IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Restoran Gurih 7, Jalan Padjajaran No.102 Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Restoran Gurih 7 merupakan salah satu restoran yang menyajikan menu masakan Sunda. Selain itu, Gurih 7 sedang berkembang di tengah persaingan restoran-restoran tradisional Sunda yang ada di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari hingga bulan Maret 2012. 4.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ditunjang data yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal restoran. Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengelola Restoran Gurih 7, pengamatan langsung di lapangan pada kegiatan-kegiatan di Restoran Gurih 7 yang mendukung penelitian, dan pemberian kuesioner terhadap responden. Data sekunder diperoleh dari sumber informasi berupa laporan tertulis yang dimiliki pengelola Restoran Gurih 7. Data sekunder dalam penelitian ini juga diperoleh melalui studi pustaka hasil riset, hasil penelitian, literatur buku-buku dan artikel yang terkait dengan penelitian ini, serta data dan informasi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, serta Badan Pusat Statistik. 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dari Bulan Januari hingga Bulan Maret 2012 di Restoran Gurih 7 Kota Bogor dan instansi-instansi yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, antara lain teknik observasi, teknik wawancara, diskusi, teknik kepustakaan, dan pengisian kuesioner. Berikut uraian metode pengumpulan data yang digunakan: 41 1) Teknik observasi atau pengamatan langsung Merupakan cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti. Pengamatan langsung dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh restoran baik kegiatan operasional hingga kegiatan promosi yang dilakukan oleh pihak Restoran Gurih 7. 2) Teknik wawancara Merupakan cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan dengan Manajer Restoran Gurih 7, konsumen, non-konsumen, dan pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan blue ocean strategy Restoran Gurih 7. 3) Teknik diskusi Merupakan cara pengumpulan data dengan langsung melakukan wawancara secara mendalam dan bertukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi yang ada dengan pihak Restoran Gurih 7. 4) Teknik kepustakaan Merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan dari peneliti sebelumnya dan membaca buku-buku yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. 5) Teknik Pengisian Kuesioner Merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang diteliti. Pemberian kuesioner dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting dalam industri kuliner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden yang telah ditentukan yaitu pengunjung Restoran Gurih 7. 4.4. Metode Penentuan Responden Pada penelitian ini, metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah non probability sampling, yaitu dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan metode penentuan responden secara sengaja berdasarkan beberapa pertimbangan. Dalam studi kualitatif (qualitative study), hanya sampel kecil orang, kelompok, atau kejadian yang tanpa kecuali dipilih, dalam konteks sifat mendalam studi (Sekaran 2006). Studi kualitatif juga 42 memungkinkan untuk menggunakan desain pengambilan sampel apapun. Dalam penelitian ini, penentuan responden sebagai sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu dimana subjek dipilih berdasarkan keahlian atau peran responden dalam masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu, penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa responden merupakan pihak-pihak yang terkait dan mengerti mengenai industri kuliner, khususnya restoran tradisional sunda. Dalam penelitian ini, responden dibagi menjadi dua golongan berdasarkan waktu pembagian kuesioner, yaitu golongan pertama adalah konsumen dan nonkonsumen, serta golongan kedua adalah konsumen restoran tradisional Sunda. