BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum

advertisement
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Hotel
Menurut H. Kodhyat, ketua Lembaga Studi Pariwisata Indonesia,
hotel merupakan suatu sarana akomodasi yang disediakan untuk setiap orang
atau tamu yang ingin menginap untuk sementara dan bersedia membayar
biaya penginapan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan atau disepakati
bersama antara pihak pengelola hotel dan tamu yang bersangkutan.
Dalam surat Keputusan Menteri Perhubungan No. 10/PW301/Phb-77
hotel diartikan sebagai berikut:
“ Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil
dan disediakan bagi orang yang membutukan penginapan sekaligus
memberikan pelayanan dalam bentuk makanan dan minuman.”
Hotel merupakan bangunan komersil yang harus berbentuk badan
hukum dan tunduk kepada Hukum Indonesia, serta maksud dan tujuannya
semata-mata di bidang usaha hotel.
2.1.2 Sistem Pengelolaan Hotel
Struktur organisasi hotel secara umum yang telah di buat oleh P & J Manson,
kordinasi antara bagian dalam hotel dapat dibedakan menjadi:
-
Front of The House ( Sektor Depan Hotel)
-
Back of The House (Sektor Belakang Hotel)
Dalam pengelolaan hotel yang berorientasi pada penjualan jasa maka untuk
keberhasilannya ditentukan oleh ilmu faktor, yaitu:
Lokasi
: Tempat Hotel yang dihubungkan dengan jarak pencapayan,
sarana tranportasi, lingkungan sekeliling lokasi.
10
Fasilitas
: Segala sarana yang dimanfaatkan oleh para pengunjung yang
meliputi kamar tidur, restoran dan bar, kolam renang dan sebagainya.
Pelayanan
: Sistem layanan yang diberikan seperti kecepatan, keramahan,
dan lamanya pelayaan yang diberikan (24 jam).
Kesan
: Bagaimana suatu hotel
menampilkan wajahnya kepada
masyarakat dan bagaimana masyarakat menangkap gambaran tersebut. Hal ini
dibentuk antara lain dengan kesan bangunan, suasana ruang dan sebagainya.
Tarif
: Kepuasan dari pengunjung hotel atas keempat unsur diatas
harus diimbangi dengan harga yangharus dibayarnya, dimana pihak
pengusaha mendapatkan keuntungan yang wajar dengan modal yang
ditanamkan.
2.1.3 Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Ukuran
a. Small Hotel
: Hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150 orang.
b. Medium Hotel
: Hotel ini dibagi dengan 2 kategori antara lain:
-
Average hotel
: 150-299 kamar
-
Above Avarage hotel
: 300-600 kamar
c. Large Hotel
: Hotel skala besar dengan jumlah kamar 600 unit.
2.1.4 Pengklasifikasian Hotel Berdasarkan Tujuan Pemakaian
2.1.4A Hotel Bisnis
Hotel bisnis merupakan pengelompokkan hotel berdasarkan faktor
kegiatan tamu selama menginap, yaitu berbisnis. Mayoritas pengunjung hotel
ini adalah businessman, maka hotel ini dikatakan sebagai hotel bisnis. Hotel
bisnis identik dengan pemilihan letak di tengah kota yang berdekatan dengan
pusat-pusat aktivitas ekonomi.
Hotel bisnis dikenal juga dengan nama Commercial Hotel atau City
Hotel. Sesuai dengan namanya, pangsa pasar dari hotel ini adalah mereka
yang sedang dalam perjalanan dinas kerja/bisnis. Lokasi yang dipilih selalu
dekat dengan area kegiatan perdagangan, kegiatan seperti itu relative berada
pada pusat kegiatan. Ditinjau dari lamanya tamu yang menginap di hotel ini,
11
relative sangat singkat yang berkisar 1-3 malam per-kunjungan. Hotel bisnis
yang ada di Jakarta misalnya Hotel Indonesia, Hotel City, Hotel Dusit
Mangga Dua.
Hotel bisnis menyediakan ruang-ruang untuk disewakan. Fungsi
ruang-ruang tersebut sebagai akomodasi penginapan untuk menginap
sementara waktu. Beberapa penjabaran singkat mengenai karakter hotel bisnis
dan pengunjung/tamunya antara lain:
a.
