5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Dalam setiap perusahaan, aktifitas dibidang pemasaran mutlak dilaksanakan, karena pemasaran merupakan faktor yang paling penting dalam usaha memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Perusahaan berusaha agar produk atau jasa yang dihasilkan dapat diterima konsumen, sehingga usaha yang dilakukan untuk menarik konsumen haruslah seoptimal mungkin sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima konsumen. Pada mulanya istilah pasar berarti tempat dimana para pembeli dan para penjual bertemu untuk saling menukar barang mereka. Banyak para ahli pemasaran yang menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada suatu kumpulan pembeli dan penjual yang mentransaksikan barang mereka disuatu tempat. Fakta yang menunjukan bahwa manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan dan dapat memberikan nilai pada produk tidaklah dapat memberikan definisi tentang pemasaran dengan sempurna. Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai pemasaran, walaupun pada dasarnya definisi yang diberikan itu mengandung muatan prinsip 5 6 yang sama. Agar pemasaran dapat dimengerti dan dipahami, maka akan dijelaskan beberapa pengertian dari para ahli ekonomi berikut ini. Definisi pemasaran menurut Kotler-Keller (2006 : 6) adalah : Pemasaran sebagai suatu proses sosial yang dilakukan oleh kelompok untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan jasa secara bebas dengan suatu nilai dari barang lainnya. Definisi pemasaran menurut Charles W. Lamb et al (2006 ; 6) adalah : “Proses pelaksanaan dan pelaksanaan konsep harga, promosi dan distribusi dari ide barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi”. Dan adapun juga definisi pemasaran menurut Phillip Kotler et al (2007 : 24) adalah : Seluruh perusahaan yang mendorong visi, misi dan perencanaan lima strategi perusahaan yang mencakup keputusan-keputusan seperti apa yang diinginkan perusahaan untuk pelanggannya kebutuhan apa yang mau dipenuhi, produk dan jasa apa yang mau ditawarkan, harga yang mau ditetapkan, komunikasi apa yang digunakan untuk mengirim dan menerima, saluran distribusi apa yang digunakan dan kemitraan apa yang dikembangkan. Sedangkan pengertian pemasaran menurut Joseph P. Cannon, Ph.D. william D. Prenault, Jr. E. Jerome Mc. Carthy (2008 : 8) adalah : Suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen. 7 2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang dan jasa dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak - pihak yang terlibat. Manajemen dapat diterapkan disemua pasar. Manajemen pemasaran menurut James Af. Stoner (2007 : 3) adalah: “Ilmu dan seni, merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga kerja dengan bantuan, alatalat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Manajemen pemasaran menurut Phillip Kotler (2007 : 6) adalah : Analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi tercapai tujuan organisasi. Jadi dari berbagai pengertian di atas, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa manajemen pemasaran sebagai suatu seni dan ilmu untuk memilih pasar, sasaran melalui perencanaan, pengarahan dan pengawasan serta mendapatkannya, mempertahankannya dan menambah nilai pelanggan melalui proses penciptaan, penyampaian dan pengkomunikasian dan nilai pelanggan yang unggul. 2.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pemasaran merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai variabel yang berkaitan dan menunjang satu sama lain dengan tujuan agar mendapatkan tanggapan pesan yang ditujunya secara positif. 8 Kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam kendali seorang pemimpin sehingga dapat dikoordinasikan dan diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kombinasi dari berbagai variabel yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan tersebut dikenal dengan istilah bauran pemasaran. Sebuah perusahaan harus dapat mengkombinasikan variabel-variabel bauran pemasaran selain memiliki kombinasi yang terbaik dari keempat elemen bauran pemasaran itu, perusahaan akan mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan apabila kegiatan-kegiatan pemasaran itu dilakukan secara efektif. Bauran pemasaran menurut Phillip Kotler (2007 : 18) adalah : “Seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”. Uraian lebih lanjut mengenai variabel-variabel bauran pemasaran tersebut, sebagai berikut : 2.2.1 Produk (Product) Produk tidak hanya diartikan sebagai suatu yang berbentuk barang nyata, tetapi produk sebagai segala sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan tertentu. Dengan demikian, pengertian produk bukan hanya berbentuk barang, tetapi dapat juga dalam bentuk pelayanan jasa atau sesuatu yang tidak tampak dengan kata lain dapat dikatakan bahwa produk tidak hanya meliputi atribut fisiknya saja tetapi juga meliputi fisik-fisik non fisik 9 seperti merek, sebab merek dipandang sebagai unsur yang dianggap dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, merek dapat pula dianggap sebagai suatu produk. 