BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore) adalah suatu daerah yang ada di tepi laut terdiri dari daratan dan perairan dengan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi. Daerah pesisir aktivitasnya saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas darat dilakukan di daerah perairan dan aktivitas marin yang dilakukan di daerah daratan. Wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut yang memiliki panjang garis pantai mencapai 172 km (Kinarya, 2011). Membentuk tanjung yang menjorok kearah laut, sehingga terbagi menjadi dua wilayah pesisir Barat dan Selatan, berdasarkan kondisi geografis dinamika pesisir yang terjadi di pantai Barat, daratan sangat berpengaruh besar terhadap perubahan garis pantai, akibat dipengaruhi oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito yang sangat besar terutama erosi dan sedimentasi. Volume sedimen yang besar dari sungai Barito, bentang lahan yang landai, dan adanya arus laut mengakibatkan terjadi pengendapan sedimen yang intensif di laut pesisir barat. Menurut Marfai (2011) proses ini membentuk sub-aerial deposition coast dengan material yang menyusun pesisir adalah material lempung, lumpur, pasir serta material lain yang terbawa oleh proses darat. Sedangkan pesisir pantai Selatan faktor laut (marine) 1 yang sangat besar mempengaruhi daratan, proses marine membawa sedimen marin dan diendapkan di darat, proses ini membentuk marine deposition coast dengan material yang halus. Kemudian faktor lain yang mempengaruhi yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh angin, dimana pada bulan tertentu ketinggian gelombang mengakibatkan kerusakan di wilayah pesisir pantai, terutama pesisir pantai yang ada pemukiman penduduk. Wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut berpotensi mengalami bencana pesisir meliputi kenaikan muka air laut, kenaikan suhu permukaan laut, perubahan pola cuaca dan iklim. Kondisi ini juga dapat menimbulkan masalah lain, yaitu terjadinya perubahan garis pantai dengan meningkatnya erosi dan sedimentasi pantai yang mengancam wilayah pemukiman penduduk, tergenangnya serta rusaknya lahan produktif dan fasilitas umum, hilangnya ekosistem pesisir lahan basah, perubahan pola hujan dan meningkatnya frekuensi intensitas badai. Proses yang terjadi di atas diperparah oleh aktivitas manusia yang memberi tekanan pada wilayah pesisir, diantaranya pembukaan lahan secara besar-besaran yang memicu perubahan penggunaan lahan pesisir sehingga menjadi faktor utama kerusakan ekosistem dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir berpotensi mengalami bencana. Upaya adaptasi dan mitigasi bencana dalam pengelolaan wilayah pesisir harus segera dilakukan agar keberlanjutan aktivitas masyarakat pesisir tetap terjaga. Selama ini pesisir Kabupaten Tanah Laut pemanfaatannya cukup intensif akan tetapi belum diimbangi dengan penelitian-penelitian terkait interaksi antara faktor-faktor fisik perairan, iklim dan kondisi fisik di pesisir pantai barat dan 2 selatan. Walaupun ada beberapa penelitian, akan tetapi belum digunakan sebagai dasar strategi adaptasi dan mitigasi bencana dengan berbasis tipologi dan morfodinamika pesisir dalam pengelolaan wilayah pesisir di kawasan ini. Akibatnya, penanganan dan penanggulangan bencana dalam pengelolaan wilayah pesisir masih belum banyak diketahui, baik itu oleh pemerintah daerah dan masyarakat pesisir barat dan selatan. Berdasarkan fenomena yang terjadi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi morfodinamika pesisir barat dan selatan, tipologi dan perubahan penggunaan lahan pesisir. Tujuan akhir dari penelitian ini menyusun strategi adaptasi dan mitigasi bencana dalam pengelolaan pesisir dengan melakukan analisis bentuklahan, perubahan lahan dan garis pantai terkait potensi bencana dalam kurun waktu 17 tahun mulai dari tahun 1997 sampai tahun 2014. Wilayah pesisir barat dan selatan Kabupaten Tanah Laut adalah sebagai lokasi penelitian ini. 1.2. Permasalahan Wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut menjadi pertimbangan peneliti dikarenakan secara geografis memiliki bentuk tanjung dengan dua pesisir (barat dan selatan) yang karakteristik fisik dan jenis tipologi pesisir berbeda. Permasalahan yang terjadi di kedua pesisir Kabupaten Tanah Laut adalah kerusakan pesisir diantaranya erosi pantai, pendangkalan muara sungai akibat sedimentasi di beberapa muara sungai dan banjir pasang disertai gelombang tinggi yang banyak merugikan masyarakat. Fenomena ini menarik untuk dikaji oleh peneliti, sebab wilayah penelitian ini berpotensi mengalami bencana pesisir. 