BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Depresi 2.1.1. Pengertian Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih. 2.1.2. Penyebab Depresi Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Sadock & Sadock, 2010). a. Faktor Biologi Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma Universitas Sumatera Utara aminobutyric acid (GABA) dan neuroaktif peptida (vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood (Rush et al., 1998). b. Faktor Genetik Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25% (Sadock & Sadock, 2010). Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset depresi terjadi karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang merupakan kofaktor yang terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa diketemukan pada penderita early onset depresi (Hickie et al, 2001). c. Faktor Psikososial Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmiter dan sistem pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya (Sadock & Sadock, 2010). Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti dependen, obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya (Sadock & Sadock, 2010). Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang (Sadock & Sadock, 2010). Menurut penelitian Bibring mengatakan depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien Universitas Sumatera Utara depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa (Tasman, 2008). Faktor ketidakberdayaan yang dipelajari dimana ditunjukkan dalam hewan percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada penderita depresi, dapat menemukan hal yang sama dari keadaan ketidak berdayaan tersebut (Sadock & Sadock, 2010). Pada teori kognitif, Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi. Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Sadock & Sadock, 2010). 2.1.3. Gambaran Klinis Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000) a) Perubahan fisik Penurunan nafsu makan Gangguan tidur Kelelahan atau kurang energi Agitasi Nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik b) Perubahan Pikiran Merasa bingung, lambat berpikir Sulit membuat keputusan Kurang percaya diri Merasa bersalah dan tidak mau dikritik Adanya pikiran untuk membunuh diri Universitas Sumatera Utara c) Perubahan Perasaan Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri. Merasa sedih Sering menangis tanpa alasan yang jelas. Irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif. d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari Menjauhkan diri dari lingkungan sosial Penurunan aktivitas fisik dan latihan. Menunda pekerjaan rumah. 2.2. Diabetes Mellitus 2.2.1. Pengertian Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang muncul apabila pankreas tidak memproduksi insulin yang mencukupi atau apabila badan tidak bisa menggunakan insulin yang diproduksikan. Insulin adalah hormon yang meregulasi kadar gula darah. Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah adalah efek yang sering pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan kerusakan yang kronis pada sistem tubuh badan terutama pada syaraf dan pembuluh darah (Humes, 2000). 2.2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus Klasifikasi diabetes mellitus menurut American Diabetes Association (ADA, 2004) adalah: a. Diabetes Mellitus tipe 1 ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau IDDM) Bentuk diabetes, yang hanya menyumbang 5-10% dari mereka dengan diabetes, yang sebelumnya dicakup oleh istilah diabetes tergantung insulin, diabetes tipe I, atau diabetes anak-anak onset, hasil dari kehancuran autoimun seluler-dimediasi dari β- sel-sel pankreas. Penanda dari kehancuran kekebalan sel-sel β termasuk autoantibodi pulau, autoantibodi terhadap insulin, autoantibodi untuk dekarboksilase asam glutamat (GAD), dan autoantibodi untuk tirosin fosfatase IA-2 dan IA-2β. Satu dan biasanya lebih dari autoantibodi hadir dalam 85-90% dari individu ketika Universitas Sumatera Utara hiperglikemia puasa pada awalnya terdeteksi. Juga, penyakit ini memiliki asosiasi yang kuat