Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

advertisement
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional
Asesmen Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat
dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis resminya
memperkirakan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Riau
sebesar 7,43% (year-on-year), sementara di triwulan I-2010 tumbuh 9,24% (angka revisi).
Kondisi ini disebabkan berkurangnya pengeluaran masyarakat untuk barang-barang nonmakanan, khususnya semen dan alas kaki. Sebaliknya, permintaan terhadap pakaian relatif
meningkat memasuki musim liburan dan tahun ajaran baru sekolah.
Pelaksanaan pilkada Gubernur Kepulauan Riau bersamaan dengan pilkada kabupaten
Bintan, Lingga dan Kepulauan Anambas yang diperkirakan menelan dana sekitar Rp 135
miliar memberi stimulus pada komponen konsumsi swasta nirlaba. Pergerakan nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang mitra dagang utama (SGD) yang stabil semakin menggairahkan
aktivitas ekspor-impor Kepulauan Riau di triwulan II-2010, sekaligus menahan efek
perlambatan ekonomi yang lebih dalam. Terkoreksinya pertumbuhan ekonomi di beberapa
negara mitra dagang seperti Korea Selatan, Jepang dan Malaysia belum mempengaruhi
kinerja ekspor di triwulan laporan.
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan
2009
TW‐II
year on year
2010
TW‐I*
TW‐II**
Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau
dan 5 Negara Mitra Dagang Utama (y-o-y)
year over year
2008 2009*
KOMPONEN PENGGUNAAN
‐ Konsumsi Rumah Tangga
‐ Konsumsi Lembaga Swasta
‐ Konsumsi Pemerintah
‐ Pembentukan Modal Tetap Bruto
‐ Ekspor Barang dan Jasa
‐ Impor Barang dan Jasa
14.82%
17.75%
11.69%
11.07%
‐1.84%
3.57%
29.66%
4.62%
19.66%
21.93%
3.44%
14.60%
25.25%
16.35%
15.40%
21.92%
7.72%
20.47%
19.03%
13.41%
13.26%
29.38%
6.18%
2.94%
17.37%
23.56%
13.95%
15.14%
‐2.11%
7.59%
SEKTOR EKONOMI
‐ Pertanian
‐ Pertambangan & Penggalian
‐ Industri Pengolahan
‐ Listrik, Gas & Air Bersih
‐ Bangunan
‐ Perdagangan, Hotel & Restoran
‐ Pengangkutan & Komunikasi
‐ Keuangan, Persewaan & Jasa P'an
‐ Jasa‐Jasa
PDRB (termasuk migas)
0.11%
‐0.12%
1.28%
1.16%
13.65%
1.53%
5.82%
5.46%
9.12%
2.26%
4.57%
1.80%
9.98%
6.93%
12.12%
11.80%
7.04%
5.25%
5.39%
9.29%
4.76%
3.10%
8.54%
9.11%
12.47%
11.14%
7.28%
5.01%
5.73%
8.54%
3.80%
‐2.71%
4.56%
7.94%
34.26%
7.77%
14.44%
9.71%
15.59%
6.65%
1.50%
1.10%
2.38%
2.08%
13.36%
3.84%
6.67%
5.50%
8.44%
3.51%
Sumber : BPS Kepulauan Riau
*) angka sementara **) angka sangat sementara
Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore &
BEA US Dept. of Commerce, HSBC Global
Research (diolah) *) angka sementara
Adapun respon ekonomi di sisi produksi tercermin dari penurunan pertumbuhan
sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta perbankan. Dampak krisis
masih dirasakan oleh industri lokal yang mengalami penurunan kinerja di tengah penguatan
ekspor secara umum. Melambatnya aktivitas perdagangan besar dan eceran sejalan dengan
permintaan masyarakat yang menurun terhadap barang-barang non-makanan, seperti semen
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010
1
dan alas kaki. Kondisi penurunan yang dihadapi sektor-sektor unggulan tersebut pada
akhirnya mempengaruhi kinerja perbankan dalam memberikan dukungan pembiayaan bagi
aktivitas sektor riil. Di sisi lain, potensi naiknya biaya dana perbankan khususnya pada bank
Pemerintah juga turut memperburuk kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi
intermediasinya. Di bulan Juni 2010, dana alokasi kurang bayar Dana Bagi Hasil (DBH) Migas
tahun 2008 sebesar Rp 681 milyar masuk ke dalam sistem perbankan Kepulauan Riau.