Karakteristik Tamu Hotel Bisnis
Usaha di bidang perhotelan mempunyai sasaran pelayanan jasa
akomodasi bagi parapebisnis baik dari dalam maupun luar kota yang terdiri
dari:
1. Peserta konvensi/ konferensi
2. Pejabat pemerintah, dll.Karakteristik tamu hotel bisnis yaitu:
•
•
Berpergian seorang diri atau berkelompok
•
Menginap dalam jangka waktu relatif singkat
Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan terhadap jarak
pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin
•
Karakter Kaum Pebisnis/Bussinessman
Secara umum, kaum pebisnis mempunyai karakter yang sangat
efisien. Kualitas interaksibisnis merupakan perhatian utama. Mereka berusaha
menjalin interaksi sesingkat mungkindan mencapai relasi seerat mungkin.
Interaksi bisnis dapat dilakukan di dalam dan luar hotel.Interaksi yang
dilakukan di luar hotel menuntut tamu beraktivitas di luar dan memanfaatkan
fasilitas hotel dalam waktu yang singkat, misalnya beristirahat. Interaksi yang
dilakukan dalam lingkungan hotel menuntut disediakannya ruang yang
nyaman, mempunyai privatisasi tinggi dan dapat mendukung proses relasi
bisnis yang diinginkan.Kegiatan bisnis juga dapat dilakukan sambil makan,
minum kopi, olahraga dan kegiatan santai lainnya. Hotel bisnis memerlukan
fasilitas olahraga, bersantai, makan,minum, dan tentunya fasilitas standar
ruang pertemuan juga diperlukan.
b.
Golongan Tamu Hotel Bisnis
12
Tamu hotel adalah setiap orang yang menginap dan atau
mempergunakan jasa-jasa lainnya yang disediakan oleh hotel.Tamu hotel
bisnis, baik orang asing maupun lokal, pada umumnya terdiri atas pedagang,
pengusaha, pejabat pemerintahan dan pegawai negeri swasta.Sedangkan
berdasarkan kegiatan dan tujuannya tamu hotel dapat diklasifikasikan atas:
• Tamu/wisatawan pesiar, mempunyai kegiatan dan tujuan rekreasi,
berlibur, pemulihan kesehatan, atau olah raga.
• Tamu/wisatawan bisnis, mempunyai kegiatan dan tujuan berdagang,
mengurus tugas/urusan perusahaan atas instansi.
• Tamu/wisatawan konvensi, biasanya mempunyai kegiatan dan tujuan
mengikuti konperensi, kegiatan konperensi ini bisa menyangkut materi
bisnis ataupun perkembangan perekonomian.
Studi diatas mengarahkan pada hotel bisnis dengan standar
pengklasifikasian hotel yang berdasarkan ukuran dengan mengambil Large
Hotel dengan jumlah kamar 600 unit. Didukung oleh kawasan bisnis dengan
standar mewah maka hotel ini menggunakan fasilitas hotel bintang 5.
2.1.5 Kriteria fasilitas hotel bintang 5
Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut:
Umum
•
Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut mudah
•
Bebas polusi
•
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby
•
Bangunan terawat rapi dan bersih
•
Sirkulasi di dalam bangunan mudah
a)Bedroom
• Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m2/kamar
• Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2/kamar
•
Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai
•
Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar
b)Dining room
13
Mempunyai minimum 3 buah dinning room, salah satunya dengan
spesialisasi masakan (Japanese/ Chinese/ European food).
c)Bar
Minimum seperti pada hotel berbintang 4
d)Ruang fungsional
Minimum seperti pada hotel berbintang 4
e)Lobby
Minimum seperti pada hotel berbintang 4
f)Drug store
Minimum seperti pada hotel berbintang 4
g)Sarana rekreasi dan olah raga
Seperti pada hotel berbintang 4 ditambah dengan area bermain anak
minimum ayunan atau ungkit (children playground).
h)Utilitas penunjang
Minimum seperti hotel bintang 4 dengan tambahan:
•
Transportasi vertikal mekanis.
•
Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/ orang/ hari.
•
Dilengkapi dengan instalasi air panas/ dingin.
•
Dilengkapi dengan sentral video, musik, teleks, radio, carcall.
i)Business center
Di business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu
dengan
bertindak
berkomunikasi dengan
sebagai co-secretary para
tamu yang ingin
kantor pusatnyamaupun relasi bisnisnya. Selain
itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks,mecanograf. Para tamu
dapat memanfaatkan
pelayanan
melaluikamarnya untuk reservasi dan
dengan
akses
internet
promosi usahanya, di samping
juga dapat melakukan telekonferensi.
j) Restoran
Subbagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi menjadi:
• Main dining room
atau ruang makan utama yang menyediakan makanan Peraneisatau
internasional.
