BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Rasio

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Rasio Rentabilitas
Rasio dapat diartikan sebagai hubungan matematik antara suatu
jumlah dengan jumlah yang lainnya atau merupakan teknik analisis
laporan keuangan yang paling sering digunakan.22 Analisis rasio
keuangan bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan sebagai
kebutuhan
informasi.
Bagi
pihak
investor
digunakan
untuk
meramalkan cara mengantisipasi keadaan dimasa mendatang. Bagi
pihak kreditor sebagai informasi keuangan yang memungkinkan
adanya risiko terkait pinjaman serta nisbahnya dan pengembalian pada
saat jatuh tempo. Bagi pihak manajemen untuk menilai efektivitas
keputusan yang telah diambil suatu perusahaan dalam hal menjalankan
aktivitas usahanya. Selain itu digunakan sebagai informasi kinerja
keuangan terutama masalah rentabilitas atau profitabilitas pada
perusahaan.
Earning untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan
bank secara benar dan akurat. Penilaian rentabilitas merupakan
penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk
mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Rentabilitas adalah
hasil perolehan dari investasi (penanaman modal) yang dikatakan
22
Prastowo dan Juliaty, Analisis Laporan Keuangan,...,hal. 76
22
23
dengan persentase dari besarnya investasi.23 Rasio Rentabilitas (
Rentability Ratio) ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitablitas oleh lembaga atau perusahaan yang
bersangkutan.24 Rasio rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk
mengukur
tingkat
efektivitas
manajemen
dalam
menjalankan
operasional perusahaan.25 Laba merupakan tujuan dengan alasana
sebagai berikut:
a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada
pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian
dari laba disihkan sebagai cadangan. Sudah barang tentu
bertambahnya cadangan akan menaikkan kredibilitas (tingkat
kepercayaan bank tersebut) dimata masyarakat.
b. Laba merupakan penilaian ketrampilan pimpinan. Pimpinan bank
ang cakap dan terampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan
yang lebih besar daripada pimpinan yang kurang cakap.
c. Meningkatkan daya tarik pemilik modal (investor) untuk
menanamkan
modalnya
dikeluarkan/dibagikan
23
dengan
bank.
Pada
membeli
gilirannya
saham
yang
bank
akan
Veithzal Rivai, Andria Permata V, dan Ferry N. Idroes, Bank and Financial Insttitution
Management, (Jakarta: PR. Raja Grafindo Persada: 2007), hal. 720
24
Kasmir, Manajemen Perbankan,..., hal. 279
25
Umam, Manajemen Perbankan Syariah,..., hal. 341
24
mempunyai kekuatan modal untuk memperkuat penawaran produk
dan jasanya kepada masyarakat.26
Rentabilitas bank tidak hanya penting bagi pemiliknya tetapi
juga bagi golongan-golongan lain di dalam masyarakat. Bila lembaga
berhasil mengumpulkan cadangan dengan memperbesar modal, akan
memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas/besar.
Karena tingkat kepercayaan atau kredibiltas meningkat. Bagitu pula
bagi lembaga keuangan syariah non bank rasio rentabilitas lebih
penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah
merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara
efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba
tersebut. Dan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas
ekonomi adalah laba yang berasal dari operasi pada BMT yang biasa
disebut laba usaha. Rasio rentabilitas merupakan rasio yang berguna
untuk mengukur kemampuan BMT dalam menghailkan laba pada
periode tertentu.
Menurut
Riyanto
Rentabilitas
perusahaan
menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut.27 Perhitungan rentabilitas dilakukan dengan dua cara,
yaitu sebagai berikut :
26
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, Jakarta: Ghalia
Indonesia, tt), hal. 152
27
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi, (Yogyakarta: BPFE,
2001), hal 35
25
a) Perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang
digunakan modal sendiri dan modal asing umumnya disebut
dengan rentabilitas ekonomis. b) Sedangkan Perbandingan antara
laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal
sendiri pemilik perusahaan, biasanya disebut dengan rentabilitas
modal sendiri atau rentabilitas usaha.28
Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur dan terus
meningkat pada BMT akan menentukan tingkat profitabilitas.
Sedangkan rentabilitas pada manajemen lembaga digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan modal dengan cara melakukan
perbandingan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi.
Namun demikian, keuntungan yang besar tidak menjamin suatu
lembaga tersebut rentabel. Sebab rentabilitas yang tinggi lebih penting
daripada
keuntungan
yang
besar,
sedangkan
stabilitas
usaha
menunjukkan kemampuan suatu lembaga melakukan usaha secara
stabil dengan cara mempertimbangkan kemampuan membayar biaya
operasional beserta jumlah hutang, serta kemampuan membayar secara
teratur kepemegang saham.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa
jenis rasio rentabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis
rasio rentabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi
keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu atau
untuk
beberapa periode. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio rentabilitas
tergantung dari kebijakan manajemen. Pada
umumnya,
rasio
profitabilitas yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
30
Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Akuntansi Keuangan Syariah,
(Jakarta:Grasindo,t.t), hal. 206
26
a. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. Lyn
M. Fraser dan Aileen Ormiston memberikan pendapatnya, yaitu:29
Margin laba kotor, yang memperlihatka hubungan antara
penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan
sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau biaya
operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat
penjualan kepada pelanggan.
Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan bahwa “Persentase
dari sisa penjualan setelah sebuah perusahaan membayar barangnya,
juga disebut margin keuntungan kotor (gross profit margin)”.
Adapun rumus rasio gross profit margin adalah:
x 100%
b. Net Profit Margin (NPM)
Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan
terhadap penjualan. Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan:30
(1) Margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan
penjualan bersih. Ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk
menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan
memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan
pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi
operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan
perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut, (2)
Margun laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih.
Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan
bahwa perusahaan mendapatkan hasil yang baik yang melebihi
harga pokok penjualan.
Rumus rasio net profit margin adalah:
29
30
Irham Fahmi, AnalIsis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.109-111
Ibid.,
27
x 100%
d. Return On Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih (laba setelah
pajak) dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para
pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun
pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang
ingin membeli saham bank yang bersangkutan.31 Untuk itu rasio
ROE ini merupakan
indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk megukur kemampuan
lembaga atau perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini
berarti terjadi kenaikan laba bersih dari pihak lembaga yang
bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan
kenaikan harga saham lembaga. Adapun rumus ROE adalah :
x 100%
e. Return On Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba
secara keseluruhan. Semakin besar ROA pada bank semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
31
hal. 62
Farah Margarethe, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa, (Jakarta: Grasindo,tt),
28
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.32
Adapun rumus ROA adalah:
x 100%
Dari keempat rasio tersebut, dalam penelitian ini dipilih
ROA sebagai indikator rentabilitas pada BMT SAHARA. ROA
memfokuskan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
pada operasional industri jasa perusahaan maupun lembaga.
2. Hakikat Return On Asset (ROA)
ROA merupakan salah satu indikator yang sering digunakan
dalam menilai tingkat rentabilitas baik pada lembaga keuangan bank
maupun non bank. ROA berfungsi mengukur efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.
Semakin besar ROA yang dimiliki oleh suatu lembaga atau
perusahaan, semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan
memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor untuk
menanamkan sahamnya karena lembaga atau perrusahaan tersebut
memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi.33 Secara
matematis maka rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
x 100%
32
33
Ibid.,
Umam. Manajemen Perbankan Syariah...., hal. 346
29
Berdasarkan (Peraturan Menteri Negara KUKM RI, Nomor
14/Per/M.KUKM/XII/2009) dalam Penilaian terhadap kemandirian
dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, salah satunya yaitu
Rentabilitas Aset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan
dengan total aset ditetapkan sebagai berikut: a) Untuk rasio rentabilitas
aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan
rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100.
b) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
Tabel 2.1
Standar Perhitungan Skor untuk Rasio Rentabilitas Asset
No
Predikat
Rasio Rentabilitas Asset
(%)
Nilai Kredit
1
Rendah
≤5
25
2
Kurang
5 < x ≤ 7,5
50
3
Cukup
7,5 x ≤ 10
75
4
Tinggi
> 10
100
Sumber : Per.Men KUKM RI, No: 14/Per/M.KUKM/XII/200934
3. Hakikat Current Ratio (CR)
Usaha BMT dalam menjaga tingkat rentabilitas adalah dengan
tetap menjaga tingkat likuiditasnya. Apabila BMT mempunyai aset
likuid yang besar jumlahnya, maka tingkat rentabilitasnya dapat
terganggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk tingkat rentabilitas
mempunyai
34
kaitan
dengan tingkat
likuiditas. Rasio Likuiditas
Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Dan Unit Jasa 35.3/Per/M.Kukm/X/Keuangan Syariah Koperasi hal 17 dalam
http://indakop.kaltimprov.go.id/po-content/po-upload/berkas/460597-PERMEN-14-TAHUN2009-Lengkap.pdf diakses pada 28/11/2016
30
digunakan untuk memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva
lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya.35 Likuiditas suatu
perusahaan yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi
profitabilitas perusahaan tersebut. Terdapat trade-off antara likuiditas
dan profittabilitas.36 Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam
menganalisis rasio likuiditas menurut PP N0. 9 tahun 1995 adalah: 1)
Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek. 2) Rasio antara pinjaman yang diberikan dengan dana
yang telah dihimpun. Rasio likuiditas merupakan perbandingan yang
digunakan badan usaha koperasi untuk menggambarkan posisi
keuangan dalam jangka pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan
koperasi dalam menyediakan alat-alat yang likuid (mudah diuangkan)
guna menjamin pengembalian hutang-hutang jangka pendek pada
waktunya atau jangka panjang yang telah atau akan jatuh tempo.