2.2.2 Harga (Price) Di dalam suatu kegiatan pemasaran tidak dipungkiri lagi bahwa harga merupakan faktor yang amat menentukan di dalam pengambilan keputusan pembelian. Seorang konsumen di dalam menetapkan harga jual produknya perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang dan menetapkan segmen pasar yang akan dipilih, sebab bila perusahaan melakukan kesalahan di dalam menentukan harga jual akan berdampak kehilangan konsumennya. 2.2.3 Distribusi (Distribution) Produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan menentukan strategi penyaluran atau distribusi yang tepat, produk yang didistribusikan itu memerlukan tempat yang cocok, dengan karakteristik produk tersebut baik tempat untuk menyimpan maupun tempat untuk menjual produk tertentu. Setiap saluran itu menetapkan tingkat penjualan dan biaya yang berbeda. Oleh sebab itu, bila perusahaan telah memiliki saluran distribusi tertentu maka perusahaan itu harus lebih konsisten menjalankannya selama satu periode tertentu untuk mencapai pasar sasarannya agar konsumen dapat memperoleh produk tersebut dengan murah. 10 2.2.4 Promosi (Promotion) Promosi banyak digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengenalkan produknya kepada khalayak banyak. Apabila yang diproduksi merupakan produk baru, dalam arti produk tersebut belum pernah ada yang memproduksi dan memasarkannya. Selain itu pula promosi juga banyak digunakan perusahaan sebagai sarana untuk mengadakan komunikasi dengan para konsumennya, hal ini dikarenakan promosi merupakan sesuatu proses yang berlanjut yang dapat menimbulkan rangkaian kegiatan-kegiatan pemasaran yang lainnya. 2.3 Komunikasi Pemasaran Memberikan informasi kepada konsumen dan calon konsumen tentang suatu produk merupakan fungsi dari komunikasi pemasaran atau marketing communication. Setiap ada produk baru yang diluncurkan dan dipromosikan, marketing communication bertujuan untuk menginformasikan target market mengenai produk tersebut dan menginformasikan kepada publik tentang tujuan penting baik untuk suatu barang, jasa ataupun suatu ide yang sudah beredar untuk beberapa waktu. Marketing communication adalah upaya perusahaan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual (KotlerKeller, 2006 : 496). 11 Marketing communication mempunyai banyak fungsi bagi konsumen yaitu konsumen dapat mendapatkan informasi atau ditunjukkan bagaimana dan kenapa suatu produk digunakan, dan kapan produk tersebut dapat digunakan. Konsumen dapat mengetahui siapa yang membuat produk dan perusahaan apa yang membuatnya dan juga kepanjangan atau arti dari merek yang mereka lihat. Marketing communication memungkinkan perusahaan untuk menghubungkan merek mereka dengan merek orang lain, tempat, kegiatan, merek, pengalaman, perasaan dan pikiran. Marketing communication juga memberikan kontribusi terhadap brand equity dengan cara menetapkan merek produk ke dalam pikiran konsumen dan membentuk suatu brand image. 2.4 Keputusan Mengenai Merek 2.4.1 Pengertian Merek ( Brand ) Merek menjadikan sebuah nama yang membedakan penjual, produsen atau produk dari penjual, produsen atau produk lain. Apabila tidak ada merek untuk kategori produk yang sama, maka akan sulit bagi konsumen untuk membedakan antara produk yang satu dengan produk yang lainnya. Hal ini disebabkan karena konsumen cenderung memilih dan menetapkan produk yang dipilih berdasarkan pertimbangan merek. Karena merek cenderung menunjukan kualitas yang terkandung dalam produk tersebut dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, semakin terkenal 12 suatu merek maka akan semakin tinggi pula tingkat kecenderungan konsumen untuk memilih merek tersebut. Dan sedangkan pengertian merek menurut Darmadi Durianto, dkk (2007 : 1) adalah : Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. 