14
• Coffee shop
restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu
dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut
ready on plate.
• Restoran yang spesilik seperti grill-room, pizzarea, japanesse, oriental.
• Room service
restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan
minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar
pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu.
• Take out service dan out side catering
untuk lebih meningkatkan pendapatan penjualan produk yang
dihasilkan
oleh dapur hotel, ada beberapa hotel yang melayani
pesanan makanan dan
minuman
perjamuan di luar. Hotel seperti misalnya
instansi-instansi pemerintah,
dan
penyelenggaraan
untuk
perjamuan
perjamuan kenegaraan dan instansi-
instansi swasta. Di samping itu, toko
makanan
berupa
yang dijual oleh pastry shop yang ada di hotel juga
kue-kue
melayani
penjualan kue-kue dan ice cream untuk keperluan umum.
2.1.6
Hotel Bisnis - Hotel Bisnis Bintang Lima
Pengertian hotel bisnis bintang lima adalah hotel yang menyediakan
akomodasi penginapan dan fasilitas lainnya dalam waktu yang relatif
singkat untuk tujuan niaga/ bisnis, kedinasan, atau konferensi. Lokasi
pengembangannya di pusat kota atau perkantoran. Hotel bintang lima
mempunyai standar fasilitas-fasilitas tertentu yang hsrus dipenuhi. Hotel
bisnis ini akan mengikuti standar hotel dan peraturan yang sudah ada
sebelumnya yang sudah disepakati.
Untuk beberapa jumlah kamar ada beberapa standar yang telah
ditetapkan lama oleh Dirjen Pariwisata mengenai banyaknya kamar yang
disediakan hotel. Pembagian tersebut dibedakan berdasarkan kelas yang
15
telah ditetapkan. Berikut adalah penjelasan standar jumlah kamar yang ada
di hotel.
Tabel 2.1 : Standar kelas hotel berdasarkan kelas hotel
KELAS HOTEL
Hotel Bintang 5
STANDARD
Mempunyai minimal 100 kamar tamu
yang terdiri dari 86 double dan 10 single
dan 4 suite dengan luas minimal 26-30
m2.
Sumber: Data Dirjen Pariwsata, Google Search
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Pengertian Sustainable Design
Pengertian pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa
Inggris, sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan
diperkenalkan dalam World Conservation Strategy (Strategi Konservasi
Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme
(UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada 1980.
Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10
tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya, sebagai
reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam
sidang istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia untuk
Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and
Development - WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem
Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing
menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report dari
PBB (1987), pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan
(lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi
masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran
lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan
keadilan sosial. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian
16
dipopulerkan melalui laporan WCED berjudul “Our Common Future”
(Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987. Laporan ini
mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka sendiri.
2.2.2 Prinsip-prinsip sustainable design
Menurut Sustainable Design Ecology, Architecture, and Planning
(Daniel E. Williams, 2007, 18-19) prinsip-prinsip dalam mendesain
bangunan agar berkelanjutan antara lain:
•
Connectivity: Design to reinforce the relationship between the project, the
site, the community, and the ecology. Make minimal changes to the natural
system functioning. Reinforce and steward those natural characteristics
specific to the place.
•
Indigenous: Design with and for what has been resident and sustainable on
the site for centuries.
•
Long life, loose fit: Design for future generations while reflecting past
generations.
2.2.5
Fasade & Double Fasade (Secondary Skin and Sun Shading)
Konsep Fasade
Konsep secondary skin adalah seperti pakaian pada manusia
yang berfungsi untuk melindungi kulit manusia untuk melindungi
dari radiasi matahari, kotoran, air hujan ataupun ancamanancaman dari luar, pakaian dapat berfungsi juga sebagai cara
seseorang untuk mengekspresian dirinya, hal ini sama dengan
penggunaan secondary skin pada bangunan, secondary skin
berguna untuk melindungi kulit atau dinding dibaliknya dengan
fungsi yang mirip dengan pakaian pada manusia namun dengan
pengaplikasian yang berbeda. Pemilihan tipe fasade berdasarkan
basis lokasi suatu bangunan dan juga persyaratan ruangan didalam
ruangan bangunan. Peranan ditentukan oleh fraki glazur dan
derajat dari bagian transparan bangunan. Rongga pada fasade
17
digunakan untuk karakter fasade tertentu untuk menghindari
kondisi overheat atau terlalu panas pada fasade bangunan. Faktor
lain yang menentukan Pemilihan fasade adalah polusi suara dan
bau.
