BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Definisi pemasaran menurut William J. Stanton adalah: pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada, maupun pembeli potensial.1 Definisi diatas dapatlah diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas dari pada arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem. 2.2 Konsep Pemasaran Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Konsep pemasaran muncul ditahun 1950 dan menantang konsep yang 1 Drs. Bayu Swastha Dharmmesta dan Drs. T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE, 2000), Halaman 4. sudah ada. Dari pada berorientasi kepada produk dengan filosofi membuat dan menjual, terjadi pergeseran orientasi, yaitu fokus pada pelanggan dengan filosofi merasakan dan merespon. Pemasaran lebih kepada penataan yang menghasilkan, daripada suatu perburuan. Tugasnya bukan menemukan pelanggan yang tepat untuk suatu produk, tetapi produk yang tepat untuk konsumen, seperti yang diungkapkan Lester Wunderman. Konsep pemasaran bersandar kepada empat pilar, yaitu target pasar, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu dan keuntungan. Theodore Levitt menggambarkan persepsi yang kontras antara konsep menjual dan memasarkan. Konsep menjual membutuhkan perspektif dalam ke-luar, yang dimulai dari pabrik, fokus pada produk yang sudah ada, dan panggilan untuk menjual dalam jumlah besar, juga promosi untuk menciptakan penjualan yang menguntungkan. Sedangkan konsep pemasaran dimulai dengan pendefinisian pasar, fokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas yang akan mempengaruhi konsumen dan menciptakan keuntungan dengan memuaskan pelanggan. 2.3 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Program pemasaran meliputi sejumlah keputusan pada perpaduan dari tools marketing yang digunakan. Menurut Kotler ( Marketing Management Eleventh Edition , 2003 ), bauran pemasaran ialah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya dalam target yang sudah dibidik. McCarthy mengklasifikasikan alat-alat pemasaran menjadi empat grup besar yang disebut dengan empat P – marketing, yaitu : product, price, place, promotion. 2.3.1 Produk ( Product ) Produk adalah merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada sasaran atau konsumen. Produk merupakan segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk bisa berupa benda fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan atau ide. Produk dapat dikatakan bermanfaat apabila dengan adanya pembelian dan penggunaan produk yang dilakukan oleh konsumen, maka masalah-masalah yang ada atau yang dimiliki oleh konsumen dapat terpecahkan dan dapat diatasi. Jenis produk adalah unit produk yang bisa dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan, atau beberapa atribut lain. Misalnya sebagai contoh adalah program musik reality show sebagai sebuah produk, program Akademi Fantasi Indosiar (AFI ) adalah sebuah jenis produk. 2.3.2 Harga ( Price ) Harga adalah sejumlah uang atau biaya yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk bisa mendapatkan atau memperoleh suatu produk. Harga harus sesuai dengan nilai produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen. Apabila harga yang ditawarkan terlalu tinggi atau tidak sesuai, maka konsumen akan lebih memilih untuk menggunakan produk lainnya atau konsumen akan lebih memilih menggunakan produk kompetitor. 2.3.3 Tempat ( Place ) Tempat adalah berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh konsumen sasaran. Saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan dan perorangan yang memiliki hak atas produk , atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari produsen ke konsumen.2 Saluran distribusi memiliki tugas untuk memindahakan barang dari produsen ke konsumen. Saluran ini mengatasi kesenjangan penting yang ada dalam hal waktu, tempat, dan pemilikan, yang memisahakan barang dan jasa dari konsumen yang menggunakannnya. 