Asesmen Inflasi
Pergerakan harga yang terjadi di Kota Batam dan Tanjungpinang pada triwulan II-2010
memperlihatkan kenaikan tajam dibanding posisi triwulan sebelumnya. Laju inflasi pada di
kota Batam naik dari 2,97% ke level 5,14% (y-o-y). Sementara di Tanjungpinang, tingkat
inflasi meningkat dari 1,92% menjadi 4,84%. Kenaikan sejumlah komoditas pangan seperti
bawang dan cabe yang terjadi pada bulan Juni 2010 menyebabkan angka inflasi melonjak
tinggi mencapai 1,42% di kota Batam dan 1,58% di kota Tanjungpinang. Sementara
kebijakan pemerintah menaikkan tarif air PT. Adhya Tirta Batam rata-rata sebesar 17% turut
memicu kenaikan IHK di kota Batam.
Perkembangan Inflasi Kota Batam
Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah
Perkembangan Inflasi Kota Tanjungpinang
Sumber : BPS Prov. Kepri, diolah
Di samping pengaruh pergerakan harga komoditas internasional yang meningkat,
kendala panen cabe dan bawang akibat faktor cuaca menimbulkan shock pasokan sehingga
memberi tekanan yang cukup besar pada inflasi kelompok bahan makanan. Indikator dini
Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Batam secara
mingguan semakin mengkonfirmasi tingginya kenaikan harga bahan kebutuhan pangan
yang banyak dikonsumsi, seperti bawang, merah, bawang putih, cabe rawit, beras, telur dan
daging ayam ras, serta ikan-ikanan. Di lain pihak, masuknya gula impor pada bulan April dan
Mei sebanyak 3.000 ton belum memberi pengaruh terhadap penurunan harga gula di
pasaran. Naiknya permintaan masyarakat menjelang Ramadhan disinyalir turut menghambat
penurunan harga gula di tengah faktor distribusi yang semakin lancar.
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010
2
Asesmen Perbankan
Secara
umum,
kondisi
perbankan
Kepulauan
Riau
pada
triwulan
II-2010
menunjukkan pertumbuhan yang stabil dengan profil risiko yang cukup terkendali. Aktivitas
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami kenaikan 11,6% (y-o-y), dan penyaluran
kredit tercatat meningkat 15,6%. Sementara itu fungsi intermediasi perbankan berjalan
secara moderat yang terindikasi dari rasio loan to deposit ratio (LDR) hingga Juni 2010
sebesar 68,3%, relatif menurun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 70,1%. Penurunan LDR pada Juni 2010 lebih disebabkan oleh peningkatan pada
simpanan giro pemerintah daerah di bank BUMN.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Utama Perbankan di Kepulauan Riau
2009
2010
Tw.I
Tw.II
Tw.III
Tw.IV
Tw.I
Tw.II
DPK
17,402,784 17,320,909 17,834,925 18,167,418 18,524,828 19,325,486
Pertumbuhan DPK (y-o-y)
24.8%
18.8%
18.9%
6.9%
6.4%
11.6%
Kredit
11,122,352 11,391,028 12,228,079 12,862,762 12,982,643 13,172,883
Pertumbuhan Kredit (y-o-y)
23.9%
16.8%
16.7%
14.7%
16.7%
15.6%
LDR
63.9%
65.8%
68.6%
70.8%
70.1%
68.3%
NPL
2.9%
2.7%
3.0%
2.6%
3.1%
2.9%
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan di Kepulauan Riau hingga triwulan
II-2010 mengalami peningkatan sebesar 11,57%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sumber
peningkatan DPK berasal dari rekening giro yang naik 10,65%, sementara di triwulan
sebelumnya hanya tumbuh 0,6%. Sedangkan menurut kepemilikan, peningkatan DPK
didominasi oleh naiknya saldo giro pemerintah daerah di bank BUMN yang diduga berasal
dari dropping kekurangan pembayaran untuk bagi hasil minyak dan gas di Kepulauan Riau
tahun 2008.
Adapun dari aspek penyaluran kredit, pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit
konsumsi pada triwulan II-2010 relatif melambat masing-masing ke level 15,57% dan
22,18% (y-o-y). Berbeda halnya dengan kredit investasi yang berekspansi sebesar 2,73%,
dimana pada triwulan sebelumnya masih mengalami pertumbuhan negatif. Secara sektoral,
pemulihan kinerja sektor industri pengolahan di Kepulauan Riau turut mendorong
peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut. Sektor lainnya yang memiliki pangsa
dominan adalah kredit perdagangan juga masih mengalami kenaikan dibanding triwulan
sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan kredit kepemilikan kendaraan bermotor tumbuh
cukup stabil sebesar 23,92% dengan pangsa kredit sekitar 47%.
