5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Akuntansi pertanggung jawaban sosial merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk bertanggung jawab secara umum. Pertukaran antara perusahaan dengan masyarakat terutama atas pemakaian sumber kemasyarakatan apabila kegiatan perusahaan berakibat kepada pengikisan sumber kemasyarakatan maka timbul sumber biaya, Mulyadi ( 2000 : 347 ) menyatakan : “Akuntansi pertanggung jawaban adalah suatu system akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan pelaporan, biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.” Dengan semakin kompleksnya kehidupan masyarakat, pandangan ini tidak selalu sesuai dengan kepentingan masyarakat luas. Polusi lingkungan dan masalah sosial yang diakibatkan perusahaan umumnya tidak diperhatikan dan tidak dilaporkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak terikat dengan kewajiban moral, dan tidak bermakna ekonomis dan strategis bagi perusahaan. Untuk itulah muncul akuntansi pertanggungjawaban sosial atau yang dikenal juga dengan akuntansi sosial ekonomi atau tanggung jawab sosial perusahaan yang bermaksud untuk memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat diukur, dilaporkan sehingga akhirnya dapat dievaluasi dan diawasi. 5 6 Sulit dipungkiri bahwa wacana tanggung jawab sosial perusahaan atau disebut juga Corporate Social Responsibility (CSR) yang sebelumnya merupakan isu marginal kini telah menjelma menjadi isu sentral. CSR kini semakin populer dan bahkan ditempatkan di posisi yang kian terhormat. Karena itu, kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak yang terkait mulai merespon wacana ini. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman yang memadai tentang konsep dasar dan isu-isu yang terkait dengan wacana ini. 1.1 Landasan Hukum Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah tercantum dalam UndangUndang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan lingkungan. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, perusahaan terutama yang berbasis sumber daya alam berkewajiban untuk melaksanakan CSR. Walaupun CSR seharusnya bersifat sukarela. Dalam UU PT tersebut definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas (community development). Di luar ‘kewajiban’ untuk mengikuti peraturan, CSR memang sepatutnya dilaksanakan oleh perusahaan, dengan kesadaran sendiri dan bersifat sukarela. Karena CSR saat ini telah menjadi semacam social license to operation bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi perusahaan. Bibit CSR memang pada awalnya bersemi dari motif filantropik perusahaan, yang acap bersifat spontanitas dan belum terkelola dengan baik. 7 Selanjutnya dorongan eksternal berupa tuntutan masyarakat dan dorongan internal perusahaan agar perusahaan lebih peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungannya. Makna CSR pun makin meluas, bukan sekedar tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar dan hanya bersifat filantropik, tetapi meluas ke seluruh planet bumi, dan harus dikelola dengan sasaran yang jelas dan perencanaan yang baik. Di tengah masyarakat dunia yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan menjunjung nilai-nilai etika, CSR menjadi keharusan bagi perusahaan. Apalagi perusahaan memperoleh manfaat dalam kegiatan CSR ini, yang terutama berkaitan dengan manajemen reputasi. CSR yang awalnya merupakan kegiatan filantropik ini pun berubah menjadi strategic philanthropy, yang dikaitkan dengan strategi perusahaan dan dikelola secara profesional. Tatkala kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) diwajibkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sontak menuai protes. Pasalnya, aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan dan bukanya “paksaan”. Memang bibit-bibit CSR berawal dari semangat filantropis perusahaan. Namun tekanan dari komunitas yang keras, terutama di tengah masyarakat yang kritis macam masyarakat Eropa, menjadikan CSR menjadi semacam social license to operation. Dan ini dilakukan oleh komunitas, bukan oleh Negara. Jika kita perhatikan, masyarakat sekarang hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu 8 pengetahuan dan ternologi. Pola seperti ini mendorong terbentuknya carapikir, gaya hidup dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini, tumbuh suatu gerakan konsumen yang kita kenal sebagai vigilante consumerism yang kemudian berkembang menjadi ethical consumerism. Tanggung jawab sosial dan lingkungan pasal 74 1). Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 2). Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3). Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 4). Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. 1.2 Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel (2004) yang mendefinisikan CSR sebagai “A business acts 9 in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stake holder interest”. Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggungjawab. Sedangkan komisi Eropa membuat definisi yang lebih praktis, yang pada galibnya bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya mesyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan Wibisono (2007 :7) menjelaskan bahwa komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Menurut definisi yang dikemukakan oleh THE JAKARTA CONSULTING GROUP, tanggungjawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, tanggungjawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. 