2.3.4 Promosi ( Promotion ) Promosi adalah merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat menonjolkan keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh produknya dan membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut. Efektivitas suatu kegiatan promosi akan berpengaruh terhadap tingkat permintaan dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Tujuan promosi adalah untuk meningkatkan hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Tujuan promosi dari suatu produk adalah untuk memperkenalkan, membujuk, membentuk tingkah laku, dan mengingatkan kembali.3 Memperkenalkan merupakan tujuan promosi pada tahap pengenalan, pada tahap ini produk masih baru dan masyarakat belum mengenalnya dan bahkan tidak merasakan kehadiran produk tersebut. Oleh karena itu mempromosikan produk merupakan tujuan agar produk tersebut dapat diketahui dan dikenal masyarakat. Setelah itu kegiatan promosi ditujukan untuk membujuk konsumen agar mereka mau melakukan suatu pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Membentuk suatu tingkah laku merupakan salah satu strategi promosi dari perusahaan. 2 3 Philip Kottler, Marketing Jilid 2 ( Jakarta : Erlangga, 1995 ), halaman 279. Widyaningtyas Sistaningrum, Manajemen Penjualan Produk ( Yogyakarta: Kanisius, 2002 ), halaman 98. Tujuan promosi untuk mengingatkan kembali pada umumnya dipegang oleh perusahaan yang berada pada tahap kejenuhan dan penurunan. Pada saat tingkat penjualan menurun maka tingkat permintaan konsumen terhadap produk juga menjadi cenderung menurun, bahkan merek produk sudah mulai dilupakan oleh konsumen. Karena itu tugas perusahaan adalah melakukan kegiatan promosi yang bertujuan untuk mengingatkan kembali mengenai produk, agar konsumen tidak lupa terhadap produk dan merek produk tersebut. Sehingga mereka dapat menyadari bahwa produk tersebut masih hadir atau kembali hadir lagi ditengah-tengah mereka. Berikut dibawah ini adalah merupakan gambar yang menjelaskan mengenai perincian dari bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari product, price, place, promotion : Bauran Pemasaran Target Product : Macam Mutu Design Fitur Merek Pelayanan Purna jual Retur Kemasan Ukuran Price : Daftar harga Diskon Kelonggaran Masa Pembayaran Pemberian Kredit Pasar Promotion : Promosi penjualan Iklan Tenaga Sales Humas Pemasaran Langsung Place: Lokasi Inventaris Transportasi Saluran Jangkauan Golongan Gambar 2.1 Komponen 4P ( Marketing mix ), ( Kotler , 2003 ) Program acara televisi adalah merupakan produk jasa. Banyak hal yang dipertimbangkan dalam merancang suatu program acara agar acara tersebut dapat memenuhi target pemirsanya. Mutu sebuah acara televisi dapat dilihat dari kontinuitas acara tersebut, karena beberapa acara tertentu yang lebih menarik perhatian pemirsa, kurang bertahan lama dan jika diperhatikan kembali kualitas yang disajikan tidak begitu baik. Desain dan kemasan juga menentukan kesuksesan suatu acara, AFI merupakan jenis program televisi reality show dimana untuk mencari 12 finalis terbaik dilakukan audisi di beberapa kota besar di Indonesia, seperti di Surabaya, Bandung, Medan, dan Jakarta. Merek merupakan hal penting dalam menjual suatu produk, karena dengan adanya merek pemirsa akan lebih mengenal mengenai program televisi tersebut. Sebagai contoh para finalis AFI akan lebih dikenal karena membawa nama AFI, seperti Mawar AFI, Ferry AFI, Kia AFI, dan lainnya. Dalam pertunjukan AFI secara langsung, pihak AFI telah menetapkan harga tiket untuk pemirsa sebersar Rp 50.000 untuk satu buah tiket yang berlaku untuk dua orang pemirsa. Harga kaset AFI Rp 20.000, Harga Cd AFI Rp 60.000, dan Harga T-shirt AFI Rp 15. 