Berikut adalah beberapa tipe fasade yang sekarang ini telah
digunakan di bangunan-bangunan; Windowed facade, Element
facade, baffle panel, Alternating Façade, Box window facade,
Corridor facade, Unsegmented double skin facade, Controllable
double skin facade.
Penggunaan konsep fasade tersebut adalah berdasarkan
pertimbangan dari lokasi tapak, orientasi bangunan terhadap
matahari, keuntungan penggunaan suatu tipe fasade, karena setiap
tipe memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pada bangunan secondary skin berguna tidak hanya panas
saja tetapi secondary skin juga dapat berguna untuk mengurangi
kebisingan dari luar bangunan, lalu dapat juga berfungsi sebagai
elemen estetis untuk bangunan.
Menurut Harrison and Boake, (2003) in the Tectonics of the
Environmental Skin, menggambarkan sistem Kulit Facade ganda
sebagai "dasarnya sepasang kaca "Kulit" dipisahkan oleh koridor
udara. Lapisan utama kaca biasanya lapisan untuk isolasi. Ruang
udara antara lapisan kaca bertindak sebagai isolasi terhadap suhu
ekstrem, angin, dan suara. Sun-shading perangkat sering terletak
antara dua kulit. Semua elemen dapat diatur secara berbeda menjadi
angka permutasi dan kombinasi dari membran padat dan kaku "
Sebelum memulai sebaiknya kita memperhatikan fakta
bahwa: “Global koefisien perpindahan panas, seperti koefisien
perpindahan panas keseluruhan (U-nilai) dan keuntungan koefisien
panas matahari (G-nilai) biasanya dipelajari untuk menentukan
perilaku termal dari bagian depang gedung koefisien standar
mengasumsikan mantap negara dan satu aliran panas terarah dan ini
18
tidak dapat langsung diterapkan berventilasi fasade.” (Faggembau,
dkk., 2003).
Gambar 2.1 Secondary Facade
Sumber :Faggembau, dkk., 2003
2.2.6
Pembayangan Pada Bangunan
Sinar Matahari selain memberikan terang untuk kita dapat
melakukan aktivitas juga akan mengantarkan panas bersamaan
dengan cahayanya. Untuk memanfaatkan maksimal cahaya harus
dicari sebuah cara untuk memanfaatkan sinar itu sendiri,
mendapatkan sinar untuk menerangi ruangan sambil menolak atau
mengurangi panasnya. Ada beberapa cara untuk melakukan hal
tersebut diantaranya dengan menggunakan lapisan film pada kaca
jendela atau dengan jendela thermal yang dibuat double kaca yang
ditengahnya merupakan ruang hampa untuk menjebak panas di
ruang hampa tersebut dan tidak masuk kedalam ruangan bangunan.
Bisa juga dengan penggunaan sirip-sirip bangunan atau kantilever,
penggunaan kantilever atau sirip-sirip bangunan bertujuan untuk
19
menghalangi sinar matahari langusng masuk melalui jendela
sehingga tidak terjadi pemanasan pada ruangan dalam bangunan.
Dari beberapa cara yang telah disebutkan dapat mengurangi cahaya
yang masuk melalui jendela atau bukaan-bukaan lain, tetapi tidak
pada dinding-dinding bangunan yang tetap terkena cahaya matahari
langsung sehingga terjadi pemanasan pada permukaannya dan
setelah selang beberapa waktu panas tersebut akan masuk ke dalam
bangunan tergantung bangunan tergantung koefisien time lag tiap
material yang menentukan waktu perambatan panas tersebut masuk
ke dalam bangunan. Untuk itu sekarang ini ridak sedikit bangunan
yang menerapkan konsep kulit bangunan untuk melindungi panas
cahaya matahari langusng dengan teknik pembayangan.