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan bersifat objektif. Areal pengambilan informasi dari responden berada di daerah Kota Bogor. 1. Golongan Pertama: Konsumen dan Non-konsumen Dalam penelitian ini, responden golongan pertama diberikan kuesioner tahap pertama. Kuesioner ini memberikan informasi mengenai hasil identifikasi terhadap faktor-faktor yang dijadikan sebagai ajang kompetisi dalam industri restoran tradisional Sunda. Responden yang diperoleh berjumlah 45 orang, yang terdiri dari 40 orang sebagai konsumen dan lima orang sebagai nonkonsumen. Semua responden tersebut sudah pernah melakukan aktivitas makan di restoran-restoran tradisional Sunda yang berada di Kota Bogor. Responden yang sudah pernah melakukan aktivitas makan di Restoran Gurih 7 sebesar 33 orang. Penentuan jumlah responden sebesar 45 orang berdasarkan atas jumlah sampel minimum yang disarankan oleh Siagian dan Sugiarto (2003), yakni 30 orang responden. Dasar penentuan responden golongan pertama adalah orang yang memiliki pengetahuan mengenai restoran tradisional Sunda, baik konsumen maupun non-konsumen. Kuesioner ini juga ditujukan kepada non-konsumen karena informasi dari nonkonsumen sangat bermanfaat untuk membuat ulang batasan-batasan pasar. Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan sengaja kepada konsumen yang melakukan aktivitas makan minimal dua kali di restoran tradisional Sunda dalam satu minggu terakhir. Hal ini bertujuan agar responden dapat me-recall ingatannya terhadap alasan dan motivasi mereka dalam melakukan aktivitas 43 makan di restoran tradisional Sunda serta dapat memberikan penilaian terhadap faktor-faktor kompetisi yang diajukan dalam kuesioner. 2. Golongan Kedua: Konsumen Restoran Gurih 7 dan restoran tradisional Sunda Responden pada golongan ini diberikan kuesioner tahap kedua untuk mendapatkan informasi mengenai hasil kinerja faktor-faktor kompetisi dalam industri restoran tradisional Sunda. Jumlah responden pada golongan kedua yang diambil berjumlah 45 orang. Dasar penentuan responden golongan kedua ini adalah para konsumen yang telah melakukan pembelian di Restoran Gurih 7 paling sedikit dua kali. Selain itu, responden juga telah melakukan pembelian paling sedikit dua kali di restoran tradisional Sunda lainnya, yaitu Restoran Saung Kuring dan Restoran Warung Nasi Ampera. Informasi dari responden tersebut dapat mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing restoran tradisional Sunda, yaitu Restoran Gurih 7, Restoran Saung Kuring, dan Restoran Warung Nasi Ampera. 4.5. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1) Tahap analisis deskriptif perusahaan dan industri restoran tradisional Sunda Kota Bogor, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian, seperti hasil wawancara dan hasil diskusi dengan responden . 2) Tahap analisis kemungkinan atau peluang penerapan strategi samudera biru, yaitu dengan mengkaji dan menganalisis secara deskriptif Restoran Gurih 7 serta mengkaji situasi industri restoran tradisional Sunda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peluang terciptanya strategi samudera biru. Kemudian dilakukan perumusan dan penerapan strategi samudera biru oleh pihak Restoran Gurih 7. 3) Tahap analisis formulasi strategi samudera biru, yaitu dengan merumuskan strategi samudera biru melalui tahapan-tahapan dalam metode analisis strategi samudera biru. Metode pengolahan data yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan konsep strategi samudera biru. Sebagian besar metode pengolahan data menggunakan metode analisis kualitatif. Alat-alat 44 analisis yang digunakan dalam metode analisis kualitatif, antara lain kerangka kerja enam jalan, kanvas strategi dan kurva nilai, tiga tingkatan non-konsumen, kerangka kerja empat langkah, skema hapuskan-kurangi-tingkatkan-ciptakan, dan rangkaian strategi samudera biru. Sedangkan, alat-alat dalam metode analisis kuantitatif adalah uji Cochran dan uji penilaian kinerja restoran terhadap faktorfaktor persaingan. 