dan precision untuk tiap-tiap kelas dan untuk sistem secara umum. Perangkat Lunak dan Perangkat Keras Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Windows XP SP 2 dan Matlab 7.0.1. Perangkat keras yang digunakan adalah sebuah notebook dengan prosesor AMD Turion 64 X2 2.0 GHz, memori 1 GB dan hard disk 120 GB. sebuah matriks berukuran 7 × 1100, karena terdapat 1100 buah citra di basis data dan setiap citra direpresentasikan dengan sebuah vektor yang memiliki elemen sebanyak 7 buah yaitu energy, moment, entropy, maximum probability, contrast, dan correlation. Hasil Temu Kembali Hasil temu kembali menggunakan informasi warna dapat dilihat pada Gambar 7. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 1100 citra yang dikelompokkan secara manual menjadi 10 kelas yaitu mobil, singa, matahari terbenam, tekstur, beruang, gajah, tanda panah, pemandangan, reptil, dan pesawat. Data ini berasal dari http://www.fei.edu.br/~psergio/MaterialAulas/G eneralist1200.zip. Citra memiliki format TIF dengan ukuran yang bervariasi. Beberapa contoh citra yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3. Praproses Citra Praproses citra dilakukan untuk menghilangkan garis tepi citra asli. Hal ini bertujuan agar Sobel edge detector tidak menangkap informasi yang salah dalam menentukan edge pada sebuah citra. Tahap ini dilakukan dengan melakukan operasi cropping. Gambar 7 Hasil temu kembali menggunakan informasi warna. Hasil temu kembali menggunakan informasi bentuk dapat dilihat pada Gambar 8. Ekstraksi Ciri a Ekstraksi ciri warna Hasil dari ekstraksi ciri warna untuk seluruh citra yang ada di basis data adalah sebuah matriks berukuran 162 × 1100, karena terdapat 1100 buah citra di basis data dan setiap citra direpresentasikan dengan sebuah vektor yang memiliki elemen sebanyak 162 buah. b Ekstraksi ciri bentuk Operasi sobel edge detector dilakukan terhadap semua citra di basis data, kemudian edge direction histogram-nya ditentukan. Setiap citra akan direpresentasikan dengan sebuah vektor berukuran 72 elemen. Hasil akhir dari proses ini adalah sebuah matriks berukuran 72 × 1100 karena ada sebanyak 1100 citra di basis data. Gambar 8 Hasil temu kembali menggunakan informasi bentuk. Hasil temu kembali menggunakan informasi tekstur dapat dilihat pada Gambar 9. c Ekstraksi ciri tekstur Hasil dari ekstraksi ciri tekstur untuk seluruh citra yang ada di basis data adalah 8 terpisah serta penggabungan ketiga informasi tersebut menggunakan model Bayesian. Tabel 1 menyajikan perbandingan nilai precision pada kelas mobil. Kelas ini terdiri atas 176 citra. Pada kelas ini, nilai rata-rata precision tertinggi diperoleh menggunakan model Bayesian network. Sementara itu, nilai rata-rata precision menggunakan informasi bentuk lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata precision menggunakan informasi warna dan tekstur. Hal ini disebabkan citra-citra pada kelas mobil memiliki bentuk yang hampir sama, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 9 Hasil temu kembali menggunakan informasi tekstur. Sementara itu, hasil temu kembali menggunakan model Bayesian network dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Hasil temu kembali menggunakan model Bayesian network. Evaluasi Hasil Temu Kembali Nilai recall dan precision dihitung untuk menentukan tingkat keefektifan proses temu kembali. Untuk mendapatkan nilai precision dari suatu kelas, maka setiap citra yang ada di kelas tersebut dijadikan sebagai citra kueri. Nilai precision untuk kelas tersebut diperoleh dengan merata-ratakan nilai precision dari setiap citra kueri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui performa model Bayesian network pada sistem temu kembali yang dibangun. Pada uraian di bawah ini akan dipaparkan nilai precision untuk beberapa kelas yaitu kelas mobil, singa, matahari terbenam, tekstur, dan gajah. Nilai precision yang disajikan adalah