Rasio Lancar merupakan salah satu rasio yang dapat dipakai
untuk menentukan kemampuan membayar utang jangka pendek
perusahaan. Rasio lancar (Current ratio) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan atau lembaga dengan
membandingkan antara total aktiva lancar dan utang lancar.37 Rasio ini
juga digunakan untuk menilai tingkat kesehatan pada BMT. Alasan
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas
mencakup kemampuannya untuk mengukur : a. Kemampuan
35
Weston dan Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,..., hal. 295
Prastowo dan Juliaty, Analisis Laporan Keuangan,..., hal. 80
37
Ibid.,
36
31
memenuhi kewajiban lancar. Semakin tinggi perkalian kewajiban
lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa
kewajiban lancar akan dibayar. b. Penyangga kerugian. Semakin besar
penyangga, semakin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukkan
tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva
lancar non kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi. c.
Cadangan dan lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat
keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas
perusahaan. Seperti halnya, pemogokan dan kerugian yang luar biasa
dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. 38
Secara matematis rasio CR dapat dirumuskan sebagai berikut:
x 100%
Aktiva lancar (Current Asset) menggambarkan alat bayar dan
diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk
membayar.
Sedangkan
utang
lancar
(Current
Liability)
menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang
lancar benar-benar harus dibayar.39 Semakin tinggi rasio ini, maka
semakin tinggi pula sisi likuiditas bank tersebut, namun berpengaruh
dalam meningkatkan profitabilitas.40 Berdasarkan (Peraturan Menteri
Negara KUKM
RI, Nomor:35.3/Per/M.KUKM/X/2007) Penilaian
kuantitatif terhadap likuiditas
38
KSP dan USP Koperasi dilakukan
John J.W., K.R. Subrmanyam, Robert F.H. Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta:
Salemba Empat, 2003) hal. 188
39
Ibid., hal. 186
40
Veithzal Rivai, Bank and Financial ... hal. 723
32
terhadap 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Rasio kas dan bank terhadap
kewajiban lancar. Kas dan bank adalah alat likuid yang segera dapat
digunakan, seperti uang tunai dan uang yang tersimpan lembaga
keuangan syariah lain. Kewajiban lancar: a) Simpanan wadiah, b)
Simpanan mudharabah, c) Simpanan mudharabah berjangka. 2) Rasio
pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima. Pada penelitian
ini pengukuran likuiditas diukur dengan rasio dengan rumus:
x 100%
Rasio tersebut ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio kas
lebih kecil dari 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai kredit 25,
untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai
dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan
25% dan 35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk
rasio 26% sampai dengan 34% diberi nilai kredit 100. b.
Nilai
dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian. Berikut tabel
perhitungan terhadap rasio lancar.
Tabel 2.2
Standar Perhitungan Rasio Kas terhadap Kewajiban Lancar
Kriteria
Rasio Kas (%)
Nilai Kredit
Tidak likuid
< 14 dan > 56
25
Kurang likuid
(14 – 20) dan (46 – 56)
50
Cukup Likuid
(21 – 25) dan (35 – 45)
75
Likuid
(26 – 34)
100
Sumber : Per.Men KUKM RI, No : 35.3/Per/M.KUKM/X/200741
41
Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa 35.3/Per/M.Kukm/X/Keuangan Syariah Koperasi hal. 26
33
Untuk itu guna mencapai rentabilitas atau profitabilitas yang
tinggi maka BMT harus berusaha menggunakan tingkat likuiditasnya
keaset
yang
menghasilkan
rendabel
yang
tinggi.
Misalkan
pengalokasian aset jangka waktu yang panjang dengan harapan dana
operasi harian akan tertutup dengan dana baru. Namun tindakan ini
sangat beresiko apabila dana yang diharapkan tidak tersedia dan pada
gilirannya mengganggu likuiditas. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa semakin likuid BMT akan semakin
kecil
profitabilitasnya (trade off between liquidity dan profitability).
Sehubungan dengan itu diadakan pembagian dalam aktiva, yaitu cash
asset dan earning asset. Cash asset adalah aktiva yang tidak
memberikan penghasilan, kalaupun ada relatif sangat sedikit. Earning
asset adalah aktiva yang memberikan penghasilan dari loan dan
investmen (pinjaman dan penanaman modal).42 Menghadapi kendala
tersebut maka pihak pimpinan harus mengambil keputusan dalam
rangka penyaluran dana untuk mengoptimalkan antara likuiditas di
satu pihak dan rentabilitas di pihak yang lain.
4. Hakikat Capital Adequacy Ratio (CAR)
Mengingat kecukupan modal merupakan hal penting yang
harus dipenuhi untuk mendirikan suatu lembaga. Disamping itu
kecukupan modal merupakan faktor yang penting dalam rangka
dalam http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/12/Permeneg-KUKM-2007-8.pdf diakses pada
28/11/2016
42
Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan,..., hal. 158
34
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian.43 Asumsi
pengembangan modal, semakin besar modal yang ditanam dalam
operasional perusahaan, akan meningkatkan keuntungan yang lebih
besar. Struktur permodalan (CAR) merupakan salah satu faktor
penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung
risiko kerugian, semakin tinggi jumlah modal BMT dibandingkkan
dengan jumlah simpanan sukarela maka tingkat keamanan dana
anggota semakin terjamin, dilihat dari sisi permodalan BMT situasi itu
dinilai dalam kondisi sehat. Keadaan yang menguntungkan BMT
tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
rentabilitas atau mendapat keuntungan.
CAR dapat diartikan sebagai kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus dipertahankan oleh bank sebagai suatu proporsi
tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).44
Secara matematis rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
x 100%
Menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 pengertian modal terdiri
atas modal inti dan modal pelengkap dengan penjelasa sebagai berikut:
a. Modal inti (primary capital) terdiri dari:
Modal disetor, Agio saham, Modal sumbangan, Cadangan umum,
Cadangan tujuan, Laba yang ditahan (retained earnings), Laba tahun
43
44
Umam. Manajemen Bank syariah,..., hal. 250
Ibid.,
35
lalu, Laba tahun berjalan. Dan dikurangi dengan : a) Good will yang
ada dalam pembukuan bank. b) Kekurangan jumlah penyisihan
penghapusan aktiva produktif dan jumlah yang seharusnya dibentuk
sesuai dengan ketentuan BI.
b. Modal pelengkap (secondary capital) terdiri dari:
Cadangan revaluasi aktiva tetap, Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif, Modal pinjaman, Pinjaman subordinasi.45
Perhitungan
kebutuhan
modal
didasarkan
pada
Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva
dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam
neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana
tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau
komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. ATMR adalah faktor
pembagi (denominator) dari CAR, sedangkan modal adalah faktor
yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal
menanggung risiko aktiva tersebut.
Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu
harus mempertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas:
(1) Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/atau kewajiban atau
utang (wadi’ah atau qard dan sejenisnya) dan (2) Aktiva yang didanai
oleh rekening bagi hasil (profit and loss sharing investment
account/mudlarabah mutlaqah yang tercatat pada neraca/ on balance
45
Sinungan, Manajemen Dana Bank,..., hal. 164-166
36
sheet, maupun restriced investment account/mudlarabah muqayyadah
dicatat pada rekening administrative/off balance sheet).46
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara KUKM RI, Nomor:
(35.3/Per/M.KUKM/X/2007) terdapat tiga cara penilaian kesehatan
KSP/USP terhadap aspek permodalan yaitu meliputi : a) Rasio Modal
Sendiri terhadap Total Asset, b) Rasio Modal Sendiri terhadap
Pinjaman diberikan yang berisiko, c) Rasio Kecukupan Modal Sendiri.
dalam penelitian ini diproksikan dengan CAR.
sebagai berikut:
Dapat dirumuskan
x 100%
Rasio kecukupan modal atau CAR pada lembaga keuangan
seperti KJKS/UJKS merupakan kewajiban penyediaan kecukupan
modal (modal minimum) didasarkan pada risiko aktiva yang
dimilikinya. Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar para pengelola
KJKS/UJKS melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat
menanggung risiko kerugian dalam batas-batas tertentu yang dapat
diantisipasi oleh modal yang ada.