4.5.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan internal perusahaan, seperti organisasi perusahaan, karakteristik produk yang dihasilkan, produksi dan operasi, kegiatan pemasaran, serta penelitian dan pengembangan. Analisis ini dapat menggambarkan kondisi Restoran Gurih 7 dan industri restoran tradisional Sunda di Kota Bogor. 4.5.2. Kanvas Strategi dan Kurva Nilai Kanvas strategi digunakan untuk merangkum situasi terkini suatu industri, memahami situasi persaingan yang sedang terjadi, memahami faktor-faktor yang dijadikan ajang kompetisi dalam produk atau jasa, serta memahami apa yang didapatkan konsumen dari penawaran kompetitif yang ada di suatu pasar. Kanvas strategi memiliki dua sumbu, yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Sumbu horizontal pada kanvas strategi mewakili rentang faktor-faktor yang dijadikan ajang kompetisi oleh suatu industri. Sedangkan, sumbu vertikal merupakan tingkat penawaran kepada konsumen dari skor rendah hingga skor tinggi. Apabila perusahaan dalam suatu industri memiliki skor yang tinggi pada salah satu faktor kompetisi, perusahaan tersebut memberikan penawaran lebih kepada konsumen sekaligus menandakan perusahaan telah mengeluarkan lebih banyak investasi pada faktor kompetisi tersebut. Pada penelitian ini, penentuan faktor kompetisi pada sumbu horizontal kanvas strategi menggunakan brainstorming terhadap penelitian terdahulu terkait dengan objek penelitian ini, seperti perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan faktor-faktor kompetisi tersebut merupakan hasil pemikiran individu dan bersifat sangat subjektif. Begitu pula dengan skor pada sumbu vertikal. Hasil penelitian perilaku konsumen tersebut diperoleh faktor-faktor yang bersifat pada atribut 45 restoran tradisional Sunda. Atribut-atribut tersebut kemudian digabungkan dengan hasil identifikasi di lapangan dan diseleksi untuk ditanyakan kepada responden. Penentuan skor masing-masing faktor kompetisi pada penelitian ini dilakukan dengan menguji validitasi atribut atau faktor yang telah diidentifikasi. Pengujian validitas ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden kemudian diolah dengan alat analisis kuantitatif, yaitu Uji Cochran. Setelah diperoleh faktor-faktor yang valid, dilakukan penyebaran kuesioner kembali tentang penilaian restoran tradisional Sunda berdasarkan faktor-faktor yang telah diuji validitasnya. Responden akan memberikan skor pada setiap faktor. Total skor yang didapatkan dari hasil kuesioner responden dihitung nilai rata-ratanya sebagai dasar untuk menentukan penilaian pada sumbu vertikal kanvas strategi atau untuk membuat kurva nilai masing-masing restoran tradisional Sunda yang dibandingkan. Setelah kurva nilai didapatkan, situasi industri restoran tradisional Sunda di Kota Bogor dapat diidentifikasi. Hasil dari kanvas strategi digunakan untuk melihat profil strategis dari masing-masing restoran sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuktikan adanya situasi persaingan. 4.5.3. Uji Cochran Durianto (2004) menyatakan bahwa uji Cochran digunakan untuk mengetahui validitas atau menguji nyata hubungan setiap asosiasi yang ada dalam suatu merek. Uji Cochran pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui validitas dan menyeleksi faktor-faktor kompetisi dalam industri restoran tradisional Sunda, sehingga dapat menghasilkan faktor-faktor kompetisi yang valid dalam industri restoran tradisional Sunda menurut perspektif konsumen, non-konsumen, pihak Restoran Gurih 7, dan pesaing. Pengujian Cochran memiliki beberapa langkah, antara lain sebagai berikut. 