2.4.2 Fungsi Merek Merek juga menunjukan fungsi yang bernilai bagi perusahaan : a. Merek menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. b. Merek membantu untuk mengorganisasikan catatan inventori dan catatan akunting. c. Merek menawarkan perlindungan hukum yang kuat untuk fitur atau aspek produk yang unik. d. Merek dapat menandakan satu tingkat mutu tertentu sehingga pembeli yang puas dapat lebih mudah memilih produk. e. Sebagai sarana yang kuat untuk mengamankan keuntungan bersaing. f. Merek menggambarkan potongan property hukum yang sangat bernilai yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen, dibeli dan dijual dan memberikan keamanan pendapatan masa depan yang terjamin bagi pemilik merek tersebut. 13 2.4.3 Mutu Merek Mutu yang diinginkan dari suatu merek diantaranya adalah : a. Harus menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, misalnya seperti : beutyrest, gaftsman, accution b. Harus menyatakan mutu produk seperti tindakan atau warna, misalnya seperti : sunkist, spic and span, firebird. c. Harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat nama yang pendek akan lebih baik dan lebih mudah diucapk, misalnya seperti : tide, gust, puffs. d. Harus berbeda dari merek-merek yang lainnya, misalnya seperti : mustang, kodax, exxon. e. Tidak boleh memiliki makna yang buruk dinegara dan bahasa lain, misalnya seperti : nova merupakan nama yang buruk untuk dijual di negara-negara berbahasa Spanyol, artinya “tidak berjalan lancar’. 2.4.4 Manfaat Merek Di dalam proses pengambilan keputusan mengenai merek dan pemberian merek, produsen harus dapat melihat terlebih dahulu manfaat apa saja yang dapat diperoleh baik bagi produsen, maupun konsumen, manfaat yang didapatkan produsen dari merek, antara lain yaitu : a. Nama merek mempermudah penjual untuk mengolah pesanan dan mencari sumber permasalahan. b. Nama merek dan tanda dagang akan melindungi produsen secara hukum dari pemalsuan terhadap produk yang sejenis. 14 c. Merek dapat memberikan peluang kepada penjual untuk mendapatkan sekelompok konsumen yang setia dan memberikan keuntungan dari konsumennya. Kesetiaan konsumen terhadap merek akan memberikan kekuatan bersaing yang lebih kuat terhadap produk lain yang sejenis. d. Merek dapat membantu penjual dalam pengelompokan pasar ke dalam segmen-segmen tertentu. e. Dengan adanya merek yang baik akan membina citra perusahaan dan dapat mempermudah untuk melemparkan merek-merek baru dan memperoleh penerimaan dari para distributor dan para konsumen. Sedangkan manfaat merek yang didapat bagi konsumen antara lain adalah : a. Merek dapat membantu konsumen untuk mengidentifikasikan produk yang hendak dibelinya, sehingga dengan adanya merek maka akan membantu konsumen untuk membedakan mutu dari tiap-tiap merek yang berbeda. b. Merek dapat meningkatkan efisiensi konsumen karena dnegan memberitahukan merek produk akan jauh lebih efisien daripada hanya dengan memberikan keterangan mengenai produk secara umum. c. Pemberian merek akan mempertinggi tingkat inovasi dari masyarakat pemberian merek memungkinkan lebih banyak, variasi serta pilihan produk bagi para konsumen. d. Pemberian merek menyebabkan mutu produk lebih tinggi dan konsisten. Suatu merek dapat memberikan jaminan kepuasan tertentu 15 bagi konsumen, produsen tidak dapat mengubah mutu produk karena ada hal tertentu yang diharapkan konsumen. 2.4.5 Citra Merek Citra merek adalah dapat merupakan gagasan dari asosiasi tipe yang muncul pada konsumen atau ke dalam pikiran konsumen berhadapan dengan berbagai merek. Sebuah kesamaan merupakan sebagian gagasan dan perasaan yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi dari merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek tersebut. Pengertian citra merek yaitu mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan persepsi terhadap suatu merek. Pengertian citra merek menurut (Schiffman dan Kanuk, 2007 : 173) adalah : Jika konsumen tidak mempunyai pengalaman dengan suatu produk, mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal. Para konsumen sering menganggap, merek-merek yang terkenal lebih baik dan pantas dibeli karena adanya jaminan penuh terhadap kualitas, keandalan, kinerja dan pelayanan. Usaha promosi pemasar menambah kualitas produk yang dirasakan pada produk dengan 16 membantu, membangun dan mempertahankan citra merek yang menguntungkan. Terdapat beberapa pengertian mengenai citra merek, yaitu : a. Citra merek, merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek. b. Citra merek, tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk