Chapter I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,
terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke
dewasa. Masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 dan 21
tahun, dengan pembagian, masa remaja awal : umur 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan : 15-18 tahun, dan masa remaja akhir : 18-21 tahun (Monks, 2006).
Karakteristik remaja sangat peka terhadap pengaruh nilai baru, terutama bagi
mereka yang tidak mempunyai daya tangkal. Mereka cenderung lebih mudah
melakukan penyesuaian dengan arus globalisasi dan arus informasi yang bebas
(Aisyaroh, 2009).
Pada masa remaja cenderung terjadi perubahan perilaku menyimpang
karena adaptasi terhadap nilai-nilai yang datang dari luar sehingga jauh dari
norma-norma susila yang dianut masyarakat pada umumnya seperti pergaulan
seks bebas yang dapat menyebabkan kehamilan tidak dikehendaki (Aisyaroh,
2009).
Kasus Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) atau Unwanted Pregnancy yang
berakhir dengan aborsi tidak aman, hanyalah salah satu kasus yang terjadi di berbagai
belahan dunia. Badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) dalam
Wiknjosastro (2006) memperkirakan 10-50% dari kasus aborsi yang tidak aman
berakhir dengan kematian ibu. Angka aborsi tak aman (unsafe abortion) memang
tergolong tinggi, diperkirakan setiap tahun di dunia terjadi sekitar 20 juta aborsi tak
Universitas Sumatera Utara
11
aman, 26% dari jumlah tersebut tergolong legal dan lebih 70.000 aborsi tak aman di
negara berkembang berakhir dengan kematian ibu (Widyastuti dkk., 2009).
Survei yang dilakukan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat
mempunyai angka kehamilan remaja (usia 15-19 tahun) sebesar 95/1000 dengan
angka aborsi 52/1000. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan Inggris
(hamil 45/1000, aborsi 30/1000), Kanada (hamil 45/1000, aborsi 27/1000), Perancis
(hamil 44/1000, aborsi 27/1000), Swedia (35/1000, aborsi 15/1000), dan Belanda
(hamil 15/1000, aborsi 10/1000) (Sarwono, 2011).
Satu dari setiap remaja putri di Amerika Serikat mengalami sekurangnya
satu kali kehamilan tidak diinginkan. Berdasarkan penelitian Goto Aya, et.al.
(2004), yang menganalisis kejadian kehamilan tidak diinginkan di Yamagata,
Jepang mengemukakan bahwa proporsi wanita yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan sebanyak 46,2% dan 40,1% dari mereka mengalami kejadian berulang
(Sarwono, 2011).
Hasil penelitian Kinsey dkk. dalam Kusmiran (2011), bahwa kekhawatiran
dan rasa takut terhadap kehamilan dialami remaja sebesar 44% dari responden
perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah dan sekitar 89%
responden justru takut karena alasan moril dan sosial bukan karena alasan
kesehatan.
Jumlah remaja umur 10-24 tahun di Indonesia sekitar 64 juta atau 28,64%
dari jumlah penduduk. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita
(1%) menyatakan secara terbuka bahwa mereka pernah melakukan hubungan
seksual (Sarwono, 2011). Perilaku seksual remaja menurut hasil studi yang
dilakukan oleh Mitra Remaja (MR) pada tahun 2005, bahwa di beberapa kota
Universitas Sumatera Utara
12
memperlihatkan data yang sangat meresahkan, yaitu secara terbuka remaja
menyatakan bahwa mereka telah melakukan seks pranikah di Bandung 54%,
Surabaya 47% dan Medan 52%. Sedangkan data dari Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (2006), menunjukkan bahwa kisaran umur pertama kali
remaja melakukan hubungan seks pranikah adalah 13-18 tahun. Adapun data dari
Depkes menunjukkan bahwa jumlah pengidap AIDS sampai Maret 2007 sebanyak
8.988 orang, 54% dari para pengidap AIDS tersebut adalah remaja usia 20-29
tahun. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah penduduk
Indonesia pengguna narkoba adalah sekitar 3.200.000 orang (1,5%) dari jumlah
penduduk), dan 78% dari jumlah tersebut adalah remaja usia 20-29 tahun.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan, pada
tahun 1997 dari 1.563 perempuan usia subur, terdapat 50,9% melakukan aborsi secara
sengaja pada usia 15-19 tahun, sekitar 11,9% melakukannya dengan cara tradisional
ataupun medis. Cara tradisional yang digunakan untuk aborsi adalah meminum jamu
atau ramuan tradisional, dan jumlah pelakunya sekitar 27,5% (Dianawati, 2006).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan UNFPA tahun
2010, sebagian dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak
sehat. Tingginya kehamilan tidak diinginkan (KTD) erat kaitannya dengan aborsi.