Menurut surat Edaran Bank Indonesia yang berlaku saat ini
sebuah lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai
8% atau lebih. Artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
dijamin oleh modal sendiri (modal inti) dan modal lain yang memiliki
karakteristik sama dengan modal sendiri (modal pelengkap) sebesar
8%. Untuk nilai CAR lebih tinggi dari 8%, menunjukkan indikasi
46
Husein Syahatah, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, alih bahasa Husnul Fatarib,
cet. I (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), hal. 146
37
bahwa KJKS/UJKS koperasi semakin sehat.47 Berikut tabel yang
menunjukkan Penilaian terhadap CAR.
Tabel 2.3
Standar Penilaian Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Kriteria
Rasio Modal (%)
Nilai Kredit
Tidak sehat
≤4
0
Kurang sehat
4<x≤6
50
Cukup sehat
6<x≤8
75
Sehat
>8
100
Sumber : Per.Men KUKM RI, No: 35.3/Per/M.KUKM/X/200748
1. Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara Modal
Sendiri Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) dikalikan dengan 100 %.
2. Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal
KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan
risiko.
3. ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva KSP dan
USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan
risiko.
4. Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot
risiko masing-masing komponen aktiva.
5. Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh dengan cara
membandingkan nilai modal tertimbang dengan nilai ATMR dikalikan
dengan 100 %.49
47
Per.Men KUKM RI Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007,...,hal. 11 diakses pada
28/11/2016
48
Ibid.,
38
5. Hakikat Cost of Operating Ratio (COR)
Aspek rentabiltas atau earning lain dapat diukur dengan
mengunakan rasio biaya operasional yaitu Cost of Operating Ratio.
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional (BOPO).50 Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasionalnya.51 Semakin kecil rasio biaya (beban)
operasionalya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat
menutupi
biaya
(beban)
operasional
dengan
pendapatan
operasionalnya.52 Analisis rasio efisiensi operasional menurut Siamat
menggunakan perhitungan :
1. Biaya operasional, yaitu semua jenis biaya yang berkaitan
langsung dengan kegiatan usaha bank yaitu biaya bunga, biaya
valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, penyusutan, dan biaya
lainnya (premi asuransi/jaminan kredit, sewa gedung/kantor dan
alat-alat lainnya, dan biaya pemeliharaan gedung/kantor).
2. Pendapatan operasional yaitu semua pendapatan yang merupakan
hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah
diterima. Pendapatan operasional bank tersebut antara lain hasil
bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya, dan
pendapatan lainnya (deviden yang diterima dari saham yang
dimiliki).53
Keuntungan diperoleh apabila penghasilan lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Untuk itu dalam mempertahankan rentabilitas
yang layak, maka bank harus memperoleh pengahasilan yang dapat
49
Per.Men KUKM RI Nomor Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009,..., hal. 8 diakses pada
28/11/2016
50
Selamet Riyadi, Banking Asset dan Liability Management, Edisi Kedua (Jakarta: FEUI,
2004), hal. 140
51
Margaretha, Manajemen Keuangan ,..., hal. 62
52
Rivai, Bank and Financial.... hal. 720
53
Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum. (Jakarta: Intermedia, 1993), hal. 251-253
39
menutupi biaya. Bank berusaha terus untuk mempertahankan tingkat
pendapatan tertentu dengan memperhitungkan faktor risiko yang
dihadapi.54 Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin
baik kinerja manajemen bank tersebut karena lebih efesien dalam
menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.55 Sehingga Rasio
ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat
tertutupi dengan pendapatan operasional yang dihasilkan berarti
semakin baik kinerja manajemen karena lebih efisien menggunakan
sumber daya yang ada diperusahaan maupun lembaga. Dapat
diasumsikan bahwa semakin besar BOPO, maka akan semakin
kecil/menurun kinerja keuangan, sebaliknya bila semakin kecil BOPO
maka kinerja keuangan menjadi semkin meningkat.
Secara matematis rasio COR dapat dirumuskan sebagai rasio
BOPO berikut:
x 100%
Suatu lembaga keuangan yang baik, tentunya memiliki
kemampuan meminimalisir biaya-biaya demi meningkatkan profit
yang seharusnya dapat dicapai secara efisien. Hal tersebut akan
menunjukkan
bahwa
semakin
besar
biaya
operasional,
akan
mengurangi tingkat profit yang diperoleh BMT. Sedangkan penilaian
efisiensi KJKS/UJKS koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu: a)
54
Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan,..., hal. 159
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga, (Jakarta:
FEUI, 2006), hal. 159
55
40
Rasio biaya operasional terhadap pelayanan, b) Rasio aktiva tetap
terhadap total asset, c)
Rasio efisiensi staf. Rasio-rasio tersebut
menggambarkan sampai seberapa besar KJKS/UJKS koperasi mampu
memberikan pelayanan
yang efisien kepada anggotanya dari
penggunaan asset yang dimilikinya, sebagai pengganti ukuran
rentabilitas yang untuk badan usaha koperasi dinilai kurang tepat.
Karena koperasi tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan
kepada anggota bukan mencari keuntungan. Meskipun rentabilitas
sering digunakan sebagai ukuran efisiensi penggunaan modal.
Rentabilitas koperasi hanya untuk mengukur keberhasilan perusahaan
koperasi yang diperoleh dari penghematan biaya pelayanan.
Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan
ditetapkan sebagai berikut: a) Untuk rasio lebih besar dari 100
diperoleh nilaikredit 25 dan untuk setiap penurunan rasio 15% nilai
kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit
100. b) Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh
skor penilaian.
Tabel 2.4
Standar Perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota terhadap
Partisipasi Bruto
Kriteria
Rasio Beban Operasi
Anggota
terhadap
Partisipasi Bruto (%)
Nilai Kredit
Tidak Efisien
≥100
0
Kurang Efisien
95 ≤ x < 100
50
Cukup Efisien
90 ≤ x < 95
75
Efisien
0 ≤ x < 90
100
41
Sumber : Per.Men KUKM RI, No:14/Per/M.KUKM/XII/200956
6. Hakikat Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
a. Pengertian BMT
BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan
bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dengan kegiatan
mendorong menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat menenrima titipan zakat,
infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan
dan amanatnya. BMT merupakan lembaga ekonomi atau lembaga
keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena
lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat.57
Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembanganya,
yakni dari masa Nabi sampai abad pertengahan perkembangan
Islam. Pada masa Nabi dahulu Baitul maal berfungsi untuk
mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan
baitu
tamwil
merupakan
lembaga
bisnis
yang
bermotif
laba/keuntungan.
Secara konseptual BMT merupakan suatu lembaga yang
didalamnya mencangkup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu :
56
Per.Men KUKM RI Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009,...,hal 15 diakses pada
28/11/2016
57
A. Djazuli, dkk., Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), hal. 183
42
1. Bait
at-tamwil
(bait artinya
rumah, at-tamwil
artinya
pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembanagn
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya.
2. Bait al-mal (bait artinya rumah, maal artinya harta) menerima
titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.58
Sebagai lembaga usaha yang mandiri, BMT memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Berorientasi bisnis, yaitu memiliki tujuan untuk mencari laba
bersama dan meningkatkan pemanfatan segala potensi ekonomi
sebanyak-banyakanya bagi para anggota dan lingkungannya.
2. Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan
untuk mengelola dana sosial umat, seperti zakat, infak,
sedekah, hibah, dan wakah.
3. Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara
swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat sekitarnya.
4. Lembaga ekonomi milik bersama antara kalangan masyarakat
bawah dan kecil serta bukan milik perorangan atau kelompok
tertentu di luuar masyarakat sekitar BMT. 59
58
M. Amin Aziz, Pedoman Penulisan BMT (Baitul Maal wat Tamwil), (Jakarta: Pinbuk
Press, 2004), hal. 1
43
Negara Indonesia mayoritas merupakan umat Islam akan
teapi jika dilihat dari segi ekonomi, umat Islam masih tertinggal
dari umat minoritas. Sebenarnya umat Islam memiliki potensi yang
besar, baik dari segi religi, kuantitas, maupun aset, tetapi
pengelolaaanya belum optimal. Oleh sebab itu, beberapa langkah
berikut ini penting untuk diagendakan sebagai formula solusi: 1)
Optimalisasi penggalangan aset umat, baik komersial maupun
nonkomersial, 2) Optimalisasi pengelolaan dan pemberdayaan aset
umat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi produktif. 3) Aktualisasi
dan
sosialisasi
etos
kerja
nasional,
kerja
sama,
mental
kewirausahawan ekonomi produktif dan etika bisnis yang
bersumber nilai-nilai normatif yurisprudensi Islam.60
BMT diyakini sebagai wahana yang dinilai strategis untuk
upaya pemberdayaan umat. Mengingat kelemahan umat Islam
sebagai pelaku ekonomi disebabkan oleh faktor ketidakmampuan
masyarakat dalam mengakses lembaga-lembaga keuangan yang
telah ada. Padahal aktivitas BMT sebagai lembaga keuangan mikro
syariah terbukti telah mampu memberikan konstribusi yang besar
dalam pengembangan usaha mikro dan kecil. Dengan adanya
BMT usaha mikro kecil akan mendapatkan suntikan dana tanpa
bunga besar yang memberatka para pengusaha mikro kecil. Selain
memberikan suntikan dana BMT juga memberikan binaan bagi
59
60
Ridwan, Manajemen Baitul Maal,..., hal. 24
Ibid.,
44
para pengusaha mikro kecil untuk perkembangan usahanya.