1) Membuat hipotesis pengujian Hipotesis pengujian terdiri dari dua hipotesis, yaitu Ho dan H1. Ho: Kemungkinan jawaban YA adalah sama untuk semua faktor kompetisi H1: Kemungkinan jawaban YA adalah berbeda untuk setiap faktor kompetisi 46 2) Menggunakan rumus perhitungan statistik Q Rumus yang digunakan untuk menghitung statistik Q: Q= C(C-1) ΣC j 2- (C-1) N2 CN-ΣR i 2 R Keterangan: Q = Indeks validitas C = Jumlah variabel (atribut/ faktor kompetisi) R i = Jumlah barisan jawaban YA C j = Jumlah kolom jawaban YA N = Total Besar R 3) Tolak Ho bila Q> χ2 (α, y) , y= C-1 Apabila diperoleh Q> χ2 (α, y) , y= C-1 maka tolak Ho, artinya belum cukup bukti untuk menerima Ho sehingga diperlukan pengujian tahap dua untuk mengurangi faktor-faktor kompetisi yang diuji dengan melihat pada jumlah C j terkecil. Sedangkan, apabila diperoleh Q< χ2 (α, y) , y= C-1 maka terima Ho, artinya faktor-faktor kompetisi yang diuji telah valid. Pada penelitian ini, faktor-faktor kompetisi dalam industri restoran tradisional Sunda yang telah diidentifikasi dan diujikan kepada responden, kemudian diujikan validitasnya dengan menggunakan Uji Cochran. Pada pembagian kuesioner tahap pertama, faktor-faktor kompetisi yang telah diidentifikasi sebelumnya berjumlah 23 faktor. Faktor-faktor ini diujikan kepada responden konsumen dan non-konsumen yang telah ditentukan sebesar 45 responden, yaitu 33 responden adalah konsumen Restoran Gurih 7, tujuh responden adalah konsumen restoran tradisional Sunda selain Restoran Gurih 7, dan lima responden lainnya adalah bukan konsumen restoran tradisional Sunda tetapi memiliki pengetahuan mengenai restoran tradisional Sunda. Informasi yang didapatkan dari kuesioner tersebut diolah dengan menggunakan metode Uji Cochran, yaitu faktor-faktor kompetisi tersebut diseleksi sehingga dihasilkan enam faktor kompetisi dalam industri restoran tradisional Sunda. Keenam faktor tersebut, antara lain citarasa makanan dan minuman, harga yang ditawarkan, keramahan dan kesopanan pramusaji, dekorasi ruangan yang menarik, kenyamanan dan perasaan aman selama berada di dalam restoran, serta kebersihan dan kerapihan restoran. Penjelasan mengenai keenam faktor tersebut secara jelas 47 akan dibahas pada bab analisis situasi industri restoran tradisional Sunda. 4.5.4. Uji Penilaian Kinerja Restoran terhadap Faktor-Faktor Kompetisi Penilaian kinerja digunakan untuk menentukan tingkat kinerja perusahaan terhadap faktor-faktor kompetisi pada sumbu vertikal kanvas strategi dengan menggunakan skala ordinal. Pada penelitian ini, responden akan memberikan penilaian berupa skala ordinal dari skala satu untuk tingkat kinerja rendah hingga skala enam untuk tingkat kinerja tinggi. Penilaian responden dengan menentukan nilai terhadap masing-masing faktor tersebut kemudian diakumulasikan dan dirata-ratakan dengan menggunakan rumus berikut. Rumus nilai rata-rata Q x : Q x = ΣC j n Keterangan: Qx = Rata-rata nilai pada faktor x ΣC j = Jumlah totak penilaian kinerja faktor x dari seluruh responden n = Jumlah responden Hasil dari rataan yang telah dihitung dapat dipetakan ke dalam rentang skala ordinal untuk lebih memperjelas interpretasinya secara tepat, yakni dengan mempertimbangkan informasi interval berikut. Interval = Nilai tertinggi-nilai terendah = 6 – 1 = 0,833 Banyaknya kelas 6 Setelah mengetahui interval secara tepat, maka interpretasi letak rataan penilaian responden terhadap setiap faktor yang dinilai sebagai berikut. 1) 1,00 – 1,83 = sangat tidak sesuai 2) 1,83 – 2,67 = tidak sesuai 3) 2,67 – 3,50 = cukup tidak sesuai 4) 3,50 – 4,33 = cukup sesuai 5) 4,33 – 5,17 = sesuai 6) 5,17 – 6,00 = sangat sesuai 4.5.5. Kerangka Kerja Enam Jalan Kerangka kerja enam jalan merupakan pendekatan yang digunakan untuk membuat atau merekonstruksi batasan-batasan pasar sehingga dapat menciptakan samudera biru. Kerangka kerja enam jalan berlaku umum untuk semua sektor 48 industri dan membantu perusahaan dalam pembuatan ide-ide samudera biru yang tahan lama secara komersil. Enam jalan tersebut merupakan pencermatan terhadap industri alternatif, kelompok strategis dalam suatu industri, rantai pembeli, penawaran produk dan jasa pelengkap, daya tarik emosional-fungsional bagi pembeli, dan waktu. Adapun penjelasan mengenai kerangka kerja enam jalan dapat dilihat pada sub bab merekonstruksi batasan pasar di bab sebelumnya. 