99 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil

advertisement
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Dari hasil wawancara, observasi yang telah dilakukan oleh peneliti atas peran PR
dalam re-branding nama Hotel Grand Sahid Jaya melalui media relations di masyarakat.
Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
•
Sesuai dengan pendapat Rossady Rulan yang mengatakan pentingnya media
massa untuk publisitas maka sebagai Praktisi PR perlu untuk menjaga hubungan
yang baik dengan media. Alasannya karena Hotel berbeda dengan perusahaan
lain, dimana publikasi atau iklan yang ditampilkan lebih sering dilakukan melalui
media massa seperti TV (Televisi), sedangkan hotel cenderung melakukan
publikasi melaui media branding cetak seperti majalah atau surat kabar.
•
Kendati publikasi tidak dilakukan melalui media massa TV (Televisi), namun
peran atau kekuatan dari media cetak juga tidak kalah berpengaruh. Hanya saja
yang perlu diperhatikan oleh PR ialah mengetahui terlebih dahulu siapa publik
atau sasaran dari Hotel. Hal itu untuk mengetahui media yang tepat, sehingga
pesan yang ingin disampiakan perihal re-branding nama dapat damapai tepat
sasaran. Sesuai dengan pendapat Fajar mengenai media yang digunakan haruslah
merujuk pada sasaran dari perusahaan atau organisasi.
•
PR
di
hotel
Grand
Sahid
Jaya
memiliki
banyak
tantangan
dalam
menginformasikan pesan atau informasi untuk mengiring opini di mata publik
dimana peran dari PR tidak berpengaruh banyak dalam mendukung re-branding
99
100
dari nama hotel di masyarakat, karena pengaruh yang lebih besar dipengaruhi
oleh kerjasam antar divisi mulai dari marketing, banquet, cnc, front office, house
keepping, dan lain sebagainya
•
Penelitian yang telah diteliti oleh peneliti melalui wawancara dan observasi
memang menyimpulkan bahwa PR tidak berpengaruh banyak dalam membuat
brand awareness di mata masyarakat. Dari hasil wawancara dengan masyarakat
dan tamu hotel, menyimpulkan peneliti melihat re-branding yang telah dilakukan
oleh Grand sahid Jaya kurang maksimal, artinya renovasi yang telah dilakukan
tidak dilakukan secara total. Sehingga hasilnya hanya beberapa bagian saja yang
terlihat baik hal itu menjadikan PR juga menjadi serba salah. PR memang
seringkali disebut wajah dari perusahaan oleh karena itu perkataan apapun yang
dikeluarkan oleh PR harus diperhatikan. Jadi apabila PR mengatakan hal-hal
yang berbeda dengan kenyataan di lapangan menjadikan kredibilitas PR dan
hotel menjadi buruk
•
Dari beberapa hasil wawancara yang telah dilakukan dari beberapa narasumber
eksternal, diketahui bahwa banyak dari mereka tidak mengetahui re-branding
nama hotel menjadi Grand Sahid Jaya. Sekalipun mereka tau informasi diperoleh
bukan melalui media cetak. Seperti yang dijelaskan menurut narasumber IC dan
HS yang menuturkan bahwa informasi diperoleh melalui media TV atas acara
pernikahan KD, dan melalui teman menurut Saudara IC.
Rangkuman akhir dari simpulan di atas adalah PR dalam publikasi melalui media
relations tidak berpengaruh banyak dalam brand awareness nama hotel, dari kesuksesan
101
informasi berasal dari kinerja PR, sedangkan 70% sisanya pengaruh dari operasional
hotel
5.2
Saran
5.2.1
Saran Akademis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat aware akan nama
baru dari hotel Grand Sahid Jaya yang telah melakukan re-branding atau tidak. Dengan
menggunakan pendekatan metode kualitatif diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi
bahan dan referensi tambahan bagi yang tertarik pada kajian pelaksanaan PR dalam rebranding nama melalui media relations. Saran dari penulis ialah:
Untuk lebih mempertajam dan memperdalam kajian ini, penulis menyarankan agar lebih
lanjut penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan metode
statistik untuk melihat peran PR dalam re-branding nama hotel di masyarakat melalui
media relations.