Malahan di beberapa daerah BMT telah ditempatkan dalam posisi
strategis sebagai ujung tombak dalam pengentasan kemiskinan.
Oleh karenanya BMT bisa menjadi bagian dari strategi nasional
dalam menyediakan akses keuangan kepada keluarga miskin dan
pengusaha mikro secara efektif dan berkelanjutan.
b. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)
Badan Hukum BMT dapat dikategorikan sebagai koperasi
syariah, yaitu lembaga yang berfungsi untuk menarik, mengelola,
dan menyalurkan dana dari, oleh, dan untuk masyarakat. Oleh
karena itu BMT dapat disebut sebagai lembaga swadaya ekonomi
umat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. BMT dapat
didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
atau Koperasi: a. KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat
dengan mendapat suarat keterangan oprasional dan PINBUK
(Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), b. Koperasi serbaussaha atau
koperasi syariah, c) Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S).61
Penggunaan Badan Hukum KSM dan Koperasi untuk BMT
disebabkan BMT tidak termasuk dalam lembaga keuangan formal
yang dijelaskan UU Nomr 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan. Belum ada landasan hukum yang
memadai bagi beroperasinya BMT di Indonesia, walaupun
61
Ibid., hal. 26
45
beberapa BMT mengambil bentuk hukum koperasi, namun hal
ini masih bersifat pilihan, dan bukan keharusan. Untuk BMT yang
berbadan hukum koperasi, maka UU No 2 Tahun 1992 tentang
Koperasi. dapat dijadikan landasan untuk menentukan hak dan
kewajiban, organ , namun untuk BMT yang tidak berbadan hukum,
maka tidak jelas ada pemisahan harta kekayaan pendiri dengan
BMT, hal ini akan menyulitkan dari segi pertanggungjawab, hak,
kewajiban dan wewenanga Pendiri dan Pengurus. Dalam hal
BMT jatuh pailit.
c. Perbandingan antara Koperasi Syariah dengan BMT
Koperasi Jasa Keuangan Syariah hampir sama dengan
BMT karena keduanya sama-sama menjalankan sistem koperasi
berbasis syariah, namun ketika melihat pada sistemnya secara utuh
pada dasarnya terdapat perbedaan antara keduanya. KJKS
memfokuskan pelaksanaan pada hal pengelolaan dana masyarakat
yang menggunakan sistem keuangan syariah. Adapun penyebutan
KJKS sebaiknya perlu mengetahui terlebih dahulu Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Mengan RI
Nomor:91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah KJKS yang mana
memberikan pengertian bahwa koperasi simpan pinjam syariah
atau KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak
46
dibidang pembiayaan investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil
(syariah).
KJKS hanya melakukan kegiatan perkoperasian dengan
menggunakan sistem syariah tanpa disertai dengan pengelolaan
dana ZIS, berbeda halnya dengan BMT sebagaiamana yang
dijelaskan diatas, yang mana dalam satu lembaganya menjalankan
dua manajemen keuangan yaitu pengelolaan ZIS dan koperasi
syariah. Sehingga perbedaan antara keduanya terdapat pada
pengoperasian lembaganya. Apabila dalam satu lembaganya
menjalankan dua manajemen sekaligus berarti Baitul Maal dan
Baitul Tamwil, maka koperasi syariah tersebut dinamakan BMT,
sedangkan lembaganya hanya menjalankan jasa keuangan simpanpinjam yang menggunakkan sistem syariah maka hanya disebut
dengan KJKS karena dalam prakteknya tidak mengelola ZIS. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua BMT adalah KJKS namun tidak
semua KJKS adalah BMT.
Perbedaan koperasi syariah dengan koperasi konvensional
didasarkan pada UU no 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian
dapat dilihat pada tabel berikut :
47
Tabel 2.5
Perbedaan Koperasi Syariah dengan Koperasi Konvensional
No. Perbedaan
1
Pengembalian
Pembiayaan
a. Penentuan
besarnya hasil’
b. Yang ditentukan
sebelumnya
2.
3.
4.
Koperasi Konvensional
Bunga
Koperasi Syariah
Bagi Hasil
Sebelum transaksi
Sesuadah ada keuntungan
Bunga.
Besarnya
nilai Menyepakati proporsi bagian
rupiah yang ditawarkan
pembagian keuntungan untuk
masing-masing pihak
c. Jika
terjadi Ditanggung si peminjam Ditanggung kedua belah
kerugian
saja
pihak, si peminjam dan
d. Sumber
lembaga keuangan
perhitungan
Dari
dana
yang Dari untung yang akan
e. Titik perhatian dipinjamkkan, fixed, tetap
diperoleh, besarnya belum
proyek usaha
Besarnya
bunga
harus tentu
f. Besarnya
dibayar si peminjam
Keberhasilan proyek/ usaha
perhitungan
Pasti : dalam presentase (%) jadi perhatian bersama
dikalikan
jumlah Belum diketahui : proporsi
peminjaman yang telah presentase (%) dikalikan
pasti
jumlah untung yang belum
diketahui
dan
baru
diperkirakan
pengawasan
kinerjanya dan syariah
Aspek pengawasan Pengawasan kinerja
Pengawasan kinerjanya dan
syariah
Penyaluran produk Memberikan sistem kredit Tidak mengkreditkan barangbarang atau uang
barangnya,
melainkan
menjual secara tunai
Fungsi
sebagai Tidak menjadikan usahanya Menjadaikan
usahanya
lembaga zakat
sebagai
penerima
dan sebagai
penerima
dan
penyalur zakat
penyalur zakat
Sumber : Jurnal Ismaya, et.al. t.t62
d. Penilaian Kinerja Keuangan BMT
Penilaian kinerja keuangan pada koperasi didasarkan
pada Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.96/Kep/M.KUKM/IX/2004
62
Fauzia Ratih Ismaya, dkk, “Analisis Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Menggunakan Metode Camel Pada Baituttamwil Tamzis Wonosobo”. dalam http//:ejournals1.undip.ac.id/index.php/jiab/article/download/4173/404.pdf hal.5 diakses pada 27/12/2016
48
tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi
Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 33
mengenai Pengukuran kinerja KSP/USP Koperasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 huruf f (pengukuran kinerja KSP/USP)
meliputi aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.96/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi
Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi ini bertujuan
untuk memberikan panduan bagi pengelola KSP/USP Koperasi
dalam menjalankan kegiatan operasional usaha simpan pinjam.
Sasaran dari penyusunan Standar Operasional Manajemen
ini adalah sebagai berikut : 1. Terwujudnya pengelolaan KSP/USP
Koperasi yang sehat dan mantap melalui sistem pengelolaan yang
profesional sesuai dengan
kewajiban usaha simpan Pinjam; 2.
Terwujudnya pengelolaan KSP/USP Koperasi yang efektif dan
efisien; 3. Terciptanya pelayanan yang prima kepada anggota,
calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya. Saat ini
penilaian kinerja keuangan untuk KJKS/UJKS diperbarui dengan
adanya Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah
Republik
Indonesia
No.14/Per/M.Kukm/Xii/2009
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah No. 20/Per/M.Kukm/Xi/2008 Tentang
49
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit
Simpan Pinjam Koperasi.
Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi adalah kondisi atau
keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang
sehat, dan tidak sehat.63 Penilaian kesehatan KJKS/UJKS koperasi,
meliputi penilaian terhadap aspek permodalan, kualitas aktiva
produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan
pertumbuhan, jatidiri koperasi, dan prinsip syariah. Penilaian
terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot penilaian sesuai
dengan
besarnya
yang
berpengaruh
terhadap
kesehatan
KJKS/UJKS koperasi tersebut. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang
dinyatakan dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100.64
7. Hakikat Laporan Keuangan BMT
Laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh
informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja
keuangan perusahaan tersebut.65 Perintah pencatatan dari seluruh
transaksi telah dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah: 282


63



Per.Men KUKM RI Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007,...,hal. 3
Ibid., hal. 9
65
Fahmi, AnalIsis Laporan Keuangan,..., hal. 2
64
50




 
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya”.