10 Oleh karenanya perusahaaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan. Disamping kepada pemegang saham, tanggungjawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan. Karena hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya. Tentu saja hubungan antara perusahaan dengan karyawan ini harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemajuan perusahaan. Ke luar, tanggungjawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan dan kompensasi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Pajak diperoleh dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih laba yang maksimal. Demi kelancaran aktivitas perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya, perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan tumbuh kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja ini akan mengalami peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi 11 menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan semakin banyak tersedia manakala perusahaan tumbuh dan berkembang. Oleh karenanya perusahaan berkewajiban untuk selalu mencari peluangpeluang baru bagi pertumbuhan, tentu saja dengan tetap mempertimbangkan factor keuntungan dan tingkat pengembalian financial yang optimal. Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang berkaitan dengan perusahaan maupun yang tidak. Perusahaan juga bertanggungjawab untuk memelihara kualitas lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun bagi generasi penerus. 1.3 Evolusi Corporate Social Responsibilities CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang. Konsep ini tidak lahir begitu saja. Ada beberapa tahapan sebelum gemanya lebih terasa. Hanya, sejauh ini tidak ada jejak baku yang disepakati secara bulat tentang tahap perkembangan itu. Namun secara garis besar berdasar beberapa literatur, tahaptahap perkembangannya dapat dideskripsikan. Pada saat ini industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam penyediaan lapangan kerja, pemenuhan 12 kebutuhan masyarakat melalui produksinya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar lingkungan operasi perusahaan. Itulah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep CSR yang paling primitif, yaitu kedermawanan yang bersifat karikatif. Gema CSR semakin terasa pada berbagai kejadian berikut ini dalam Wibisono ( 2007 : 4 ) 1. Tahun 1960-an saat persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah mendorong berkembangnya beragam aktivitas yang terkait dengan penegasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya sector produktif dari masyarakat. 2. Adanya pandangan mengenai kapitalisme yang tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsure sosial dan lingkungan yang menjadi basis yang disebut sebagai sustainable society, Lester Thurow (1966). 3. Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser filantropisnya kearah Community Development, yaitu dengan pemberdayaan masyarakat 13 seperti pengembangan kerja sama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar, hubungan inti-plasma dan sebagainya. 4. Dasawarsa 1990-an diwarnai dengan baragam pendekatan, seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society yang mencakup aktivitas produktif dan sosial yang melibatkan berbagai pihak. 5. Tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi yang diadakan di Rio de Jenairo, Brazil yang menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai hal yang harus dilaksanakan. 6. Tahun 1997, John Elkington melakukan terobosan CSR dalam konsep “3P” (profit, people, and planet), menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya memburu profit, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). 7. Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. 1.4 Manfaat Corporate Social Responsibilities Dalam menjalankan tanggungjawabsosialnya, perusahaan menfokuskan perhatiannya kepada tiga hal, yaitu profit, lingkungan, dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham, 14 mengalokasikan sebagai laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar oajak kepada pemerintah. Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka panjang. Perusahaan juga ikut mengambil bagian dalam aktivitas manajemen bencana. Manajemen bencana disini bukan sekedar memberikan bantuan kepada korban bencana, namun juga berpartisipasi dalam usaha-usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana melalui usaha-usaha pelestarian lingkungan sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir bencana. Perhatian terhadap masyarakat, dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki diberbagai bidang. Kompetensi yang meningkat ini pada gilirannya diharapkan akan mampu dimanfaatkan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan menjalankan tanggungjawab sosial yang dijalankannya, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR. Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggungjawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang 15 telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala terdapat pihak-pihak tertentu yang menuduh perusahaan melakukan menjalankan perilaku serta praktek-praktek yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri di belakang perusahaan, membela tempat institusi mereka bekerja. Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya. Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan produsen consumer goods yang beberapa waktu lalu dilanda isu adanya kandungan bahan berbahaya dalam produknya. Namun karena perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, maka masyarakat dapat memaklumi dan memaafkannya sehingga relative tidak mempengaruhi aktivitas dan kinerjanya. Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan meras bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas. 16 Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholders senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan. Kelima, meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide, konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggungjawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. Dan keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggungjawab sosialnya. 1.5 Evolusi hubungan perusahaan dengan komunitas Hubungan antara komunitas dan perusahaan telah mengalami pergeseran. Awalnya perusahaan meluncurkan program Community Development (CD) dalam upayanya membina hubungan dengan komunitas. Kemudian dengan aktivitas CSR sebagai lisensi sosial untuk beroperasi. Dan terakhir, perusahaan dituntut untuk mempunyai peran kepemimpinan dalam komunitasnya. Namun ternyata hanya sekedar menjalankan aktivitas CSR tidak lagi mencukupi. Dalam pelaksanaannya CSR masih memiliki kekurangan. Program- 17 program CSR yang banyak dijalankan oleh perusahaan banyak yang hanya memiliki penaruh jangka pendek dengan skala yang terbatas. Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak perusahaan masih menganggap dirinya sebagai pihak yang paling memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran yang menderita sehingga memerlukan bantuan perusahaan. Disamping itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang positif, bukan demi perbaikan kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang. Kritik lain dari pelaksanaan CSR adalah karena seringkali diselenggarakan dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, maka CSR identik dengan perusahaan besar yang ternama. Yang menjadi permasalahan adalah dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR, padahal yang dilakukannya hanya semata-mata aktivitas filantropis, bahkan boleh jadi dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang tidak etis bahkan melanggar hukum, maka sorotan tajam publik akan mengarah kepada mereka. Namun bila yang melakukannya perusahaan kecil atau menengah yang kurang ternama, maka publik cenderung untuk kurang peduli, atau kalaupun publik menaruh perhatian, perhatian yang diberikan tidak sebesar bila yang melakukannya adalah perusahaan besar yang ternama. Padahal perilaku-perilaku yang tidak etis serta perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh siapa pun tidak dapat diterima. 18 Sekali lagi, ini bukan berarti CSR kehilangan relevansinya. CSR tetap penting dan harus dijalankan. Namun disamping CSR, perusahaan perlu mengambil inisiatif kepemimpinan sosial. Inilah yang diistilahkan oleh Hills dan Gibbon dengan Corporate Social Leadership (CSL). Dalam CSL, perusahaan bukan hanya dituntut untuk menjalankan tanggungjawab sosialnya, namun juga harus menjadi sebuah institusi yang memimpin, memberikan inspirasi bagi terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat secara umum meningkat dalam jangka panjang. Dalam CSL, perusahaan harus menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat yang lebih luas, sehingga hal buruk yang menimpa dan merugikan masyarakat pada gilirannya akan berdampak pada mereka juga. Oleh karena perusahaan harus memperlakukan komunitasnya sebagai mitra. Dalam CSR, program-program yang dilaksanakan harus mampu benarbenar memberdayakan masyarakat, artinya masyarakat yang mamiliki daya tahan yang tinggi serta mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapi dengan kekuatan sendiri dalam jangka panjang. 1.6 Pendorong Munculnya Akuntansi Sosial Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatankegiatan sosial merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya Socio Economic Accounting (SEA). Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada 19 kesejahteraan individu kearah kesejahteraan sosial terlihat dari beberapa paradigma berikut ini dalam Harahap (2007 : 392) : 1. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial Kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap dan kerjasama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Negara tidak dapat hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan lingkungan sosialnya. 2. Kecenderungan Terhadap Kesadaran Lingkungan Adanya the new environment paradigm yang menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat, dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial,ekonomi, atau politik. 3. Perspektif Ekosistem orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Hal ini menimbulkan beberapa saran penting, yaitu stabilisasi antara kelahiran dan kematian, stabilisasi investasi dengan penyusunan barang modal, pengurangan konsumsi sumbersumber alam, pengutamaan pendidikan dalam konsumerisme, penurunan populasi industri dan lain-lain. 4. Ekonomisasi Versus Sosialisasi Ekonomisasi mengarahkan perhatiannya kepada kepuasan individual sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sedangkan sosialisasi memfokuskan perhatiannya 20 terhadap kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, dalam Janurti dan Apriyanti (2005) yaitu isu lingkungan yang melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka, era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan, para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan, serta LSM dan pecinta lingkungan semakin vokal dalam mengkritik perusahaanperusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan. 1.7 Komitmen Perusahaan Menerapkan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Komitmen CSR adalah instrumen-instrumen yang dibangun oleh sebuah perusahaan yang mengindikasikan apa yang ingin dilakukan dalam rangka memberi perhatian terhadap pengaruh sosial dan lingkungannya. Komitmen ini adalah kunci untuk memastikan bahwa budaya yang dimiliki sama dan sebangun dengan nilai-nilai CSR; selaras dan terintegrasi dengan strategi bisnis, sasaran, dan tujuan keseluruhan perusahaan; memberikan panduan yang jelas bagi karyawan mengenai bagaimana mereka harus berperilaku; serta secara akurat mengkomunikasikan CSR kepada mitra bisnis, pemasok, komunitas, pemerintah, dan publik. 