Nabire, 22 November 2005 - E

advertisement
ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR BANDANG DI BREBES JAWA TENGAH
TANGGAL 16 FEBRUARI 2017
BADANEusebio
METEOROLOGI
DAN GEOFISIKA
Andronikos Sampe,
S.Tr
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
PMG
Pelaksana Lanjutan
STASIUN
METEOROLOGI
NABIRE
Stasiun Meteorologi Nabire
I. PENDAHULUAN
BREBES (www.kbknews.id) – Meluapnya tiga Sungai besar di Brebes yakni Sungai Pemali, Sungai
Babakan, dan Sungai Cisanggarung telah menyebabkan banjir bandang di Brebes, dan membuat sejumlah wilayah
terendam banjir. Misalnya, di wilayah Desa Lengkong, Kecamatan Wanasari, air sampai menjebol tanggul Sungai
Pemali sepanjang 30 meter hingga meluap ke pemukiman warga sejumlah desa. Genangan air terjadi akibat
luapan sejumlah sungai, menyusul tingginya volume air setelah Labupaten Brebes dan sekitarnya diguyur hujan
deras tiga hari terakhir. Hingga kini belum ada laporan korban jiwa, tapi akibat kejadian banjir bandang tersebut
aktivitas perekonomian dan pendidikan masyarakat lumpuh beberapa saat. Puluhan sekolah terpaksa meliburkan
kegiatan belajar mengajar akibat terendam air, sementara ribuan rumah warga juga terendam, seperti dilansir
Radar Tegal, Jumat (17/2/2017). Sementara itu berdasarkan data yang dari Basarnas Kantor SAR Semarang,
hingga hari ini jumlah pengungsi mencapai 4.950 orang yang tersebar di 10 tempat pengungsian.
(radartegal.com) - Banjir bandang nasih menggenangi beberapa titik di Kabupaten Brebes, Jumat (16/2).
Genangan air terjadi akibat luapan sejumlah sungai, menyusul tingginya volume air setelah Labupaten Brebes
dan sekitarnya diguyur hujan deras tiga hari terakhir. Kendati belum ada laporan korban jiwa, tapi akibat kejadian
banjir bandang tersebut aktivitas perekonomian dan pendidikan masyarakat lumpuh beberapa saat. Puluhan
sekolah terpaksa meliburkan kegiatan belajar mengajar akibat terendam air. Sementara ribuan rumah warga juga
terendam. Tiga sungai besar, yakni Sungai Pemali, Sungai Babakan, dan Sungai Cisanggarung yang berbatasan
dengan Jawa Barat airnya meluapkan. Di wilayah Desa Lengkong, Kecamatan Wanasari, air sampai menjebol
tanggul Sungai Pemali sepanjang 30 meter hingga meluap ke pemukiman warga sejumlah desa.
Gambar 1. Sumber Informasi Banjir Bandang di Brebes tanggal 16 Februari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 2. Lokasi Peta Wilayah Brebes, Jawa Tengah
(Sumber : google maps)
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Satelit Cuaca
Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 IR pada tanggal 16 Februari 2017 yang diambil mulai pukul 09.40
s/d 18.50 UTC (16.40 s/d 01.50 WIB) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tebal (awan hujan)
meluas disekitaran wilayah Jawa bagian tengah. Terlihat kumpulan awan-awan konvektif tebal tersebut bergerak
masuk ke wilayah Brebes berasal dari arah barat pulau Jawa yaitu dari perairan samudera Hindia. Dari klasifikasi
jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan
suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 IR yaitu (-62) s/d (-69) 0C, yang berpotensi menimbulkan
hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah
Brebes pada jam 09.40 UTC.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 3. Citra satelit Himawari 8 IR pukul 09.40 s/d 18.50 UTC tanggal 16 Februari 2017
B. Dinamika Atmosfer
B.1 Suhu Muka Laut
Nilai analisis suhu muka laut di perairan dekat wilayah Brebes, tanggal 16 Februari 2017 berkisar 28 s/d
31 0C dengan anomaly (+0.5) s/d (+2). Nilai positif ini menunjukkan kondisi laut lebih hangat dan dapat
menambah peluang penguapan yang tinggi sehingga menambah pasokan bagi terbentuknya awan-awan hujan di
sekitar wilayah kejadian wilayah Brebes.
Gambar 4. SST dan anomaly perairan Indonesia tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : weather.unisys.com/)
B.2 ENSO (El Nino – South Osciilation)
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 16 Februari 2017 yang bernilai – 0.11 dan data SOI tanggal 16
Februari 2017 yang bernilai + 0.5, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 16 Februari 2017, menunjukkan
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
kondisi normal
pengaruhnya
tidak signifikan
hujanWILAYAH
harian di wilayah
Indonesia serta suplai uap
BALAIyaitu
BESAR
METEOROLOGI
DAN terhadap
GEOFISIKA
V
STASIUN
NABIRE
air dari samudera pasifik timur ke pasifik
baratMETEOROLOGI
tidak signifikan yaitu
aktivitas potensi pembentukan awan hujan
di wilayah Indonesia bagian timur rendah.
Gambar 5. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.3 MJO (Madden – Julian Oscillation)
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 16 Februari 2017 yang berada di kuadran VIII, sehingga
tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 6. Track MJO tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.4 Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 19 Agustus 2016 s/d 17 Februari
2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Brebes : 10 W/m2 s/d 30 W/m2. Anomali OLR bernilai positif
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
menandakan
tutupan
awanMETEOROLOGI
cenderung kurang tebal
rata-rata klimatologisnya
BALAI
BESAR
DANdari
GEOFISIKA
WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 7. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 19 Agustus 2016 s/d 17 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.5 DMI (Dipole Mode Index)
Indeks Dipole Mode menunjukkan nilai +0.28 mengindikasikan supply uap air dari Samudera Hindia
cukup signifikan ke wilayah Indonesia bagian Barat, sehingga aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia
bagian Barat cukup signifikan pula.
Gambar 8. Indeks IOD tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.6 Analisa Isobar
Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 16 Februari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia
bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 4 (empat) daerah tekanan rendah (Low Pressure).
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
Hal tersebut
menandakan
bahwa kondisi yang
aktifnya
pergerakan
BALAI
BESAR METEOROLOGI
DANmendukung
GEOFISIKA
WILAYAH
V massa udara dari wilayah
STASIUN
METEOROLOGI
Indonesia bagian utara menuju wilayah
Indonesia
bagian selatan. NABIRE
Gambar 9. Analisa Isobar Jam 00.00 tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.7 Angin Streamline
Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya
pergerakan angin yang membawa massa udara dari samudera pasifik yang melewati wilayah Kalimantan, wilayah
Sumatra bagian selatan dan terjadi konvergensi tepat diatas wilayah pulau Jawa. Selain itu adanya pola shearline
tepat diatas wilayah Jawa bagian tengah, yang dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif
penghasil hujan lebat serta angin kencang.
Gambar 10. Analisa Streamline Jam 00.00 & 12.00 UTC tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : www.bmkg.go.id/ & www.bom.gov.au)
B.8 Kelembaban Relatif
Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 500 & 200 mb jam 12.00 & 18.00 UTC, kelembaban
relatif berkisar antara 70 - 90%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level menengah sampai level
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
tinggi cukup
tinggi.
DapatMETEOROLOGI
disimpulkan bahwa
padaGEOFISIKA
saat kejadianWILAYAH
banjir bandang,
BALAI
BESAR
DAN
V kondisi udara basah hingga
STASIUN
METEOROLOGI
NABIRE
lapisan 200mb, sangat berpotensi untuk
perbentukan
awan-awan konvektif
di sekitar wilayah Brebes.
Gambar 11. RH Lapisan 500 & 200 mb jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 16 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.9 Indeks Labilitas Udara
Nilai K.Indeks yaitu 35 - 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang hingga
kuat.
Gambar 12. K.Indeks jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 16 Februari 2017
Nilai Lifted Indeks berkisar antara 0 s/d -1 yang mengindikasikan udara labil & kemungkinan potensi
badai guntur yang sedang.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 13. Lifted Indeks jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 16 Februari 2017
Nilai Showalter Indeks yaitu 0 s/d -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
Gambar 14. Showalter Indeks jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 16 Februari 2017
B.10 Analisa Udara Atas