Berikut adalah bebrapa kondisi yang terjadi pada cahaya matahari
langsung:
a. Sinar matahari yang jatuh di permukaan bidang kaca akan
mengurangi masuknya rambatan panas sebesar 80%-90%. Dengan
demikian, selain mendapatkan terangnya tetapi panasnya juga ikut
masuk ke dalam ruangan.
b. Penggunaan Tirai dibalik jendela akan mengurangi masuknya
rambatan panas sinar matahari sehingga tinggal 30%-40% saja.
c. Pemasangan jalusi atau kisi-kisi sebagai pelapis bangunan
merupakan elemen yang sangat mendukung ushasa untuk menolak
atau mereduksi panas matahari secara hampir sempurna. Dengan
cara demikian, maka panas matahari akan memanasi kisi-kisi
bangunan dan bukan dinding atau jendela bangunan dan sementara
cahaya dapat masuk melalui pemantulan cahaya melalui kisi-kisi
tersebut dengan kata lain cahaya yang masuk adalah cahaya tidak
langsung,
2.2.9
Keuntungan Penggunaan Secondary skin façade
20
-
Biaya lebih murah, dibandingkan dengan solusi yang ditawarkan
dengan
penggunaan
electrochromic,
panelThermochromicatau
photochromic. Walaupun penggunaan panel-panel tersebut sangat
menjanjikan namum panel-panel tersebut sangat mahal. Sebaliknya
penggunaan double skin façade dapat memperoleh kualitas yang
bervariasi tergantung dari koordinat dan komponen-komponen
lainnya.
-
Insulasi Akustik, berdasarkan jurnal-jurnal dari berbagai penulis,
insulasi akustik adalah salah satu alas an penting mengapa konsep
double skin façade digunakan. Penggunaan selubung bangunan atau
secondary skin ini, dapat mengurangi kebisingan didalam bangunan
dengan dan juga dari luar bangunan ke dalam bangunan sebagai
contoh kebisingan yang dihasilkan dari kemacetan jalanan. Jager,
(2003) menyatakan untuk insulasi suara dengan penggunaan jarak
minimal 100 mm.
-
Insulasi Thermal: banyak penulis mengklaim bahwa sistem selubung
bangunan menawarkan insulasi thermal yang baik untuk musim dingin
dan musim panas.
o Selama Musim Dingin, kulit luar tambahan memberikan
kenaikan kualitas insulasi dengan mengurangi pelepasan panas
pada bangunan.
Stec and Paassen “Controlled Double Façades and HVAC”
pada tahun 2000, menuliskan tentang kemampuan aspek
prehating pada double skin façade. “Angka paling tinggi dari
effiseiensi pemulihan panas ditemukan pada rongga yang lebih
tipis. Rongga yang tipis memiliki kepadatan udara yang lebih
tinggi di dalamnya oleh karena itu pada rongga yang tipis
terdapat koefisien transfer panas yang lebih tinggi”. Thus,
“saat musim dingin, rongga yang tipis lebuh berguna karena
rongga yang tipis tersebut dapat mengatur aliran udara di
dalamnya lebuh baik untuk effiensi pemanasan melalui
ventilasi udara”.
21
o Saat Musim Panas, udara panas didalam rongga dapat di
buang bila rongga tersebut berventilasi (secara natural ataupun
mekanik). Untuk ventilasi yang tepat dari rongga udara, sangat
penting untuk mengkombinasikan antara tipe panel denhan tipe
shading sehingga tidak tercipta panas pada rongga dan bagian
dalam bangunan.
- Ventilasi pada malam hari, pada saat hari-hari di musim panas, saat
panas dilar bangunan lebih dari 26o C ada kemungkinan untuk
suhuruang di dalam bangunan menjadi berlebihan. Pada kasus ini,
selubung bangunan dapat menyimpan suhu yang lebih rendah dengan
menggunakan ventilasi alami. Dikutip dari Lee, dkk (2002) “Selubung
bangunan di desiain untuk memungkinkan ventilasi pada malam hari,
dengan alas an keamanan dan proteksi dari hujan sebagai keuntungan
utama”
- Penghematan Energi dan mengurangi dampak pada lingkungan,
Prinsipnya selubung bangunan dapat menghemat energy juga di
desain dengan tepat. Dikutip dari Oesterle, dkk.,(2001) “sebuah angka
yang signifikan bisa diperoleh hanya bila selubung bangunan
mengadakan ventilasi pada jendela atau dimana penggunaan natural
dimanfaatkan. Dengan menghindarkan penggunaan system udara
mekanik pasokan listrik untuk udara dapat dikurangi.