sebuah persepsi akan sebuah produk. c. Citra merek, sangat berpatokan kepada pemahaman, kepercayaan dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek. d. Citra merek, dianggap jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran akan citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. e. Citra merek, yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen citra merek yang baik akan menghambat kegiatan pesaing. f. Citra merek, merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai ke tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu produk tertentu. Karena citra merek, mempengaruhi hubungan emosional yang 17 kuat antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi dan direkomendasi. Dari beberapa teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa citra merek adalah gambaran atau pandangan terhadap suatu merek yang dibuat oleh konsumen yang didasarkan pada apa yang mereka lihat (iklan, kemasan dan produknya) dengan pengalaman-pengalaman yang para konsumen dapatkan dengan merek tersebut. Oleh karena itu, seorang konsumen yang mempunyai citra positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu perusahaan harus berusaha menciptakan citra merek yang positif agar konsumen mempunyai keyakinan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan, manfaat lain dari citra merek yang positif adalah perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan manfaat citra positif dari produk lama. 2.4.6 Ekuitas Merek ( Brand Equity ) Berikut ini pengertian dari ekuitas merek menurut David A. Aaker (2007 : 22) adalah : “Seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan”. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Jika nama dan 18 simbol merek diubah beberapa atau semua aset atau liabilitas bisa dipengaruhi dan mengalami kerugian, kendati diantara beberapa mungkin sudah dialihkan ke nama atau simbol baru aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berbeda antara satu konteks dengan konteks yang lainnya. Munculnya konsep ekuitas merek dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa merek yang kuat adalah suatu aset yang nilainya dapat dikalkulasi artinya merek tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana aset lain dalam perusahaan. Suatu merek memiliki ekuitas yang tinggi atau rendah diindikasikan oleh kesadaran terhadap merek (brand awareness), loyalitas merek (brand loyality), kesan kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association). 2.5 Teori Pemberian Nama Merek Berbahasa Asing Pemberian nama merek membantu pembeli dalam beberapa hal antara lain, membantu pembeli untuk mengidentifikasi produk yang mungkin menguntungkan merek, merek juga menyampaikan beberapa hal mengenai kualitas produk kepada pembeli. Pembeli selalu membeli produk dengan merek yang sama mengetahui bahwa mereka akan mendapat fitur, manfaat, dan kualitas yang sama setiap kali mengkonsumsi produk tersebut. Pemberian nama merek dapat begitu berkesan sehingga saat ini banyak perusahaan yang menggunakan nama merek berbahasa asing. 19 Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan dapat menambah nilai suatu produk. Definisi dari pemberian nama merek berbahasa asing adalah : “ Foreign branding is an advertising and marketing term describing the implied cachet or superiority of domestic products with a foreign or foreignsounding name”. ( Wikipedia : 2007 ) Yang artinya sebagai berikut : “merek berbahasa asing dalam istilah pemasaran yaitu merupakan hubungan periklanan yang menggambarkan superioritas ( keunggulan ) produk domestik dengan berbahasa asing”. Di Indonesia, banyak produk makanan dan minuman yang juga menggunakan nama merek berbahasa asing yang tujuannya untuk meningkatkan reputasi untuk mampu bersaing dari segi kualitas produk serta unggul di pasar domestik. Satu contoh produk yang menggunakan nama merek berbahasa asing adalah Wafer Tango. 2.6 Teori Persepsi Konsumen 2.6.1 Pengertian Persepsi Secara formal, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, mengimplementasikan stimulus kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimulus adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh oleh indera, seperti produk, kemasan, merek, iklan , harga dan lain - lain. Stimulus tersebut diterima oleh panca indera seperti : mata, telinga, mulut, hidung dan kulit. 