nilai precision untuk temu kembali berdasarkan informasi warna, bentuk, dan tekstur secara Tabel 1 Perbandingan nilai recall precision pada kelas mobil Recall Warna Bentuk Tekstur Bayes 0 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.1 0.3198 0.4447 0.3758 0.4993 0.2 0.2870 0.4079 0.3325 0.4413 0.3 0.2641 0.3936 0.3086 0.3999 0.4 0.2382 0.3791 0.2905 0.3646 0.5 0.2230 0.3643 0.2798 0.3412 0.6 0.2092 0.3408 0.2684 0.3194 0.7 0.1993 0.3171 0.2585 0.3012 0.8 0.1933 0.2887 0.2495 0.2834 0.9 0.1877 0.2348 0.2238 0.2537 1 0.1755 0.1654 0.1909 0.1920 Rataan 0.2997 0.3942 0.3435 0.3996 Kelas singa terdiri atas 103 citra. Nilai ratarata precision pada kelas singa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan nilai recall precision pada kelas singa Recall Warna Bentuk Tekstur Bayes 0 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.1 0.4746 0.2290 0.2572 0.5502 0.2 0.4104 0.2244 0.2047 0.4459 0.3 0.3794 0.2201 0.1787 0.3830 0.4 0.3475 0.2111 0.1589 0.3188 0.5 0.3163 0.2045 0.1519 0.2718 0.6 0.2965 0.2013 0.1397 0.2385 0.7 0.2748 0.1948 0.1116 0.2120 0.8 0.2552 0.1829 0.1087 0.1880 0.9 0.2313 0.1738 0.1092 0.1675 1 0.1156 0.1349 0.1095 0.1368 Rataan 0.3729 0.2706 0.2300 0.3557 9 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai ratarata precision tertinggi diperoleh ketika menggunakan informasi warna. Hal ini disebabkan citra-citra pada kelas singa memiliki kemiripan warna yang dapat diamati secara visual sebagaimana diperlihatkan pada Lampiran 3. Pada kelas ini, nilai rata-rata precision untuk model Bayesian network lebih rendah dari rata-rata precision menggunakan informasi warna, tetapi lebih tinggi dari ratarata precision menggunakan informasi bentuk dan tekstur. Akan tetapi, pada recall 0.1, 0.2, 0.3, dan 1 nilai precision menggunakan model Bayesian network lebih tinggi daripada menggunakan informasi warna. Sementara itu, nilai rata-rata precision untuk kelas matahari terbenam dapat dilihat pada Tabel 3. Kelas ini terdiri atas 102 citra. Tabel 3 Perbandingan nilai recall precision pada kelas matahari terbenam Recall Warna Bentuk Tekstur Bayes 0 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.1 0.3494 0.3356 0.4149 0.5640 0.2 0.2919 0.2624 0.3743 0.5089 0.3 0.2552 0.2194 0.3245 0.4708 0.4 0.2272 0.1972 0.3000 0.4305 0.5 0.2070 0.1769 0.2847 0.3796 0.6 0.1868 0.1602 0.2576 0.3292 0.7 0.1720 0.1457 0.2374 0.2815 0.8 0.1560 0.1319 0.2142 0.2290 0.9 0.1379 0.1171 0.1616 0.1752 1 0.1121 0.0946 0.1228 0.1123 Rataan 0.2814 0.2583 0.3356 0.4074 Berdasarkan Tabel 3, nilai rata-rata precision tertinggi diperoleh menggunakan model Bayesian network. Sementara itu, nilai rata-rata precision menggunakan informasi tekstur lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata precision menggunakan informasi warna dan bentuk. Sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 3 bahwa citra-citra pada kelas matahari terbenam memiliki warna dan bentuk yang lebih beragam, sedangkan teksturnya cenderung lebih mirip. Hal ini menyebabkan nilai precision untuk informasi warna dan bentuk lebih kecil. Tabel 4 menyajikan nilai rata-rata precision pada kelas tekstur. Kelas ini terdiri atas 175 citra. Berdasarkan Tabel 4, nilai rata-rata precision tertinggi diperoleh menggunakan model Bayesian network. Sementara itu, nilai rata-rata precision menggunakan informasi tekstur lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata precision menggunakan informasi warna dan bentuk. Hal ini disebabkan citra-citra pada kelas tekstur memiliki tekstur yang hampir sama, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 4 Perbandingan nilai recall precision pada kelas tekstur Recall Warna Bentuk Tekstur Bayes 0 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.1 0.4071 0.4418 0.5220 0.5780 0.2 0.3663 0.3701 0.4954 0.5394 0.3 0.3162 0.3210 0.4860 0.5218 0.4 0.2858 0.2939 0.4710 0.4958 0.5 0.2638 0.2671 0.4510 0.4601 0.6 