HLA, dengan linkage ke gen DQA dan DQB, dan ini dipengaruhi oleh gen DRB. HLA-DR/DQ alel ini dapat berupa predisposisi atau protektif (Ghosh, 2008). b. Diabetes Mellitus tipe 2 ( Non Insulin Independent Diabetes Mellitus atau NIDDM) Bentuk diabetes, yang menyumbang 90-95% dari mereka dengan diabetes, sebelumnya disebut sebagai diabetes non-insulin-dependent, diabetes tipe II atau diabetes onset dewasa, meliputi individu-individu yang memiliki resistensi insulin dan biasanya memiliki relatif (bukan mutlak) .Setidaknya kekurangan insulin pada awalnya, dan sering sepanjang masa hidupnya, orang-orang ini tidak memerlukan pengobatan insulin untuk bertahan hidup (Ghosh, 2008). c. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes mellitus gestasional didefinisikan sebagai tingkat intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. Definisi berlaku terlepas dari apakah insulin atau modifikasi diet hanya. Diabetes mellitus gestasional mempersulit 4% dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat, mengakibatkan 135.000 kasus per tahun. Prevalensi mungkin berkisar dari 1 sampai 14% dari kehamilan, tergantung pada populasi yang diteliti. Diabetes mellitus gestasional merupakan hampir 90% dari seluruh kehamilan rumit oleh diabetes. Penurunan toleransi glukosa terjadi secara normal selama kehamilan, khususnya di trimester ketiga (Ghosh, 2008). d. Jenis lainnya yang spesifik. Kelainan spesifik yang menyebabkan diabetes mellitus yaitu defek genetik pada fungsi sel beta akibat mutasi, defek genetik pada fungsi insulin, penyakit pada eksokrin pankreas, endokrinopati, obat atau kimia diabetes induksi, infeksi dan sindrom genetik yang terkait dengan diabetes mellitus (sindroma Down, sindroma Klinefelter, sindrom Wolfram’s, sindrom Turner) (Harrison, 2005). Universitas Sumatera Utara 2.2.3. Etiologi Diabetes Mellitus Etiologi diabetes mellitus menurut American Diabetes Association, 2004 (Kumar, 2005) a. Faktor lingkungan ( obat, virus, kimia) b. Faktor genetik ( keturunan) c. Faktor pencetus: kelebihan makan dan obesitas. 2.2.4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus: Dalam diabetes mellitus tipe 1, gejala-gejala yang dapat dijumpai yaitu sekresi urin yang berlebihan (poliuria), sering merasa haus (polidipsia), berat badan yang menurun, masalah penglihatan dan kelelahan. Gejala ini mungkin timbul secara tiba-tiba. Gejalagejala ini kurang ditandai dalam diabetes tipe 2 cuma dijumpai berat badan bertambah dan inaktivitas fisikal. Dalam bentuk ini, itu juga bisa terjadi bahwa tidak ada gejala awal penyakit muncul dan hanya didiagnosis beberapa tahun setelah onset, ketika komplikasi sudah ada (Kumar and Clark, 2005). 2.2.5. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus a. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu b. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa c. Tes toleransi glukosa 2.2.6. Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Menurut WHO kriteria diagnostik untuk diabetes mellitus, pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan di dapatkan : a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1 mmol/l) b. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/l) c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah menkomsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) > 200mg/dl) ( Kumar and Clark, 2005) Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus Menurut WHO (dikutip dari Kumar and Clark, 2005) 2.2.7. Komplikasi pada Penderita Diabetes Mellitus Menurut World Health Organization (WHO), komplikasi yang dapat dilihat pada penderita diabetes mellitus yaitu diabetik neuropati, penyakit jantung, gagal ginjal, stroke dan diabetik retinopati. Diabetik neuropati adalah komplikasi yang paling umum dari diabetes. Neuropati dapat mengakibatkan hilangnya sensorik dan kerusakan anggota badan. Ini juga menyebabkan impotensi pada pria. Diabetes adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal, tetapi frekuensi bervariasi antara populasi dan juga terkait dengan tingkat keparahan dan lamanya penyakit. Diabetik retinopati merupakan penyebab utama kebutaan, dan terjadi sebagai akibat kerusakan akumulasi glukosa jangka panjang ke pembuluh darah kecil di retina ( Kasper, 2005). 