tinjauan pustaka

advertisement
 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Marzuki (2009) menyatakan bahwa dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kacang tanah diklasifikasikan dalam divisi Spermatophyta (tanaman bertepung sari), subdivisi Angiospermae (tanaman berbunga), kelas Dicotyledoneae (tanaman berkeping dua), ordo Rosales (tanaman berjenis kelamin dua), famili Papilionaceae (berbunga kupu-kupu), genus Arachis (berbunga geotropik), spesies (Arachis hypogaea), dan subspesies fastigiata dan hypogaea. Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada dua tipe, yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh lurus atau sedikit miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek (genjah), dan kemasakan buahnya serempak. Kacang tanah tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh ke samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah, dan umumnya berumur panjang (Purwono dan Purnamawati, 2009). Daun kacang tanah berbentuk bulat, elips, sampai agak lancip dengan ukuran bervariasi disebut tetrafoliat karena memiliki empat helai daun. Menurut Purseglove (1974) daun-daun kacang tanah tersusun melingkar dengan pilotaksi 2/5, memiliki daun penumpu (stipula) yang panjangnya 2.5 sampai 3.5 cm, dan tangkai daun (petiola) yang panjangnya 3 sampai 7 cm. Trustinah (1993) menambahkan bahwa daun-daun pada bagian atas biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang dibawah. Begitu pula yang terletak pada batang utama lebih besar dibandingkan dengan yang muncul pada cabang. Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm tetapi ada juga yang mencapai 80 cm. Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus hingga kedalaman 40 cm. Bagian akar tunggang tersebut akan ditumbuhi oleh akar cabang dan diikuti oleh akar serabut (Pitojo, 2005). Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin pada batang, warna batang kacang tanah dibagi menjadi dua, yaitu warna merah atau ungu dan tidak berwarna dalam hal ini hijau.
4 Suprapto (2005) menyatakan bahwa kacang tanah mulai berbunga kira- kira pada umur 4 sampai 5 minggu. Bunga keluar dari ketiak daun dan mahkota bunganya (corolla) kuning. Umur bunga hanya satu hari, mekar dipagi hari dan layu pada sore hari. Bunga kacang tanah melakukan penyerbukan sendiri dan terjadi sebelum bunga mekar. Penyerbukan yang dilakukan oleh alam dapat terjadi tetapi dalam jumlah yang sangat kecil kira-kira 0.5%. Setelah terjadi persarian dan pembuahan, bakal buah akan tumbuh memanjang disebut ginofor dan bersifat geotropik. Ginofor tersebut akan terus masuk menembus tanah sedalam 2 sampai 7 cm, kemudian akan terbentuk rambut-rambut halus pada permukaan lentisel dan ginofor akan mengambil posisi horizontal (Trustinah, 1993). Selanjutnya Purwono dan Purnamawati (2009) menambahkan setelah menembus tanah ginofor tumbuh mendatar, membengkak, dan membentuk polong. Panjang ginofor tergantung letak/jarak bunga dengan permukaan tanah. Jika panjangnya lebih dari 15 cm maka ginofor akan berhenti tumbuh. Kacang tanah berbuah polong dimana polong terbentuk setelah terjadi pembuahan. Polong kacang tanah bervariasi dalam ukuran, bentuk, paruh, dan kontiksinya. Warna biji kacang tanah bermacam-macam, yaitu putih, merah, ungu, dan merah muda. Kacang tanah yang paling baik berwarna merah muda. Syarat Tumbuh Kacang Tanah Kacang tanah tersebar diseluruh dunia meliputi wilayah tropik, subtropik, atau suhu hangat. Kacang tanah dapat tumbuh pada lahan yang memiliki ketinggian 0 sampai 500 mdpl. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti tanah, temperatur, sinat matahari, hujan, kecepatan angin, dan faktor-faktor iklim lainnya. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam menentukan produktivitas tanaman. Berdasarkan faktor tersebut, iklim merupakan faktor yang sulit dikendalikan. Kacang tanah sangat cocok ditanam pada jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat. Menurut Adisarwanto (2005) bahwa kemasaman (pH) tanah yang cocok adalah 6.5 sampai 7.0 dengan sistem drainase yang baik.