Laporan
merupakan
keuangan yang diterbitkan oleh lembaga koperasi
hasil
proses
menyajikan informasi
akuntansi
keuangan
yang
dimaksudkan
untuk
yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan berbagai pihak ekstern. Akuntansi KJKS dan
UJKS Koperasi ini mengacu kepada Pedoman Umum Akuntansi
Koperasi yang diterbitkan oleh Kantor Menegkop dan UKM Republik
Indonesia pada
tahun
2001. Pedoman umum yang dimaksud
diterjemahkan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2002.
Oleh karena itu, Pedoman Umum PSAK No. 27 merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Pedoman Akuntansi KJKS dan UJKS
Koperasi ini.66
Pedoman umum mengarahkan
agar akuntansi koperasi
dilaksanakan berdasarkan nilai, norma dan prinsip-prinsip koperasi dan
proses akuntansi KJKS dan UJKS Koperasi harus sejalan dengan
pedoman tersebut, disesuaikan dengan karakteristik KJKS dan UJKS
66
Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa
Keuangan
Syariah
Koperasi,
hlm.
202
dalam
http://smecda.com/wpcontent/uploads/2015/11/PERMEN-2007-standard-operating-procedur-kjks-ujks-koperasi.pdf
diakses pada 19/10/2016
51
Koperasi. Selain itu, Akuntansi untuk KJKS dan UJKS Koperasi
juga berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah dan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah.67 Laporan keuangan biasanya terdiri dari beberapa laporan
seperti neraca, laporan laba rugi (laporan SHU kalau dalam koperasi),
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah, serta laporan lainnya
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Disamping itu laporan keuangan disajikan bertujuan untuk
Pengguna laporan keuangan KJKS dan UJKS Koperasi: a. shahibul
maal/pemilik dana; b. pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima
penyaluran dana; c. pembayar zakat, infak dan shadaqah; d. anggota
Koperasi Jasa Syariah; e. otoritas pengawasan; f. Kementerian
Koperasi/Dinas yang membidangi Koperasi; g. Pemerintah; h.
masyarakat.68 Fungsi Laporan Keuangan KJKS dan UJKS Koperasi
yang disusun harus berfungsi sebagai:
a. Bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus selama satu
periode akuntansi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk
menilai hasil kerja dan prestasi Koperasi;
67
68
Ibid., hal. 202
Ibid., hal. 207
52
b. Bagian dari sistem
pelaporan
keuangan
KJKS
atau UJKS
Koperasi yang ditujukan untuk pihak eksternal; 1) Mengetahui
prestasi KJKS atau UJKS Koperasi yang bertugas memberikan
pelayanan kepada anggota selama satu periode; 2) Mengetahui
sumber daya ekonomis yang dimiliki KJKS atau UJKS Koperasi,
kewajiban
dan
kekayaan bersih (ekuitas) KJKS atau UJKS
Koperasi; 3) Mengetahui besarnya promosi ekonomi anggota
yang dihasilkan oleh Koperasi selama satu periode; 4) Mengetahui
transaksi/kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya
ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam satu periode; 5)
Mengetahui informasi penting lainnya untuk mengetahui keadaan
keuangan jangka pendek dan jangka panjang (likuiditas dan
solvabilitas)
serta
prestasi KJKS atau UJKS Koperasi dalam
melayani anggota.69
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi untuk memberikan gambaran dan
penjelasan singkat terhadap kerangka berfikir dalam pembahasan ini.
Imawati, et.al70 Melakukan penelitian
yang bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt To
69
Ibid., hal. 207-208
Ratna Dwi Imawati, Yuli Soesetio dan Fadia Zen, “Pengaruh Current Ratio, Total
Asset Turnover, dan Debt To Asset Ratio terhadap Rentabilitas Ekonomi Koperasi Wanita di Kota
Malang Tahun 2010”. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan
hal. 161 Dalam
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/JEPS-Ed.-4.Vol.-2-Nov-2012.pdf. Diakses pada
tanggal 20/11/2016
70
53
Asset Ratio terhadap Rentabilitas Ekonomi Koperasi Wanita di Kota
Malang Tahun 2010. Variabel
independen yang
digunakan
adalah
Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt To Asset Ratio sedangkan
variabel dependen ialah Rentabilitas. Metode analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda dengan uji hipotesis menggunkan uji t dan
uji F. Hasil penelitian menyebutkan bahwa variabel current ratio tidak
berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi pada Koperasi Wanita.
Variabel total asset turnover berpengaruh positif terhadap rentabilitas
ekonomi pada Koperasi Wanita dan variabel debt to asset ratio
berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi pada Koperasi Wanita.
Jiasti71, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
Analisis Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, Receivable Turnover, Dan
Cash Turnover Terhadap Laba Usaha Kopersemar 2007-2009. Variabel
independen yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio,
Receivable Turnover, Dan Cash Turnover. Sedangkan variabel dependen
ialah Laba Usaha. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi
menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan memiliki
pengaruh positif dan signifikan antara Rasio Lancar (CR), Rasio Cepat
(QR), Perputaran Piutang (RTO) dan Perputaran Kas (CTO) untuk laba
usaha pada koperasi Kopersemar. Secara bersamaan pula dicatat bahwa
rasio keuangan adalah rasio lancar (CR), rasio cepat (QR), perputaran
piutang (RTO), omzet kas (CTO) ada pengaruh positif dan signifikan
71
Jiasti, “Analisis Pengaruh Current Ratio...
54
terhadap
pendapatan
operasional
bersama-sama
pada
koperasi
Kopersemar, dengan kontribusi sebesar menjadi 56,4%. Dengan
persentase sebesar 56,4% berarti bahwa keempat variable independen
memiliki pengaruh yang baik terhadap hasil laba usaha koperasi.
Prayitno72, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Likuiditas, Efektivitas Modal Kerja, Leverage Terhadap ROA
Dan ROE Pada Kpri Di Kabupaten Lamongan. Variabel independen yang
digunakan adalah Likuiditas, Efektivitas Modal Kerja, Leverage.
Sedangkan variabel dependen ialah ROA Dan ROE. Metode analisis yang
digunakan adalah uji hipotesis menggunkan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa variable likuiditas, efektivitas modal
kerja, leverage secara bersama berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap ROA dan variable likuiditas, efektivitas modal kerja, leverage
secara bersama tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
ROE, namun secara individu variable likuiditas, efektivitas modal kerja
berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Variabel
leverage berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap ROA.
Variable likuiditas, efektivitas modal kerja berpengaruh secara positif dan
tidak signifikan terhadap
ROE. Variabel leverage berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap ROE.
72
Dwi Hari Prayitno, “Pengaruh Likuiditas, Efektivitas Modal Kerja, Leverage Terhadap
ROA Dan ROE Pada Kpri Di Kabupaten Lamonga”, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi
Volume
I
No.
1,
Februari
2016
hal.
22-23
dalam
http://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article/downloadsuppfile/307/175.pdf Diakses pada tanggal
20/11/2016.
55
Studi yang dilakukan oleh Dewi et.al73 bertujuan untuk
memperoleh temuan ekspansif yang teruji tentang pengaruh LDR, LAR,
DER dan CR terhadap ROA. Variabel independen adalah LDR, LAR,
DER
dan
penelitian
CR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Metode
yang digunakan adalah regresi
linier berganda
yang
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan LDR
terhadap ROA, ada pengaruh positif dan signifikan LAR terhadap ROA,
ada pengaruh negatif dan signifikan DER terhadap
ROA,
dan ada
pengaruh negatif dan signifikan CR terhadap ROA. LDR, LAR, DER,
dan CR berpengaruh secara simultan terhadap ROA.
Ikhsan74, melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Rentabilitas Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Di Jawa Tengah. Variabel independen yang digunakan Current Ratio
(likuiditas), Debt To Total Assets (solvabilitas), BOPO (Efesiensi
pengendalian biaya), dan (Size Ukuran Koperasi). Sedangakn variabel
dependen yang digunakan ROA sebagai economic rentability. Metode
analisis data ang digunakan adalah descriptive statistics dan multiple
regression. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi berganda
menunjukkan bukti empiris bahwa variabel solvabilitas, efisiensi
pengendalian biaya dan size berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas
73
Ni Kadek Venimas Citra Dewi, Wayan Cipta dan I Ketut Kirya, “Pengaruh LDR, LAR,
DER dan CR Terhadap ROA” E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan
Manajemen
Vol.
3
Tahun
2015,
dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=304585&val=1350&title=Pengaruh%20LDR,
%20LAR,%20DER%20dan%20CR%20Terhadap%20ROA, diakses pada 20/12/2016
74
Ikhsan dan Solikha, “Analisis Rentabilitas ...
56
ekonomi koperasi. Variabel likuiditas tidak terbukti berpengaruh
signifikan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Hasil pengujian
bersama atas variabel likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya
dan size terhadap rentabilitas ekonomi koperasi dapat dibuktikan.
