jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran

advertisement
OLEH
ANDI MARIANI RAMLAN
(Dosen Pembina Mata Kuliah Profesi Pendidikan)
Lingkup Universitas Sembilanbelas November Kolaka


Kita ketahui bahwa tenaga kependidikan meliputi
guru maupun non guru. Secara rinci yang termasuk
tenaga kependidikan di sekolah meliputi; guru,
kepala sekolah, tenaga bimbingan, dan tenaga
administrasi atau tata usaha.
Menjadi permasalahan bagaimanakah guru yang
baik atau profesional itu? Sebab selama ini dengan
ketiadaan kejelasan tentang guru yang baik atau
profesioanal
tersebut
dapat
menimbulkan
bermacam-macam penafsiran. Berikut diuraikan
mengenai guru yang profesioanal sbb:

Sebagaimana dikemukakan oleh Ditjen Dikti
(2006) sbb: (1) guru adalah pendidik, (2) guru
berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilainilai yang dianut oleh masyarakat, (3) guru
berperan sebagai fasilitator belajar bagi peserta
didik, (4) guru turut bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar peserta didik, (5) guru
menjadi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi
dan
kedudukan
sesuai
dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya, (6) guru
bertanggung jawab secara profesional untuk terus
menerus meningkatkan kemampuannya, dan (7)
guru merupakan agen pembaharuan.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat
dikemukakan, bahwa dalam mencari jawaban apa
dan siapa guru yang baik, profesional
memerlukan suatu tinjauan yang luas serta
melingkupi berbagai segi. Sesudah itu baru
disimpulkan profil guru yang bagaimana yang
dikehendaki. Jawabanya adalah bahwa guru yang
baik, profesional adalah guru yang mampu
menampilkan diri secara utuh sebagai pendidik.
Untuk menjadi guru yang baik, bukanlah sekedar
ia mau atau sekedar mengetahui sesuatu, akan
tetapi ia harus dapat menampilkan diri sebagai
pendidik. Ia harus memiliki kompetensi tertentu
yang berkaitan dengan tugas profesionalnya.
Kompetensi
tersebut
meliputi:
kompetensi
pedagogik,
personal/kepribadian,
sosial,
dan
profesional (UU No. 14/2005). Kempat kompetensi
sebagaimana dimaksudkan oleh UU No. 14/2005
tersebut dapat dijelaskan sbb:
Seorang guru adalah sekaligus sebagai pendidik.
Oleh karena itu guru yang profesional harus
memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai
dalam hal pedagogik atau ilmu pendidikan. Pada
penjelasan PP No. 19/2005 ditegaskan, bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikunya.

Dengan memiliki kompetensi pedagogik tersebut
diharapkan guru akan dapat merancang dan
melaksanakan segala aktivitas mengajarnya dari
dimensi pendidikan. Kompetensi ini lebih menekankan
pada pembentukan insan paripurna. Proses belajar
mengajar tidak hanya dilihat dari bertambahnya ilmu
pada diri anak saja, tetapi guru bagi yang memahami
ilmu pendidikan, melalui proses belajar mengajar
yang dilakukan juga harus mengandung aspek
pendidikan. Di sini aspek-aspek moral dan akhlak
yang mulia perlu diletakkan pada bidang studi atau
mata pelajaran yang diajarkan. Sehingga siswa bukan
saja pintar dalam bidang studi ini, tetapi juga memiliki
tanggung jawab moral yang melekat pada bidang studi
yang dipelajari. Misalnya, ketika mengajarkan
matematika, guru tidak hanya mengajar materi
matematikanya saja, melainkan juga mendidik agar
setelah pintar matematika tidak digunakan untuk halhal yang negatif, seperti menipu atau manipulasi
penghitungan
yang
dipercayakan
kepadanya.
Mengarahkan anak bermoral yang baik
Secara lebih simpel, jika dikaitkan dengan
penilaian kinerja guru atau PK guru (Kemendikbud,
2012), kompetensi pedagogik tersebut dijabarkan
menjadi 7 indikator kompetensi yakni; 1) menguasai
peserta didik, 2) menguasai teori belajar dan prinsipprinsip
pembelajaran
yang
mendidik,
3) mengembangkan kurikulum, 4) kegiatan
pembelajaran yang mendidik, 5) pengembangan
potensi peserta didik, 6) komunikasi dengan peserta
didik, 7) penilaian dan evaluasi.
Pada bagian penjelasan PP No. 19/2005 ditegaskan, bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Memiliki sikap
kepribadian yang mantap, jujur, adil dan penuh dedikasi (tanggung
jawab), sehingga mampu menjadi sumber teladan bagi peserta
didiknya. Jelasnya ia memiliki kepribadian yang patut diteladani,
sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan yang baik dalam
kegiatan belajar mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar
dewantara, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa,
dan Tut Wuri Handayani. Orang yang memiliki kompetensi
kepribadian yang baik akan dapat tahan menghadapi berbagai
gangguan dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu, orang yang
memiliki kompetensi kepribadian yang baik akan selalu dapat
menerapkan kecerdasan emosional (emotional intelligence) dengan
baik dalam pembinaan siswanya.
Secara lebih rinci, kompetensi kepribadian atau personal yang
harus memiliki oleh guru meliputi hal-hal, sebagai berikut:
1. Memiliki performansi atau penampilan yang mantap
2. Bersikap terbuka dalam menjalankan tugas sebagai
pendidik terbuka terhadap kritik dan sasaran untuk
kepentingan tugas profesinya
3. Memiliki sikap yang stabil, tidak berubah-ubah
4. Bersikap dewasa dalam menghadapi suatu permasalahan
dan tugas.
5. Bersikap arif dan bijaksana dalam pengambilan keputusan
dan melaksanakn suatu tindakan.
6. Dapat mengendalikan emosi yang baik
7. Berwibawa dan menunjukkan adanya pengaruh yang positif
8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan.
9. Memiliki akhlak yang mulia dan menanamkan akhlak yang
mulia kepada peserta didik serta mengembangkan budaya
dan tradisi dan akhlak mulia.
10. Menunjukkan pribadi dewasa dan teladan.
11. Dapat menjadi tauladan bagi peserta didk dan masyarakat.
12. Memiliki komitmen atau tanggung jawab yang tinggi
terhadap profesinya.
13. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru.
14. Dapat mengevaluasi kinerja diri secara jujur dan objektif.
15. Dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Memiliki kompetensi sosial yang baik artinya bahwa
seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi sosial yang
baik, memiliki seni pergaulan (the social arts) yang baik, baik
pergaulan dengan murid-muridnya, maupun dengan sesama
guru dengan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
Di sini guru dituntut untuk dapat menerapkan “multiple
intellegence” secara tepat. Sehingga guru akan dapat dengan
mudah menyesuaikan dengan berbagai kondisi masyarakat
yang dijalaninya.