5 Drainase yang baik menciptakan aerasi yang baik pula sehingga akar tanaman akan lebih mudah menyerap air, hara nitrogen, dan oksigen. Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh kandungan atau kecukupan unsur hara dalam tanah. Semakin tinggi tingkat kesuburan tanah maka semakin banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Menurut Suyamto (1993) semua tanaman termasuk kacang tanah memerlukan unsur hara esensial makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl). Kebutuhan hara tersebut diperoleh dari udara, air, tanah, sisa-sisa tanaman, dan pupuk. Semua unsur hara esensial tersebut harus tersedia dalam jumlah yang optimum sesuai dengan kebutuhan kacang tanah dan mudah diserap agar dicapai hasil maksimal. Pitojo (2005) menyatakan bahwa kacang tanah tumbuh paling baik dalam kisaran suhu udara 25 sampai 35 0C. Suhu tanah yang menjadi faktor penentu dalam perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanam. Suhu ideal untuk pertumbuhan ginofor sekitar 30 sampai 34 0C dan suhu optimal perkecambahan benih berkisar 20 sampai 30 0C. Tanaman kacang tanah memerlukan sinar matahari yang penuh. Naungan lebih dari 30 % akan menurunkan hasil kacang tanah karena mempengaruhi fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah saat pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah ginofor sedangkan intensitas cahaya yang rendah saat pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta menambah polong hampa. Tanaman kacang tanah tergolong jenis tanaman yang memerlukan iklim yang lembab pada fase perkecambahan, fase perkembangan vegetatif, fase pembungaan dan fase pengisian polong. Setelah pengisian polongnya sempurna, dikehendaki iklim yang kering untuk membantu pemasakan polong karena iklim yang lembab dan basah dapat menyebabkan pembusukan polong. Curah hujan yang tinggi tidak menjamin produksi kacang tanah yang dihasilkan akan tinggi pula. Adisarwanto (2005) menyatakan distribusi curah hujan yang merata dari pertumbuhan sampai panen yang baik yaitu 300 sampai 500 mm. Curah hujan yang terlalu banyak pada awal tumbuh akan menekan pertumbuhan dan menurunkan hasil. Bila curah hujan agak banyak pada periode pemasakan polong maka polong akan pecah dan biji berkecambah karena penundaan saat panen.
6 Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah Tanaman pada dasarnya meningkatkan kapasitas penyimpanan hasil pada organ yang akan dipanen. Kapasitas penyimpanan ini dapat meningkat sampai akhir dari hasil yang diinginkan. Brown (1984) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman diekspresikan melalui berbagai cara. Pertumbuhan yang paling jelas adalah pertambahan tinggi tanaman tetapi hal tersebut bukanlah paling penting. Pertambahan berat kering tanaman merupakan aspek yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman. Menurut Sumarno dan Slamet (1993) tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain. Sifat fisiologis yang menonjol antara lain, yaitu bunganya terbentuk pada tajuk di atas tanah tetapi polong masuk dan berkembang didalam tanah dan mampu menyerap hara langsung dari tanah, periode berbunga cukup lama dimana bunga yang terbentuk cukup banyak tetapi yang menjadi polong dan mengisi biji relatif sedikit, hasil biomasa yang tinggi bukan merupakan jaminan hasil biji yang tinggi pula, serta varietas yang biasa ditanam di Indonesia bijinya tidak memiliki masa dormansi. Sifat fisiologis tersebut merupakan ciri intrinsik kacang tanah yang sering membatasi usaha peningkatan produktivitasnya, baik melalui usaha pemuliaan mau pun usaha agronomis. Trustinah (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan fase reproduktif. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan berkisar 26 sampai 30 hari setelah tanam (HST), dan selebihnya adalah fase reproduktif. Fase vegetatif dibagi menjadi tiga stadia, yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon, dan perkembangan daun bertangkai empat. Penanda fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah, dan biji. Fase reproduktif kacang tanah dibagi menjadi sembilan stadia, yaitu stadia pembungaan (R1), stadia pembentukan ginofor (R2), stadia pembentukan polong (R3), stadia polong penuh/maksimum (R4), stadia pembentukan biji (R5), stadia biji penuh (R6), stadia biji mulai masak (R7), stadia masak panen (R8), dan stadia polong lewat masak (R9). Sumarno dan Slamet (1993) membagi pertumbuhan vegetatif mengikuti empat tahap pertumbuhan, yaitu stadia juvenil (stadia awal pertumbuhan)