Murtizanah75, melakukan penelitian yang beertujuan untuk
menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas Dan Rasio Aktivitas Terhadap
Profitabilitas Pada KPRI MAKMUR Krian. Variabel independen yang
digunakan ialah Current Ratio dan Asset Turn Over. sedangkan variabel
dependen ialah ROA. Sedangkan metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda.
Hasil Estimasi data dengan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel rasio likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel profitabilitas koperasi, variabel rasio aktivitas berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap profitabilitas koperasi, dan secara
bersama-sama rasio likuiditas dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap
profitabilitas koperasi.
Novyanti76,
melakukan
penelitian
yang
beertujuan
untuk
menganalisis pengaruh Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, terhadap Besarnya SHU Pada Koperasi Bina Utama
Jaya Pasir Pengaraian. Variabel independen yang digunakan CR, DER,
ROE. Sedangan variabel dependen adalah ROA. Metode analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda . Hasil dari pengujian dalam
75
76
Murtizanah , et.al, “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas ...
Novyanti,”Analisis Pengaruh Rasio ...
57
penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara
simultan memiliki pengaruh yang signifikan antara rasio keuangan yaitu
Total Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dengan
besarnya SHU Koperasi Bina Utama Jaya kecuali Current Ratio tidak
terdapat pengaruh secara parsial terhadap besarya SHU. Secara simultan
ketiga rasio keuangan yaitu Current Ratio (CR), Total Debt to Equity
Ratio
(DER), dan Return on Equity (ROE) terdapat pengaruh
yang
signifikan secara simultan terhadap besarnya SHU pada Koperasi Bina
Utama Jaya, dengan kontribusi sebesar 28,09%. Nilai kontribusi sebesar
28,09% artinya bahwa terdapat tingkat hubungan sebesar 28,09%
antara CR, DER, ROE terhadap besarnya SHU.
Hadi77, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
analisis rasio keuangan yang mempengaruhi pertumbuhan Sisa Hasil
Usaha (SHU) Kpri Dewantara Di Kabupaten Jember. Variabel independen
yang digunakan adalah CR, DR, NPM, dan Inventory Turnover.
Sedangkan
variabel
dependen
ialah
SHU.
Hasil
penelitian
ini
menggunakan alat analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa
secara parsial, Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin), dan Rasio Perputaran Persediaan
(Inventory Turnover) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
SHU KPRI Dewantara.
77
Muhamad Danar Hadi, “Analisis Rasio Keuangan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Sisa Hasil Usaha (Shu) Kpri DewantaraDi Kabupaten Jember”. hal 8. Dalam
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/6861/Muhammad%2520Danar%2520Had
i%2520-%252009081020207.pdf Diakses pada 09/10/2016
58
Fahrudin78, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Capital Adequacy Ratio Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap
Return On Asset Pt Bank Syariah Mandiri Tbk. Periode 2001-2013.
Variabel independen yang digunakan adalah CAR Dan LDR. Sedangkan
variabel dependen ialah ROA. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 1) CAR
negatif dan tidak siginifikan secara statistik terhadap ROA. 2) LDR negatif
dan signifikan secara statistik terhadap ROA. 3) Sedangkan secara
bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan CAR dan
LDR signifikan secara statistik terhadap ROA.
Wibowo, et.al79, melakukan penelitian yang beertujuan untuk
menganalisis pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah. Variabel independen yang digunakan CAR,
BOPO, NPF, Inflasi dan BI rate. Sedangkan variabel dependen yang
digunakan ROA. Metode analisis data yang digunakan adalah pengujian
asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis. Hasil analisis
data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh
signifikan negative terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi
dan Suku Bunga tidak berpengaruh. Secara bersama-sama variabel CAR,
NPF, BOPO, Bunga dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
78
Moh. Andrew Fahrudin, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio Dan Loan To Deposit
Ratio Terhadap Return On Asset Pt Bank Syariah Mandiri Tbk. Periode 2001-2013”. Hal. 16
Dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1640/1ISI%2520BAB%252012345,doc Diakses pada
tanggal 01/10/2016
79
Wibowo, et.al “Analisis Pengaruh Suku Bunga...
59
Fadlilah80, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
analisis pengaruh Likuiditas, Struktur Modal, Dan Efisiensi Operasional
Terhadap Profitabilitas Pada Bank Syari’ah Mandiri. Variabel independen
yang digunakan adalah LDR, CAR, BOPO. Sedangkan variabel dependen
ialah ROA. Metode yang digunakan dalam peneltian ini, menggunakan
regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel LDR tidak
berpengaruh dengan nilai t hitung 0.358 dan taraf signifikansi 0.723 >
0.05, Variabel CAR tidak berpengaruh dengan nilai thitung -0.607 dan
taraf signifikansi 0.548 > 0.05, dan variabel BOPO berpengaruh negatif
dengan nilai thitung -26.125 dan taraf signifikansi 0.000 < 0.05. Namun
secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen dengan nilai F hitung sebesar 268.210 dan tingkat signifikansi
0.000.
Andriani81, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Financing to Deposit Ratio, Debt to Asset Ratio dan Tingkat
Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas (ROA) PT Bank
Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2006 sampai dengan To 2014”.
Variabel independen yang digunakan adalah FDR, DAR, Pendapatan
Operasional. Sedangkan variabel dependen ialah ROA.Hasil penelitian
dengan analisis regresi liner berganda menunjukkan FDR berpengaruh
tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan DAR dan Pendapatan
80
Nur Fadlilah, “Analisis Pengaruh ...
Farida Andriani, “Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Debt to Asset Ratio dan
Tingkat Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas (ROA) PT Bank Muamalat Indonesia,
Tbk Periode 2006 sampai dengan To 2014” hal 12 Dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3558/
Diakses pada tanggal 01/10/2016
81
60
Operasional memberikan pengaruh dan signifikan secara statistik terhadap
ROA Hubungan pengaruhnya bersifat negatif. Pada pengujian secara
serentak pada ketiga variabel independen hasilnya menunjukkan bahwa
kedua variabel secara serentak memberikan pengaruh dan signifikan
secara statistik terhadap profitabilitas ROA.
Utomo82, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Lembaga
Keuangan Syariah (Studi Kasus Koperasi Syariah BMT Al-Fath Tarakan).
Variabel Independen CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, FDR dan Cash
Ratio sedangkan Variabel Dependen Pertumbuhan Laba SHU. Hasil
penelitian
dengan
menggunakan
analisis
regresi
linier
berganda
menunjukkan nilai F hitung sebesar 5,505 dengan P value sebesar 0,004.
Hal ini berarti nilai P value kurang dari 0,05 yang menunjukkan bahwa
variabel CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, FDR dan Cash Ratio secara
besama-sama mempunyai pengaruh terhadap Kinerja. Variabel NPM dan
FDR secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja. Sedangkan variabel
yang lain secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kinerja.
Muh. Sabir et.al83, melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui
Pengaruh
Rasio
Kesehatan Bank
terhadap
Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia.
82
Mohamad Nur Utomo, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
Lembaga Keuangan Syariah ( Studi Kasus Koperasi Syariah BMT Al-Fath Tarakan )”. Hal 22
dalam
https://www.researchgate.net/profile/Mohamad_Nur_Utomo/publication/282209092_Pengaruh_R
asio_Keuangan_Terhadap_Pertumbuhan_Laba_Lembaga_Keuangan_Syariah_Studi_Kasus_koper
asi_Syariah_BMT_Al-Fath_Tarakan/links/5607a93808ae8e08c0927576.pdf
diakses
pada
30/10/2016
83
Muh. Sabir, “Pengaruh Rasio Kesehatan ...
61
Variabel independen adalah CAR, BOPO, NOM, NPF. Sedangkan
variabel Dependen adalah ROA dan ROE. Metode data dianalisis dengan
menggunakan model regresi berganda dan uji beda. Hasil uji menunjukkan
bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA,
BOPO
berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, NPF tidak berpengaruhterhadap ROA dan
FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah
di
Indonesia. Dan pengaruh Rasio Kesehatan bank
terhadap kinerja keuangan Bank Konvensional di Indonesia adalah CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, NIM berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA pada Bank Konvensional di Indonesia.
Mitasari,84 melakukan penelitian untuk menguji pengaruh variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest
Margin (NIM), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), dan
Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank
Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen
adalah CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR. Sedangkan variabel dependen
adalah ROA. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier
84
Dwihilda Rezha Mitasari, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,
Loan To Deposite Ratio, Net Interest Margin Dan Bopo Terhadapa Tingkat Profitabilitas Bank
(Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB
Volume
2
Nomor
2
Dalam
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse%mod=viewarticle&article=189896 Diakses Pada
62
berganda, dan uji hipotesis menggunakan t statistik
untuk menguji
koefisien regresi parsial, Dari hasil analisis menunjukkan bahwa BOPO,
NPL, NIM dan LDR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA
sedangkan CAR tidak berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2013) pada level
of signifikan 5%.