Asesmen Sistem Pembayaran
Perkembangan aliran uang kartal di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan II-2010
mengalami penurunan inflow sedangkan transasksi outflow cenderung meningkat menjelang
bulan Ramadhan. Secara tahunan net outflow mengalami kenaikan sebesar 37,36% (y-o-y).
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010
3
Sementara perkembangan transaksi non-tunai melalui kliring juga meningkat. Salah
satu faktor yang mempengaruhi peningkatan nilai maupun jumlah warkat transaksi tersebut
antara lain karena meningkatnya posisi giro di perbankan pada triwulan laporan. Sementara
itu, kualitas kliring di Kepulauan Riau pada triwulan II 2010 cukup baik, meskipun tolakan
kliring tetap meningkat seiring pertumbuhan jumlah transaksi kliring. Penataushaan daftar
hitam nasional penarik cek dan atau bilyet giro kosong sangat mendukung rendahnya
tolakan kliring yang jumlah sebesar 2,8% dari seluruh jumlah warkat selama laporan.
Asesmen Keuangan Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seluruh kabupaten dan kota di
provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp 6,86 triliun, turun 1,5%
dibanding total APBD Kepulauan Riau tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, penurunan
terbesar terjadi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang turun 1,9% menjadi sekitar Rp
1,03 triliun, serta pengurangan alokasi Dana Perimbangan sebesar 0,4% menjadi sekitar Rp
4,07 triliun.
Tabel Perkembangan Total APBD Provinsi Kepulauan Riau T.A. 2007 s.d. 2010
2007
4,815,445
598,897
3,969,281
DANA PERIMBANGAN
247,267
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
6,220,533
BELANJA
1,687,938
BELANJA TIDAK LANGSUNG
35,044
- Belanja subsidi
87,153
- Belanja hibah
240,368
- Belanja bantuan sosial
4,532,595
BELANJA LANGSUNG
616,802
- Belanja pegawai
1,477,486
- Belanja barang dan jasa
2,438,307
- Belanja modal
(1,405,088)
SURPLUS/(DEFISIT)
PENDAPATAN
BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
2008
4,178,569
952,217
2,903,001
323,351
5,155,325
1,959,360
79,218
61,420
194,997
3,195,965
400,679
1,330,753
1,464,533
(976,756)
%∆
2007-2008
-13.2%
59.0%
-26.9%
30.8%
-17.1%
16.1%
126.1%
-29.5%
-18.9%
-29.5%
-35.0%
-9.9%
-39.9%
-30.5%
2009
5,336,421
1,050,396
4,089,414
196,611
6,973,402
2,574,573
123,996
157,308
240,188
4,398,829
607,547
1,617,929
2,173,353
(1,636,981)
%∆
2008-2009
27.7%
10.3%
40.9%
-39.2%
35.3%
31.4%
56.5%
156.1%
23.2%
37.6%
51.6%
21.6%
48.4%
67.6%
2010
5,399,234
1,030,742
4,073,660
294,831
6,865,662
2,740,179
73,490
242,361
233,971
4,125,483
644,627
1,597,660
1,883,195
(1,466,428)
%∆
2009-2010
1.2%
-1.9%
-0.4%
50.0%
-1.5%
6.4%
-40.7%
54.1%
-2.6%
-6.2%
6.1%
-1.3%
-13.4%
-10.4%
Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, diolah (data dalam jutaan Rupiah)
Meski demikan penerimaan pajak pemerintah daerah masih berpotensi meningkat
sejalan dengan berlakunya UU No.28/2009 menggantikan UU No.18/1997 j.o. No.34/2000
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sejak 1 Januari 2010. Adapun dasar pemikirannya
dilatarbelakangi banyaknya peraturan daerah yang ternyata justru berpengaruh negatif
terhadap ekonomi dan juga bertentangan dengan hukum nasional yang nota benenya lebih
tinggi. Praktek inilah yang sekarang dilarang dengan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).
Khusus bagi pemerintah provinsi (pemprov) Kepulauan Riau, realisasi penerimaan
sampai dengan posisi akhir triwulan II-2010 diestimasi sebesar Rp
884,7 miliar atau
mencapai 59% dari target penerimaan tahun 2010 sebesar Rp 1,489 triliun. Pencapaian ini
lebih baik jika dibandingkan persentase penerimaan selama semester I-2009 yang terealisasi
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010
4
sebesar 44,3%. Penerimaan pajak daerah sebagai sumber pendapatan utama tercatat
sebesar Rp 252,9 miliar, dengan tingkat realisasi 66,4% dari target penerimaan pajak tahun
2010. Penerimaan pajak daerah tersebut bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBB-KB). Sedangkan dari sisi pengeluaran, anggaran belanja yang direalisasi oleh Pemerintah
Provinsi selama triwulan II-2010 meningkat cukup drastis dibanding triwulan sebelumnya.