Radio Sonde (RASON)
Berdasarkan profil sounding dari Stasiun Meteorologi Cilacap tanggal 16 Februari 2017 jam 12.00 UTC
(+ 120 km dengan wilayah Brebes) menunjukkan bahwa kelembaban udara vertikal (grafik garis warna hijau
sebelah kanan) lapisan permukaan hingga lapisan ketinggian 300 mb (10 km). Kelembaban udara tersebut adalah
kondisi ideal yang mendukung tumbuhnya awan. Level ketinggian yang tinggi menunjukkan pertumbuhan jenis
awan Cumulunimbus, yang memiliki karakter durasi waktu hujan yang cukup singkat dan disertai angin kencang.
Terlihat dari lapisan 700 s/d 600 mb & 450 s/d 350 mb, garis suhu dan garis titik embun saling berimpit. Hal ini
sangat mendukung pembentukan awan – awan konvektif (awan cumulunimbus) dan berpotensi terjadinya cuaca
buruk.
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 15. Profil Sounding jam 12.00 UTC tanggal 16 Februari 2017

PIBAL
Analisa udara atas (PIBAL) ini diambil dari Stasiun Meteorologi Tegal tanggal 16 Februari 2017 jam
06.00 UTC. Berdasarkan hasil pengamatan PIBAL pada tampilan Hodograph (Tegal berada di BBS), diperoleh
bahwa pada pembacaan 1 – 3, 6 – 9, udara bergerak secara siklonik. Ini menandakan udara mengandung adveksi
dingin, yang berarti juga udara Labil. Pembacaan 3 – 6, 9 – 10, udara bergerak secara anti siklonik. Ini
menandakan udara mengandung adveksi panas, yang berarti juga udara Stabil. Dapat disimpulkan bahwa ratarata dominan siklonik = adveksi dingin = udara labil. Hal ini sangat mendukung pembentukan awan – awan
konvektif (awan cumulunimbus) dan berpotensi terjadinya cuaca buruk.
Gambar 16. Tampilan Hodograph Pengamatan PIBAL Stasiun Meteorologi Tegal
tanggal 16 Februari 2017 jam 06.00 UTC
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Download