Aini85, bertujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non
Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO)
dan
Kualitas
Aktiva Produktif (KAP) terhadap Perubahan
Laba, pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel independen adalah CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, KAP.
Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Teknik analisis yang
digunakan adalah Analisa data dengan regresi linier berganda berbasis
OLS (Ordinary Least Squerst). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel CAR mempunyai pengaruh terhadap Perubahan Laba dengan
dengan nilai signifikansi 0,011,
NIM
tidak
Perubahan Laba dengan signifikansi 0,306,
berpengaruh terhadap
LDR
berpengaruh tidak
signifikan terhadap Perubahan Laba pada 0,895, NPL berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap Perubahan Laba pada 0,188, BOPO berpengaruh
85
Nur Aini, “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, Dan Kualitas Aktiva Produktif
terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)
Tahun 2009–2011” Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, Mei 2013, Halaman:
14–25
Volume
2,
Nomor
1
Dalam
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse%mod=viewarticle&article=15472 Diakases Pada
02/02/2017
63
negatif signifikan terhadap Perubahan Laba pada 0,044 dan KAP
berpengaruh signifikan pada 0,009.
Bernadin86 untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Assets
(ROA)
pada
Bank BJB yang terdaftar
di
BEI
dengan
periode
pengamatan tahun 2009–2015. Variabel independen adalah CAR dan
LDR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode dekskriptif dan
metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
analisis Regresi Berganda. Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa
secara parsial menunjukkan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap
ROA,artinya
menunjukan kebenaran terhadap faktual dari Bank BJB
dimungkinkan dengan meningkatnya kualitas dari CAR akan menjadi
pengaruh terhadap meningkatnya laba yang ditunjukan oleh ROA dan
LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, bahwa peningkatan
likuiditas tidak serta merta meningkatkan laba yang di analisa
menggunakan ROA serta tidak berarti pengaruhnya. Selain itu secara
simultan baik CAR dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Manikam et.al87, Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas yang diproksikan dengan rasio
86
Deden Edwar Yokeu Bernardin, “Pengaruh CAR Dan LDR Terhadap Return On
Assets”,
Ecodemica,
Vol.
Iv,
No.
2,
September
2016
Dalam
Http://Ejournal.Bsi.Ac.Id/Ejurnal/Index.Php/Ecodemica Diakses Pada 02/02/2017
87
Johar Manikam, Muchamad Syafruddin, “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan To Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL)
Dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Persero Di Indonesia Periode 2005-2012” Diponegoro
64
Return On Asset (ROA), dengan variabel independen Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Net Interest Margin
(NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan variabel dependen
adalah ROA. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Berikut hasil uji menunjukkan bahwa 1) CAR tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap profitabilitas bank persero. 2) Rasio NPL
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank persero.
3) Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) memiliki
pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank persero. 4) Rasio
NIM memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas bank
persero. 5) LDR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
profitabilitas bank persero.
Latifah et.al88, melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Loan (NPL) Dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset
(ROA) (Studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public
di BEI) Periode 2009-2010). Variabel independen yang digunakan adalah
CAR, NPL, LDR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Metode
analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan secara uji parsial variabel CAR tidak signifikan terhadap
Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013 Hal.1-10, Dalam Http://EjournalS1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Accounting Issn (Online): 2337-3806 diakses pada 02/02/2017
88
Nurul Maulidya Latifah, Rodhiyah Saryadi “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Loan (NPL) Dan Loan To Deposit Ratio(LDR) Terhadap Return On Asset (ROA)
(Studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Publicdi Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2010),
Jurnal
Ilmu
Administrasi
Bisnis,
dalam
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=74825 diakses pada 02/02/2017
65
ROA. Variabel NPL menunjukkan hubungan negatif dan signifikan
terhadap ROA. Hubungan negatif pada NPL diartikan bahwa setiap
kenaikan NPL mengakibatkan penurunan ROA. Dan variabel LDR tidak
siginifikan terhadap ROA. Secara simultan variabel independen yang
terdiri dari CAR, NPL, LDR, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA.
Dari penelitian-penelitian terdahulu diatas terdapat beberapa
perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis,
persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan
salah satunya yaitu menganalisis rasio keuangan terhadap tingkat
rentabilitas yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA).
Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu dalam periode waktu penelitian, dimana periode penelitian
ini dilakukan antara tahun 2013-2015, variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Cost of Operating Ratio (COR) dan Return on Asset (ROA). Dan
perbedaan yang terakhir mengenai tempat atau obek penelitian di Kopsyah
BMT SAHARA Tulungagung. Secara ringkas, perbedaan yang dilakukan
peneliti dengan penelitian-penelitian terdahulu dilihat pada tabel dibawah
berikut ini :
Tabel 2.6
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peniliti
(Tahun)
Variabel-variabel
penelitian
Teknik
analisis
Hasil Uji
66
1.
Aini
(2013)
Independen: CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO dan KAP
Dependen : Perubahan
Laba (ROA)
regresi
linier
berganda
berbasis
OLS
(Ordinary
Least
Squerst).
2
Bernadin
(2016)
Independen : CAR dan
LDR
Dependen : ROA
Regresi
berganda
3.
Dwi Hari Prayitno
(2016)
Independent: Likuiditas
(CR), Efektivitas
Modal Kerja (TOR),
dan Leverage (DER)
Dependent: ROA Dan
ROE
regresi
berganda
4.
Edhi Satriyo
Wibowo,
Muhammad Syaichu
(2013)
.Independen : CAR,
BOPO, NPF, Inflasi
dan BI rate.
Dependen : ROA.
Analisis
regresi
linier
berganda
CAR mempunyai pengaruh
terhadap Perubahan Laba ,
NIM tidak berpengaruh
terhadap Perubahan Laba,
LDR berpengaruh tidak
signifikan
terhadap
Perubahan
Laba.
NPL
berpengaruh positif tidak
signifikan
terhadap
Perubahan Laba, BOPO
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
Perubahan Laba dan KAP
berpengaruh signifikan
Uji t : CAR berpengaruh
signifikan terhadap ROA,
LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA
Uji f : secara simultan baik
CAR dan LDR berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Uji t: variabel CR, TOR
berpengaruh secara negatef
dan
tidak
signifikan
terhadap ROA. variabel
DER berpengaruh secara
negative dan signifikan
terhadap ROA. Variabel
CR,
TOR
berpengaruh
secara positif dan tidak
signifikan terhadap ROE.
Variabel DER berpengaruh
secara negatif dan signifikan
terhadap ROE.
Uji f: variabel CR, TOR, dan
DER
secara
bersama
berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap
ROA dan variabel CR, TOR,
dan DER secara bersama
tidak berpengaruh secara
positif
dan
signifikan
terhadap ROE.
Uji t: BOPO berpengaruh
negatif
&
signifikan,
terhadap ROA. Sedangkan
CAR, NPF, INFLASI, dan
Bunga tidak berpengaruh
terhadap ROA
Uji f: variabel CAR, NPF,
BOPO, Bunga dan Inflasi
secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA.
67
5.
Farida Andriani
(2016)
Independent:
Financing to Deposit
Ratio, Debt to Asset
Ratio dan Tingkat
Pendapatan
Operasional
Dependent:
Profitabilitas (ROA)
regresi liner
berganda
6.
Fiska Jiasti
(2010)
Independent: Current
Ratio, Quick Ratio,
Receivable Turnover,
Dan Cash Turnover
Dependent: Laba
Usaha
analisis
regresi
7.
Latifah et.al
(2011)
Independen: CAR,
NPL, LDR
Dependen: ROA
Analisis
regresi
linier
8.
Manikam et.al
(2013)
Independen : CAR,
NPL, BOPO, NIM dan
LDR sedangkan
Dependen : ROA.
analisis
regresi
linier
berganda
Uji t: FDR berpengaruh
tetapi
tidak
signifikan
terhadap ROA. DAR dan
Pendapatan
Operasional
berpengaruh
signifikan
secara statistik
terhadap
ROA
Hubungan
pengaruhnya
bersifat
negatif.
Uji f: ketiga
variabel
independen berpengaruh dan
signifikan secara statistik
terhadap
profitabilitas
(ROA).
Secara
parsial
maupun
simultan memiliki pengaruh
positif dan signifikan antara
Rasio Lancar (CR), Rasio
Cepat (QR), Perputaran
Piutang
(RTO)
dan
Perputaran
Kas (CTO)
untuk laba usaha pada
koperasi Kopersemar.
Secara bersamaan
pula
dicatat
bahwa
rasio
keuangan adalah rasio lancer
(CR), rasio cepat (QR),
perputaran piutang (RTO),
omzet kas (CTO) ada
pengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
pendapatan operasional
Uji t : CAR tidak signifikan
terhadap ROA. NPL negatif
dan berpengaruh signifikan,
LDR
tidak
signifikan
terhadap ROA.
Uji f : secara simultan
variabel
independen
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA.