- Proteksi yang lebih baik untuk pembayangann dan Perlengkapan
Penerangan, oleh karena pembayangan dan perlengkapan penerangan
diletakan di bagian dalam dari rongga selubung bangunan, sehingga
tehindar dari angin dan juga hujan.
- Reduksi dari tekanan angin, pada high rise bulding selubung
bangunan bisa berfungsi untuk mereduksi tekanan angin.
- Transparancy – Desain arstiektural, Lee, dkk., (2002) menyatakan
“ double skin façade adalah sebuah phenomena yang terjadi di
arsitektur Eropa didorong oleh gairah dari estetika untuk kaca sebagai
keseluruhan fasade”
22
- Ventilasi Natural, salah satu keuntungan dari penggunaan selubung
bangunan
adalah
dengan
pengaplikasian
selubung
bangunan
memungkinkan ventilasi alami terjadi.
- Kenyaman thermal, Pada saat musim dingin udara dalam bangunan
akan terasa lebih hangat karena udara hangat terisolasi didalam
bangunan, sedangkan pada musim panas selubung berfungsi sebagai
pengahalan sinar matahari langusng sehingga bangunan tidak
menyerap panas sinar matahari.
Tabel 2.2 keuntungan penerapan secondary skin
Sumber: Climate Design
2.2.10
Kerugian Penggunaan Secondary skin facade
- Harga Konstruksi lebih mahal, dibandingkan dengan penggunaan
fasade yang konvensional. Dikutip dari Oesterle, dkk,. (2001) “ Tak
seorangpun yang dapat membantah bahwa penggunaan kulit kedua
pada bangunan akan lebih murah dari pada penggunaan kulit
bangunan singel: konstruksi dari lapisan erluar dan jarak antara kedua
kulit akan membuat bentuk awal menjadi lebih baik.
- Mengurangi area bangunan, pada bangunan kantor dimana tataguna
lahan harus dimaksimalkan, penggunaan selubung bangunan akan
23
mengurangi space tersebut untuk instalasi kulit bangunan itu sendiri,
sehingga luasan area di dalamnya menjadi berkurang.
- Maintenance dan biaya operasional, jika dibandingkan dengan
bangunan yang hanya menggunakan lapisan singel pada bangunan,
mudah di lihat bahwa penggunaan selubung bangunan lebih
membutuhkan uang lebih banyak dalam hal konstruksi, pembersihan,
operasi, inspeksi servis dan juga maintenance.
- Permasalahan Overheat, seperti telah dijelaskan diatas, jika kulit
bangunan tidak di desain secara tepat maka sangat memungkinkan
udara pada rongga akan memanaskan ruangan dalam bangunan. Jager
(2003) menyatakan bahwa, untuk menghindari overheat panel harus
paling sedikit berjarak 200 mm.
- Kenaikan kepadatan aliran udara di dalam rongga, seringkali pada
bangunan bertingkat tinggi. Berbagai kemungkinan tekanan udara
alami terjadi melalui rongga bangunan.
- Peningkatan Berat Struktur, Penambahan kulit bangunan tentu saja
akan
menambah
berat
pada
struktur
bangunan
mempengaruhi biaya struktur.
Tabel 2.3 kerugian penerapan secondary skin
sumber Climate Design
2.3.2 Studi Banding - Sistem Sun Shading
2.3.2A Jumlah Kontrol
sehingga
24
Sebuah sistem shading yang terkendali dengan baik dapat mengatasi masalah
ini. Pelacakan panas mengikuti jalan matahari, memastikan sistem shading
surya selalu mengoptimalkan perlindungan terhadap panas matahari.
Pada hari-hari dengan kondisi normal atau mendung kisi dikendalikan
sedemikian rupa bahwa jika awan melewati gedung, kisi-kisi jendela otomatis
akan terbuka untuk memaksimalkan masuknya siang hari dan kemudian
kembali ke posisi semula. Diagram
matahari (kiri) untuk lintang 52 N
menunjukkan posisi matahari sepanjang hari selama bulan Juni, Maret,
September dan Desember.
1.
WISMA DHARMALA SURABAYA
Wisma Dharmala Surabaya
Gambar 2.4 WISMA DHARMALA
dirancang oleh seorang arsitek
yang selalu menerapkan konsep
'bangunan sehat' sebagai konsep
dasar
desain
nya.