000 – Rp 30.000. Promosi yang dilakukan oleh AFI dalam menjual programnya dengan cara melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan, seperti garuda food, wings, dan lainlain. Selain itu AFI juga melakukan kerjasama dengan beberapa media, baik media cetak, dan media radio untuk mempromosikan program AFI tersebut. Program AFI melakukan pertunjukan secara langsung dibeberapa tempat yang berbeda, seperti studio Indosiar, Teater Tanah Airku di Taman Mini Indonesia Indah, dan Jakarta Convention Center. Program AFI yang ditayangkan melalui televisi Indosiar memiliki jangkauan yang luas, tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga keseluruh pelosok Indonesia. 2.4 Strategi Pemasaran Jasa 2.4.1 Pemasaran Jasa Salah satu dari megatren dalam perekonomian dunia adalah pertumbuhan yang fenomenal dari industri jasa. Di Amerika industri jasa menguasai 73% dari total industriindustri lain. Menurut Bureau of Labor Logostics, industri jasa akan sangat mempengaruhi pertumbuhan perekenomian sepanjang tahun 2005 nanti. Hal ini menjadi salah satu yang menarik dalam usaha memasarkan jasa tersebut. Industri jasa cukup bervariasi. Sektor pemerintahan, dengan pengadilan , jasa tenaga kerja, rumah sakit, lembaga-lembaga kredit, pelayanan miiliter, kepolisian dan pemadam kebakaran, kantor pos, biro undang-undang, dan sekolah-sekolahnya, semuanya termasuk dalam usaha jasa. Sektor nir-laba swasta, dengan musium, yayasan dana sosial, universitas, yayasan sosial dan rumah sakit semuanya termasuk dalam bisnis jasa. Sektor bisnis yang baik termasuk penerbangan, bank, biro jasa komputer, hotel, perusahaan asuransi, bantuan hukum, praktek medis, perusahaan hiburan, pertelevisian dan perfilman, perusahaan perbengkelan las dan perusahaan real astate. Banyak pekerja dibidang manufacturing, seperti operator komputer, akuntan, dan staf hukum adalah penyedia jasa sejati, termasuk juga bisnis entertainment yang saat ini cukup marak di Indonesia. Pada kenyataannya mereka menciptakan pabrik jasa yang menyediakan jasa untuk menghasilkan produk. 2.4.2 Asal-usul dan ciri-ciri sebuah jasa Berbagai macam bisnis dan kegiatan bisa digolongkan sebagai jasa. Jasa dirumuskan sebagai berikut : Jasa adalah kegiatan atau manfaat yang bisa ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak bisa diraba dan tidak menghasilkan pemilikan apapun. Produksi mungkin dikaitkan atau mungkin tidak dikaitkan pada produk fisik. Jasa mempunyai empat ciri yang harus diperhatikan ketika merancang program pemasaran. TIDAK BISA DIRABA (Intangible). Jasa tidak bisa diraba. Jasa tidak bisa dilihat, dirasakan, dikecap, didengarkan, atau dibaui sebelum dibeli. Untuk mengurangi rasa ketidakyakinan, para pembeli jasa akan mencari bukti atas kualitas jasa tersebut. Mereka akan menggambarkan kualitas tersebut berdasarkan tempat (place), people, equipment (peralatan), komunikasi (communication materials), simbol-simbol (symbols), dan harga ( price ) yang mereka dapatkan. Misalnya, untuk memenuhi kepuasaan batin masyarakat, produsen-produsen acara hiburan menciptakan program acara yang semenarik mungkin demi memenuhi kebutuhan konsumen. TIDAK TERPISAHKAN (Inseperability). Jasa tidak bisa dipisahkan dari sumbernya, apakah jasa itu berupa orang ataupun mesin. Tetapi sebuah produk fisik muncul dengan tidak peduli apakah sumbernya ada atau tidak. Dalam kasus petunjukan musik, misalnya, ketika penggemar AFI mengunjungi konser AFI. Nilai hiburan tidak bisa dilepas dari akademia-akademia atau artis-artis AFI tersebut. Nilai hiburan tidak akan memadai apabila pembawa acara memberitahukan kepada penonton bahwa para akademia AFI tidak bisa hadir dan diganti dengan artis-artis lain. Ini berarti jumlah orang yang membeli jasa ini-yang menonton pertujukan secara langsung-terbatas jumlah waktunya ketika menikmati konser yang dipersembahkan oleh akademia AFI. Beberapa strategi muncul untuk mengatasi keterbatasan ini. Pemberi jasa bisa belajar bekerja dengan kelompok lain yang lebih besar. KETIDAK TETAPAN (variability). Ketidak tetapan jasa sangat tinggi, karena jasa tergantung pada siapa yang membeli dan kapan dan dimana mereka diberikan. Sistem karantina dan latihan-latihan yang diterapkan kepada