21 Pelanggan, komunitas, mitra bisnis, investor dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) semakin “galak” dalam menuntut perusahaan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan guna memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan sosial dan perbaikan lingkungan. Komitmen CSR mengkomunikasikan sifat dan arah dari aktivitas sosial dan lingkungan, sehingga membantu pihak lain memahami bagaimana perilaku perusahaan dalam situasisituasi tertentu. Komitmen ini juga merupakan komponen vital dari setiap usaha perusahaan untuk menjadi lebih transparan dan akuntabel. Jika diimplementasikan dengan tepat, komitmen CSR dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan untuk memberi respon yang tepat terhadap sebuah kesempatan, serta mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku yang menimbulkan masalah. Dengan adanya komitmen CSR, menjadi jelas bagi pihak-pihak lain mengenai apa yang bias diharapkan dari perusahaan. Dengan mengartikulasikan ekspektasi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Dalam hal ini, komitmen CSR dapat memperbaiki kualitas keterlibatan perusahaan dengan pihak-pihak dimana mereka melakukan interaksi. Dalam prosesnya, pengembangan komitmen CSR membuka peluang bagi terjadinya kesalahpahaman dan miskomunikasi mengenai eskpetasi. Berikut ini adalah cara-cara yang dapat ditempuh dalam rangka membangun komitmen CSR : 1. Lakukan pemindaian (scanning) terhadap komitmen CSR Sebelum membangun komitmen CSR, adalah sangat bermanfaat untuk mengamati instrument komitmen CSR yang digunakan oleh pihak lain, termasuk 22 perusahaan-perusahaan terkemuka. Namun bila perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakannya, maka perlu dipertanyakan hal-hal seperti apakah tujuan yang melandasi komitmen CSR ini? Apakah tujuan yang melandasi komitmen CSR ini sama atau berbeda dengan tujuan-tujuan yang melandasi perusahaan kita sendiri? Apakah sebuah isu tertentu yang berkaitan dengan CSR yang berhasil diidentifikasikan oleh perusahaan dapat dipecahkan oleh komitmen CSR yang digunakan oleh pihak lain? 2. Lakukan diskusi dengan stakeholder-stakeholder utama Masukan yang berarti dan diperolah sejak awal oleh karyawan perusahaan adalah sangat penting. Karyawan memiliki pengetahuan terkini dan terlengkap mengenai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan sehingga memainkan peranan yang sangat penting dalam implementasi. Adalah sangat bermanfaat pula untuk melakukan pendekatan guna menjangkau pihak-pihak yang lebih luas yang terkena dampak dari aktivitas perusahaan seperti pelanggan, organisasi-organisasi perburuhan dan lingkungan, kelompok-kelompok komunitas, dan pemerintah. Ini dapat membantu mengkonfirmasi persepsi awal mengenai kepentingan dan kepedulian mereka, sehingga memungkinkan semakin bertambahnya orang-orang dan organisasi yang membantu perusahaan membangun komitmen. 23 3. Ciptakanlah sebuah kelompok kerja untuk membangun komitmen Kelompok ini harus terdiri dari orang-orang yang mencakup seluruh bagian dari organisasi. Sebaiknya mencakup pula orang-orang yang sangat antusias terhadap CSR, orang-orang yang skeptis untuk “bersuara dan memberi pandangan lain” serta orang-orang yang memiliki opini yang berbeda terhadap isu-isu yang ada. Menempatkan orang-orang yang tepat dalam kelompok sangat penting. Mereka harus dapat diandalkan, memiliki pengetahuan yang memadai, kredibel, serta memiliki waktu dan sumber daya yang diperlukan. Diskusi yang terbuka harus dilakukan sejak awal mengenai tujuan kelompok, tanggungjawab masing-masing anggota, antisipasi beban kerja dan hasil, serta aturan-aturan mendasar mengenai bagaimana kelompok akan beroperasi. Komunikasi dua arah secara teratur antara kelompok kerja dan perusahaan secara keseluruhan jaga dapat berguna. 4. Siapkan draf awal Komitmen CSR harus dituangkan ke dalam pernyataan dengan bahasa yang tegas dan harus berisi kewajiban-kewajiban dengan kata-kata yang jelas dan ringkas. Anggota kelompok kerja disarankan untuk mengidentifikasi siapa di dalam organisasi yang bertanggungjawab untuk mengimplementasikan komitmen serta melibatkan mereka dalam mempersiapkan draf. 24 5. Konsultasikan dengan stakeholder yang terkena dampak Konsultasi yang dilakukan sejak awal dapat mencegah timbulnya masalah di kemudian hari. Satu pendekatan yang baik dimulai dengan orang-orang yang paling mungkin terkena dampak secara langsung dari komitmen CSR serta mereka yang telah menyadari isu-isu terkait. Kemudian kelompok yang dibentuk dapat lebih banyak melakukan diskusi formal dengan kelompok-kelompok mungkin yang belum menyadari adanya inisiatif CSR. 6. Revisi dan terbitkan komitmen Berdasarkan input yang diperoleh melalui konsultasi, kelompok kerja yang dibentuk dapat melakukan finalisasi komitmen untuk kemudian diterbitkan dan dibagikan kepada karyawan sebagian dari implementasi. 