20 Menurut Stanton ( 2007 : 165 ) definisi persepsi adalah : “Persepsi dapat diartikan sebagai makna yang kita hubungkan berdasarkan pengalaman masa lampau, rangsangan yang kita terima melalui 5 indera”. Dalam pengertian ini penulis melihat adanya proses screening information oleh konsumen untuk menghasilkan suatu persepsi melalui panca indera proses screening ini dipengaruhi oleh kepribadian, kebutuhan dan pengalaman-pengalaman terdahulu dari para konsumen tersebut. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk, persepsi merupakan proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Dari definisi tersebut dapat di lihat bahwa persepsi seseorang akan berbeda-beda dari yang lain. Cara memandang dunia sudah pasti dipengaruhi oleh sesuatu dari dalam maupun dari luar orang tersebut, tetapi sebelum terbentuknya persepsi ada beberapa konsep yang mendasari proses memperoleh dan persepsi subliminal (Schiffman dan Kanuk, 2007). 2.6.2 Stimulus Stimulus merupakan bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu. Setiap orang merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma, dan rasa dari stimulus. Perilaku kita kemudian dipengaruhi oleh persepsi - persepsi fisik. Menurut Setiadi ( 2003 : 160 ) definisi stimulus adalah : “Stimulus/stimuli adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu”. 21 Stimulus terdiri dari 2 bentuk, yaitu : a. Stimulus Pemasaran Stimulus pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimulus fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen. 1. Stimulus Utama ( Priority / Intrinsic Stimulus ) Produk dan komponen-komponennya seperti kemasan, isi, ciri ciri fisik. 2. Stimulus Tambahan ( Secondary Stimulus ) Mempresentasikan produk seperti kata - kata, gambar, dan simbol atau melalui stimulus lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, toko tempat produk dijual, dan pengaruh sales. b. Stimulus Lingkungan ( Sosial dan Budaya ) Stimulus lingkungan adalah stimulus fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan. Ada dua faktor kunci yang menentukan stimulus akan dirasakan dan bagaimana stimulus itu dipersepsi, yaitu : 1. Karakteristik Stimulus yang mempengaruhi persepsi. Karakter ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu elemen inderawi (censory element) dan elemen struktural (structural element). 2. Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan. Diantaranya suara, cahaya, bau, atau stimulus yang lainnya. Ditentukan oleh tingkat ambang batasnya ( threshold level ). 22 2.6.3 Proses Persepsi Persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi, organisasi dan inerprestasi terhadap stimulus. Menurut Setiadi (2003 : 171) Proses persepsi terdiri dari : a. Seleksi Perseptual Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psychological set yang dimiliki. Psychological set yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari konsumen. Oleh karena itu, dua proses yang termasuk dalam definisi seleksi adalah : 1. Perhatian ( attention ). Perhatian yang dilakukan oleh konsumen dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Perhatian yang dilakukan secara sengaja ( voluntary attention ) yang terjadi ketika konsumen secara aktif mencari informasi yang memiliki relevansi pribadi. Selain konsumen melakukan perhatian secara sengaja, konsumen juga melakukan perhatian tidak sengaja ( involuntary attention ) yang terjadi ketika para konsumen dipaparkan sesuatu yang menarik, mengejutkan, menantang atau sesuatu yang tidak diperkirakan, yang tidak ada relevansinya dengan tujuan atau kepentingan konsumen. 23 2. Persepsi selektif ( selectif perception ). Persepsi selektif terjadi ketika konsumen melakukan voluntary attention. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi terhadap suatu produk, maka pada saat itu konsumen dapat disebut melakukan perhatian selektif ( selectif attention ). Proses perhatian selektif terjadi karena dengan mempunyai keterlibatan yang tinggi terhadap suatu merek produk, berarti konsumen telah secara aktif mencari informasi mengenai produk itu sendiri dari berbagai sumber. Dengan demikian perhatian selektif hanya terjadi pada produk - produk yang dibeli berdasarkan keterlibatan yang tinggi. Jika dihubungkan dengan teori pembelajaran, perhatian selektif ini identik dengan active learning. b. Organisasi Persepsi Organisasi persepsi ( perceptual organization ) berarti bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai sesuatu yang dikelompokan secara menyeluruh. Pengorganisaisan seperti itu memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang terintegritas tehadap stimulus. Proses integritas