akademia AFI akan menjadi kualitas yang lebih dari pada produsen-produsen lain. Dan hasil yang didapatkan academia AFI mungkin akan sangat berbeda dibandingkan peserta-peserta acara lain yang serupa. Pembeli jasa kerap kali sadar akan ketidaktetapan yang tinggi dan menanyakannya kepada orang lain sebelum memilih pemberi jasa. Perusahaan jasa bisa melakukan dua langkah untuk pengendalian kualitas. Pertama melaksanakan seleksi dan pelatihan yang baik. Langkah kedua memantau kepuasan konsumen melalui anjuran dan sistem keluhan, survey konsumen, dan perbandingan belanja agar jasa yang tidak baik bisa dideteksi dan dikoreksi. BISA-HANCUR (perishability). Jasa tidak akan disimpan. Jasa yang bisa hancur ini bukanlah menjadi masalah ketika permintaan tetap, karena mudah sekali mengatur pemberian jasa pada saat-saat sebelumnya. Ketika permintaan mengalami fluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah sulit. Earl Sasser telah menggambarkan beberapa strategi untuk menghasilkan kecocokan lebih baik antara permintaan dan penawaran dalam usaha jasa. Dalam segi permintaan : 1. Pembedaan harga akan mengalihkan beberapa permintaan dari masa ramai ke masa sepi. 2. Permintaan tidak ramai bisa ditumbuhkan. 3. Jasa hiburan bisa disuguhkan selama masa ramai untuk memberikan alternatif bagi para konsumen yang sedang menunggu. 4. Sistem pemesanan merupakan cara menangani tingkat permintaan. Dalam segi penawaran : 1. Karyawan tidak tetap (part-time) bisa diperkerjakan untuk melayani permintaan ramai. 2. Kerutinan efisiensi pada masa ramai bisa diperkenalkan. Para karyawan hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan penting selama waktu ramai. 3. Partisipasi konsumen yang semakin meningkat dalam tugas bisa dianjurkan. 4. Jasa terpisah bisa dikembangkan. 5. Fasilitas yang memungkinkan ekspansi bisa dikembangkan. 2.4.3 Elemen Kualitas Jasa Pertunjukkan Atribut AFI : 1. Actor Satisfaction 2. Actor Familiarity 3. Play Attitude 4. Theater Attitude 5. Time Schedule 6. Promotion Activities Satisfied/ Unsatisfied Gambar 2.2 Model Kualitas Jasa 2.4.4 Pengaruh kepuasan dan kepercayaan terhadap konsumen Ide dalam mengembangkan pemikiran tentang hubungan pemasaran, dikatakan bahwa, ada hubungan konsumen yang berkelanjutan, yang berorientasi dari transaksional kepada relasional Dwyers, Schurr dan Oh 1987; (Jackson 1985) merupakan salah satu penulis yang punya gagasan bahwa aplikasi dari transaksional atau relasional marketing harus berdasarkan kepada orientasi konsumen terhadap suatu hubungan. Ide Jackson, Anderson dan Narus selanjutnya, yaitu mengajukan organisasi agar menganalisa posisi konsumen berdasarkan transaksional yang berkelanjutan kepada penukaran kerjasama. Penulis ini berargumen bahwa, organisasi harus mengejar transaksional dan relasional marketing sekaligus karena tidak semua konsumen menginginkan hubungan kerjasama yang sama. Dwers, Sheurr dan Oh memberikan penekanan kepada kepentingan dari transaksional dan relasional yang berkelanjutan, dengan memasukkan tulisan dan kontrak hukum Macneils. Akhir dari kelanjutannya adalah penukaran hubungan (relationship), yang dicirikan dengan tindakan kerjasama dan penyesuaian diri bersama (mutual adjusment) dari kedua belah pihak seperti; pembagian keuntungan dan beban dari penukaran dan perencanaan untuk penukaran dimasa yang akan datang. Macneil mempertahankan transaksional yang solid atau pertukaran yang mempunyai ciri tersendiri yang relatif masih jarang dan beberapa aspek dari hubungan tersebut banyak menyerap berdasarkan perjanjian dari pertukaran antara pembeli dan penjual. Ide dari transaksional dan relasional yang berkelanjutan ini juga muncul dari teori dan penulis terkenal, yang menganjurkan pengembangan lebih lanjut dari kerjasama Dwyers, Schurr dan Ohs (1987) adaptasi dari model hubungan perkawinan ini, menjelaskan pengembangan diri merupakan sumber pengaruh dari hubungan pertukaran adalah ide utama dari kerjasama