2.3 Permasalahan Psikologis pada Penderita Diabetes Mellitus Penyakit diabetes mellitus dapat menimbulkan permasalahan bagi diri seseorang baik permasalahan fisik maupun psikologis. Permasalahan pada penderita diabetes mellitus tersebut dikategorikan kepada dua. Pertama masalah yang muncul akibat penyakit diabetes mellitus misalnya masalah yang menyangkut fisik dan perubahan metabolisme. Kedua masalah yang menyangkut pengendalian atau perawatan diabetes. Perawatan terhadap penyakit yang dialami kadangkala menimbulkan kesulitan atau gangguan dalam fungsi tubuh sehingga individu merasa tidak aman dan menganggap bahwa perawatan yang dilakukan sama buruknya dengan penyakit yang diderita ( Sukmaningrum, 2005). Universitas Sumatera Utara Selain permasalahan psikologis di atas DM juga dapat menimbulkan beberapa dampak bagi penderitanya yaitu: a. Dampak ekonomi Pengendalian Diabetes Mellitus tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan kompleks serta membutuhkan biaya yang besar sehingga berdampak pada masalah ekonomi negara. Dampak ekonomi jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan (Groot, 2010). b. Dampak fisik Pada penderita diabetes mellitus yang lanjut akan menimbulkan berbagai dampak secara fisik yaitu adanya komplikasi, misalnya kelemahan fisik, berat badan rendah, kesemutan, rasa gatal, mata kabur, stroke dan gangren. Hal tersebut dapat menimbulkan perubahan dan penampilan fisik penderita. c. Dampak sosial Penderita diabetes mellitus yang tidak dapat menerima keadaan sakitnya akan mempunyai pandangan yang negatif misalnya pasien yang merasa putus asa, tidak berguna dapat menyebabkan pasien merasa depresi. Hal tersebut dapat menyebabkan interaksi sosial dan hubungan interpersonal terganggu (Price&Wilson, 2005). 2.4 Kuesioner Kesehatan Pasien – 9 (Patient Health Questionnaire-9) Pengukuran tingkat depresi menggunakan Patient Health Questionnaire (PHQ-9). PHQ-9 telah dilakukan penelitian validasi oleh Kroenke K, dan Spitzer RL. PHQ-9 adalah skala depresi sembilan item. PHQ-9 adalah alat yang ampuh untuk membantu dalam mendiagnosis depresi serta menyeleksi dan pemantauan pengobatan (Kroenke and Spitzer, 2001). Ada dua komponen dari PHQ-9 yaitu menilai gejala dan gangguan fungsional untuk membuat depresi tentatif diagnosis dan mendapatkan skor keparahan untuk membantu memilih dan memantau pengobatan. PHQ-9 didasarkan langsung pada kriteria diagnostik gangguan depresi dalam Diagnostic dan Statistic Manual Fourth Edition (DSM-IV) (Kroenke and Spitzer, 2001). Universitas Sumatera Utara Kuesioner ini telah di bentuk untuk menaksir mood pasien di atas 2 minggu yang lalu. Pertanyaan yang ditanya adalah: Selama 2 minggu terakhir, seberapa sering anda terganggu oleh masalah-masalah berikut? (Kroenke and Spitzer, 2001) a. Kurang tertarik atau bergairah dalam melakukan apapun. b. Merasa murung, muram, atau putus asa. c. Sulit tidur atau mudah terbangun, atau terlalu banyak tidur. d. Merasa lelah atau kurang bertenaga. e. Kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan. f. Kurang percaya diri- atau merasa bahwa anda adalah orang yang gagal atau telah mengecewakan diri sendiri atau keluarga. g. Sulit berkonsentrasi pada sesuatu, misalnya membaca koran atau menonton televisi. h. Bergerak atau berbicara sangat lambat sehingga orang lain memperhatikannya. Atau sebaliknya-merasa resah atau gelisah sehingga anda lebih sering bergerak dari biasanya. i. Merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun. Penilaian yang dibuat untuk jawaban yaitu: Tidak sama sekali = nilai 0 Beberapa hari=nilai 1 Lebih dari separuh waktu yang dimaksud= nilai 2 Hampir setiap hari= nilai 3 SKOR INTEPRETASI 0-4 Depresi minimal 5-9 Depresi ringan 10-14 Depresi sedang 15-20 Depresi sedang berat 20-27 Depresi berat Table 2.2. Interpretasi derajat depresi menurut PHQ 9 (Dikutip dari Kroenke and Spitzer, 2001) Universitas Sumatera Utara