4.5.6. Kerangka Kerja Empat Langkah dan Skema Hapuskan-KurangiTingkatkan-Ciptakan Kerangka kerja empat langkah digunakan untuk merekonstruksi elemenelemen nilai pembeli dalam membuat kurva nilai baru. Kerangka kerja empat langkah berfungsi untuk mendobrak dilema atau pertukaran antara diferensiasi dan biaya rendah serta agar bisa menciptakan kurva nilai yang baru. Kerangka kerja empat langkah dapat dilihat dalam Gambar 4. Hapuskan Faktor-faktor apa yang harus dihapuskan dari faktor-faktor yang telah diterima begitu saja oleh industri? Kurangi Faktor-faktor apa yang harus dikurangi hingga di bawah standar industri? KURVA NILAI BARU Ciptakan Faktor-faktor apa yang belum pernah ditawarkan industri sehingga harus diciptakan? Tingkatkan Faktor-faktor apa yang harus ditingkatkan hingga di atas standar industri? Gambar 4. Kerangka Kerja Empat Langkah Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) 49 Pada Gambar 4 terdapat empat pertanyaan dalam kerangka kerja empat langkah. Pertanyaan pertama memaksa perusahaan mempertimbangkan penghilangan faktor-faktor yang sudah lama menjadi ajang persaingan bagi perusahaan-perusahaan yang berada di dalam suatu industri. Pertanyaan kedua memaksa perusahaan untuk mengidentifikasi apakah produk atau jasa mereka selama ini dirancang berlebihan untuk mengikuti irama persaingan dan mengalahkan para pesaingnya. Pertanyaan ketiga mendorong perusahaan untuk menghilangkan kompromi-kompromi yang dipaksakan industri kepada konsumen. Dan selanjutnya, pertanyaan keempat membantu perusahaan menemukan sumbersumber nilai yang sepenuhnya baru bagi pembeli dan menciptakan permintaan baru serta mengubah pemberian harga strategis industri. Dengan membahas dua pertanyaan pertama (menghilangkan dan mengurangi), perusahaan bisa mendapatkan pengetahuan mengenai cara untuk menurunkan struktur biaya perusahaan dibandingkan dengan para pesaingnya. Sedangkan dua pertanyaan terakhir (meningkatkan dan menciptakan) memberikan pengetahuan kepada perusahaan mengenai cara meningkatkan nilai pembeli dan menciptakan permintaan baru. Secara bersama-sama, keempat pertanyaan ini memungkinkan perusahaan secara sistematis mengeksplorasi cara perusahaan merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli di sepanjang industri-industri alternatif demi menawari pembeli pengalaman yang baru, sekaligus tetap mempertahankan struktur biaya perusahaan pada tingkat yang rendah. Dalam penciptaan samudera biru, kerangka kerja empat langkah memiliki alat analisis pelengkap, yaitu skema hapuskan-kurangi-tingkatkan-ciptakan. Skema ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya mempertanyakan empat pertanyaan dalam kerangka kerja empat langkah, tetapi juga melakukan tindakan berdasarkan keempat pertanyaan tersebut untuk menciptakan suatu kurva nilai baru. Skema hapuskan-kurangi-tingkatkan-ciptakan dapat dilihat pada Gambar 2. 4.5.7. Rangkaian Strategi Samudera Biru Perusahaan perlu membangun strategi samudera biru mereka dalam rangkaian utilitas pembeli, harga, biaya, dan pengadopsian. Rangkaian tersebut merupakan rangkaian strategi samudera biru. Rangkain strategi samudera biru dapat dilihat di bawah ini pada Gambar 5. 50 Utilitas Bagi Pembeli Apakah dalam ide bisnis Anda terdapat utilitas yang istimewa bagi pembeli? Tidak- Pikirkan ulang Ya Harga Apakah harga Anda bisa terjangkau oleh massa pembeli? Ya Tidak- Pikirkan ulang Biaya Bisakah Anda mencapai biaya sasaran demi meraih laba pada harga strategis? Ya Tidak- Pikirkan ulang Pengadopsian Apakah hambatan-hambatan pengadopsian dalam mewujudkan ide bisnis Anda? Apakah Anda sudah menangani hambatan-hambatan itu secara langsung? Tidak- Pikirkan ulang Ya Ide Samudera Biru yang layak secara komersil Gambar 5. Rangkaian Strategi Samudera Biru Sumber: Kim dan Mauborgne (2005) 51