3 Beberapa permasalahan yang dapat diinventarisir oleh peneliti, baik melalui penelitian pendahuluan dan Sosialisasi Mitigasi Bencana Wilayah Pesisir di Kabupaten Tanah Laut kepada tokoh masyarakat, kepala desa pesisir dan pemerintah daerah, diantaranya sebagai berikut : 1. Awal tahun 2012 beberapa rumah nelayan mengalami kerusakan yang sangat parah akibat gelombang pasang, sehingga memaksa penduduk berpindah dari lokasi rumahnya ke tempat yang lebih aman. 2. Semakin mendekatnya garis pantai dengan permukiman nelayan, dimana 10 (sepuluh) tahun yang lalu perkampungan nelayan masih jauh dari garis pantai dan tertutup oleh tanaman mangrove. 3. Wilayah pesisir barat diantaranya Kecamatan Bumi Makmur, Kurau dan Takisung mengalami banjir pasang disertai gelombang tinggi. Kejadian ini juga dialami oleh peneliti sendiri pada saat praktek lapang tahun 2008 di Desa Takisung. 4. Terjadinya abrasi terutama di Kecamatan Kintap yang hampir merusak jalan masuk ke Desa Muara Kintap. 5. Terjadinya pendangkalan di Muara Sungai Kintap dan Swarangan, sehingga harus dilakukan penyedotan pasir dasar sungai oleh pemerintah daerah dibantu oleh swasta. Perbedaan pesisir barat dan selatan Kabupaten Tanah Laut yang memiliki morfodinamika dan tipologi pesisir yang berbeda, ditinjau dari beberapa parameter fisik yang mempengaruhi kerentanan pesisir sebagai salah satu penyebab potensi bencana pesisir, parameternya yaitu geomorfologi, kemiringan, 4 rata-rata pasang surut, kenaikan permukaan air laut, abrasi dan sedimentasi, ratarata tinggi gelombang, batimetri dan perubahan penggunaan lahan. Dalam hal pengelolaan pesisir terkait strategi adaptasi dan mitigasi bencana memerlukan konsep pengelolaan berbeda di masing-masing pesisir Barat dan Selatan Kabupaten Tanah Laut. Perbedaan tipologi pesisir dan tingkat kerentanan di masing-masing kecamatan di pesisir barat dan selatan menjadi faktor penentu dalam arahan strategi adaptasi bencana, diantaranya arahan dalam adaptasi secara protektif, akomodatif dan mundur. Pesisir pantai yang mengalami bencana banjir pasang dan erosi (abrasi) dalam penanganan secara protektif, akomodatif maupun mundur diperlukan strategi penanganan secara lunak, keras (bangunan pantai) dan bangunan lepas pantai, penanganan tersebut masing-masing akan berbeda disetiap tipologi dan parameter fisik pesisir. Berdasarkan permasalahan yang ada perlu dilakukan penelitian, dapat dirincikan pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tipologi masing-masing di pesisir Barat dan Selatan? 2. Bagaimana potensi bencana di pesisir Barat dan Selatan? 3. Bagaimana strategi adaptasi dan mitigasi bencana dalam pengelolaan di pesisir Barat dan Selatan? 1.3. Tujuan Berdasarkan rujukan dari rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 5 1. Mengetahui tipologi dan karakteristik di wilayah pesisir Barat dan Selatan Kabupaten Tanah Laut. 2. Menganalisis potensi bencana berdasarkan morfodinamika dan kerentanan di wilayah pesisir Barat dan Selatan Kabupaten Tanah Laut. 3. Strategi adaptasi dan mitigasi bencana dalam pengelolaan di wilayah pesisir Barat dan Selatan Kabupaten Tanah Laut. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Meningkatkan pengetahuan perbedaan tipologi, morfodinamika dan tingkat kerentanan bencana pesisir di sisi Pantai Barat dan Selatan Kabupaten Tanah Laut. b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah yang berpotensi bencana di masing-masing pantai barat dan selatan pesisir Kabupaten Tanah Laut. c. Memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah terkait strategi adaptasi dan mitigasi bencana dalam pengelolaan wilayah pesisir yang sesuai dengan tipologi, karakteristik, dinamika dan kerentanan bencana di masing-masing wilayah pesisir pantai Barat dan Selatan Kabupaten Tanah Laut. 6