ini menyatakan secara tidak langsung, bahwa perbedaan dalam kepercayaan dan komitmen merupakan fitur yang membedakan pasangan pelanggan dari pelanggan lain dengan berorientasi kepada satu atau transaksi yang berulang (Berry 1995)Webster 1992)Text book dalam penjualan pribadi (Personal individu) Weits Castle berry dan Tunner 1995) dan retailing (Levy dan Weitz 1995) Weitz dan teman sejawat membedakan hubungan kerjasama dari fungsional pada dasar perbedaan dalam kepercayaan dan komitmen kepada pihak lainnya. Dalam study ini, kita meneliti transaksional dan relasional yang berkelanjutan, dan menguji dugaan tentang perbedaan konsumen. Berikut Jackson, Anderson dan Narus (1991), kita membagi dasar konsumen dari satu organisasi, dari suatu perusahaan nonprofit panggung (theatre) sampai ke grup konsumen yang dapat memberikan respon yang bervariasi kepada transaksional atau relasional marketing. Drawing on Macneil (1980) and Dwyer, Schur dan Oh (1987), kita mengklasifikasikan konsumen dari perbedaan hubungan kontrak seperti pembeli tiket pribadi yang merefleksikan perbedaan dalam sikap pertukaran hubungan. Setelah itu kita menguji saran dari teori kerjasama, yang menyarankan perbedaan dalam sikap pertukaran hubungan. Dan setelah itu kita menguji saran dari teori kerjasama yang menyarankan bahwa perbedaan dalam sikap pertukaran hubungan. Dan setelah itu kita menguji saran dan teori kerajasama yang menyarankan bahwa perbedaan yang besar dalam kepercayaan dan komitmen juga dicirikan dengan konsumen-konsumen ini. Beberapa tahun ini, terlihat ketertarikan yang berkelanjutan dalam pengembangan dan perbaikkan dari pengukuran dasar penelitian dalam rangkuman penilaian dan perasaaan, yang merefleksikan evaluasi organisasi pemasaran dari konsumen. Rangkuman gagasan ini mencakup kepuasan pelanggan terhadap perusahaan (Czeipel, Rosenberg dan Akerele 1974; Fornell 1992), persepsi kualitas service dari perusahaan (Parasuram, Zeithaml dan Berry 1994) dan merefleksikan hubungan yang menyangkut seperti kepercayaan dan komitmen terhadap organisasi (Morgan dan Hunt 1994). Ada beberapa argumen menonjol yang berfokus pada dasar dari evaluasi, dan gagasan ini memprediksikan perhatian pelanggan dimasa yang akan datang. Seperti Parasuraman, Zeithal dan Berry membenarkan Sevqual scale yang merasakan kualitas service atau kepuasan pelanggan, namun belum ada pembelajaran yang telah menguji bagaimana evaluasi dapat membedakan pelanggan yang punya hubungan bonds yang kuat atau lemah terhadap perusahaan. Kita mengembangkan hipotesa ini agar group pelanggan ini dapat membedakan, bukan hanya di level evaluasi namun juga di hubungan structural dari evaluasi tersebut. Teori kerjasama yang menyatakan bahwa konsumen dengan hubungan kuat, bukan hanya pada level kepercayaan dan komitmen yang tinggi, namun juga kepercayaan dan komitmen ini menjadi pusat dari struktur sikap dan kepercayaan (Morgan dab Hunt 1994). Implikasi dari argumen ini adalah kepercayaan dan komitmen tidak dapat dievaluasi untuk konsumen yang memiliki hubungan lemah. Kita menguji dasar pemikiran dengan menganalisa struktur evaluasi dari pelanggan secara terpisah yaitu orientasi hubungan yang rendah dan tinggi di dalam satu organisasi yang dimulai dengan penjelasan dari dasar gagasan dan setelah itu mediskusikan bagaimana struktur evaluasi yang dapat membedakan karena hubungan. Gagasan vokal (Focal Constructs) Hubungan pengambilan keputusan oleh pelanggan dengan organisasi pemasaran, berdasarkan perintah gagasan yang kuat seperti kepuasan pelanggan, penerimaan kualitas layanan, penerimaan keuntungan, kepercayaan dan komitmen. Global evaluasi ini dipercaya dapat merangkum pengetahuan dan pengalaman pelanggan. Berabad-abad, salah satu gagasan dari memprediksi sifat pelanggan adalah kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Penekanan hubungan pemasaran telah meluaskan faktor-faktor memprediksikan perhatian dimasa yang akan datang