0.2485 0.2513 0.3994 0.4096 0.7 0.2359 0.2317 0.3440 0.3536 0.8 0.2223 0.2079 0.2702 0.2881 0.9 0.2004 0.1782 0.2238 0.2300 1 0.1676 0.1609 0.1601 0.1637 Rataan 0.3376 0.3385 0.4384 0.4582 Pada Tabel 5 disajikan nilai rata-rata precision pada kelas gajah. Kelas ini terdiri atas 98 citra. Tabel 5 Perbandingan nilai recall precision pada kelas gajah Recall Warna Bentuk Tekstur Bayes 0 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.1 0.2876 0.5017 0.2194 0.4193 0.2 0.2027 0.4594 0.1956 0.3395 0.3 0.1871 0.4175 0.1715 0.3003 0.4 0.1725 0.3831 0.1621 0.2659 0.5 0.1668 0.3525 0.1536 0.2504 0.6 0.1620 0.3196 0.1478 0.2290 0.7 0.1533 0.2866 0.1385 0.2084 0.8 0.1428 0.2469 0.1363 0.1903 0.9 0.1292 0.2095 0.1317 0.1689 1 0.1028 0.1461 0.1062 0.1281 Rataan 0.2461 0.3930 0.2330 0.3182 Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai ratarata precision tertinggi diperoleh ketika menggunakan informasi bentuk. Pada kelas ini, nilai rata-rata precision untuk model Bayesian network lebih rendah dari rata-rata precision bentuk, tetapi lebih tinggi dari rata-rata 10 precision warna dan tekstur. Pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa citracitra-citra citra di kelas ini memiliki kemiripan kemiripan bentuk secara visual. Sementara itu, citra-citra di kelas tersebut memiliki warna dan tekstur yang lebih beragam. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata precision warna dan tekstur yang lebih kecil dari rata-rata precision bentuk. Grafik perbandingan nilai recall precision menggunakan informasi warna, bentuk, tekstur, dan model Bayesian network dapat dilihat pada Gambar 11. Perbandingan nilai rata-rata precision untuk kelas yang lain lain dapat dilihat pada Lampiran 4. Secara umum, nilai precision pada kelas-kelas tersebut memiliki kecenderungan yang hampir sama dengan kelas-kelas yang telah dibahas. Pada Tabel 6 disajikan nilai rata-rata precision untuk semua citra yang ada di basis data. Seluruh citra yang ada di basis data sebanyak 1100 citra digunakan sebagai citra kueri. Tabel 6 Perbandingan nilai recall precision rata-rata semua citra di basis data Recall Warna Bentuk Tekstur Bayes 0 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 0.1 0.4008 0.3346 0.3561 0.4861 0.2 0.3448 0.2859 0.3136 0.4223 0.3 0.3058 0.2580 0.2798 0.3777 0.4 0.2754 0.2407 0.2564 0.3386 0.5 0.2568 0.2221 0.2383 0.3050 0.6 0.2395 0.2062 0.2134 0.2704 0.7 0.2237 0.1914 0.1929 0.2415 0.8 0.2076 0.1735 0.1724 0.2122 Recall Warna Bayes 0.9 0.1924 0.1522 0.1525 0.1825 1 0.1586 0.1249 0.1267 0.1392 0 1.0000 1.0000 Peningkatan (%) 0.0000 Rataan 0.3277 0.2900 0.3002 0.3614 0.1 0.4008 0.4861 17.5591 0.2 0.3448 0.4223 18.3532 0.3 0.3058 0.3777 19.0406 0.4 0.2754 0.3386 18.6793 0.5 0.2568 0.3050 15.8142 0.6 0.2395 0.2704 11.4136 0.7 0.2237 0.2415 7.3467 0.8 0.2076 0.2122 2.1676 0.9 0.1924 0.1825 -5.4027 1 0.1586 0.1392 -13.8753 Rataan 0.3277 0.3614 8.2815 Berdasarkan Tabel 6, 6, nilai rata-rata precision tertinggi diperoleh menggunakan model Bayesian network. Sementara itu, nilai rata-rata precision menggunakan informasi warna lebih tinggi daripada menggunakan informasi bentuk dan tekstur. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sistem temu kembali yang dibangun, model Bayesian network dapat meningkatkan nilai precision. Model Bayesian network yang menggabungkan informasi warna, bentuk, dan tekstur terbukti lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan informasi warna, bentuk, atau tekstur secara terpisah. Peningkatan nilai precision berarti tingkat relevansi citra-citra yang ditemukembalikan dengan citra kueri lebih tinggi. Gambar 11 Grafik recall precision menggunakan informasi warna, bentuk, tekstur, dan Bayesian network. Sementara itu, peningkatan peningkatan nilai precision yang diperoleh menggunakan model Bayesian network disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Persentase peningkatan nilai precision menggunakan model Bayesian network Pada Tabel 7, nilai rata-rata menggunakan model Bayesian dibandingkan dengan nilai rata-rata menggunakan informasi warna. dilakukan karena nilai rata-rata precision network precision Hal ini precision 11 menggunakan warna lebih tinggi daripada bentuk dan tekstur. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan nilai precision sebesar 8.2815 %. Pada Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa performa model Bayesian network bagus untuk nilai recall antara recall 0 sampai 0.8. Sementara itu, untuk nilai recall 0.9 dan 1, performa model Bayesian network lebih kecil dari penggunaan informasi warna (nilai peningkatan precision bernilai negatif). Secara umum, penggunaan model Bayesian network meningkatkan nilai precision jika dibandingkan dengan penggunaan informasi warna, bentuk, atau tekstur secara terpisah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan model Bayesian network dalam pengukuran kemiripan citra dengan menggabungkan informasi warna, bentuk, dan tekstur dari suatu citra. Informasi warna diekstraksi dengan histogram 162, informasi bentuk dengan edge direction histogram, dan tekstur dengan co-occurrence matrix. Model Bayesian network memberikan nilai bobot secara automatis berdasarkan kepada informasi citra yang lebih dominan. Secara umum, model Bayesian network dapat digunakan untuk meningkatkan nilai precision hasil temu kembali. Nilai rata-rata precision untuk semua citra di basis data dengan menggunakan model Bayesian network lebih tinggi daripada menggunakan informasi warna, bentuk, dan tekstur secara terpisah. Pada beberapa kelas, nilai rata-rata precision menggunakan model Bayesian network lebih rendah dari salah satu informasi warna, bentuk, atau tekstur, tetapi tetap lebih tinggi dari dua informasi lainnya. Saran Model Bayesian network dapat bekerja dengan baik jika hasil ekstraksi ciri warna, bentuk, dan tekstur menghasilkan ciri yang bagus. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan menggunakan metode lain untuk ekstraksi ciri, baik ciri warna, bentuk, maupun tekstur untuk mendapatkan ciri yang lebih bagus. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan fuzzy color histogram untuk ekstraksi ciri warna, Hough transform untuk ekstraksi ciri bentuk, dan Tamura untuk ekstraksi ciri tekstur. DAFTAR PUSTAKA Baeza-Yates R & Berthier Ribeiro-Neto. 1999. Modern Information Retrieval. New York : Addison Wesley. Gonzalez RC, et al. 2004. Digital Image Processing Using Matlab. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Green B. 2002. Edge Detection Tutorial. http://www.pages.drexel.edu/%7Eweg22/ed ge.html [28 Juli 2008] Han J & Kai-Kuang Ma. 2002. Fuzzy Color Histogram and Its Use in Color Image Retrieval. IEEE Transaction on Image Processing, vol. 11, no. 8, 2002. Haralick RM & Linda G. Shapiro. 1992. Computer and Robot Vision. Vol. 1, p. 460. New York : Addison Wesley. Neapolitan RE. 2004. Learning Bayesian Networks. Illinois : Prentice Hall. Osadebey ME. 2006. Integrated Content-Based Image Retrieval Using Texture, Shape and Spatial Information [thesis]. Umea : Department of Applied Physics and Electronics, Umea University. Rodrigues PS & Arnaldo de Albuquerque Araujo. 2004. A Bayesian Network Model Combining Color, Shape and Texture Information to Improve Content Based Image Retrieval Systems. LNCC, Petropolis, Brazil. Vailaya A & Anil Jain. 1995. Image Retrieval Using Color and Shape. Michigan : Michigan State University. Vailaya A. 1996. Shape-Based Image Retrieval [thesis]. Michigan : Michigan State University. Vailaya A, et al. 1998. On Image Clasification : City Images vs. Landscapes. Michigan : Department of Computer Science, Michigan State University. Wahyuningsih Y. 2006. Metode Hough Transform untuk Ekstraksi Ciri Bentuk pada Citra Bunga [skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor. 12