1.8 Mengembangkan Strategi Corporate Social Responsibility Strategi CSR dimulai dengan menetapkan arah dan lingkup jangka panjang berkenaan dengan aktivitas CSR. Dengan demikian perusahaan berhasil dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, berada dalam lingkungannya yang unik guna memenuhi kebutuhan pasar dan ekspektasi para stakeholder. Strategi CSR yang baik harus mengidentifikasikan arah keseluruhan yang dituju dengan dijalankannya aktivitas CSR. Kemudian melakukan pendekatan mendasar guna melanjutkan aktivitas. Selanjutnya menentukan area prioritas yang spesifik. Dan terakhir merumuskan langkah-langkah selanjutnya yang segera ditempuh. Strategi CSR membantu perusahaan memastikan bahwa perusahaan secara berkesinambungan membangun, memelihara, dan memperkuat identitas dan pasar 25 yang dimilikinya. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengembangkan strategi CSR : 1. Membangun dukungan dengan manajemen senior dan karyawan Tanpa adanya dukungan dari pemimpin perusahaan, peluang keberhasilan program CSR akan menipis. Di samping itu juga penting untuk terus membangun dukungan diantara karyawan, karena merekalah yang akan memainkan peran kunci dalam implementasi CSR. 2. Pengamatan terhadap pihak lain adalah sangat bermanfaat untuk belajar dari pengalaman dan keahlian pihak lain. Tiga sumber informasi yang berguna adalah perusahaan lain, asosiasi industri, dan organisasi yang khusus bergerak di bidang CSR. Mengamati visi, nilai-nilai, dan pernyataan kebijakan pesaing, demikian juga dengan produk-produk baru atau pendekatan yang berkaitan dengan CSR, serta inisiatif-inisiatif dan program-program yang mereka ikuti, dapat sangat bermanfaat. 3. Mempersiapkan matriks aktivitas CSR yang diusulkan Perusahaan dapat merencanakan aktivitas CSR, baik yang sedang dilakukan pada saat ini maupun yang mungkin akan dilakukan di masa mendatang, berkaitan dengan proses, produk serta pengaruh yang mungkin ditimbulkannya. 4. Mengembangkan opsi bagi kelanjutan program CSR Disini tersedia dua opsi, yaitu mengambil pendekatan yang sifatnya incremental ataupun memutuskan perubahan arah yang lebih komprehensif. 26 5. Membuat keputusan dalam hal arah, pendekatan, dan fokus Menentukan arah berarti memutuskan area utama dimana perhatian ditujukan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan pertambangan mungkin akan memusatkan perhatian kepada terjalinnya hubungan baik dengan komunitas sekitar. Pendekatan mengacu kepada bagaimana sebuah perusahaan berencana untuk bergerak menujuh arah yang telah ditentukan. Sedangkan focus harus diselaraskan dengan tujuan bisnis perusahaan, dan oleh karenanya harus menjadi prioritas. Dengan adanya focus dapat diidentifikasikan kesenjangan dalam prosesproses perusahaan, dimanfaatkannya peluang-peluang yang muncul, serta diperhatikannya kebutuhan-kebutuhan stakeholder-stakeholder kunci tertentu. 2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Operasi-operasi korporasi, sebagian besar, berkenaan dengan proses produksi dan inovasi teknologi. Aktivitas-aktivitas ini sangat bergantung pada pembiayaan eksternal; yang mengarah pada orientasi tradisional dari pelaporan keuangan eksternal kepada penyedia modal. Aktivitas-aktivitas produksi dan distribusi korporasi, walau bagaimanapun tidak terjadi tanpa unsure sosial. Oleh karenanya, korporasi domestic maupun internasional diminta untuk melaksanakan tanggungjawab sosial kepada stakeholder yaitu, pemegang saham, kreditor, karyawan, pelanggan, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, yang melebihi dari hanya kepentingan-kepentingan yang mendasar. Akuntansi sosial memberi arti berbeda untuk masing-masing orang-orang yang berbada. Bagi seorang ekonom, topic ini telah sejak lama terkait dengan 27 akuntansi pendapatan nasional, yaitu, akuntansi yang berhubungan dengan kinerja seluruh Negara. Di sini istilah tersebut mengacu pada pengukuran dan komunikasi informasi mengenai dampak perusahaan terhadap kesejahteraan pekerja, komunitas local dan lingkungan. Kebalikan dari model-model pelaporan tradisional, pengungkapan tanggungjawab sosial mencakup ukuran-ukuran kinerja non-keuangan di samping ukuran-ukuran keuangan. Permintaan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial didasarkan pada beberapa argument. Pertama, masyarakat memberikan kebebasan kepada perusahaan-perusahaan untuk mengelola sejumlah besar sumbernya langka. Sebagai balasan atas hak istimewa ini, perusahaan mengemban tanggungjawab untuk menyampaikan data-data akuntansi periodik kepada masyarakat mengenai efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumberdaya-sumberdaya langka tersebut. Saling pengertian secara implicit ini merupakan kontrak sosial antara korporasi dan badan politik. Yang lebih idealis adalah argument yang menyatakan bahwa manusia sebagai perorangan, termasuk juga organisasi yang terdiri dari manusiamanusia sebagai perorangan tersebut, memiliki hirarki kebutuhan. Jika kebutuhan dasar untuk bertahan hidup telah terpenuhi, individu-individu dan organisasiorganisasi berjuang untuk memenuhi kebutuhan sosial dan self-esteem yang lebih tinggi. Pengungkapan tanggungjawab sosial merupakan ciri yang integral dari fenomena perilaku ini. Terakhir, perusahaan harus menyadari demi kepentingan sendiri pentingnya mengantisipasi opini masyarakat