agar dapat memasukkan gagasan baru seperti kepercayaan (Moorman, Deshpande, Zaltman 1993); Morgan Hunt 1994) kita berfokus kepada peranan dari 3 gagasan ini, kepuasan secara keseluruhan, kepercayaan dan komitmen: dalam memprediksi perhatian pelanggan dimasa yang akan datang dengan membedakan bonds. Kita tidak hanya bisa mengidentifikasi hipotesa secara terpisah, tetapi interaksi setiap tipe pelanggan yang berbeda juga menunjukkan hasil yang berbeda. Overall Satisfaction (Kepuasan secara keseluruhan) Overall satisfaction merupakan evaluasi secara keseluruhan berdasarkan total pembelian dan pengalaman konsumsi terhadap barang atau service yang berkelanjutan. (Anderson, Formell dan Lehmann 1994, p 54) kepuasan kumulatif dapat dibedakan dari kepuasan spesifik transaksi pelanggan, yang merupakan penilaian evaluasi langsung setelah pembelian, atau respon yang efektif dari pengalaman transaksi yang dilakukan sebelumnya di perusahaan. Untuk evaluasi secara spesifik, penerapan market research biasanya mengukur kepuasan pelanggan sebagai dasar kepuasan dari level pelanggan, dan pada umumnya berdasarkan dari semua pengalaman dengan perusahaan. Kepuasan secara menyeluruh in merupakan gagasan kumulatif, yaitu menjumlahkan kepuasan dengan produk dan service yang spesifik dari organisasi dan juga kepuasan yang bervariasi dari perusahaan seperti fasilitas secara fisikal. Trust (kepercayaan) Kepercayaan biasanya dilihat sebagai suatu unsur yang essential untuk suksesnya suatu hubungan (Berry 1995); Dwyer, Schuur adan Oh 1987; Moorman, Deespande dan Zaltman 1993; Morgan dan Hunt 1994) Moorman, Desphande dan Zaltman (1993, p 82). Kepercayaan diartikan sebagai kesediaan untuk percaya kepada mitra kerjasama dimana punya percaya diri, dari itu mereka berharap dari hasil suatu kemampuan agar dapat menunjukkan aksi, percaya diri, perhatian Morgan dan Hunt (1994, p 23) mengartikan kepercayaan sebagai persepsi yang yakin dalam pertukaran kerjasama itu dapat diandalkan dan jujur. Kedua pengertian tersebut menekankan pentingnya percaya diri dan hal yang dapat di percaya dari konsep kepercayaan. Beberapa research cenderung mengartikan kepercayaan sebagai percaya diri dalam kejujuran dan integritas dari pihak lainnya seperti sales person (Crosby, evans dan Cowles 1990) Pembelajaran ini tidak hanya fokus pada kepercayaan terhadap individual, pembelajaran ini juga menguji kepercayaan pelanggan dalam organisasi, yaitu kualitas, kepercayaan dan service yang ditawarkan. Menggunakan definisi yang sama untuk kepercayaan, Gremler dan Bitner (1998) menemukan keuntungan physchological dari kepercayaan dan percaya diri ini yaitu lebih penting dari perlakuan yang spesial atau keuntungan sosial dalam hubungan pelanggan dengan perusahaan. Komitmen Hampir sama dengan kepercayaan, komitmen dikenal sebagai ramuan yang perlu untuk hubungan jangka panjang yang sukses (Dwyer, Schuur, dan Oh 1987; Morgan dan Hunt 1994). Komitmen telah didefinisikan sebagai dorongan hasrat untuk menjaga hubungan yang penting (Moorman, Zahman dan Deshpande 1992 p 316 Gundlach, Achrol, Mentzer (1995) berargumen bahwa komitmen mempunyai 3 komponen; sebagai suatu alat instrumen dari investasi, sebagai alat sikap yang dapat diartikan sebagai komitmen yang efektif atau alat pelengkap yang logis, sebagai dimensi sementara yang menandakan bahwa hubungan itu berlaku untuk seterusnya. Salah satu pendekatan untuk mengartikan dasar komitmen pelanggan terhadap organisasi adalah menerapkan model dari teori organisasi yang menyinggung komitmen pekerja terhadap organisasi (eg O Reilly dan Chatmen 1986). Suatu studi tentang komitmen pelanggan terhadap organisasi, yaitu mendukung level komitmen pelanggan untuk mengukur gagasan komitmen pelanggan dalam klub kesehatan (Kelley dan Davis 1994) atau ke toko swalayan (Bettecourt 1997) Literatur mengenai komitmen pekerja, yaitu menyarankan identitas pribadi dalam organisai, sebagai alat pelengkap