Dengan memiliki kompetensi sosial yang baik tersebut, maka
akan dapat mendukung terjadinya hubungan yang baik
antara guru dengan “stakeholders”-nya tersebut, maka
keberadaan profesi guru akan dapat diterima secara luas oleh
semua lapisan masyarakat, utamanya stakeholders pendidikan.
Jika ini terjadi maka pengakuan terhadap profesi guru akan
lebih meluas. Hal inilah yang dapat menguatkan keberadaan
profesi guru akan lebih meluas. Hal inilah yang dapat
menguatkan keberadaan profesi guru dalam masyarakat.
Secara rinci kompetensi sosial yang harus dikuasai oleh guru
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) berkomunikasi
lisan, tulisan dan isyarat secara efektif baik untuk kepentingan
proses pembelajaran yang dilaksanakan; 2) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional untuk
meningkatkan keefektifan proses pembelajaran; 3) bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik;

4) menghargai posisi atau keberadaan orang lain secara wajar,
baik di dalam lingkungan sekolah, maupun dalam lingkungan
masyarakat; 5) menempatkan diri secara wajar dan
proporsional di antara koleganya dan masyarakat pada
umumnya; 6) mengembangkan sikap toleransi terhadap orang
lain, baik terhadap atasannya, sejawatnya, maupun terhadap
siswa dan masyarakat; 7) bergaul secara santun dengan
masyarakat sekolah dan sekitarnya; 8) bekerja sama dengan
pihak lain untuk kepentingan sekolah atau madrasah; 9)
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; 10) rela
berkorban untuk kepentingan kemajuan sekolah, siswa, dan
masyarakat; 11) memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain
atau kelompok lain. Selain itu, bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak diskrimatif, berkomunikasi dengan sesama
guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik dan
masyarakat.


Pada penjelasan PP No. 19/2005 ditegaskan, bahwa yang
dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan. Memiliki kompetensi
profesional artinya ia memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang luas, baik dalam kaitan dengan bidang studi/mata
pelajaran yang akan diajarkan beserta penunjangnya,
metodologi pengajarannya, dapat mengevaluasi
dan
mengembangkan materi dengan baik.
Secara rinci kemampuan tersebut dirumuskan ke dalam 10
kompetensi jabatan guru, yaitu meliputi: (1) menguasai
bahan/bidang studi, (2), mengelola program belajar mengajar,
(3) mengelola kelas, (4) menggunakan media dan sumber
belajar,
(5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi
belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program Bimbingan
Penyuluhan di sekolah, (9) mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah, (10) memahami prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran.
Adapun poin-poin sebagai berikut: 1) menguasai bidang
studi yang akan diajarkan secara baik, sesuai dengan kebutuhan
atau tuntutan kompetensi pada jenis dan jenjang pendidikan
yang akan diajar; 2) menguasai metodelogi pembelajaran bidang
studi secara luas sehingga dapat melakukan pembelajaran
secara variatif dan tidak membosankan; 3) dapat menilai proses
pembelajaran bidang studi yang diajarkan; 4) dapat menilai
hasil pembelajaran secara efektif; 5) dapat melaksanakan
pembelajaran remidial sesuai dengan kebutuhan peserta didik
yang mengalami permasalahan pembelajaran yang ia bina.
6) dapat mengembangkan inovasi dalam pembelajaran sesuai
dengan bidang studi yang diajarkan; 7) dapat menyebarluaskan
inovasi pendidikan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan; 8) memilih kemampuan dalam bidang manajemen
pendidikan dan dapat mengaplikasikan dalam kegiatan
pembelajaran dan hasil-hasilnya secara efektif; 9) dapat
melaksanakan penelitian pendidikan dalam bidang studinya
guna pengembangan program pembelajaran yang ia lakukan;
Selain itu, kompetensi profesional juga meliputi penguasaan
materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang di pegang dan
mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang
reflektif.
Apabila digambarkan, sosok utuh guru yang profesional
terdapat pada gambar berikut:

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
kepala sekolah sebagai pejabat profesional dalam
bidang kependidikan adalah meliputi 4 kompetensi
yang diwajibkan pada guru berdasarkan UU No. 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen, yaitu meliputi:
1)
kompetensi
pedagogik,
2)
kompetensi
kepribadian (personal, 3) kompetensi profesional,
dan 4) kompetensi sosial. Di samping kompetensi
tersebut, bagi guru yang mendapatkan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah masih harus
menguasai 3 macam kompetensi tambahan seperti
yang diatur
Wasalam
and salam pembelajar,
belajar untuk memahami
Download