jumlah
saham beredar dengan harga saham. Harga saham diperoleh dari harga
penutupan (closing price) saham dalam satu tahun. Perusahaan yang baik
ditunjukkan dengan nilai MVA positif dan lebih besar dari satu. MVA positif
menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih
besar dari pada nilai buku per lembarnya, sehingga hal ini akan meningkatkan
minat investor untuk menanamkan sahamnya di perusahaan. Semakin besar
MVA maka menunjukan nilai tambah yang lebih besar bagi investor, sehingga
harga saham juga akan meningkat begitu juga sebaliknya. MVA adalah ukuran
kumulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada
waktu tertentu dari EVA yang akan datang, sehingga apabila EVA bernilai
positif maka MVA juga bernilai positif sehingga MVA berpengaruh positif
terhadap harga saham. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rosy Meita (2010) yang menyatakan bahwa MVA berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan kajian-kajian penelitian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa:
H2 : Market Value Added (MVA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham.
27
2.2.3 Pengaruh likuiditas terhadap harga saham
Current ratio dalam likuiditas perlu dipertimbangkan oleh investor
mengingat semakin tinggi tingkat current ratio maka akan semakin tinggi pula
tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya maka kinerja
yang ditunjukan oleh perusahaan semakin baik dan nilai perusahaan semakin
tinggi yang akan menyebabkan harga saham meningkat karena respon positif
investor yang akan berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ihsan (2009) bahwa, likuiditas
memengaruhi secara positif signifikan harga saham perusahaan tersebut, hal ini
juga sejalan dengan penelitian Pasaribu (2008) bahwa likuiditas berpengaruh
positif terhadap harga saham.
Ali dan Razi (2012) memaparkan bahwa current ratio merupakan rasio
yang sejauh ini dipandang terbaik bagi investor untuk melihat kemampuan
keuangan jangka pendek, current ratio memiliki pengaruh yang positif
terhadap harga saham perusahaan tersebut. Berdasarkan kajian-kajian
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
H3 : Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
28
Download