physciological yang berhubungan dengan kemakmuran organisasi dimasa akan datang dan juga loyalitas. Kita menggunakan 4 aspek ini untuk menjelaskan komitmen dari pelanggan dari organisasi pentas seni. 2.5 Strategi Pemasaran Jasa Hiburan Perencanaan strategis merupakan salah satu hal yang perlu dipikirkan oleh sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena setiap terjadi perubahan, seperti persaingan yang semakin ketat, peningkatan inflasi, penurunan tingkat ekonomi, perubahan teknologi yang semakin canggih, dan perubahan kondisi demografis, yang mengakibatkan berubahnya selera konsumen secara cepat. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keuntungan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. 2.5.1 Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama tiga puluh tahun terakhir. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian tentang konsep strategi menurut beberapa ahli ekonomi: Chandler (1962): Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965): Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977): Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Porter (1985): Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. 2.5.2 Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. 2.5.3 SWOT Analisis SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weakness, serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan anatara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Untuk setiap perkembangan atau pertumbuhan sebuah unit bisnis, manajemen perlu mengidentifikasi peluang dan ancaman yang menyertai. Peluang Pasar adalah bidang kebutuhan atau minat potensial konsumen yang bisa dijalankan secara menguntungkan oleh perusahaan. Peluang bisa muncul dalam banyak bentuk dan para produsen harus terampil untuk mengenali. Akibat perkembangan yang terjadi pada unit bisnis tersebut akan menimbulkan ancaman. Ancaman adalah tantangan yang muncul dari kecenderungan atau perkembangan yang tidak diinginkan, yang menimbulkan pengurangan penjualan atau laba, dan apabila tidak ada tindakan akan berakibat pada sistem pemasaran. Jika manajemen telah mengidentifikasi ancaman dan peluang utama yang dihadapi unit bisnis tertentu, akan bisa dijabarkan daya tarik keseluruhan bisnis tersebut. Disatu sisi bisnis harus bisa mencari peluang yang aktraktif dan disisi lain harus mampu meraih keuntungan dari peluang tersebut. Setiap bisnis harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal. Memang pada akhirnya, bisnis tidak harus memperbaiki semua kelemahan ataupun terlalu bangga dengan semua kekuatan yang dimiliki. BERBAGAI PELUANG 3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL 4. Mendukung strategi defensive 2. Mendukung strategi diversifikasi BERBAGAI ANCAMAN Diagram 2.1 Analisis SWOT Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran 2 : Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar). Kuadran 3 : Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena perusahaan menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal. Salah satu alat yang dipakai untuk menyusun faktor – faktor strategis perusahaan adalah matrix SWOT. Matrix ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrix ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. a. Strategi SO: strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST: Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT: Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. STRENGHTS (S) Tentukan faktor-faktor Kekuatan internal OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO Tentukan faktor peluang Ciptakan strategi yang eksternal menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang THREATHS (T) STRATEGI ST Tentukan faktor ancaman Ciptakan strategi yang eksternal menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Diagram 2.2 Matrix SWOT WEAKNESSES (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 2.6 Karakteristik Pemirsa AFI Berbagai