Dari estimasi jumlah aborsi per tahun di Indonesia bisa mencapai 2,4 juta, sekitar
800.000 diantaranya terjadi di kalangan remaja. Penyebab hamil di luar nikah di
kalangan remaja semakin bervariasi.
Berdasarkan data BKKBN Propinsi Sumatera Utara, bahwa pada tahun
2007 rata-rata usia kawin pertama adalah 19,8 tahun, dan diharapkan pada tahun
2014 rata-rata usia kawin pertama menjadi 20 tahun. Penundaan usia perkawinan
Universitas Sumatera Utara
13
(PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga
pada saat perkawinan diharapkan mencapai usia minimal 20 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki (BKKBN Propsu, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penasehat Perkawinan dan
Penyelesaian Perceraian (BP4) Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat bahwa pada
tahun 2011 tercatat sebanyak 481 perkawinan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 120
orang perempuan (24,9%) melakukan perkawinan di bawah usia 20 tahun dan dari
jumlah tersebut sekitar 50-60% remaja putri tersebut telah hamil di luar nikah,
sedangkan laki-laki yang melakukan perkawinan di bawah usia 20 tahun sebanyak
11 orang (2,3%).
Masalah yang paling menonjol di kalangan remaja khususnya remaja putri
saat ini berkaitan dengan perilaku seks bebas, yaitu masalah seksualitas,
penyalahgunaan narkoba yang rentan terinfeksi penyakit menular seksual (IMS),
HIV dan AIDS, putus sekolah, hamil di luar nikah, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan aborsi (Aisyaroh, 2009).
Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis
yaitu rata takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya
sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan gugur kandung (aborsi).
Keadaan
akan
semakin
rumit
jika
laki-laki
yang
menghamili
tidak
bertanggungjawab (Manuaba, 2010).
Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi,
karena pada masa remaja alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun,
karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
14
Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari
siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat berdampak
jika terjadi kehamilan. Kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan,
abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan
memperpanjang rentang usia reproduktif aktif. Hal ini dapat meningkatkan risiko
kanker leher rahim (Kusmiran, 2011).
Menurut Dianawati (2006), terjadinya kehamilan pranikah disebabkan
oleh banyak faktor seperti tekanan dari teman pergaulan, tekanan dari pacar,
adanya kebutuhan badaniah (biologis), rasa penasaran, dan pelampiasan diri. Bagi
perempuan, meskipun baru pertama kali melakukan hubungan seksual,
kemungkinan hamil antara 20-25%. Jika hubungan tersebut makin sering
dilakukan, risiko hamil semakin besar.
Survei pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Sambirejo Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat bahwa mudah ditemukan remaja putri yang hamil di
luar nikah pada usia kurang 20 tahun. Beberapa remaja tersebut bahkan masih
berstatus pelajar sehingga akan mempengaruhi kelanjutan pendidikannya. Hasil
wawancara dengan beberapa remaja putri yang hamil pranikah, peneliti
menanyakan penyebab terjadinya kehamilan di luar nikah, sebagian menjawab
karena bujukan dari pacar, karena kalau tidak mau melakukan hubungan seksual
berarti tidak cinta dan tidak sayang dengan pacar. Beberapa remaja mengatakan
bahwa pacarnya memaksa untuk melakukan hubungan seksual karena mereka
berjanji akan menikahinya. Bahkan ada seorang remaja putri yang mau
melakukan hubungan seksual tersebut karena selalu ditunjukkan oleh pacarnya
Universitas Sumatera Utara
15
film-film porno saat berpacaran sehingga terangsang dan melakukan hubungan
seksual.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan suatu penelitian
berjudul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kehamilan Pranikah
pada remaja Putri di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun
2012.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kehamilan pranikah pada remaja putri di Desa Sambirejo Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat tahun 2012.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
untuk
menggambarkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi terjadinya kehamilan pranikah pada remaja putri di Desa
Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2012.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa
pihak sebagai berikut :
4.1. Pelayanan / Praktek Keperawatan
Sebagai masukan dan informasi bagi pelayanan atau praktek keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada remaja dengan kasus
kehamilan pranikah.
Universitas Sumatera Utara
16
4.2. Pendidikan Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan kepustakaan bagi pendidikan keperawatan
dalam melakukan upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan tentang
perilaku seksual remaja yang dapat menyebabkan kehamilan pranikah.
4.3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan untuk melakukan
penelitian dengan topik yang sejenis.
4.4. Peneliti
Untuk menambah ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh untuk
diaplikasikan pada langkah nyata proses penelitian di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
Download