persepsi didasarkan pada psikolog Gestalt 24 yang menghipnotis bahwa orang - orang mengorganisasikan persepsi untuk membentuk gambaran lengkap dari suatu proyek. Prinsip-prinsip penting dalam integritas persepsi yaitu : 1. Penutupan Prinsip closer cocok dipakai untuk merek produk yang cukup dikenal oleh para konsumen. Prinsip closer cocok untuk mengetes apakah konsumen masih mengingat merek produk atau sudah lupa dengan merek produknya. Pemakaian prinsip closer dalam iklan didasarkan bahwa konsumen cenderung mengisi elemen kosong ketika stimulus tidak lengkap. Walaupun demikian prinsip clouser juga dapat digunakan untuk iklan merek produk baru. Dengan menggunakan prinsip closer, merek yang diiklankan diharapkan lebih cepat diingat dan bertahan lama, karena ketika melihat iklan konsumen membutuhkan perhatian khusus (mencoba mengisi huruf yang hilang dan menggabungkannya dengan huruf yang ada menjadi satu kata yaitu nama merek produk). 2. Pengelompokan Pengelompokan informasi (information grouping) memungkinkan konsumen untuk mengevaluasi merek berdasarkan atribut yang berbeda, sesuai dengan set psikologis yang dimilikinya. 25 3. Konteks. Stimulus yang diterima oleh konsumen akan cenderung dihubungkan dengan konteks atau situasi yang melingkupi konsumen. Oleh karena itu, setting dari iklan akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk. Prinsip yang paling penting dari konteks adalah gambar dasar / latar ( figure & ground ). Dengan menggunakan prinsip ini, hendaknya pengiklan dapat memastikan bahwa produk adalah gambar (seuatu yang memonjol kedepan) dan settingnya adalah latar atau ground. Hal ini dimaksud agar konsumen tidak mempunyai persepsi yang salah terhadap maksud iklan. c. Interprestasi Perseptual Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interprestasi atas stimulus yang diterima oleh konsumen. Setiap stimulus yang menarik perhatian konsumen baik disadari atau tidak disadari, akan diinterprestasikan oleh konsumen. Dalam proses interprestasi konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang telah tersimpan dalam waktu yang lama (long term memory) yang berhubungan dengan stimulus yang diterima. Informasi dalam long term memory akan membentuk konsumen untuk menginterprestasikan stimulus. Interprestasi itu didasarkan pengalaman penggunaan pada masa lalu, dan pengalaman itu tersimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Satu masalah 26 yang dihadapi oleh pemasar dari persepsi konsumen itu adalah konsumen menginterprestasikan stimulus yang sama secara berbeda. 1. Peran Ekspektasi pada persepsi Selain informasi yang tersimpan dalam long term memory. Apa yang diharapkan konsumen juga mempengaruhi bagaimana suatu stimulus diinterprestasikan. Harapan atau expectation adalah keyakinan, kepercayaan individu sebelumnya, mengenai apa yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu. 2. Semiotis Untuk memahami bagaimana konsumen menginterprestasikan pengertian simbol (kata-kata, gambar, logo dan produk), para pemasar mencoba memahami lapangan ilmu yang disebut semiotic (semiotics), yaitu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda dan simbol-simbol dan peran masing-masing dalam menetapkan pengertian. Semiotis konsumen, karena penting konsumen untuk memahami menggunakan produk perilaku untuk menginterprestasikan identitas social mereka. Dari sudut pandang semiotis, setiap pesan pemasaran mempunyai tiga komponen dasar, yaitu : a) Obyek, adalah produk yang merupakan fokus pesan. b) Tanda, merupakan pencitraan inderawi yang menampilkan pengertian dari obyek yang dimaksud. c) Interpretant, merupakan pengertian yang diturunkan. 27 Semiotis juga relevan untuk mengekspresikan konsep diri dan komunikasi lintas budaya. Simbol dan tanda digunakan untuk mengkomunikasikan pengertian kepada yang lain. Oleh karena itu, peran semiotis bagi para pemasar sangat penting. Dimana iklan harus dirancang dalam memperhatikan simbol dan tanda agar konsumen mengerti. 2.6.4 Karakteristik Stimulus yang mempengaruhi Persepsi Beberapa karakteristik iklan stimulus pemasaran lainnya akan membuat pesan lebih dirasakan konsumen seperti yang diharapkan oleh pemasar. Menurut Setiadi ( 2003 : 180 ) karakteristik-karakteristik ini dibagi kedalam dua kelompok yaitu : a. Elemen Inderawi (Censory Element ) Faktor-faktor censory mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan dalam hal ini sangat penting dalam desain produk, adapun faktor-faktor tersebut adalah : 1. Warna Tanggapan yang berbeda atas penggunaan warna kemasan memungkinkan pemasar memperhatikan warna kemasan produk sedemikian rupa agar konsumen mempunyai persepsi yang baik terhadap produk itu. 28 2. Bau Bau suatu produk turut menentukan persepsi konsumen terhadap produk tersebut. 