variable yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut ini: 2.6.1 Variabel Demografi Pengelompokkan responden berdasarkan demografi merupakan pembagian pasar kedalam kelompok-kelompok berdasarkan variable-variabel demografi, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan. Variabel demografi merupakan dasar paling populer untuk membedakan kelompok-kelompok konsumen. Satu alasan adalah bahwa tingkat keinginan, pilihan, dan pemakaian konsumen seringkali selalu dikaitkan dengan variable-variabel demografi. Alasan lain adalah bahwa variable-variabel demografi lebih mudah untuk mengukur daripada variable-variabel lainnya. Bahkan bila pasar sasaran dilukiskan dengan istilah-istilah non demografi, kaitannya dengan ciri-ciri demografi masih diperlukan. 2.6.2 Variabel Behavioral Dalam mengelompokkan konsumen berdasarkan behavioralistik atau prilaku para konsumen dibagi kedalam kelompok kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan mereka terhadap sebuah produk. a) Kesempatan (Alasan menonton): Para pemirsa televisi bisa dibedakan menurut kesempatan ketika mereka menonton atau melihat secara langsung program acara AFI. Segmentasi kesempatan bisa sangat membantu para produsen untuk meningkatkan daya tarik mereka terhadap program acara AFI. b) Status Pemirsa: Dalam hal ini program acara AFI memiliki pemirsa yang dapat dibagi dalam beberapa segmen sebagai berikut, pemirsa yang rutin menonton, jarang menonton, dan tidak pernah menonton. c) Loyalitas: segmentasi pemirsa berdasarkan pola loyalitas pemirsa. Konsumen yang loyal mutlak (Hard-core loyals) adalah konsumen yang selalu mengikuti program dan perkembangan acara AFI secara terus-menerus. Konsumen yang setengah loyal (Soft-core loyal) adalah konsumen yang mengikuti atau menonton acara lain selain AFI. Konsumen yang loyalitasnya berpindah-pindah (Shifting loyals) adalah konsumen atau pemirsa yang selalu menonton acara-acara yang berbeda. Konsumen yang sama sekali tidak loyal (Swietchers) adalah pemirsa yang sama sekali tidak menunjukkan loyalitas sama sekali terhadap suatu program acara. 2.6.3 Variabel Psikografi Dalam segmentasi psikografi, para konsumen dibagi kedalam kelompok yang berbeda-beda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, dan ciri- ciri kepribadian. Orang orang didalam kelompok demografi yang sama bisa memperlihatkan profil psikografi yang sangat berbeda. a. Kelas sosial: kelas sosial mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pilihan seseorang terhadap suatu produk, kegiatan diwaktu senggang, kebiasaankebiasaan lainnya seperti membaca, menonton program televisi, dan sebagainya. Banyak perusahaan merancang produk atau jasa yang dihasilkannya untuk kelas sosial khusus, dan memperbaiki citra produk atau jasa tersebut agar dapat menarik minat kelas sosial sasarannya. b. Gaya hidup: minat orang- orang terhadap berbagai macam barang dipengaruhi oleh gaya hidup mereka. Jika perusahaan tidak menyatakan kelompok gaya hidup mana yang dituju, mungkin tidak akan menarik kelompok tersebut secara khusus. c. Kepribadian: para pemasar juga menggunakan variabel-variabel kepribadian untuk membagi pasar menjadi segmen-segmen. Mereka memberikan kepribadian terhadap produknya yang berkaitan dengan kepribadian konsumen. 2.6.4 Variabel Perceived Quality Variabel ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai apakah suatu acara atau jasa hiburan mampu memuaskan pemirsanya atau tidak, ada atau tidaknya kesenjangan antara persepsi konsumen terhadap kualitas produk dengan tingkat kepentingan kualitas produk tersebut. Mengukur variabel ini berarti mengukur persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas yang dimiliki oleh produk tersebut, dimana atribut suatu produk direncanakan dan dibuat oleh perusahaan. Penentuan atribut disesuaikan dengan posisi yang diinginkan oleh perusahaan terhadap produknya di pasar, segmenatasi pasar, sasaran pasar, dan penempatan produk.