Arsitektur
memberikan suasana yang luas
bahkan jika kantor Anda kecil.
Dimana anda dapat menemukan
Gambar 2.2 WISMA DHARMALA
ruang kantor di Surabaya dengan
jaminan cahaya alami dan kesegaran yang sangat penting untuk kesehatan.
Teras-teras di setiap lantai memberikan gerak bebas dan suasana alam yang
luas, bukan yang tertahan. Wisma Dharmala Surabaya menyediakan ruang
kantor di jantung kota Surabaya "Golden Triangle", di tengah-tengah Central
Business District. Dilengkapi dengan layanan internet dan modern
berkecepatan tinggi telekomunikasi, dua belas lantai gedung.
Penghilang Panas
25
- Bentang yang pendek Ramping . bentuk bangunan simple hanya
mengolah fasade yang berulang-ulang. Bukaan : untuk bukaan sama seperti
bangunan lainnya hanya lebih tertutup dengan shading bangunan jadi akan
terasa sejuk. Vegetasi : vegetasi tidak terlalu banyak pada bangunan ini dan
hanya memiliki beberapa pohon yang tinggi sekitar 3-4M.
Gambar 2.4.1 WISMA DHARMALA
Pengendalian Radiasi Matahari
- Orientasi : menghindari pemanasan global dengan
tidak memakai glass wall. Berfasade putih yang
menyejukan. Shading : sosoran pada bentuk fasade
memberi shading ke lainya. Property surface: hanya
pada vegetasi site
Arsitek: Paul Rudolph
2.
Bristol Harbourside, UK
Daerah bagian pengembangan dari Bristol, Colt Shadoglass yang
tujuannya mengurangi
matahari
yang memasuki
gedung.
Gambarpanas
2.5 Bristol
Harbourside,
UK
Sumber: Architectural Solution
2.
Grünewald, Germany.
Gambar 2.6 Grünewald, Germany
26
Colt
Shadoglass
louvres
dipasang
pada
kerangka baja struktural dengan bahan stainless
sebagai
pendukung
facade
Grünewald
di
Bocholt, Jerman. Memakai sebuah Colt ICS 4Link yaitu sistem kontrol yang menghitung
perkembangan
matahari
dan
mengirimkan
sinyal untuk secara otomatis mengubah posisi
kisi-kisi jendela.
Sumber: Architectural Solution
2.3.2B Sun Shading System-Shadoglass
Gambar 2.7 Proses Penerapan Shadoglass
Sumber: Architectural Solution
Shadoglass merupakan sistem shading eksternal yang mengendalikan dan
menggabungkan vahaya dan panas ke kaca khusus. Keuntungan sebuah sistem
shading Shadoglass dapat mengurangi mendapatkan panas matahari, biaya
rendah walaupun pendingin ruangan berjalan, dan mengurangi silau. Cara
memaksimalkan penggunaan shadoglass dengan kaca daylight. Material kaca
tersebut tersedia dalam berbagai warna, permukaan yang rata dan coating untuk
memenuhi persyaratan desain tertentu. Hal ini memungkinkan desainer untuk
mengontrol kualitas cahaya yang masuk sel building.Photovoltaic dapat
27
diintegrasikan ke dalam kaca sehingga untuk memperoleh manfaat energi lebih
lanjut.
• Tersedia ukuran dengan standar lebar sampai dengan 600mm.
• Tersedia dalam rentang yang hingga 2m-4m (tergantung pada windloads dan
kriteria lainnya).
• Tersedia berbagai warna, permukaan dan coating.
• Semua komponen pendukung utama dibuat dari bahan tahan korosi paduan
aluminium ekstrusi dengan bahan-bahan perhiasan stainless steel.
Gambar 2.8 Bristol Harbourside, UK
Sumber: Architectural Solution
Ukuran ditujukan untuk bentang kecil atau di mana memiliki titik
jangkar, operator sistem menyediakan 2 obstruksi minimum untuk daerah kaca,
sehingga memaksimalkan siang hari dan meningkatkan pandangan ke luar.
Untuk kaca, operator sistem 2 tersedia dengan salib lebar louvre sectional
hingga maksimal 500mm. Sistem operator juga cocok untuk digunakan dengan
kayu, besi, terracotta clay, dan translucent acrylic louvres.