menyangkut masalahmasalah sosial. Reputasi sebagai pemberi kerja yang penuh kepedulian dengan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tanggungjawab-tanggungjawab sosial, 28 langsung berakibat pada timbulnya dividen-dividen ekonomi dimasa depan seperti tingkat konflik industri yang rendah dan hubungan yang baik dengan pemerintah lokal. Sekalipun keterkaitan akan aspek tanggungjawab sosial dari korporasi semakin meningkat, bidang ini masih dalam tahap perkembangan sangat dini. Pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang apa, siapa, bagaimana dan kapan sebagian masih belum terjawab. Paragrap-paragraf berikut mengkaji pengungkapan-pengungkapan yang dijalankan dewasa ini. 2.1 Tahap-Tahap Penerapan CSR Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktek-praktek tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang tanggungjawab sosial. Dan setiap perusahaan memiliki kondisi yang beragam dalam hal kesadaran akan berbagai isu berkaitan dengan CSR serta seberapa banyak hal yang telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan pendekatan CSR. Implementasi CSR yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profit resiko, serta kondisi operasional masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang telah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pelanggan, karyawan, komunitas, dan lingkungan sekitar, yang merupakan titik awal yang sangat baik menuju pendekatan CSR yang lebih luas. Pelaksanaan CSR dapat 29 dilaksanakan menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas CSR perlu diintegrasikan dengan pengambilan keputusan inti, strategi, aktivitas, dan proses manajemen perusahaan. Meskipun tidak terdapat standar atau praktek-praktek tertentu yang dianggap terbaik dalam pelaksanaan aktivitas CSR, namun kerangka kerja (framework) yang luas dalam pengimplementasikan CSR masih dapat dirumuskan, yang didasarkan pada pengalaman dan juga pengetahuan dalam bidang-bidang seperti manajemen lingkungan. Kerangka kerja yang disodorkan oleh industri kanada dapat dijadikan panduan. Kerangka kerja ini mengikuti model “plan, do, check dan improve” dan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan. Penilaian terhadap CSR (CSR assessment) Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, peluang,dan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan aktivitas CSR. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan dan menguji infomasi yang relevan mengenai produk, layanan, proses pengambilan keputusan, serta aktivitasaktivitas yang dilakukan perusahaan agar dapat secara akurat menentukan posisi perusahaan saat ini berkaitan dengan aktivitas CSR. Penilaian CSR yang tepat harus memberikan pemahaman mengenai hal-hal : Nilai-nilai dan etika perusahaan Dorongan eksternal dan internal yang memotivasi perusahaan untuk menjalankan aktivitas CSR 30 Isu-isu penting seputar CSR yang dapat memberikan dampak bagi perusahaan Stakeholder-stakeholder kunci Struktur pengambilan keputusan yang berlaku dalam perusahaan saat ini, kekuatan dan kelemahannya dalam hal mengimplementasikan program CSR yang terintegrasi. Implikasi terhadap sumber daya manusia dan anggaran yang dimiliki. Aktivitas-aktivitas berkaitan dengan CSR yang tengah berjalan. Penilaian ini harus mampu mengidentifikasi resiko-resiko dan peluangpeluang utama melalui analisis kesenjangan (gap analysis), dimana sajakah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki arganisasi secara relative terhadap sasaran internal dan praktek-praktek terbaik? Penilaian CSR bertujuan agar perusahaan melakukan akrivitas-aktivitas CSR secara berkesinambungan, tidak bersifat parsial. Penilaian CSR juga membantu perusahaan mengidentivikasi kesenjangan dan peluang yang ada, sehingga mampu memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Tahapan-tahapan dari pelaksanaan penilaian CSR adalah sebagai berikut: 1. Membentuk tim kepemimpinan CSR Biasanya tim kepemimpinan CSR mencakup perwakilan dari dewan direksi, manajemen puncak, dan pemilik, serta sukarelawan dari berbagai unit dalam perusahaan yang terkena dampak atau terlibat dengan isu-isu seputar CSR. 31 2. Merumuskan Definisi Program CSR Perumusan definisi program CSR akan menjadi landasan bagi aktivitas penilaian selanjutnya. Dapat juga diidentifikasi nilai-nilai kunci yang memotivasi perusahaan. Melibatkan orang-orang pada setiap tingkatan dalam perusahaan akan lebih menjamin tercapainya tujuan dan penerimaan dari aktivitas CSR yang dilakukan. 3. Melakukan kajian terhadap dokumen, proses, dan aktivitas perusahaan Dokumen-dokumen ini dapat mencakup misi, kebijakan, code of conduct, prisip-prinsip dan dokumen-dokumen operasional lainnya. Dapat juga mencakup dokumen-dokumen eksternal yang berhubungan dengan program-program atau inisiatif-inisiatif yang melibatkan perusahaan. Ini berguna untuk menelusuri dokumen-dokumen ini dibuat serta pelajaranpelajaran apa yang bisa diambil. Perusahaan secara khusus memiliki proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari kegiatan operasionalnya. Hal ini dapat berguna dalam kaitannya dengan aktivitas CSR. Aktivitas-aktivitas perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan produk dan layanan yang dihasilkan dapat secara erat berhubungan dengan aktivitas-aktivitas CSR. Memperhatikan aktivitas pesaing dan juga perusahaan di sector lain juga dapat bermanfaat. 