5.2.2
Saran Praktis
Dari hasil penelitian atas analisa kekuatan PR dalam re-branding nama di
masyarakat melalui media relations. Saran dari peneliti terhadap Grand Sahid Jaya
dikaitkan dengan marketing mix yaitu 4P (Product, Price, Promotion, Place) adalah
sebagai berikut:
1. Product
•
Pemilihan nama Grand seharusnya diikuti pelayanan dari kualitas jasa, karena
hotel merupakan produk yang menjual jasa, jadi pelayananan merupakan fokus
102
awal yang perlu diperbaiki sebelum melakukan re-branding sesuai pendapat
Rahman mengenai startegi dari pemberian nama salah satunya ialah atribut,
yakni merek mengingatkan pada atribut tertentu dari sebuah produk, baik dari
program penjualan, pelayanan, maupun kelebihannya. Dan perusahaan
menggunakan atribut tersebut sebagai materi iklan mereka. Fasilitas dapat di
mulai dari renovasi ruangan kamar deluxe,atau super deluxe atau mungkin
fasilitas seperti toilet atau tempat-tempat lain yang sangat sering dikunjungi oleh
pengunjung.
•
Menurut peneliti berdasarkan observasi dilapangan, sebaiknya pihak hotel juga
harus memikirkan re-branding yang telah dilakukan harus dilakukan secara
maksimal. Artinya renovasi yang telah dilakukan harus dikaji secara menyeluruh,
bagian mana saja yang dibutuhkan oleh konsumen. Apabila ingin melakukan rebranding nama harus dilakukan secara total dan menyeluruh, karena nama Sahid
Jaya yang telah berdiri hampir 40 tahun cukup sulit mengubah persepsi
masyarakat. Pada kenyataan di lapangan kata “Grand” belum menjawab
kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Price
•
Harga ditentukan berdasarkan kualitas dari sebuah layanan, khusunya hotel yang
mengutamakan pada pelayanan jasa seharunya membuat pertimbangan
manajemen hotel dalam menentukan harga. Hotel Grand Sahid jaya yang
termasuk hotel bintang 5(lima) lokal dijadikan pertimbangan dengan penetapan
harga dan dikaitkan dengan kualitas pelayanan serta kelengkapan dari fasilitas
103
yang dimiliki di hotel. sesuai dengan pendapat menurut Seorang pakar
manajemen hotel, William Scholz yang menyatakan bahwa pelaksanaan
tanggung jawab social untuk mencapai kepuasaan kedua belah pihak. Jadi
kepuasaan penetapan harga tidak seolah-olah hanya menguntungkan pihak hotel
saja atau mungkin sebaliknya hanya kepada tamu. Melainkan mendapatkan
kepuasaan di kedua belah pihak.
•
Untuk media relations bentuk kerjasama dapat dilakukan tidak hanya melalui
full barter atau semi barter, karena dari hasil wawancara dengan media. Mereka
mengharapkan pihak hotel dapat melakukan kerjasama seperti pembayaran cash
pada setiap pemasangan iklan di media.
3. Promotion
Promosi merupakan salah satu cara publisitas yang perlu dilakukan oleh praktisi
PR untuk menyampaikan informasi termasuk re-branding yang dilakukan oleh
Hotel Grand Sahid Jaya, dan dilihat dari hasil wawancara dan observasi dari
beberapa narasumber, promosi perlu dilakukan dengan strategi PR, yakni PR hotel
harus melihat siapa sasaran khalayak dari hotel, analisis bisa di mulai dari media
yang digunakan oleh hotel. berangkat dari situ pihak hotel dapat melakukan
publisitas lainnya seperti pembuatan flyer, newsletter, advertorial, dan lain
sebagainya. Sesuai dengan runag lingkup dari PR atas PENCILS yang dikemukakan
oleh Kriyantoro.
104
4. Place
Lokasi hotel yang strategis di tengah kota dapat dimanfaatkan oleh pihak hotel
untuk menggali dengan membuat tempat-tempat untuk bertemu. Bisa dimulai
dengan membenahi parkiran, penyesuaian ruangan yan tepat dengan furniture, serta
meningkatkan mutu atau kualitas dari SDM,
Secara menyeluruh saran praktis yang disarankan oleh peneliti adalah pihak
Hotel Grand Sahid Jaya perlu melakukan evaluasi yang melibatkan eksternal, yaitu
tamu hotel khusunya. Dengan dilakukan survey atau observasi kepada tamu agar
lebih mengetahui keinginan dan kebutuhan dari tamu hotel sebelum fokus pada
perubahan nam
Download