Jumlah pengeluaran dalam 3 bulan terakhir tercatat Rp 478,3 milyar, sementara pada posisi
triwulan I-2010 baru terealisasi sekitar Rp197,1 miliar atau 10,8% (angka revisi) dari target
pengeluaran APBD-2010 yang ditetapkan sebesar Rp 1,83 triliun.
Prospek Ekonomi dan Inflasi
Perkembangan ekonomi yang terjadi di beberapa negara selama semester I-2010
masih menunjukkan tren positif. International Monetary Fund (IMF) semakin yakin bahwa
arah recovery global berjalan sesuai perkiraan, meski disertai kenaikan resiko di sektor
keuangan. Di dalam negeri, pemerintah Indonesia masih memiliki keyakinan yang kuat
terhadap asumsi makroekonomi yang ditetapkan, dengan tidak melakukan revisi terhadap
target pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun 2010.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa Negara di Dunia
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kepri dan
Beberapa Negara pada Triwulan III-2010
Year over Year
Earlier Projections
April‐2010
2010
2011
World Output 4.2
4.3
United States
3.1
2.6
Euro Area
1.0
1.5
Japan
1.9
2.0
United Kingdom 1.3
2.5
China
10.0
9.9
India
8.8
8.4
Singapore
8.9
6.8
Hongkong
5.0
4.4
Middle East
4.5
4.8
Indonesia
6.0
6.2
Latest Projections
July‐2010
2010
2011
4.6
4.3
3.3
2.9
1.0
1.3
2.4
1.8
1.2
2.1
10.5
9.6
9.4
8.4
9.9
4.9
6.0
4.4
4.5
4.9
6.0
6.2
Difference from
April‐2010 Projections
2010
2011
0.4
0.0
0.2
0.3
0.0
‐0.2
0.5
‐0.2
‐0.1
‐0.4
0.5
‐0.3
0.6
0.0
1.0
‐1.9
1.0
0.0
0.0
0.1
0.0
0.0
Sumber : IMF Wprld Economic Outlook, July 2010 (Update)
Sumber : BPS & IMF Wprld Economic Outlook
Menjaga momentum pemulihan regional, perekonomian Kepulauan Riau di triwulan
III-2010 diproyeksi dapat tumbuh di kisaran 6,80±1%, kembali melambat dibanding triwulan
II yang diestimasikan 7,43% (year-on-year). Dengan demikian, laju pertumbuhan PDRB
selama tahun 2010 diharapkan dapat pulih ke level 7%, dimana pada masa krisis tahun 2009
hanya mencatat angka pertumbuhan 3,5%. Pertumbuhan ekonomi di triwulan mendatang
akan lebih ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga sehubungan dengan datangnya
bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Sementara itu, tekanan inflasi dalam 3 bulan ke depan diproyeksi meningkat yang
dipicu oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan tarif dasar listrik (TDL), datangnya bulan
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010
5
Ramadhan dan Idul Fitri serta peningkatan inflasi di sektor makanan karena cuaca yang sulit
diprediksi. Secara umum, inflasi yang terjadi di kota Tanjungpinang selama triwulan III-2010
akan lebih rendah dibanding kenaikan harga (inflasi) di kota Batam.
Laju inflasi kota Batam selama triwulan III-2010 diperkirakan sekitar 1,87±1%,
meningkat dari triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 1,67% (angka kumulatif inflasi
bulanan). Sejalan dengan itu, laju inflasi tahunan diproyeksi naik dari 5,14% menjadi
5,26±1% (y-o-y). Berbeda halnya dengan kota Batam, tekanan inflasi di kota Tanjung Pinang
selama triwulan III-2010 diperkirakan melemah dibanding triwulan sebelumnya. Kumulatif
inflasi bulanan selama periode triwulan III diproyeksi sebesar 0,51%, jauh lebih rendah
dibanding periode triwulan II yang tercatat sebesar 2,11%. Implikasinya, laju inflasi tahunan
juga diprediksi turun dari 4,84% menjadi 4,05±1% (y-o-y).
Meski demikian, kondisi cuaca yang kurang menentu masih perlu diantisipasi karena
dikhawatirkan dapat mengganggu distribusi barang-barang kebutuhan ke wilayah Kepulauan
Riau. Indikator dini kecepatan angin dan tinggi signifikan gelombang laut diperairan Selat
Malaka dan Laut Natuna masih diproyeksi meningkat, yang diikuti naiknya frekuensi
gelombang tinggi (>3 meter) di perairan Selat Malaka.
Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2010
6
Download