3. Rasa Rasa akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. b. Faktor-Faktor Struktural Sejumlah hasil penelitian menunjukan faktor - faktor struktural dari iklan cetak, mempengaruhi persepsi konsumen. Beberapa hasil penelitian ini yang menunjukan hal sebagai berikut: 1. Ukuran Ukuran iklan cetak yang lebih besar, lebih memungkinkan untuk diperhatikan. 2. Posisi Akan ada perhatian lebih besar pada iklan dalam 10 % pertama halaman majalah. 3. Warna Warna dalam iklan cetak telah diteliti sebagai faktor structural. Secara umum, iklan berwarna menghasilkan pemahaman lebih dari pada ikalan cetak hitam putih. 4. Kontras Kontras memungkinkan untuk mendapatkan perhatian. Gambar sebuah produk diatas latar belakang yang berwarna putih mungkin akan dapat perhatian, tetapi tidak menjamin pemahaman dan ingatan. 29 2.6.5 Karakteristik Konsumen yang mempengaruhi Persepsi Persepsi seorang konsumen atas berbagai stimulus yang diterimanya dipengaruhi oleh karakteristik yang dimilikinya. Menurut Setiadi (2003 : 182) beberapa karakter konsumen yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : a. Membedakan Stimulus. Satu hal yang sangat penting bagi pemasar adalah mengetahui bagaimana konsumen dapat membedakan perbedaan antara dua stimulus atau lebih. b. Tingkat Ambang Batas ( Threshold Level ) Kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau, atau stimulus lainnya yang ditentukan oleh tingkat ambang batas ( threshold level ). Ada dua jenis threshold level, yaitu : 1. Absolute Threshold, merupakan jumlah rangsangan yang dapat dideteksi. 2. Differential Threshold, merupakan kemampuan sistem inderawi untuk mendeteksi atau membedakan antara dua stimulus. c. Persepsi Bawah Sadar (Subliminal Perception) Usaha pemasar sampai saat ini selalu menekankan pada penciptaan iklan atau pesan yang dapat dideteksi atau disadari oleh konsumen. Artinya, pemasar selalu berusaha menciptakan iklan atau pesan diatas tingkat ambang batas kesadaran konsumen ( consumer level threshold ). 30 d. Tingkat Adaptasi Tingkat adaptsi merupakan salah satu konsep yang berkaitan dengan ambang batas absolut ( absolute threshold ). Dimana konsumen sudah terbiasa dan tidak lagi mampu mempertahankan stimulus, maka ketika itu pula absolute threshold - nya berubah. Tingkat adaptasi ( adaptation level ) terjadi ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang - ulang. e. Generalisasi Stimulus Proses persepsi yang terjadi pada konsumen sebenarnya tidak hanya membedakan satu stimulus yng lainnya, tetapi konsumen juga berusaha menggeneralisasi stimulus. Konsumen yang berusaha melihat kesamaan - kesamaan dari stimulus yang diterima berarti konsumen sedang melakukan generalisasi. Jadi, generalisasi terjadi ketika konsumen melihat dua stimulus atau lebih mempunyai kesamaan (mempunyai hubungan dekat / contiguity ) dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, oleh karena itu dapat disubtitusikan. 2.6.6 Inferensi (Suatu Proses Untuk Menghasilkan Informasi dari Fakta yang diketahui) Dengan semakin beragamnya merek-merek produk yang beredar dipasaran, tentunya persaingan akan produk - produk mereka juga semakin ketat. Salah satu faktor produk yang dapat membantu pemasaran mereka adalah dari segi merek. 31 Konsumen mengembangkan inferensi atau kesimpulan mengenai merek, harga, toko dan perusahaan. Kesimpulan - kesimpulan itu merupakan kepercayaan mengenai suatu objek dari asosiasi masa lalu. Menurut Setiadi ( 2003 : 193 ) terdapat tiga tipe inferensi, yaitu : a. Inferensi yang didasarakan pada evaluasi ( evaluation based ) Adalah inferansi penilaian yang menimbulkan evaluasi positif atau negativf secara konsisten pada suatu merek. b. Inferensi yang didasarkan pada kesadaran ( similarity based ) Adalah kepercayaan atas suatu objek yang didasarkan pada kesamaan dengan objek lain. Konsumen mengembangkan inferensi terhadap merek yang tidak diketahuinya dengan menghubungkan merek yang telah dikenal. c. Inferensi yang didasarkan pada korelasional ( corelational based ) Inferensi korelasional ini didasarkan pada asosiasi dari hal yang umum kepada hal yang spesifik. Secara umum, konsumen percaya bahwa harga yang lebih mahal menunjukan kualitas yang lebih baik.