4. Mengidentifikasi dan melibatkan stakeholder kunci Perusahaan mungkin saja melewatkan isu-isu penting yang sedang hangat di luar. Oleh karenanya diskusi dengan para stakeholder kunci, 32 khususnya pahak eksternal, sangat penting guna memetakan kepentingan yang mereka miliki. Adalah penting untuk memperoleh kejelasan mengenai tujuan diskusi, karena stakeholder dapat melihatnya sebagai kesempatan untuk mengemukakan pandangan mereka mengenai perilaku perusahaan. Kunci bagi efektifnya keterlibatan para stakeholder ini adalah memetakan definisi mereka mengenai keberhasilan dalam rangka kerjasamanya dengan perusahaan. 2.2 Siklus Pengembangan Komunitas Dalam UU PT pasal 74 ayat 1 berbunyi “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan.” Penjabarannya mungkin lebih mengarah kepada community development yang tersirat dari judulnya “tanggungjawab sosial dan lingkungan “ dan pengkaitannya dengan perusahaan berbasis sumber daya alam. Konsep dasar community development adalah kesadaran bahwa terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan komunitas yang berada dalam lingkungan sekitarnya. Komunitas local mengharapkan perusahaan bersedia membantu mereka dalam menghadapi masalah-masalah mereka. Sebaliknya pihak perusahaan mengharapkan mereka diperlukan secara adil dan cara pandang yang suportif. Berdasarkan pandangan ini pihak perusahaan harus mengeksplorasi hubungan mereka dengan komunitasnya. Kemudian mengindentifikasi titiktitik yang dianggap kritis dalam menjalin hubungan yang harmonis dan saling 33 menguntungkan. Dari sini dirumuskan bagaimana perusahaan merespon kebutuhan serta masalah-masalah yang mereka hadapi. Langkah-langkah yang kongkrit yang harus dilakukan adalah melakukan analisa kebutuhan komunitas (community need analysis). Dalam melakukan analisa kebutuhan harus diperhatikan benar agar dapat memenuhi kebutuhan (needs), dan bukan sekedar keinginan (wants) yang dapat bersifat superficial demi pemenuhan sesaat saja. Analisa harus dilakukan secara mendalam agar dapat menggali kebutuhan yang sesungguhnya, bukan berlandaskan keinginan perusahaan atau keinginan tokoh-tokoh masyarakat saja. Musyawarah adalah sebuah pendekatan kultural khas Indonesia yang dapat dimasukkan dalam proses eksplorasi kebutuhan dan identifikasi masalah. Musyawarah dilakukan dengan melibatkan pihak perusahaan, pemda, dan masyarakat. Musyawarah merupakan sarana untuk meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki dalam program community development yang dijalankan, sebagai bagian dari transfer ownership program. Ingat, inti dari community development harus mengandung unsure pemberdayaan, dan tidak mendidik mereka sebagai ‘pengemis’ atau ‘pemalak’ Transparansi dalam pelaksanaan program harus menjadi landasan utama, yang menuntut akuntabilitas para pelaksana program, dari kalangan internal maupun eksternal perusahaan. Sehingga kasus-kasus salah sasaran seperti yang terjadi dalam program jaring pengaman sosial Bank Dunia tidak ‘menular’, dan justru memicu ketidakpuasan yang dapat melahirkan masalah 34 baru. Secara khusus disiapkan sistem audit untuk memantau, mengawasi dan mengevaluasi berjalannya program dari waktu ke waktu. 3.Tinjauan Teoritis Atas Kinerja Keuangan 3.1 Analisis Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengukur kemampuan tersebut terdapat dua rasio atau ukuran, dalam Halim ( 1999 : 61 ), yaitu : 1. Rasio antara laba dengan penjualan Ukuran atau rasio laba dengan penjualan ini digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan oleh setiap unit penjualan (produk yang terjual). Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan margin laba untuk menutup biaya tetap dan bunga serta kemampuan perusahaan untuk membagikan dan membayar deviden. Dalam laporan laba-rugi dikenal beberapa pengertian atau istilah laba dengan penjualan tersebut juga ada tiga. Ketiga hubungan tersebut adalah : 1) Gross Profit Margin Ratio, merupakan perbandingan antara laba kotor dengan penjualan 2) Operating Profit Margin Ratio, merupakan perbandingan antara laba operasi (laba sebelum biaya bunga dan pajak atau EBIT) dengan penjualan 3) Net Profit Margin Ratio, merupakan perbandingan antara laba bersih (laba setelah biaya bunga dan pajak atau EAT) dengan penjualan 2. Rasio antara laba dengan aktiva dan atau modal sendiri 35 Ukuran atau rasio laba dengan aktiva ini digunakan untuk mengukur penggunaan sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan laba perusahaan. Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan dan menghasilgunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang memuaskan. Umumnya terdapat tiga rasio dalam hal, yaitu : 1. Return On Investment (ROI) atau Return On Assets (ROA), merupakan perbandingan antara laba setelah biaya bunga dan pajak (laba bersih atau EAT) dengan total aktiva perusahaan 2. Return On Equity (ROE), merupakan perbandingan antara laba setelah biaya bunga dan pajak (laba bersih atau EAT) dengan modal sendiri 3. Operating Income On Operating Assets, merupakan perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak (laba operasi atau EBIT) dengan aktiva operasi (aktiva yang secara aktif digunakan dalam operasi perusahaan). 