28
2.3.2C Turning Torso
Gambar 2.9 Tuning turso
Turning Torso merupakan sebuah
pencakar langit di Malmö, Swedia, terletak di
selat Öresund. Menara ini dirancang oleh
arsitek Spanyol, Santiago Calatrava dan secara
resmi dibuka pada 27 Agustus 2005. Menara
ini mencapai tinggi 190 meter (623 kaki)
dengan 54 tingkat. Setelah selesai, menara ini
menjadi bangunan tertinggi di Skandinavia, dan
bangunan apartemen tertinggi kedua di Eropa,
setelah Triumph-Palace setinggi 264meter di
Moskow. Kronprinsen setinggi 84 meter
dulunya merupakan bangunan tertinggi di
Malmö sebelum Turning Torso.Lukisan
putaran menara Rancangan gedung ini
didasarkan kepada sebuah pahatan oleh
Santiago Calatrava yang disebut Twisting
Torso. Menara ini menggunakan kotak
bertingkat lima yang berputar apabila
dipasang; bagian paling atar berputar 90
derajat searah jarum jam dengan lantai dasar. Setiap lantai secara dasar berisi
sebuah ujung persegi yang mengitari pusat gedung, bersama dengan ujung
segitiga, yang didukung oleh sebuah tangga-tangga besi.
2.4
Tinjauan Kondisi Tapak
2.4.1 Deskripsi Proyek
• Jenis Proyek
: Non Fiktif
• Pemilik Proyek
: Perusahaan Swasta
Proyek ini ditujukan bagi para kaum pebisnis yang membutuhkan tempat
singgah sementara waktu untuk sekedar beristirahat.
29
2.4.2 Besaran Proyek
•
Area
• KDB
: 18556,6060 m2
: 50%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun
: 50% x 18.556,6060 m2
: 9278,303 m2
• KLB
:
Luas total bangunan yang boleh dibangun
: 5 x 18556,6060
: 92783,03 m2
2.4.3 Lahan Tapak
Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), tertera
notasi peruntukan, KDB, KLB, dan ketinggian bangunan yang diizinkan
sebagai berikut:
Wsn
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) = 50%
T
KLB (Koefisien Lantai Bangunan) = 5
50
32
5
GSB (Garis Sempadan Bangunan) =10 meter
Jumlah lantai yang diizinkan
= maksimal 32 lantai
2.4.4 Letak Proyek
Proyek berlokasi di Lingkar Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Lokasi ini
terletak di sisi Timur Hotel Ritz Carlton
30
Gambar 2.10 Letak Tapak
Sumber: Google Search
2.4.5 Batas-batas tapak:
Gambar 2.7 Batas-batas Tapak
2.4.6
Sisi Utara
Sisi Timur
The Bellagio Mansion
Perumahan
Sisi Selatan
Sisi Barat
Menara Prima, Menara Anugrah
Hotel Ritz Carlton
Status Kepemilikan Lahan
Tapak dan bangunan ini dimiliki oleh tanah milik swasta.
31
2.4.7 Fungsi Sekitar Tapak
Tapak ini lumayan dekat dengan berbagai macam fasilitas seperti
pusat perbelanjaan seperti Oakwood Premier Cozmo Jakarta, Bellagio
Mansion. Tapak ini juga dekat dengan berbagai bangunan perkantoran yang
pada hari kerja selalu ramai. Ditunjang dengan letaknya yang dekat dengan
pusat bisnis memudahkan untuk akses pengunjung keluar dan kedalam tapak.
2.4.8 Kondisi Sosial
Daerah ini termasuk dalam kawasan elit Mega Kuningan, yang
terkenal dengan kepadatan aktivitas perkantoran dan bisnisnya. Letaknya di
pusat kota menjadi letak yang ekonomis dan strategis untuk hotel bisnis
mewah di Jakarta. Diharapkan hotel ini dapat meningkatkan taraf hidup dan
menunjang kegiatan bisnis yang ada disekitar kawasan.
2.4.9
Potensi dan Kendala Tapak
Potensi Tapak
•
Dekat dengan bangunan perkantoran
•
Dekat dengan berbagai fasilitas penunjang seperti pusat perbelanjaan
•
Dekat dengan RTH
•
Dapat diakses melalui jalan besar dan jalan lingkungan
•
Memiliki 4 view
•
Dekat dengan perumahan elit
Kendala Tapak
•
Padat karena pusat lalu lintas arah pergi-pulang kerja
•
Penghijauan di tapak kurang
Download