7 dicirikan oleh perkembangan yang lambat, terjadi sejak berkecambah hingga umur 20 sampai 25 hari, stadia pemacuan pertumbuhan yang dicirikan oleh penambahan bobot biomasa yang cepat, terjadi pada tanaman berumur 26 sampai 75 HST, stadia biomasa konstan dicirikan oleh tidak terjadinya penambahan bobot tajuk tanaman, terjadi saat tanaman berumur 75 sampai 110 HST, stadia peluruhan dicirikan oleh bobot biomasa yang semakin berkurang sebagai akibat daun gugur dan tidak terdapat daun baru yang terbentuk, terjadi mulai umur 110 hari hingga tanaman mati. Jumlah bunga yang dihasilkan setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun mendekati nol selama pengisian polong. Jumlah bunga yang dihasilkan dipengaruhi oleh varietas, suhu, dan kelembaban. Dari seluruh bunga yang dihasilkan tidak semuanya akan menjadi polong hanya sekitar 20 sampai 30 % dari bunga total. Bunga yang muncul pada periode awal dan letaknya tidak terlalu jauh dari permukaan tanah memiliki periode pengisian polong yang lebih panjang dan mempunyai daya saing yang lebih besar dibanding polong-polong berikutnya. Dari seluruh bunga yang dihasilkan hanya 55 % menjadi ginofor dan ginofor yang dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir pembungaan tidak mempengaruhi hasil. Ujung ginofor akan membesar sampai mencapai ukuran maksimum untuk pengisian polong (polong penuh). Pengisian polong dimulai dari pangkal ke ujung dan berlangsung sampai bagian dalam polong telah terisi biji (biji penuh) (Trustinah, 1993). Perkembangan pertumbuhan vegetatif juga diikuti oleh pertambahan indeks luas daun (ILD). Brown (1984) menyatakan bahwa ILD merupakan rasio luas daun terhadap luas lahan yang terpakai dalam hal ini adalah jarak tanam. Ukuran pertambahan luas daun menjadi penting karena menentukan ukuran pertambahan dalam kapasitas fotosintesis tanaman. Lakitan (1993) menambahkan produktivitas meningkat dengan meningkatnya ILD karena lebih banyak cahaya yang ditangkap tetapi nilai ILD yang terlalu tinggi tidak lagi meningkatkan produktivitas karena sebagian daun yang ternaung tidak melakukan fotosintesis secara optimal, bahkan lebih rendah dari laju respirasinya. Selain kriteria ILD, terdapat analisis pertumbuhan lainnya yang dapat dihitung, yaitu crop growth rate (CGR) dan net assimilation rate (NAR). Nilai
8 laju akumulasi bahan kering per unit luas lahan tanaman yang digunakan disebut sebagai crop growth rate (CGR) yang dikenal dengan istilah laju tumbuh tanaman (LTT). Nilai CGR menunjukkan penambahan bahan kering pada tajuk tanaman. Net assimilation rate (NAR) merupakan ukuran efisiansi daun dalam berfotosintesis. Nilai NAR akan mencapai puncak tertinggi saat semua daun terkena sinar matahri penuh, yaitu saat tanaman masih kecil daun daunnya tidak saling menutupi. Varietas Kacang Tanah Peningkatan produksi kacang tanah tidak dapat dilepaskan dari masalah penggunaan varietas unggul. Varietas unggul adalah varietas yang mempunyai sifat kualitatif (tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap cekaman kekeringan) serta sifat kuantitatif (hasil polong atau biji tinggi). Varietas dapat diseleksi dengan dasar kematangan benih yang digunakan. Beberapa varietas tumbuh baik pada lingkungan tumbuh yang mendukung dan tumbuh kurang baik pada lingkungan yang merugikan. Menurut Kasno (1993) banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah, antara lain penanaman varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan cara budidaya, cara pengendalian penyakit, serta penanganan pasca panen yang lebih baik. Adisarwanto (2005) menambahkan varietas unggul diharapkan dapat memenuhi beberapa kriteria antara lain meningkatkan produksi, memperbaiki stabilitas produksi, memenuhi standar mutu, sesuai pola tanam yang diterapkan petani, serta sesuai permintaan konsumen yang berbeda-beda disetiap daerah. Pusat Penelitian Tanaman Pangan (2007) mendata bahwa terdapat 27 varietas unggul kacang tanah, yaitu Anoa, Badak, Banteng, Biawak, Bima, Bison, Gajah, Jepara, Jerapah, Kancil, Kidang, Komodo, Landak, Macan, Mahesa, Panter, Pelanduk, Rusa, Sima, Simpai, Singa, Tapir, Trenggiling, Tupai, Turangga, dan Zebra. Deskripsi karekteristik varietas Badak, Garuda3, Jerapah, Kancil, Mahesa, Tapir, dan Trenggiling dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3921-1995, kacang tanah digolongkan dalam tiga jenis mutu, yaitu mutu I, mutu II, dan mutu III.
9 Syarat umum dari mutu tersebut adalah bebas hama penyakit, bebas bau busuk, asam, apek, dan bau asing lainnya, bebas dari bahan kimia, dan memiliki suhu normal. Syarat khusus dari mutu tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu spesifikasi persyaratan mutu kacang tanah polong (gelondong) dan spesifikasi persyaratan mutu kacang tanah biji (wose). Syarat khusus mutu kacang tanah polong (gelondong), yaitu kadar air maksimum (%) : mutu I = 8, mutu II = 9, mutu III = 9, kotoran maksimum (%) : mutu I = 1, mutu II = 2, mutu III = 3, polong keriput maksimum (%) : mutu I = 2, mutu II = 3, mutu III = 4, polong rusak maksimum (%) : mutu I = 0.5, mutu II = 1, mutu III = 2, polong biji satu maksimum (%) : mutu I = 3, mutu II = 4, mutu III = 5, dan rendemen minimum (%) : mutu I = 65, mutu II = 62.5, mutu III = 60. Syarat khusus mutu kacang tanah biji (wose), yaitu kadar air maksimum (%) : mutu I = 6, mutu II = 7, mutu III = 8, butir rusak maksimum (%) : mutu I = 0, mutu II = 1, mutu III = 2, butir belah maksimum (%) : mutu I = 1, mutu II = 5, mutu III = 10, butir warna lain maksimum (%) : mutu I = 0, mutu II = 2, mutu III = 3, butir keriput maksimum (%) : mutu I = 0, mutu II = 2, mutu III = 4, kotoran maksimum (%) : mutu I = 0, mutu II = 0.5, mutu III = 3, dan diameter minimum (mm) : mutu I = 8, mutu II = 7, dan mutu III = 6.
Download