CAR
tidak
memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap profitabilitas, Rasio
NPL memiliki pengaruh
signifikan negatif terhadap
profitabilitas, Rasio Biaya
Operasi terhadap Pendapatan
Operasi (BOPO) memiliki
pengaruh signifikan negatif
terhadap profitabilitas, Rasio
NIM memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap
profitabilitas, LDR tidak
memiliki pengaruh yang
68
signifikan
profitabilitas
9.
Mitasari
(2013)
Independen : CAR,
NPL, NIM, BOPO, dan
LDR
Dependen : ROA
regresi
linier
berganda
10.
Moh Andre
Fahrudin
(2014)
Independent: Capital
Adequacy Ratio Dan
Loan To Deposit Ratio
Dependent: Return On
Asset
Regresi
linier
berganda
11.
Muhamad Danar
Hadi
(2013)
Regresi
linier
berganda
analisis
12.
Murtizanah
(2013)
Independent: Rasio
Lancar (Current Ratio),
Rasio Utang (Debt
Ratio), Rasio Laba
Bersih (Net Profit
Margin), dan Rasio
Perputaran Persediaan
(Inventory Turnover)
Dependent:
Pertumbuhan Sisa
Hasil Usaha (SHU)
Independen: CR dan
Asset Turn Over
Dependen: ROA
13.
Ni Kadek Venimas
Citra Dewi, Wayan
Cipta dan I Ketut
Kirya
(2015)
Independen: LDR,
LAR, DER dan CR.
Dependen: ROA.
Analsis
regresi
linier
berganda.
Regresi
linier
berganda
analisis
terhadap
BOPO berpengaruh negative
dan signifikan terhadap
ROA. NPL berpengaruh
negative
dan signifikan,
NIM berpengaruh positif
dan signifikan. dan LDR
berpengaruh negative dan
signifikan terhadap ROA
sedangkan
CAR
tidak
berpengaruh terhadap ROA.
Ujit t: 1) CAR negatif dan
tidak siginifikan secara
statistic terhadap ROA. 2)
LDR negatif dan signifikan
secara statistik terhadap
ROA.
Uji f: secara bersama-sama
dengan tingkat signifikansi
5% menunjukkan CAR dan
LDR
signifikan secara
statistik terhadap ROA
Uji t: Rasio Lancar (CR),
Rasio Laba Bersih (NPM),
dan
Rasio
Perputaran
Persediaan
(IT)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
SHU KPRI Dewantara.
Uji t: CR dan Asset Turn
Over berpengaruh positif
terhadap ROA.
Uji f: bersama-sama kedua
variabel
berpengaruh
terhadap ROA.
Uji t: (1)ada pengaruh positif
dan signifkan secara parsial
dari LDR terhadap ROA, (2)
ada pengaruh positif dan
signifikan secara parsial
LAR terhadap ROA, (3)
ada pengaruh negatif dan
signifikan
secara parsial
DER terhadap ROA, dan
(4) ada pengaruh negatif
dan signifikan secara parsial
CR terhadap ROA
Uji f: ada pengaruh simultan
69
14.
Novyanti
(2013)
Independen: Current
Ratio (CR), Total Debt
to Equity Ratio
(DER), dan Return on
Equity (ROE)
Dependen: ROA
Analsis
rgresi
berganda
15.
Nur Fadlilah
(2009)
Independent:
Likuiditas, Struktur
Modal, Dan Efisiensi
Operasional
Dependent:
Profitabilitas
Regresi
berganda
16.
Ratna Dwi Imawati,
Yuli Soesetio dan
Fadia Zen
(2010)
Independent: Current
Ratio, Total Asset
Turnover, dan Debt To
Asset Ratio
Dependent:
Rentabilitas (ROA)
Regresi
berganda
17.
Sukardi Ikhsan &
Badingatus Solikha
(2011)
Independen: Current
Ratio (likuiditas), Debt
To Total Assets
(solvabilitas), BOPO
(Efesiensi
pengendalian biaya),
dan (Size Ukuran
Koperasi).
Dependen : ROA
multiple
regression
dari LDR, LAR, DER, CR
terhadap ROA
Uji t: CR tidak berpengaruh
yang positif dan signifikan
terhadap ROA, sedangkan
DER dan ROE berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap ROA.
Uji f: Secara
simultan
ketiga rasio keuangan yaitu
CR, DER, ROE terdapat
pengaruh yang signifikan
secara simultan
terhadap
ROA
Uji
t:
LDR
tidak
berpengaruh, CAR tidak
berpengaruh
,BOPO
berpengaruh negatif
Uji f: variabel independen
berpengaruh
terhadap
variabel dependen
Uji t: Variabel current ratio
tidak berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomi, total
asset turnover berpengaruh
positif terhadap rentabilitas
ekonomi, Variabel debt to
asset ratio berpengaruh
negatif terhadap rentabilitas
ekonomi.
Uji t: CR berpengaruh
positif terhadap ROA, Debt
To Total Assets berpengaruh
negatif terhadap
ROA,
BOPO berpengaruh negatif
terhadap ROA, dan Size
bepengaruh positif terhadap
ROA
Uji f: keempat variabel
independen
berpengaruh
terhadap ROA
70
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai
pengaruh antar variabel independen (CR, CAR dan COR) dengan variabel
dependen (ROA) di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Current Ratio
(X1)
H1
Capital Adequacy
Ratio (X2)
H2
Cost of Operating
Ratio (X3)
H3
Rentabilitas
ROA (Y)
H4
Sumber: Kajian teoritik dan empirik yang relevan
Keterangan:
1. Pengaruh variabel Current Ratio (X1) terhadap variabel Return On
Asset (Y) didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Prastowo dan
Juliaty89, Weston dan Brigham90, Wild, at.al91, Simorangkir92, serta
dalam kajian
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Imawati,
at.al,93 Murtizanah, etc.,94 Hadi95, Novyanti96 dan Jiasti97.
89
Prastowo dan Juliaty, Analasis Laporan Keuangan,..., hal 76
Weston dan Brigham, Dasar-dasar Manajemen,...,hal. 295
91
Wild, et.al, “Analisis Laporan Keuangan,..., hal. 188
92
Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan,..., hal.158
93
Imawati, Soesetio, dan Zen, “Pengaruh Current Ratio...
94
Murtizanah, etc,. “Analisis Pengaruh Rasio...
95
Hadi, “Analisis Rasio Keuangan...
96
Novyanti,”Analisis Pengaruh Rasio ...
97
Jiasti, “Analisis Pengaruh Current Ratio...
90
71
2. Pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (X2) terhadap variabel
Return On Asset (Y) didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh
Umam98, dan Sinungan99, serta dalam kajian penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Fahrudin100, Muh. Sabir, et.al101
3. Pengaruh variabel Cost of Operating Ratio (X3) terhadap variabel
Return On Asset (Y) didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh
Riyadi102, dan Rivai103, serta dalam kajian penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Farida104, Ikhsan105, Wibowo,et.al106, Utomo107 dan
Anam108.
4. Pengaruh variabel Current Ratio (X1), Capital Adequacy Ratio (X2)
dan Cost of Operating Ratio (X3) terhadap variabel Return On Asset
(Y) didasarkan dalam kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Anam109,Ikhsan110, Muh. Sabir, et.al111 dan Wibowo,et.al112.
98
Umam, Manajemen Bank syariah,..., hal. 250
Sinungan, Manajemen Dana Bank ,..., hal. 164-166
100
Fahrudin, “Pengaruh Capital Adequacy...
101
Muh. Sabir, “Pengaruh Rasio Kesehatan ...
102
Riyadi, Banking Asset dan Liabilit,,.., hal. 159
103
Rivai, Bank and Financial,...., hal. 720
104
Andriani, “Pengaruh Financing to Deposit Ratio...
105
Ikhsan, et.al.” Analisis Rentabilitas...
106
Wibowo,et.al “Analisis Pengaruh Suku Bunga...
107
Utomo, “Pengaruh Rasio Keuangan...
108
Anam, “Pengaruh Asset Liability...
109
Anam, “Pengaruh Asset Liability...
110
Ikhsan, et.al.” Analisis Rentabilitas...
111
Muh. Sabir, “Pengaruh Rasio Kesehatan ...
112
Wibowo,et.al “Analisis Pengaruh Suku Bunga...
99
72
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kedudukannya belum
sekuat proposisi yang berfungsi sebagai jawaban sementara yang masih
harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan, percobaan dan
praktik. Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka konsep di atas
maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1: Ada pengaruh signifikan Current Ratio (CR) terhadap
rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung.
Hipotesis 2: Ada pengaruh signifikan Capital Adquacy Ratio (CAR)
terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung.
Hipotesis 3: Ada pengaruh signifikan Cost of Operating Ratio (COR)
terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung.
Hipotesis 4: Ada pengaruh signifikan Current Ratio (CR), Capital
Adquacy Ratio (CAR), dan Cost of Operating Ratio (COR)
terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung.
Download