1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kesadaran masyarakat secara umum mengenai arti pentingnya kesehatan bagi tubuh sudah semakin tinggi dengan meluasnya informasi kesehatan. Berhubungan dengan hal tersebut, pemerintah meluncurkan program Indonesia Sehat 2010. Kesehatan sangatlah erat kaitannya dengan konsumsi pangan sehari-hari, konsumsi pangan yang buruk akan memberikan efek negatif pada kesehatan seseorang. Istilah “Back to Nature” adalah kata yang semakin sering terdengar akhirakhir ini. Istilah tersebut menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk kembali menggunakan bahan alami atau herbal, termasuk fungsinya dalam pengobatan. World Health Organization telah merekomendasikan penggunaan minuman atau obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis dan penyakit degeneratif. WHO juga mendukung upaya-upaya peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat-obatan modern karena memiliki efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat modern (WHO 2003). Menurut data Secretariat Convention on Biological Diversity, pasar global obat bahan alam mencakup bahan baku pada tahun 2000 mencapai nilai US$ 43 milyar. Data akurat mengenai nilai pasar obat tradisional di Indonesia belum dimiliki, tetapi nilainya diperkirakan lebih dari US$ 1 milyar (Depkes RI 2007). Menurut WHO (2003), negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terapkan. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi penduduknya menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu seperti kanker, dan meluasnya akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia. Sekitar 65% penduduk negara maju dan 80% penduduk negara berkembang telah menggunakan minuman atau obat herbal (WHO 2003). Seiring dengan hal tersebut, masyarakat menginginkan produk-produk pangan yang tidak hanya memiliki nilai gizi dan rasa yang enak tetapi juga memperhatikan keuntungannya dalam menjaga kesehatan tubuh. Produk 2 pangan seperti ini dinamakan pangan fungsional yaitu pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung didalamnya (Muchtadi 2001). Menurut Sampoerna dan Fardiaz (2001) pangan fungsional adalah makanan yang dikonsumsi layaknya makanan sehari-hari, mempunyai khasiat kesehatan tertentu berdasarkan pengetahuan, mempunyai karakteristik sebagai makanan yaitu karakteristik sensori, baik warna, tekstur dan cita rasanya, serta mengandung zat gizi disamping mempunyai fungsi fisiologis bagi tubuh. Indonesia adalah negara terbesar kedua setelah Brazil dalam kekayaan keanekaragaman hayati atau merupakan negara terbesar pertama apabila biota laut diperhitungkan. Dari sekitar 30 ribu jenis tumbuhan yang ada di Indonesia tersebut, lebih dari 1000 jenis telah dimanfaatkan untuk pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya akan bahan obat yang berasal dari alam (BPOM RI 2007). Esai Indonesia dalam bukunya Medical Herb Index in Indonesia mengungkapkan tidak kurang dari 7000 spesies tanaman dan tumbuhan yang memiliki khasiat obat (Kasahara 1995). Salah satu tanaman tersebut adalah Sterculia oblongata R.Brown atau dikenal sebagai Hantap. Tanaman Hantap yang merupakan jenis tanaman tropis yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena kondisi geografis Indonesia sangat baik bagi pertumbuhan tanaman Hantap sehingga mudah dibudidayakan. Sterculia oblongata R.Brown adalah salah satu spesies dari Sterculiaceae yang selama ini sering dipergunakan di masyarakat sebagai obat herbal untuk beberapa penyakit tertentu. Pengobatan dilakukan dengan membuat ekstrak daun Hantap secara tradisional dan tidak praktis yaitu dengan cara memotong, memeras, menyaring dan langsung minum. Kecamatan Cicurug, kecamatan Parungkuda dan kecamatan Cidahu terletak di kabupaten Sukabumi. Sebagian besar masyarakat yang tinggal adalah suku Sunda yang merupakan mayoritas suku yang ada di Jawa Barat. Daun hantap banyak ditemukan di sini dan masyarakat banyak yang menggunakan daun hantap untuk beberapa macam penyakit seperti panas dalam, sariawan, melancarkan BAB dan melancarkan persalinan. Penelitian pada daun hantap masih tergolong langka. Penelitian banyak dilakukan pada batang Hantap. Beberapa penggunaan Sterculia oblongata R.Brown yang diketahui adalah bagian bijinya dapat dimakan mentah dan memiliki flavor yang baik saat dipanggang. Hasil analisis proximat terhadap buah pohon ini menunjukkan kadar air 48%, abu 1.31%, serat kasar 41.72%, protein 3 kasar 5.61%, lemak kasar 50%, Kalsium 0.78%, Nitrogen 0.90%, Posfor 0.12%, Kalium 0.20%. Batangnya digunakan untuk bahan korek api dan sebagai tali karena kandungan serat yang baik. (J. Weidelt et al. 1976). Kandungan gizi dan zat bioaktif yang berhubungan dengan khasiat daun hantap terhadap berbagai penyakit belum banyak diketahui sehingga perlu dilakukan kajian ilmiah secara mendalam untuk membuktikannya. Untuk tahap awal diperlukan uji persepsi terhadap manfaat kesehatan sehingga menunjang daya terima yang baik di masyarakat. Pembuatan minuman ekstrak daun hantap juga masih tradisional dan tidak praktis sehingga khasiat minuman ini akan lebih bermanfaat bila minuman ini dapat menjadi produk minuman fungsional sesuai preferensi masyarakat dan dikembangkan dalam skala industri. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai persepsi masyarakat terhadap manfaat kesehatan dan upaya mengembangkan produk minuman fungsional dari ekstrak daun hantap. Tujuan Khusus 1. Menjajaki manfaat kesehatan minuman ekstrak daun hantap secara konvensional di masyarakat. 2. Menghasilkan minuman ekstrak daun hantap terbaik berdasarkan analisis daya terima (uji organoleptik) dan menguji kandungan fisikokimia dan fitokimia 3. Menjajaki persepsi tentang manfaat kesehatan setelah mengkonsumsi minuman ekstrak daun hantap pada orang dewasa selama periode tertentu 4. Menghasilkan minuman fungsional formula daun hantap yang terbaik berdasarkan analisis daya terima (uji organoleptik) dan menguji kandungan fisikokimia dan fitokimianya. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagaimana hal-hal sebagai berikut: 1. Memberikan bukti bahwa minuman ekstrak daun hantap ini dapat diterima dan memberi manfaat kesehatan di masyarakat. 4 2. Memperkaya jenis minuman berbasis tanaman asli Indonesia yang memiliki manfaat kesehatan. 3. Meningkatkan nilai ekonomis daun hantap sebagai bahan baku minuman fungsional dan membuka peluang usaha dalam bidang pangan yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. 4. Menjadi rujukan bagi penelitian lain karena sedikitnya literatur yang mengangkat manfaat daun hantap sebagai bahan baku minuman fungsional.