3.2 Analisis Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan mengendalikan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalam aktiva, dalam Halim ( 1999 : 58 ). Yang termasuk rasio ini adalah : 36 1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rasio ini menunjukkan frekuensi perputaran persediaan barang 2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Merupakan perbandingan antara penjualan dengan rata-rata piutang. Jika perusahaan mengalami kesulitan pengumpulan uang, piutang perusahaan akan besar dan rasio ini akan rendah 3. Perputaran Aktiva Operasi (Operating Assets Turnover) Merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva operasi. Rasio ini menunjukan efektif tidaknya pemakaian aktiva. Makin tinggi rasio ini, maka akan menunjukkan semakin efektif pemakaian aktiva 4. Imbalan Pascakerja, Dan Sumbangan PSAK No. 24 paragraf 8 mendefinisikan imbalan pascakerja (postemployment benefits) adalah imbalan kerja (selain pesangon PKK dan imbalan berbasis ekuitas) yang terhutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya. Program imbalan pascakerja (post-employment benefits) adalah pengaturan formal atau suatu kebiasaan di mana perusahaan memberikan imbalan pascakerja bagi satu atau lebih pekerja. 37 PSAK No.24 paragraf 25 menjelaskan bahwa imbalan pascakerja meliputi: (a) Tunjangan pensiun; dan (b) Imbalan pascakerja lain, seperti asuransi jiwa pascakerja dan tunjangan kesehatan pascakerja Pernyataan tersebut diterapkan oleh perusahaan untuk semua jenis program, baik dengan atau tanpa pendirian sebuah entitas terpisah untuk menerima iuran dan membayar imbalan tersebut. ISAK No. 03, tentang interpretasi perlakuan akuntansi atas pemberian sumbangan atau bantuan : 1. Sumbangan atau bantuan diakui sebagai beban dalam penetapan laba-rugi bersih periode berjalan, kecuali apabila pemberian sumbangan tersebut berkaitan dengan perolehan suatu aktiva 2. Apabila pemberian suatu sumbangan atau bantuan berkaitan dengan perolehan suatu aktiva, maka sumbangan atau bantuan tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan aktiva yang bersangkutan 3. Pemberian suatu sumbangan atau bantuan diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual. Saat terjadinya pemberian suatu sumbangan atau bantuan adalah pada saat kondisi tertentu yang diisyaratkan untuk pemberian sumbangan atau bantuan telah terpenuhi, atau bila kegiatan atau transaksi tertentu yang mendasarinya telah dilakukan, atau pada saat dijanjikan atau dibayar. 38 Selain hubungan didalam perusahaan ( internal ), perusahaan dalam mengendalikan roda bisnisnya juga berinteraksi dengan pihak – pihak luar perusahaan ( eksternal ) seperti pemerintah, pemasok dan masyarakat. Hubungan dengan pihak luar perusahaan juga harus dibina dengan baik, karena hubungan dengan pihak – pihak ini juga mempengaruhi aktivitas perusahaan. Hal ini merupakan salah satu bentuk perwujudan tanggung jawab perusahaan kepada pihak luar perusahaan ( eksternal ). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menjalin hubungan dengan corporate social responsibility. Pertama, perusahaan haruslah memberikan informasi yang benar dan jujur kepada para investor, dimana informasi yang tidak benar akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan. Kedua, dalam mengadakan kerja sama kedua belah pihak harus mempunyai itikad yang baik dan kepercayaan, sehingga kerja sama tersebut dapat berjalan dengan baik PSAK No. 46 paragraf 48, tentang beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri dalam laporan keuangan laba rugi. 39 B. Kerangka Pemikiran Dalam konsep bisnis, tujuan pendirian perusahaan adalah untuk mendapatkan laba (profit) yang tinggi. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan banyak menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat khususnya dampak yang merugikan dan sulit dikendalikan. Sebagai contoh, polusi udara, limbah pabrik yang membahayakan, kebisingan, demonstrasi buruh akibat kebijakan upah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat menuntut agar perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah-masalah sosial yang ditimbulkannya kepada masyarakat dan berupaya untuk mengatasinya. Adanya kesadaran masyarakat yang cukup besar terhadap dampakdampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, maka karyawan menginginkan agar dampak tersebut dikendalikan sesegera mungkin sehingga dampak negative yang ditimbulkannya tidak semakin besar dan meluas. Dari sinilah berkembang ilmu akuntansi pertanggungjawaban sosial. Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan sub-disiplin ilmu dari ilmu akuntansi yang memfokuskan perhatiannya pada dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, baik yang bersifat positif (menguntungkan) atau yang bersifat negative (merugikan) bagi masyarakat. Dengan adanya akuntansi pertanggungjawaban sosial diharapkan dapat mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek sosial yang ditimbulkan dari aktivitas-aktivitas perusahaan hingga akhirnya pengukuran ini akan diupayakan sebagai informasi dalam hal meningkatkan peran perusahaan terhadap kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan. 40 Seberapa besar hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangan telah menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak. Oleh karena itu diadakan penelusuran terhadap pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan 9terutama untuk biaya kesejahteraan karyawan, dan sumbangan) terhadap kinerja keuangan (dalam hal ini kinerja aktivitas dan kinerja profitabilitas), seberapa besar pengaruh diantara kedua variabel tersebut. 41 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran dari Penelitian ini Digambarkan Sebagai Berikut : Variable Independen (X) Variabel Dependen (Y) Indikator Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pensiun Kinerja Keuangan ROA CSR Analisa Donasi ATO Intrepretasi Hasil